Perkembangan Pemikiran Terhadap Agama islam_kel1

advertisement
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
TERHADAP AGAMA ISLAM
Kelompok I (IT REGULER 2B) :
o Khairunnisa (4312010032)
o Yuniarty Handayani (4312010052)
TEKNIK ELKTRO
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI REGULER D4
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga
Penyusunan Makalah ini telah dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh
dosen pembimbing,Bapak Hafidz sebagai bahan penilaian soft skill serta hard skill bagi setiap
mahasiswa/i.
Makalah ini berisi informasi mengenai Perkembangan Pemikiran Dalam Agama
Islam.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dengan jelas dan sesuai dengan
kebutuhan pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Depok,19 Februari 2013
Penyusun
I - PENDAHULUAN
Pada zaman Nabi Muhammad saw, pemikiran Islam masih murni karena mendasar pada
Rasulullah saw. Pada periode ini tidak ada perselisihan pendapat dalam dasar-dasar ataupun
kaidah-kaidah teologis. Pemikiran ini kemudian disebarkan oleh Rasulullah saw dan para
sahabatnya. Pemikiran pada fase ini masih murni, hal ini dikarenakan pemikiran Islam tersebut
hanya bersumber pada al-Qur’an dan Rasulullah, pemikiran Islam fase ini disandarkan pada
kemurnian akhlak Rasulullah dan utamanya wahyu. Jadi tidak ada pertentangan, karena di
setiap persoalan langsung diajukan atau diserahkan kepada Rasulullah Saw. Sehingga Nabi
Muhammad Saw menjadi sentral ilmu pengetahuan.
Setelah Nabi Muhammad saw wafat, periode ini perkembangan pemikiran Teologi
dalam Islam dapat dibagi dalam 4 periode:
(1) Khulafa al-Rasyidin sebelum Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan juga belum terjadi perbedaan
pendapat dalam teologi Islam, hal ini disebabkan oleh praktek teologi Islam langsung
didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis tanpa pentakwilan atas nash-nashnya.
(2) Khalifah ‘Utsman terjadi perpecahan politik dalam tubuh umat Islam, sehingga berdampak
pada penafsiran Alqur’an dan Hadis menurut selera masing-masing golongan, bahkan sebagian
melakukan pemalsuan terhadap Hadis untuk mendukung keberadaan dan kebenaran kelompok
tertentu.
(3) Bani Umayah perluasan wilayah Islam membawa konsekuensi penyerapan tradisi-tradisi
non Islam dalam budaya dan peradaban Islam. Berbagai aliran yang muncul pada masa akhir
Khulafa al-Rasyidin semakin memuncak. Pada masa ini segolongan umat Islam telah berbeda
pendapat tentang qadar dan istiţa‘ah. Aliran-aliran yang muncul dalam periode ini antara lain:
Qadariyah, Jabariah, Khawarij, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan Mu’tazilah.
(4) Bani ‘Abbas terjadi usaha-usaha ilmiah yang antara lain adalah penterjemahan filsafat
Yunani kedalam bahasa Arab.
II - PEMBAHASAN
A)
Sejarah Singkat
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi, meskipun
dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para pedagang
muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam
lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara, yang berlangsung beberapa
abad kemudian. Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan dan lain-lain.
Adapun tokoh penyebar agama islam adalah walisongo antara lain,
B)

Sunan Ampel

Sunan Bonang

Sunan Muria

Sunan Gunung Jati

Sunan Kalijaga

Sunan Giri

Sunan Kudus

Sunan Drajat

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Dasar Pemikiran Islam
Pemikiran Islam adalah pemikiran yang khas, lain daripada yang lain. Ini wajar, sebab pemikiran
Islam berasal dari wahyu atau bersandarkan pada penjelasan wahyu, sedangkan pemikiranpemikiran yang lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa agama-agama non
samawi, ideologi-ideologi politik dan ekonomi, maupun teori-teori sosial sekedar muncul dari
kejeniusan berfikir manusia yang melahirkannya.
Namun perlu disadari, bahwa sekalipun pemikiran Islam berasal dari wahyu yang turun dari
langit, pemikiran islam adalah diturunkan ke bumi untuk menjadi petunjuk bagi manusia di
bumi. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (al-Qur’an) untuk manusia dengan
membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya
sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya
sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” (Qs.
az-Zumar [39]: 41).
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Bila dilihat dari segi masa, perkembangan pemikiran Islam terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Masa Klasik
Pemikiran islam pada masa klasik dimulai dengan usaha penerjemahan terhadap karya-karya
bangsa Yunani dan Romawi. Pada saat kekhalifahan Bani Umayyah, khususnya sejak khalifah
Wahid bin Abdul Malik (685-705) setelah mengeluarkan kebijakan barunya berupa pergantian
bahasa
Persia
dan
Yunani
dengan
bahasa
Arab
di
wilayah
Timur
Dekat.
Terlebih pada masa khalifah Harun Ar Rasyid dan Al Mansur, dengn didirikannya Baitul Hikmah
perpustakaan dan laboratorium ilmu pengetahuan dari berbagai bidang. Diantara bidangbidang tersebut adalah sebagai berikut :
a. Filsafat Islam
Ilmu ini membahas tentang hakikat wujud dari segala sesuatu pengetahuan tentang
pokok-pokok ilmu keislaman. Pada dasarnya ilmu ini mengandung empat macam ilmu,
yaitu ilmu Mantiq, ilmu Alam, ilmu Pasti, dan ilmu kebidanan. Adapun para filsuf islam
yang terkenal saat itu antara lain :
- Al Kindi
- Ibnu Sina
- Al Farabi
- Ibnu Rusyd
- Ibnu Massarah
- Ibnu Tufail
- Abu Miskawaih.
b. Fikih
Fikih adalah ilmu yang membahas masalah-masalah hukum, cara beribadah dan
bermuamalah. Sebagai bahasan ilmu hukum, ada tiga dasar yang digunakan, yaitu
Alquran, hadist, dan ijma. Para ahli fikih ternama yang karyanya masih dapat kita
nikmati sekarang adalah yang dikenal dengan nama al Imam al Arba'ah atau imam yang
empat. Mereka yaitu :
- Imam Malik
- Imam Hanafi,
- Imam Syafi'i
- Imam Hambali.
c. Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana cara bertaqarrub kepada Allah
SWT secara benar dengan meninggalkan segala aktivitas yang dapat mdnjauhkan dari
mengingat-Nya. Tokoh-tokoh yang terkenal pada saat itu adalah :
- Al Gayali
- Al Bagdadi
- Al Halaj
- Ibnu Arabi
- Rabi'ah al Adawiyah
- As suhrawardi
d. Kedokteran
Dalam agama islam ilmu kedokteran dikenal dengan nama at Tib. Ilmu ini berkembang
pesat pada masa Daulah Abbasiyah. Bahkan pada saat itu lahir para dokter dari sekolahsekolah kedokteran yang berhasil didirikan. Para dokter yang terkenal kare prestasi dan
karyanya,
misalnya
Ar
Razi,
Ibnu
Sina,
dan
Ibnu
Rusyd.
Selain keempat ilmu di atas masih banyak lagi pengetahuan yang dalam masa klasik ini
sangat maju. Misalnya, ilmu sejarah, geografi, geometri, kesenian, dan lainnya.
2. Masa Pertengahan
Masa ini diawali dengan peristiwa hancurna kota Bagdad ke tangan tentara Mongol. Bagdad
yang sejak lama telah menjadi pusat peradaban islam pada tahun 1250 M seluruh kota dan
isinya hancur lebur. Oleh karena itu, bangunan-bangunan bersejarah bernilai tinggipun rata
dengan tanah. Sebagai misal Darul Hikmah, pusat laboratorium ilmu pengetahuan juga ikut
musnah.
Dengan hancurnya kota Bagdad dan kekayaan pustaka islam di dalamnya, peradaban yang
dahulu maju kini meredup kembali. Keadaan ini menimbulkan stagnasi pada diri umat islam. Hal
ini dapat dilihat maraknya sikap fatalism di kalangan umat islam, menutup pintu ijtihad, serta
kecenderungan
fanatik
yang
berlebihan
pada
masing-masing
golongan.
Pada masa ini umat islam mengalami kemunduran pemikiran yang luar biasa. Sekalipun sempat
bangkit seiring lahirnya beberapa kerajaan islam saat itu, namun umat islam tidak lagi mampu
mengembalikan kejayaanya seperti masa lalu.
3. Masa Kebangkitan
Mundurnya Islam pada abad pertengahan membuat banyak negara islam yang jatuh ke bawah
kekuasaan dan penjajahan negara-negara Eropa. Inilah yang menyebabkan keterpurukan islam
semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, pada awal abad XIX umat islam mulai sadar untuk
meraih kembali kejayaan yang pernah diperoleh pada masa lalu. Era inilah yang dikenal dengan
masa kebangkitan. Mulai saat itu lahirlah para tokoh muslimin dengan sejumlah karyakaryanya. Mereka dengan penuh kepercayaan diri membuat karya yang sangat penting bagi
kemajuaan dunia. Hal ini tentunya perlu mendapat dukungan luas dari umat islam sendiri agar
peradaban yang sukses diraih pada masa lalu akan berulang kembali pada saat mendatang.
C) Kemanusiaan dan Kenabian Muhammad SAW
Nabi Muhammad saw adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad saw lahir pada keluarga yang terhormat dan relatif
miskin. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang
benar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah Binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi
Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiulawal dikenal dengan nama tahun gajah atau tanggal 20
April tahun 570 M. Kenapa dinamakan demikian, karena pada tahun itu pasukan Abraham dan
kerajaan Habsyi (Ethopia), dengan menunggang gajah menyerbu Mekkah untuk menghacurkan
Ka’bah. Sehingga tahun kelahiran Nabi Muhammad saw dikenal dengan sebutan tahun gajah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia sejak setelah
tiga bulan beliau menikahi Aminah, kemudian Muhammad dibesarkan oleh ibu pengasuh
Halimah Sa’diyah, dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan selama usia empat tahun.
Setelah itu, kurang lebih dari dua tahun beliau diasuh oleh ibu kandungnya. Beberapa tahun
silam lebih kurang enam tahun beliau menjadi yatim piatu.
Dalam usai muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan
kambing penduduk Mekkah. Melalui kegiatan-kegiatan pengembalaan ini beliau menemukan
tempat untuk berpikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari
segala pemikiran nafsu duniawi. Sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda, karena sejak
itu ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
Menjelang usianya empat puluh tahun, dia memisahkan diri dari pergaulan masyarakat,
berkontemplasi ke gua Hira, tidak jauh di Utara Mekkah. Ketika itu, Muhammad sedang berada
dalam Gua Hira pada hari Jumat 17 Ramadan tahun ketiga belas sebelum hijrah bertepatan
dengan tahun 610 M. Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang
pertama, sebagaimana Firman Allah: (QS. Al-‘Alaq : 1-5).
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Setelah wahyu itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi
Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah
rutun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Sebagaimana firman Allah: (QS. alMuddatsitsir: 1-7).
Artinya :
Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan, Dan
Tuhanmu agungkanlah Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau
melakukannya diam-diam dilingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah,
orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Setelah
bebrapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah secara terbuka.
Ketika Rasulullah tampil di tengah-tengah kehidupan manusia, beliau langsung memulai
proyek perbaikan baru, untuk memperbaiki kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Untuk itu
Rasulullah Saw selalu berdoa, “Ya Allah perbaikilah agamaku yang merupakan inti urusanku,
perbaikilah duniaku yang merupakan tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang
merupakan tempat kembaliku.”
Rasulullah saw memberikan kepada kita contoh-contoh mulia, baik sebagai pemuda
Islam yang lurus perilakunya dan terpercaya di antara kaum dan juga kerabatnya, ataupun
sebagai da’i kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik, yang mengerahkan segala
kemampuan untuk menyampaikan risalahnya. Juga sebagai kepala negara yang mengatur
segala urusan dengan cerdas dan bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang
penuh kasih sayang, sebagai panglima perang yang mahir, sebagai negarawan yang pandai dan
jujur, dan sebagai Muslim secara keseluruhan (kaffah) yang dapat melakukan secara imbang
antara kewajiban beribadah kepada Allah dan bergaul dengan keluarga dan sahabatnya dengan
baik.
D) Zaman Perintisan Islam
Islam dimulai dengan ajaran Muhammad saw, di tempat kelahirannya Mekkah; sifatsifat yang menjadi ciri agama baru ini dikembangkan setelah beliau pindah ke Madinah dalam
tahun 622 M. Sebelumnya beliau wafat sepuluh tahun kemudian, telah jelaslah sudah bahwa
Islam bukan semata-mata merupakan suatu badan kepercayaan agama pribadi, akan tetapi
Islam meliputi pembinaan suatu masyarakat merdeka, dengan sistem sendiri tentang
pemerintahan, hukum, dan Lembaga Generasi Muslimin pertama, telah menginsafi bahwa
Hijrah adalah satu titik perubahan penting dalam sejarah. Merekalah yang menetapkan tahun
622 M sebagai permulaan takwin Islam baru.
Dengan pemerintah yang kuat, cerdas, dan satu kepercayaan yang menggelorakan
semangat penganut-penganut dan tentara-tentara dalam waktu yang tidak lama, masyarakat
baru ini menguasai seluruh Arabia Barat dan mencari dunia baru untuk ditundukkan.
Kemunduran pada wafat Muhammad saw, gelombang penaklukan bergerak dengan
cepat di Arabia bagian Utara dan Timur, berani menyerang kubu-kubu pertahanan di
perbatasan kerajaan Romawi Timur di Syirq al-Ardun dan kerajaan Persia di Irak Selatan.
Angkatan-angkatan perang kedua kerajaan raksasa ini, karena perang tidak henti-hentinya
mereka telah kehabisan kekuatan, dikalahkan satu persatu dalam suatu rangkaian operasi cepat
dan cemerlang. Dalam waktu enam tahun sesudah Muhammad saw wafat. Siria dan Irak
diharuskan membayar upeti kepada Madinah, dan empat tahun kemudian Mesir digabungkan
pada kerajaan Islam baru.
Pada tahun 660 M. Ibu kota Kerajaan Arab dipindahkan ke Damsyik, tempat kedudukan
baru Khalifah Bani Umayah. Sedangkan Madinah tetap merupakan pusat pelajaran agama
Islam; pemerintah dan kehidupan umum kerajaan dipengaruhi oleh adat-istiadat Yunani
Rumawi Timur. Tingkat pertama saling pengaruh-mempengaruhi dengan peradaban yang lebih
tua ini tidak hanya dilambangkan dengan dua buah monumen, yang indah sekali dari zaman
Bani Umayahh ialah Mesjid Raya di Damsyik dan Mesjid Al-Aqsa di Darusalam, akan tetapi
kemunculan tiba-tiba cara aliran-aliran baru dan pendapat yang berlawanan dengan paham
resmi di “propinsi-propinsi baru.” Akibat paling akhir dari pertumbuhan demikian ialah
perpecahan antara lembaga-lembaga agama dan duniawi dalam masyarakat Islam. Pembelahan
ini merusakkan azas duniawi Bani Umayah, dan ditambah dengan rasa ketidakpuasan para
warga negara bukan Arab, dan pecah perang saudara diantara suku, Arab, menyebabkan
jatuhnya tahun 750 M.
Dalam hal itu, perselisihan tadi menjelaskan bahwa dalam abad yang lampau sejak wafat
Muhammad saw. Kebudayaan agama Islam telah mengalami perkembangan dan konsolidasi
yang luar biasa baik, di dalam maupun di luar Arabia. Seorang guru agama di satu pihak
menunjukkan perkembangan kebatinan pada tingkat tertinggi. Ia menyatakan inti sari yang
penting dan menghidupkan itu dengan kepribadiannya dan keyakinannya sehingga tampak
pada penganutnya sebagai wahyu kebenaran.
E) Berkembangnya Permasalahan Keagamaan
Perkembangan permasalahan keagamaan merupakan permasalahan yang tidak akan
henti-hentinya di dunia Islam. Berkembangannya permasalahan keagamaan munculnya
perbedaan pemahaman antara kalangan beragama itu sendiri. Pada hal sudah kita ketahui
bersama bahwa ajaran-ajaran agama Islam sudah memberi petunjuk kepada jalan yang lurus
dan kebaikan, Agama yang akan memberi petunjuk kepada seorang hamba dalam masalah
aqidahnya, akhlaknya, hubungan sosialnya, arahan-arahan supaya di tempuh dan permulaan
dasar dalam berfikir serta segala macam kegiatan yang akan mengantarkan mereka untuk
mencapai manfaat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya.
Dan penjelasan bahwa tidak ada cara lain untuk bisa memperbaiki urusan umat manusia
dengan perbaikan yang sempurna melainkan harus dengan cara dan metodenya, serta
penjelasan bahwa seluruh aturan hukum yang menyelisihi agama Islam tidak akan mungkin bisa
berdiri lurus, baik dalam urusan agama maupun dunianya melainkan jika mau mempelajari
ajaran-ajaran agama Islam terlebih dahulu.
Ada beberapa faktor yang menjadi penghabat berkembangannya permasalah
keagamaan adalah sebagai berikut:
1.
Terdapatnya masalah-masalah yang tidak ditemukan pada masa Rasulullah. Seperti
masalah khilafah; apa syarat-syaratnya, batasan-batasannya? Juga, orang yang tidak mau
berzakat, apakah murtad atau berdosa.
2.
Hukum Islam mengalami perkembangan sejalan dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan
umat Islam dan seiring dengan perubahan kondisi sosial pada masa itu.
Selain itu, dalam berijtihad para sahabat tidak jarang berbeda antara satu dengan yang
lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.
Lingkungan tempat mereka hidup dan menetap berbeda-beda. Demikian pula
kemaslahatan dan kebutuhan yang menjadi dasar pertimbangan dalam
menerapkan hukum bertingkat-tingkat juga, misalnya Abdullah bin Umar yang
tinggal dan menetap di Madinah tidak mengalami seperti yang dialami oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan di syam. Demikian juga tidak mengalami seperti apa
yang dialami oleh Abdullah bin Mas’ud yang hidup dan menetap di Kuffah.
2.
Perbedaan tingkat pemahaman terhadap bahasa. Ada orang yang paham dengan
bahasanya sendiri, istilah-istilah asing yang ada dan cara pemakaiannya, tetapi ada
juga yang tidak bisa. Misalnya, yang ditawarkan oleh Umar bin al-Khaththab ketika
ia membaca firman Allah dalam khutbahnya, atau Allah akan mengadzab mereka
disebabkan mereka menghina (takhawwufin), kemudian Umar bertanya kepada
para hadirin tentang makna takhawwifin, “apa pendapat kalian tentang ayat ini
dan apa arti takhawwuf itu?” Lalu berdirilah seseorang yang sudah lanjut usia dari
kabilah Huzail dan berkata: “ ini bahasa kami dan takhawwuf artinya menghina
(tanaqqush)”, Umar berkata, “apakah orang Arab tahu ini dalam sya’ir mereka?” Ia
menjawab, “ya”, dan ia pun menyebutkan sebuah bait sya’ir untuk memperkuat
ucapannya. Umar berkata: “Jagalah sya’ir kalian dan kalian tidak akan tersesat.”
Para Sahabat bertanya: “Apa itu sya’ir (diwan) kami?” Umar menjawab: “Sya’ir
Jahiliyah, sebab didalamnya ada penafsiran untuk kitab kalian.”
3.
Perbedaan dalam menafsirkan ayat al-Quran karena kebanyakan al-Quran berisi
ayat-ayat dhanni (dalil yang memiliki makna lebih dari satu) sebagaimana firman
Allah (QS Al-Baqarah ayat 228). Dalam memahami lafal quru’ yang terdapat
didalamnya para sahabat berbeda pendapat mengenai masa tunggu (iddah)
wanita yang diceraikan suaminya apakah tiga kali bersih atau tiga kali haid?
4.
Perbedaan penerimaan hadits karena setiap sahabat memeroleh jumlah hadits
yang tidak sama dan sunnah Nabi saw, yang telah tersebar di kalangan umat Islam
belum terbukukan dan belum ada consensus untuk menghimpun sunnah dalam
satu koleksi yang dijadikan sebagai pedoman bersama.
Namun dengan demikian perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan di
kalangan para sahabat. Perbedaan itu ditanggapi dengan bijaksana. Perbedaan dianggap
sebagai sesuatu yang sudah biasa (fitrah) dan rahmat bagi manusia. Hal inilah yang patut kita
teladani dalam menyikapi segala perbedaan.
III -
KESIMPULAN
Berdasarkan dari beberapa pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemikrian
Islam zaman Nabi, Sahabat dan Tabi’in adalah sebagai berikut :
1.
Tidak adanya perbedaan pemikiran pada zaman Nabi, karena setiap persoalan tentang
perbedaan pemahaman selalu diatasi oleh beliau, sehingga Nabi Muhammad saw sebagai
sentral ilmu. Sedangkan zaman sahabat banyaknya pemikiran perbedaan atau berbeda
pemahaman, akan tetapi sahabat selalu merujuk kepada Nabi untuk mencari solusinya dengan
persoalan yang mereka hadapi.
2.
Pada periode khulafa-khulaf terdapat perbedaan atau pemahaman, seperti; khulafa Rasyidin
terdapat perbedaan pendapat yang berkaitan dengan teologi Islam, khulafa ‘Ustman terjadi
perpecahan politik di kalangan umat Islam, Bani Umayah terjadi perluasan wilayah Islam
sehingga membawa konsekwensi penyerapan tradisi-tradisi non-Islam dalam budaya dan
peradaban Islam. Dan Bani ‘Abbas terjadi usaha-usaha ilmiah yang antara lain
adalah penterjemahan filsafat Yunani kedalam bahasa Arab.
3.
Muhammad saw menerima wahyu dari Allah pada saat dia berada dalam Gua Hira pada hari
Jumat 17 Ramadan tahun ketiga belas sebelum hijrah bertepatan dengan tahun 610 M.
Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama, sebagaimana
Firman Allah (QS. Al-‘Alaq : 1-5).
4.
Islam dimulai dengan ajaran Muhammad saw., di tempat kelahirannya Mekkah; sifat-sifat
yang menjadi ciri agama baru ini dikembangkan setelah beliau pindah ke Madinah dalam tahun
622 M.
5.
Ada 2 faktor memicu perkembangan permasalahan keagamaan, yaitu; (1) Masalah-masalah
yang tidak ditemukan pada masa Rasulullah, (2) Permasalahan Interen seperti murtad tersebut,
juga di sebabkan hokum Islam mengalammi perkembangan sejalan dengan semakin luasnya
wilayah kekuasaan umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://amintabin.blogspot.com/2010/03/perkembangan-pemikiran-islam-di-dunia.html
Badri Yatim, 2010. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers.
http://hayatulislam.wordpress.com/2007/01/29/karakteristik-pemikiran-islam/
http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah. html,
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/21/sejarah-perkembangan-islam-di-dunia/
http://aimanberbagi.blogspot.com/2012/.../perkembanan-pemikiran-islam.h...
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam
Tobroni.staff.umm.ac.id/download-as-doc/staff_blog_article_23.doc
Depag RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jumanul ‘Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.
CV. Penerbit J-ART.
Download