1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Monyet ekor panjang

advertisement
1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk ke dalam famili
Cercopithecidae merupakan satwa dilindungi menurut CITES Appendik II. Jenis
primata ini mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas (kosmopolitan). Hal
ini disebabkan karena tingginya adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu spesies primata yang
sering digunakan sebagai hewan model dalam penelitian bidang kedokteran
hewan, kedokteran umum, biologi dan biomedis. Hal ini karena monyet ekor
panjang memiliki kedekatan kekerabatan dengan manusia. Selain itu monyet ekor
panjang memiliki kemiripan genetik dan fisiologis, kerentanan terhadap penyakit
menular dan kemiripan karakteristik reproduksi yang mirip dengan manusia.
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara
dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari
dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan
sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk
menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau and Hoosier Jr., 2003).
Nilai fisiologis monyet ekor panjang sebagai hewan percobaan sangat
diperlukan, mengingat data tersebut akan sangat bermanfaat untuk tujuan
penelitian maupun diagnosa. Saat ini referensi yang digunakan untuk merujuk
nilai fisiologis monyet ekor panjang adalah nilai fisiologis yang berasal dari
literatur asing (luar Indonesia). Nilai-nilai tersebut kemungkinan sangat berbeda
bila pengukurannya dilakukan pada monyet ekor panjang yang ada di kondisi
iklim Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu melengkapi nilai fisiologis
monyet ekor panjang yang telah ada untuk membantu para peneliti maupun tenaga
medis dalam mendapatkan data yang akurat mengenai nilai fisiologis monyet ekor
panjang di Indonesia.
Kondisi iklim Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi maritim Indonesia
sehingga suhu dan kelembaban wilayah Indonesia yang tinggi. Kondisi ini dapat
berdampak buruk terhadap kondisi fisiologis hewan. Oleh karena itu, nilai
2
fisiologis primata sebagai hewan model harus dapat diketahui sebagai referensi
yang ada di wilayah Indonesia.
Selain adanya pengaruh iklim tropis Indonesia, nilai fisiologis hewan model
tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat di ruang kandang tempat
hewan model tersebut. Kondisi temperatur dan kelembaban ruangan sangat
mempengaruhi kondisi fisiologis hewan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
penelitian yang menggunakan hewan model harus diperhatikan mikroklimat
ruangan yang mengarah pada nilai zona nyaman bagi hewan tersebut. Pengaturan
ruangan pada zona nyaman biasanya diperlukan proses aklimasi hewan tersebut.
Aklimasi adalah suatu perubahan kondisi fisiologis organisme untuk mengurangi
tekanan yang disebabkan pemberian cekaman secara eksperimental (Kendeigh
1980).
Sampai saat ini belum banyak informasi mengenai nilai fisiologis hewan
model sebagai referensi di wilayah tropis, khususnya parameter kimia darah. Di
samping itu, belum diketahui bagaimana nilai fisiologis tersebut dalam kondisi
adaptasi dan aklimasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh aklimasi di ruang kandang terhadap profil kimia darah
monyet ekor panjang sebagai hewan model.
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengkaji profil kimia darah terutama kadar glukosa, kolesterol, trigliserida,
SGPT, SGOT, ureum dan kreatinin dalam serum darah pada monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) pada kondisi aklimasi di ruang kandang.
2.
Mendapatkan profil nilai fisiologis kimia darah pada saat Macaca
fascicularis berada pada kondisi adaptasi, aklimasi dan postaklimasi.
2.1 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan data profil kimia darah
monyet ekor panjang yaitu kadar glukosa, lipid, SGPT, SGOT, ureum dan
kreatinin pada kondisi aklimasi di ruang laboratorium yang dapat bermanfaat bagi
3
penelitian maupun praktisi di bidang kedokteran hewan, kedokteran umum,
biologi dan biomedis.
2.2 Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menduga bahwa kondisi aklimasi di ruang laboratorium tidak
akan mempengaruhi kadar glukosa, lipid, SGPT, SGOT, ureum dan kreatinin oleh
monyet ekor panjang sebagai bahan atau objek penelitian. Hipotesis tersebut
dinilai sebagai berikut:
H0
: kondisi aklimasi di ruang laboratorium secara signifikan dapat
mempengaruhi kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, SGPT, SGOT,
ureum dan kreatinin monyet ekor panjang.
H1
: kondisi
aklimasi
di
ruang
laboratorium
secara
signifikan
tidak
mempengaruhi kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, SGPT, SGOT,
ureum dan kreatinin monyet ekor panjang.
Download