peraturan pemerintah republik indonesia

advertisement
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 1995
TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a. bahwa limbah bahan berbahaya dan beracun harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan risiko
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia;
b. bahwa dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun perlu mempertimbangkan teknologi
pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. bahwa
dengan
perkembangan
teknologi
dapat
dikurangi jumlah, bahaya dan/atau daya racun limbah
bahan
berbahaya
dan
beracun,
serta
upaya
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun,
dengan memanfaatkan teknologi tersebut dapat pula
berdampak positif terhadap pembangunan sektor
ekonomi dan lingkungan;
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas,
dipandang
perlu
Pemerintah
Nomor
menyempurnakan
19
Tahun
Peraturan
1994
tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
Mengingat
:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran
Negara
Tahun
1994
Nomor
26,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3551);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.
Pasal I
Mengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 6, Pasal 9, Pasal 12, Pasal 21, Pasal 25,
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 35, dan Pasal 36 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi.
2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3, adalah
setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau
mencemarkan
lingkungan
hidup
dan/atau
dapat
membahayakan
kesehatan manusia.
3. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
4. Penghasil limbah B3 adalah badan usaha yang menghasilkan limbah B3
dan menyimpan sementara limbah tersebut di dalam lokasi kegiatannya
sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pengumpul atau pengolah
limbah B3.
5. Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pemanfaatan atas limbah B3.
6. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu proses, daur ulang dan/atau
perolehan kembali dan/atau penggunaan kembali, yang mengubah limbah
B3 menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis.
7. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan limbah B3 dari penghasil dan pemanfaat limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara sebelum diberikan kepada pengolah
limbah B3.
8. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan sarana
pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan akhir hasil pengolahannya.
9. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun.
10. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengangkutan limbah B3.
11. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu proses pemindahan limbah B3 dari
penghasil ke pemanfaat dan/atau ke pengumpul dan/atau ke pengolah
limbah B3 termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan
alat pengangkut."
2. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 6
(1) Penghasil limbah B3 wajib melakukan pengolahan limbah B3.
(2) Penghasil limbah B3 dapat menyerahkan limbah B3 yang dihasilkannya
kepada pemanfaat limbah B3 yang telah memiliki izin.
(3) Penghasil limbah B3 yang tidak mampu melakukan pengolahan limbah B3
yang dihasilkan, sedangkan limbah tersebut tidak dapat dimanfaatkan
kembali, maka penghasil limbah B3 tersebut wajib menyerahkan limbah
B3 yang dihasilkannya kepada pengolah limbah B3.
(4) Apabila pengolah limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) belum
tersedia atau tidak memadai untuk mengolah limbah B3, pengolahan
limbah B3 tetap menjadi kewajiban dan tanggung jawab penghasil dan
pemanfaat limbah B3 yang bersangkutan.
(5) Penyerahan limbah B3 oleh penghasil limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dapat melakukan secara langsung kepada pengolah
limbah B3 atau melalui pengumpul limbah B3.
(6) Pengumpul limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 yang diterima dari
penghasil dan pemanfaat limbah B3 kepada pengolah limbah B3.
(7) Pengumpul limbah B3 dilarang melakukan kegiatan pengumpulan apabila
pengolah limbah B3 belum tersedia, kecuali dengan izin Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
(8) Ketentuan yang berlaku bagi penghasil limbah B3 berlaku terhadap
pemanfaat limbah B3.
(9) Penghasil dan pemanfaat limbah B3 dapat bertindak sebagai pengolah
limbah B3.
(10) Apabila penghasil dan pemanfaat limbah B3 juga bertindak sebagai
pengolah limbah B3, maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab
III tentang Pengolahan berlaku baginya."
3. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 9
(1) Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang:
a. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3;
b. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3;
c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul atau pengolah limbah B3.
(2) Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dengan tembusan kepada
Pimpinan Instansi Pembina dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang
bersangkutan.
(3) Catatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipergunakan untuk:
a. inventarisasi jumlah limbah B3 yang dihasilkan;
b. sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan pengelolaan
limbah B3."
4. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 12
(1) Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang:
a. jenis, karakteristik, jumlah limbah B3 dan waktu diterimanya limbah B3
dari penghasil limbah B3;
b. jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3 kepada
pengolah limbah B3;
c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul dan kepada pengolah limbah B3
(2) Pengumpul limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dengan tembusan kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan."
5. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 21
(1) Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan:
a. pengumpulan dan/atau pengolahan limbah B3 wajib memiliki izin dari
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
b. pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin dari Menteri Perhubungan
setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan;
c. pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin dari Pimpinan Instansi
Pembina yang bersangkutan, setelah mendapat rekomendasi dari Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
(2) Ketentuan mengenai tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan, ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Menteri Perhubungan, dan ayat
(1) huruf c ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pembina yang bersangkutan.
(3) Kegiatan pengolahan limbah B3 yang terintegrasi dengan kegiatan pokok
wajib memperoleh rekomendasi operasi alat pengolahan dan penyimpanan
limbah B3 yang dikeluarkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
dan dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
(4) Persyaratan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a dan ayat (2) adalah sebagai berikut:
a. memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang berbentuk badan
hukum, yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
b. nama dan alamat badan usaha yang memohon izin;
c. kegiatan yang dilakukan;
d. lokasi tempat kegiatan;
e. nama dan alamat penanggung jawab kegiatan;
f. bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan;
g. spesifikasi alat pengolah limbah;
h. jumlah dan karakteristik limbah B3 yang dikumpulkan, diangkut atau
diolah;
i.
tata letak saluran limbah, pengolahan limbah, dan tempat penampungan
sementara limbah B3 sebelum diolah dan tempat penimbunan setelah
diolah;
j.
alat pencegahan pencemaran untuk limbah cair, emisi, dan pengolahan
limbah B3."
6. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 25
(1) Apabila penghasil dan pemanfaat limbah B3 juga bertindak sebagai pengolah
limbah B3 dan lokasi pengolahannya sama dengan lokasi kegiatan
utamanya, maka analisis mengenai dampak lingkungan untuk kegiatan
pengolahan limbah B3 dibuat secara terintegrasi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan untuk kegiatan utamanya.
(2) Apabila pengolahan limbah B3 dilakukan oleh penghasil dan pemanfaat
limbah B3 di lokasi kegiatan utamanya, maka hanya rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang telah disetujui oleh
Instansi Pembina yang bersangkutan yang diajukan kepada Kepala Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
bersama
dengan
permohonan
rekomendasi sebagai dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3).
(3) Keputusan mengenai permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diberikan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
diterimanya rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan yang telah disetujui oleh Instansi Pembina yang bersangkutan.
(4) Syarat dan kewajiban tersebut dalam rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantauan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3)."
7. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga seluruh berbunyi:
"Pasal 26
(1) Apabila penghasil dan pemanfaat limbah B3 juga bertindak sebagai
pengolah limbah B3 dan lokasi pengolahannya berbeda dengan lokasi
kegiatan utamanya, maka terhadap kegiatan pengolahan limbah B3
tersebut berlaku ketentuan mengenai pengolahan limbah B3 dalam
Peraturan Pemerintah ini.
(2) Untuk kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib dibuatkan analisis mengenai
dampak lingkungan.
(3) Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan diajukan kepada Kepala
Badan
Pengendalian
Dampak Lingkungan,
dan
persetujuan
atas
dokumen tersebut diberikan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
(4) Syarat dan kewajiban yang tercantum dalam rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan sebagaimana telah
disetujui oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan menjadi
syarat dan kewajiban yang harus dicantumkan dalam dan oleh karenanya
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a."
8. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 27
(1) Impor limbah B3 dilarang, kecuali diperlukan untuk penambahan
kekurangan bahan baku sebagai bagian pelaksanaan upaya pemanfaatan
limbah B3.
(2) Pengangkutan limbah B3 dari luar negeri melalui wilayah Negara Republik
Indonesia, wajib diberitahukan terlebih dahulu secara tertulis kepada
Pemerintah Republik Indonesia.
(3) Pengiriman limbah B3 ke luar negeri dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan tertulis dari pemerintah negara penerima dan mendapatkan
izin tertulis dari Pemerintah Republik Indonesia.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata niaga limbah B3 ditetapkan oleh
Menteri Perdagangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri
Perindustrian dan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan."
9. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 30
(1) Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan dengan memperhatikan Pasal 7.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pemantauan
penaatan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif oleh
penghasil, pemanfaat, pengumpul, pengolah termasuk penimbun limbah
B3.
(3) Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 di daerah dilakukan
menurut tata laksana yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan.
(4) Pengawasan pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh dan menurut tata
laksana yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan."
10. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 31
(1) Pengawas dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dilengkapi tanda
pengenal dan surat tugas yang dikeluarkan oleh Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
(2) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:
a. memasuki
areal
lokasi
penghasil,
pemanfaatan,
pengumpulan,
pengolahan termasuk penimbunan akhir limbah B3;
b. mengambil contoh limbah B3 untuk diperiksa di laboratorium;
c. meminta
keterangan
yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan
pengelolaan limbah B3;
d. melakukan pemotretan sebagai kelengkapan laporan pengawasan."
11. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
"Pasal 35
(1) Penghasil, pemanfaat, pengangkut, dan pengolah limbah B3 bertanggung
jawab atas penanggulangan kecelakaan dan pencemaran lingkungan
akibat lepas atau tumpahnya limbah B3 yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan kecelakaan dan
pencemaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan."
12. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga seluruhnya berbunyi:
" Pasal 36
(1) Penghasil, pemanfaat, pengumpul, pengangkut, dan pengolah limbah B3
wajib segera menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
akibat kegiatannya.
(2) Apabila penghasil, pemanfaat, pengumpul, pengangkut, dan pengolah
limbah B3 tidak melakukan penanggulangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), atau menanggulangi tetapi tidak sebagaimana mestinya,
maka Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau pihak ketiga
atas permintaan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dapat
melakukan penanggulangan dengan biaya yang dibebankan kepada
penghasil,
dan/atau
pemanfaat,
dan/atau
pengumpul,
pengangkut, dan/atau pengolah limbah B3 yang bersangkutan."
dan/atau
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Mei 1995
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Mei 1995
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Ttd.
MOERDIONO
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 1995
TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
UMUM
Secara global dapat diamati telah berkembangnya teknologi pengelolaan
lingkungan yang dapat mengurangi jumlah, bahaya dan/atau daya racun limbah
B3. Teknologi pengelolaan lingkungan ini perlu memanfaatkan daya upaya
mengelola limbah B3, sehingga limbah B3 dapat dikendalikan. Pemanfaatan
teknologi pengelolaan lingkungan ini harus dapat mendorong perkembangan dan
penerapan teknologi bersih, sehingga dapat mengurangi jumlah limbah yang
dihasilkan oleh suatu proses.
Berkurangnya limbah suatu proses pada gilirannya akan mengurangi biaya
pengolahan limbah.
Pemanfaatan limbah B3, yang mencakup kegiatan daur-ulang (recycling),
perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) merupakan satu
mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Dengan teknologi
pemanfaatan limbah B3 di satu pihak dapat dikurangi jumlah B3 sehingga biaya
pengolahan limbah B3 juga dapat ditekan, dan di lain pihak akan dapat
meningkatkan kemanfaatan bahan baku.
Hal ini pada gilirannya akan mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya
alam.
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Cukup jelas
Angka 2
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "pengolah limbah B3 belum
tersedia" adalah pengolah limbah B3 yang lokasi
kegiatannya berada di daerah yang sama dengan
lokasi kegiatan penghasil dan/atau pemanfaat limbah
B3, sehingga lebih baik limbah B3 yang dihasilkan
penghasil
dan/atau
pemanfaat
limbah
B3
itu
dikumpulkan lebih dahulu oleh pengumpul limbah B3.
Ayat (8)
Kegiatan pemanfaatan limbah B3 akan menghasilkan
limbah B3 yang mempunyai risiko bahaya terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia apabila tidak
dikelola dengan baik. Karena itu pemanfaatan limbah
B3 juga harus mematuhi ketentuan yang berlaku bagi
penghasil limbah B3.
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Angka 3
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Angka 4
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Angka 5
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Angka 6
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Angka 7
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Angka 8
Pasal 27
Ayat (1)
Kenyataan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat
industri yang menggunakan limbah B3 sebagai bahan
baku. Di antara bahan baku tersebut berasal dari
dalam negeri, sedangkan kekurangannya diimpor.
Yang dimaksud dengan "penambahan kekurangan
bahan baku" disini adalah bahwa bahan baku limbah
B3 yang diimpor itu jumlahnya adalah sekedar untuk
mencapai
kelayakan
ekonomis
untuk
dilakukan
pemanfaatan. Namun demikian, perlu diambil langkah
untuk pada suatu saat tertentu menghentikan impor
limbah B3.
Hal ini berarti bahwa pada saat yang ditentukan
pemanfaatan limbah B3 hendaknya semata-mata
menggunakan limbah B3 sebagai bahan baku yang
berasal dari dalam negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ekspor limbah B3 hanya dapat dilaksanakan apabila
ada pernyataan tertulis dari instansi yang berwenang
dari negara tujuan ekspor limbah B3 bahwa di negara
tersebut mempunyai fasilitas pengolahan limbah B3
yang layak sehingga tidak menimbulkan risiko bahaya
bagi lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Ayat (4)
Pertimbangan dari Menteri Perindustrian menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan volume kebutuhan
penambahan kekurangan bahan baku berupa limbah
B3 yang perlu diimpor.
Pertimbangan dari Kepala
Dampak
Lingkungan
Badan
menyangkut
Pengendalian
hal-hal
yang
berkaitan dengan pengendalian dampak negatif yang
mungkin
timbul
akibat
kegiatan
pemanfaatan limbah B3 tersebut.
impor
dan
Pertimbangan-pertimbangan
tersebut
di
atas,
disampaikan kepada Menteri Perdagangan satu kali
dalam setahun.
Yang dapat mengimpor limbah B3 hanyalah importir
produsen dan jumlahnya tidak melampaui kapasitas
produksi yang senyatanya dalam satu tahun.
Angka 9
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Angka 10
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Angka 11
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Angka 12
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal II
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR NOMOR 3595 TAHUN 1995
Download