baitul maal - Google Groups

advertisement
BMT
.
sebagai
.
SARANA PEMBERDAYAAN UMMAT
BERBASIS MASJID
Sistematika Penyajian
• BMT dikaitkan dengan:
– Latar Belakang BMT
– Aspek Hukum.
– Masjid sbg basis pelaksanaan BMT.
– Masjid sbg Sarana Pemberdayaan ummat.
SEJARAH/LATAR BELAKANG BMT
• BAITUL MAAL: lembaga (non-privat) yg mengurusi
segala pemasukan dan pengeluaran “harta” di wilayah
kekuasaan Islam (Khilafah) sejak masa Rasulullah, para
khalifah hingga kehancuran Khilafah di Turki (1924).
• PEMASUKAN: dari fai', ghanimah/anfal, kharaj (pajak
bumi), jizyah (pajak kepala), usyr (pajak barang
ekspor/impor), pemasukan dari harta milik umum, harta
milik negara, khumus dari rikaz, tambang, serta harta
zakat.
• KINERJA: dinilai berdasarkan saldo minimal distribusi.
(semakin habis semakin berhasil).
BMT
• BMT merupakan inovasi bentuk LKM yg mampu
melakukan 2 peran yaitu sosial (Baitul Maal) dan bisnis
(Baitul Tamwil), yang tak dimiliki LKM lain seperti BPR
BKK (Badan Kredit Kecamatan), BUKP (Badan Usaha
Kredit Pedesaan), P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan), dll.
• BMT Jawaban thdp kebutuhan pengusaha mikro dan
masayarakat miskin/ekonomi lemah yg tak dapat
mengakses dana perbankan, krn unbankable, nilai
transaksi umumnya rendah sementaran intensitasnya
tinggi (harian).
• BMT salah satau solusi menjawab peningkatan
kesadaran dan meluasnya kebutuhan masayarakat
untuk bertransaksi/berekonomi dengan syariah.
• Akhir 2012 jml BMT scara nasional ±5.500 unit.
ASPEK HUKUM BMT
• Terkait Pemberlakuan:
– UU No.1 /2013 ttg LKM, perlu ditentukan:
• Karekteristik
• Permodalan
• Cakupan Wilayah
• Kegiatan Usaha
• Jumlah dana pihak ketiga yg akan dihimpun
• Jumlah penyaluran pinjaman
• Pemilik/pemegang saham dan pengurus
Perlu antisipasi resiko berubah bentuk menjadi “BANK” bila usaha
BMT berkembang malampaui batas Kota/Kabupaten (pasal 27).
– UU 17/2012 ttg Perkoperasaian, BMT berbadan hukum
Koperasi yg akan menjalankan sistem syariah karena
“dipaksa” masuk kedalam jenis “Koperasi Simpan Pinjam”
sehingga misleading terhadap Kepmen
91/Kep/M.KUMK/IX/2004 ttg Juklak KJKS yang sudah
dirasakan akomodatif terhadap kebutuhan KJKS untuk
bisa mengelola ZISWaf. UU ini menghambat diversifikasi
produk pembiayaan yg sebelumnya sangat mungkin
dilakukan oleh sebuah KJKS (murobahah dan ijaroh).
– UU 23/2011 ttg Pengelolaan Zakat, BMT sulit
memposisikan diri sebagai pengelola ZISWaf kecuali
sebagai UPZ Baznas.
“MASJID BASIS PENERAPAN BMT”
Baitul Maal (BM) di zaman Rasulullah dan sahabat
ditempatkan di masjid atau dibuatkan tempat di
dekat masjid saat harta ummat makin berlimpah.
Ketika pengumpulan dan distribusi harta BM
mencapai titik efektifitas maksimum di zaman
khalifah Umar bin Abdul Aziz justru mengalami
kesulitan mencari mustahik. Harta ummat begitu
berlimpah. Prestasi pencapaian kesejahteraan luar
biasa ini dimungkinkan karena masjid secara
terintegrasi difungsikan sbg sarana pemberdayaan
ummat.
Bagaimana kondisi masjid saat ini?
PERHATIKAN
PESAN ALLAH SWT
A’udzubillahiminasysyaithoonirrojiim
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”
QS Al A’raaf; 17:96
A’udzubillahiminasysyaithoonirrojiim
“Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta ialah
hati yang di dalam dada.”
Q.S. Al-Hajj [22]:46.
Gunakan mata-hati & kecerdasan iman……
LIHAT DENGAN MATA HATI......
APA PESAN AGUNG YANG ALLAH SWT
PERLIHATKAN DARI SISA-SISA BENCANA
DAHSYAT ITU?
“Apa yang Allah SWT sisakan?”
“…bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta ialah hati
yang di dalam dada………….”
Apa yang Allah SWT sisakan?!
“Masih belum jelas………….?!”
Apa yang Allah SWT sisakan?!
“Sekali lagi……… “
Apa yang Allah SWT sisakan?!
PESAN AGUNG APAKAH
yg ingin ALLAH SWT
sampaikan dari sisa
bencana dahsyat itu?
“Dan sesungguhnya Kami telah
membinasakan negeri-negeri di sekitarmu
dan Kami telah datangkan
tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang
supaya mereka kembali.”
Q.S. Al Ahqaaf 46:27
A’udzubillahiminasysyaithoonirrojiim
“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah
diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya
pada waktu pagi dan petang,
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh
jual-beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari)
membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi guncang.
(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan
balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.”
(QS An-Nur [24]: 36-38).
Kegiatan setelah Rasulullah menolak diberi
“negara” di Mekah dan Hijrah ke Madinah, maka
yang pertama dilakukan adalah MEMBANGUN
MASJID (Quba’ & Nabawi).
Keduanya dijuluki Allah masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Taubah [9]: 108).
PROFIL MASJID YG DIBANGUN ATAS DASAR TAQWA
Meski sederhana, berlantai tanah, dan
beratap pelepah kurma,
namun dari situlah tempat dibangunnya
PERADABAN DUNIA
MENGAPA BISA?
Rasulullah SAW dan para sahabat, sukses membangun peradaban &
kesejahteraan ummat, justru karena memusatkan seluruh kegiatannya
di MASJID.
Setidaknya ada 10 fungsi yang secara terintegrasi dijalankan oleh
Masjid pada saat itu, yakni sebagai tempat:
1. IBADAH/KEAGAMAAN.
(Sholat, Dzikir, Itiqaf)
2. BAITUL MAAL.
(Harta/Logistik/Keuangan)
3. MAJLIS ILMU.
(Transfer Ilmu: al quran, hadits, ilpengtek lainnya)
4. MAJLIS SYURA/PEMERINTAHAN.(Musyawarah, Perencanaan dll)
5. SINGGAH/GUESTHOUSE.
6. PERAWATAN KESEHATAN.
7. PENGADILAN
(Ahlussufah, Musafir & Tamu Negara)
(Merawat Org Sakit/Korban Perang)
(Peradilan)
8. TAHANAN
(Tawanan Perang)
9. PERTAHANAN.
(Alat/Latihan Militer)
10. PENERANGAN.
(Syiar / Pusat Info sosial : Yg Sakit/ Meninggal/
Butuh Bantuan Dll))
Terima Kasih
Rasulullah Saw. Bersabda:
”Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai
masjid (tempat sujud) dan sarana penyucian diri”
(HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah).
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Sampai kamu masuk kedalam kubur
Janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui,
Dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui,
Janganlah begitu jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin
Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul
yaqin
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”
(QS Takaatsur [102]: 1-8).
Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, telah didiskusikan dan
disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila
memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk:
a. shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
b. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk
tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
c. Ruang pertemuan dan perpustakaan.
d. Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat.
e. Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
• Karena itu Al-Quran sural Al-Jin (72): 18, misalnya, menegaskan bahwa:
“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena itu janganlah
menyembah sesuatupun selain Allah”.
• Rasul Saw. Bersabda:
”Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan
sarana penyucian diri”
(HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah).
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan
sarana penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan
tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu
tetapi kata masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas
manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT.
Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak,
sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.
Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi
pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun di dalam ruanganruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura
(musyawarah).
Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbullah lembaga-lembaga baru yang
mengambil-alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu organisasiorganisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai
pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu
memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid.
Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan
Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak berarti
bahwa masjid tidak dapat berperan di dalam hal-hal tersebut.
Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melakukan kesepuluh peran tadi.
Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada
kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas.
Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya
harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanakkanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit,
serta kaya dan miskin.
Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun
harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub.
Hal terakhir ini perlu mendapat perhatian, karena menurut pengamatan
sementara pakar, sejarah kaum Muslim menunjukkan bahwa perhatian yang
berlebihan terhadap nilai-nilai arsitektur dan estetika suatu masjid sering ditandai
dengan kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhan
fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsitektur dan estetika dijadikan
kompensasi untuk menutup-nutupi kekurangan atau kelumpuhan tersebut.
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari
segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti
patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian
dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari
makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan
untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud."
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum
Muslim.
Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka
hakikatnya masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung
kepatuhan kepada Allah semata.
“BAITUL MAAL”
BAITUL MAAL: lembaga (non-privat) yg mengurusi segala
pemasukan dan pengeluaran “harta” di wilayah kekuasaan
Islam (Khilafah) sejak masa Rasulullah, para khalifah
hingga kehancuran Khilafah di Turki (1924).
PEMASUKAN: dari fai', ghanimah/anfal, kharaj (pajak
bumi), jizyah (pajak kepala), usyr (pajak barang
ekspor/impor), pemasukan dari harta milik umum, harta
milik negara, khumus dari rikaz, tambang, serta harta zakat.
KINERJA: dinilai berdasarkan saldo minimal distribusi.
(semakin habis semakin berhasil).
BAITUL MAAL (Lanj.)
PERUNTUKAN:
(1)Untuk mustahiq zakat (fullfilment basic need 8 gol),
(2)penanggulangan kekurangan /& pelaksanaan
jihad,
(3)pengganti/kompensasi (badal/ujrah), seperti gaji
pegawai khilafah,
(4)untuk kemaslahatan umum yang merupakan
keharusan (jalan, jembatan, pasar, pendidikan
kesehatan dll),
(5)untuk kemaslahatan umum yang tidak merupakan
keharusan (jalan tol dll), dan
(6)untuk kondisi darurat (bencana alam, dll).
8 GOLONGAN MUSTAHIQ ZAKAT (QS 9:60)
(1) FAKIR (tak mampu/punya usaha)
(2) MISKIN (ada usaha tapi belum mencukupi)
(3) AMILIN (pengurus zakat)
(4) MUALAF
(5) MEMERDEKAKAN BUDAK
(6) GHARIMIN
(7) IBNU SABIL
(8) SABILILLAH
(QS AtTaubah 9:60)
KRITERIA GHORIMIN
Diantaranya:
1. Hutang pribadi, dengan syarat:
a. Bukan sebab maksiat.
b. Utang itu melilit pelakunya.
c. Bangkrut/sudah tidak mampu/tak ada asset pengganti.
d. Sudah jatuh tempo.
2. Berutang karena menjamin utang orang lain dan
keduanya berada dalam kondisi kesulitan keuangan.
3. Berutang untuk pembayaran diyat (denda) karena
pembunuhan tidak sengaja oleh pelaku dari keluarga
(aqilah) yang tidak mampu.
4. Berutang untuk mendamaikan pertikaian baik tanpa atau
dengan biaya diyat (denda kriminal) atau kompensasi
barang-barang yang dirusak.
POTENSI ZAKAT?
Kisah Pemberdayaan ala Rasulullah
•Anas bin Malik menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan
Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada
pengemis tersebut, "Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?" Pengemis itu
menjawab, "Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah
cangkir." Rasul langsung berkata, "Ambil dan serahkan ke saya!" Lalu pengemis itu
menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menawarkannya kepada para
sahabat, "Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?" Seorang sahabat menyahut,
"Saya beli dengan satu dirham." Rasulullah menawarkanya kembali,"adakah di antara kalian
yang ingin membayar lebih?" Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan
harga dua dirham.
Rasulullah menyuruh pengemis itu untuk membelanjakannya makanan untuk keluarganya
dan selebihnya, Rasulullah menyuruhnya untuk membeli kapak. Rasullulah bersbada,
"Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin
melihatmu." Sambil melepas kepergiannya Rasulullah pun memberinya uang untuk
ongkos.
Setelah dua minggu pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah sambil membawa
uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk membeli
pakaian dan makanan untuk keluarganya, seraya bersada, "Hal ini lebih baik bagi kamu,
karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak
bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak
mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang
tidak bisa berusaha." (HR Abu Daud).
“SKEMA PEMBERDAYAAN SYARIAH UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN UMMAT”
LEMBAGA
DKM:
??????
ZISWaf
BAITUL
MAAL
)
BMT
(Syariah)
Pendayagunaan
Infaq,Shodaqoh
-Pembiayaan,
-Pendampingan dll.
zakat
Zakat, Infaq,
Shodaqoh
UNTUNG
USAHA
ANGGOTA
Recovery
Angsuran
+ Basil
RUGI
uper
GHORIMIN
???
uber
TANGGUNG
RENTENG
MUZAKI
Angsuran
“Sistem Syariah!”
• Lost & Profit sharing
– Dana, produk, tanggungrenteng, ikrar & recovery
system
• Accountability
– Catatan usaha/pembukuan
• Intensive monev
– Pendampingan usaha, manajemen & keuangan
• Human resource
– Peningkatan pemahaman pelaku melalui pembinaan/
pendidikan (Motivasi, koperasi, keuangan/
kewirausahaan, jaringan usaha, PKRT)
KESIMPULAN
• Perangkat hukum yang ada belum sepenuhnya
mendukung pelaksanaan sistem syariah.
• Masih terjadi misleading penggunaan istilah yg
ikut mereduksi efektifitas sistem syariah dlm
meningkatkan kesejahteraan.
• Reduksi fungsi masjid dan belum terintegrasinya
upaya pemberdayaan ummat menyebabkan
pencapaian kesejahteraan tidak maksimal.
TABEL ZAKAT PRAKTIS
JENIS ZAKAT
NISHAB
1 Emas & Perak
85 gr emas=595gr perak
2 Hasil Pertanian
3 Perniagaan
653 kg gabah=524 kg
beras
(=85 gr emas)
4 Tabungan
(=85 gr emas)
5 Investasi
(=653 kg gabah=524 kg
beras)
6 Pendapatan/profesi/ (=653 kg gabah=524 kg
gaji
beras)
7 Pertambangan
(=85 gr emas)
BESARAN
KET
2,5%
1th
10% alam, 5% irigasi
saat panen
2,5% total asset bersih
1th
2,5% total saldo
1th
10% bruto; 5% netto
tiap
pembagian
sebaiknya
saat terima
saat terima
2,5%
20%
8 Unta
x5, 25-35, 36-45,…
1 kambing, 1->2th, 1->3th… saat terpenuhi
9 Sapi
30-39, 40-59, 60-69,…
1->2th, 1->3th, 2->2th…
saat terpenuhi
10 Kambing
40-120, 121-200, 201300,…
1,2,3,…
saat terpenuhi
Download