- Free Documents

advertisement
Askep GERD Gastroesophageal Reflux Disease
BAB I Latar Belakang GERD Gastroesofageal Reflux Disease adalah suatu penyakit yang
jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang
berat seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus
adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang,
terutama setelah makan Asroel, . GERD adalah penyakit organ esofagus yang banyak
ditemukan di negara Barat. Berbagai survei menunjukkan bahwa populasi dewasa menderita
heartburn rasa panas membakar di daerah retrosternal, suatu keluhan klasik GERD. Di
Indonesia, penyakit ini sepintas tidak banyak ditemukan. Hanya sebagaian kecil pasien
GERD datang berobat pada dokter karena pada umumnya keluhannya ringan dan
menghilang setelah diobati sendiri dengan antasida. Dengan demikian hanya kasus yang
berat dan disertai kelainan endoskopi dan berbagai macam komplikasinya yang datang
berobat ke dokter Djajapranata, . Prevalensi PRG bervariasi tergantung letak geografis,
tetapi angka tertinggi terjadi di Negara Barat. Trend prevalensi GERD di Asia meningkat. Di
Hongkong meningkat dari , menjadi . Sedangkan berdasarkan data salah satu rumah sakit di
Indonesi, RSCM menunjukkan peningkatan signifikan dari menjadi dalam kurun waktu tahun.
Asian Burning Desire Survey membuktikan bahwa pemahaman tentang GERD pada
populasi di Indonesia adalah yang terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar , sedangkan di
Taiwan mencapai dan Hongkong . Antara lakilaki dan perempuan tidak terdapat perbedaan
insidensi yang begitu jelas, kecuali jika dihubungkan dengan kehamilan dan kemungkinan
nonerosive reflux disease lebih terlihat pada wanita. Walaupun perbedaan jenis kelamin
bukan menjadi faktor utama dalam perkembangan PRG, namun Barretts esophagus lebih
sering terjadi pada lakilaki. Gastroesophageal reflux disease GERD terdiri dari spektrum
gangguan yang terkait, termasuk hernia hiatus, reflux disease dengan gejala yang terkait,
esofagitis erosif, striktur peptikum, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. Selain
beberapa patofisiologi dan hubungan antara beberapa gangguan ini, GERD juga ditandai
dengan terjadinya komorbiditas pada pasien yang identik dan oleh epidemiologi perilaku
yang serupa diantara mereka. B. Tujuan . Mengetahui dan memahami definisi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, terapi, dan komplikasi dari GERD. .
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien GERD. A.
penghambat saluran kalsium. HCL. Ketahanan epitel esofagus menurun . . Mengkonsumsi
makanan berasam. Infeksi H. adanya pepsin. progesteron. Non acid refluks refluks gas
menyebabkan hipersensitivitas . Keadaan ini baru dikatakan patologis. dinamakan refluks
fisiologis. isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung.
C. bila refluks terjadi berulangulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi
lambung untuk waktu yang lama. coklat. . . dan obatobatan yang bertentangan dengan
fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik
seperti beberapa antihistamin. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi
peristaltik primer. merokok.BAB II A. Menurunnya tonus LES Lower Esophageal Sphincter .
pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi
pada saat menelan. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun . garam empedu. seperti
erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus Susanto. Refluks sejenak ini tidak merusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. . Bahan refluksat mengenai
dinding esofagus yaitu Ph lt. seperti penyempitan kerongkongan Yusuf. . atau aliran
retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. refluks ini terjadi pada posisi tegak
sewaktu habis makan. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks . Kelaianan anatomi. ETIOLOGI Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi .
Pada orang normal. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan
lambung. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES
tidak ada atau sangat rendah lt mmHg Aru. dan nitrat. Pada individu normal. . Oleh karena
itu. minuman berkafein dan berkarbonat. PATOFISIOLOGI Esofagus dan gaster dipisahkan
oleh suatu zona tekanan tinggi high pressure zoneyang dihasilkan oleh kontraksi Lower
esophageal sphincter. Kelainan pada lambung . B. alkohol. DEFINISI Penyakit refluks
gastroesofageal Gastroesophageal Reflux Disease/GERD didefinisikan sebagai suatu
keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang
menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu troublesome di esofagus maupun ekstra
esofagus dan atau komplikasi Susanto. . Pylori dengan corpus predominan gastritis .
. bersihan asam dari lumen esophagus. dari bawah ke atas ataupun sebaliknya Hadi. .
esophagus tidak memiliki lapisan mukus yang melindungi mukosa esophagus. Terjadinya
aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan motilitas / pergerakan
esofagus bagian ujung bawah. sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi atau
melemah oleh peningkatan tekanan intra abdominal sehingga terbentuk rongga diantara
esofagus dan lambung. serta mengeluarkan ion H dan CO Selsel esophagus memiliki
kemampuan untuk mentransport ion H . . . Bersihan asam dari lumen esophagus
Faktorfaktor yang berperan dalam bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi. b.
Faktorfaktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus hernia. Isi lambung
mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. dan faktor hormonal. Mekanisme
ketahanan ephitelial esophagus terdiri dari Membran sel Batas intraseluler intracellular
junction yang membatasi difusi H ke jaringan esophagus Aliran darah esophagus yang
mensuplai nutrien. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut atau penurunan
kekuatan otot tersebut. dan bikarbonat. Pemisah antirefluks Pemeran terbesar pemisah
antirefluks adalah tonus LES. dan bikarbonat. makin rendah tonusnya. dan ketahanan
ephitelial esophagus. Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan
daya pilorik. beta adrenergik. maka isi lambung tersebut tetap berada di esofagus dan
peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung. obatobatan misal antikolinergik.
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya. Yang termasuk faktor defensif
esophagus. Pada proses terjadinya refluks. panjang LES makin pendek LES. mulut atau
nasofaring Hadi. dan hubungannya dengan makan. Jika isi lambung mencapai esofagus
bagian proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi. . Pada bagian ujung ini terdapat
otot pengatur sfingter disebut LES. sehingga dapat terjadi arus balik atau refluks cairan atau
asam lambung. lamanya. adalah pemisah antirefluks. Setelah terjadi refluks sebagian besar
bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang dirangsang oleh
proses menelan. . peristaltik. Ketahanan epithelial esophagus Berbeda dengan lambung dan
duodenum. yang fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu
arah dari atas ke bawah menuju usus besar. peningkatan kadar progesteron dapat
menurunkan tonus LES. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap
distensi esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring. volume. oksigen. c. . Menurunnya
tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya
peningkatan tekanan intraabdomen. Patogenesis terjadinya GERD menyangkut
keseimbangan antara faktor defensif dari esophagus dan faktor efensif dari bahan
reflukstat.a. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang normal.
laring. eksrkresi air liur. Selama kehamilan.
tukak. Tes Perfusi Asam Bernstein untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus
terhadap asam. . atau penyempitan lumen. Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan.
. yang dialirkan ke esofagus. Batuk kronik dan kadang wheezing . Odinofagia Bestari. .
Kemudian mulut terasa asam dan pahit. yaitu kondisi dimana material lambung terasa di
faring. E. Regurgitasi. PEMERIKSAAN PENUNJANG . gambar radiologi dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa. striktur. Pneumonia . Endoskopi Dewasa ini
endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi pasien dengan
dugaan PRGE. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur Yusuf.D. Gejala lain .
Pada keadaan yang lebih berat. . Fibrosis paru . Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL
. terutama pada kasus esofagitis ringan. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti
diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Gejala GERD merupakan
tipikal. Suara serak . . Penurunan berat badan . Namun harus diingat bahwa PRGE tidak
selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan
ini merupakan biopsi. yaitu . Heart Burn. Anemia . Nyeri dada nonkardiak Yusuf. dan
berguna pula untuk pengobatan dilatasi endoskopi. Hematemesis atau melena . . Tes
Provokatif a. TANDA DAN GEJALA Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal
esofagus dan gejala atipikal ekstraesofagus. Di samping itu hanya sekitar pasien PRGE
menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Bronkiektasis .
Gejala heartburn adalah gejala tersering. . Disfagia. Radiologi Pemeriksaan ini kurang peka
dan seringkali tidak menunjukkan kelainan. Gejala Atipikal . yaitu sensasi terbakar di daerah
retrosternal.
displasia atau keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD Yusuf. Dengan dosis g/kg
berat badan untuk menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari
rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal
esofagus. Tes positif bila keluhan hilang selama satu minggu. Pengukuran pH dan tekanan
esofagus Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya
RGE. F. Tes Edrofonium Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang
disuntikan intravena. . . Tes GastroEsophageal Scintigraphy Tes ini menggunakan bahan
radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus dan sifatnya non invasif Djajapranata.
TERAPI . . . . sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan
motorik esofagus. Tes PPI Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama minggu
pada pasien yang diduga menderita GERD. pH dibawah pada jarak cm diatas SEB dianggap
diagnostik untuk RGE. Histopatologi Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia. b. Cara
lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan alat yang
mencatat secara terus menerus selama jam pH intra esofagus dan tekanan manometrik
esofagus. Manometri esofagus Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah
pemberian terapi pada pasien NERD. dan striktur. Selama rekaman pasien dapat memeberi
tanda serangan dada yang dialaminya. Tes ini mempunyai sensitivitas . erosi. Pemeriksaaan
Esofagogram Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan
mukosa esofagus. . . Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas
esofagus. .Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut
kepustakaan berkisar antara . Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk
memastikan adanya PRGE.
a. c. . d. h. Tujuan dari jenis terapi ini adalah untuk mengurangi penggunaan obat. . dan
mencegah berkembangnya komplikasi. endoscopic suturing. Terapi terhadap Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. terutama di daerah pinggang
Terapi Endoskopik. Terapi ini masih terus dikembangkan. bila gagal juga lakukanlah operasi.
Terapi medika mentosa.domperidon. mempercepat penyembuhan mukosa yang terluka. Bila
terjadi rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa esophagus
dari squamous menjadi kolumnar yang metaplastik sebagai esophagus barrets premaligna
dan dapat menjadi karsinoma barrets esophagus Striktur esophagus Bila pasien mengeluh
disfagia dan diameter strikturnya kurang dari mm maka dapat dilakukan dilatasi busi. f. g. a.
mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi refluks esofageal. dan endoscopic
emplatation. meningkatkan kualitas hidup. b. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan
pada terapi medika mentosa Step up Awal pengobatan pasien diberikan obatobat yang
kurang kuat menekan sekresi asam seperti antacid. dan mengurangi reflux.. Terapi GERD
ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejalagejala pasien. antagonis reseptor H
simetidin. a. Barrets esophagus . Contohnya adalah radiofrekuensi. ranitidine. e. . famotidin.
Step down Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI dan setelah berhasil lanjutkan
dengan supresi asam yang lebih lemah untuk pemeliharaan. Terapi diarahkan pada
peningkatan mekanisme pertahanan yang mencegah refluks dan atau mengurangi
faktorfaktor yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa. Radiofrekuensi
adalah dengan memanaskan gastroesophageal junction. nizatidin atau golongan prokinetik
metoklorpamid.cisaprid bila gagal berikan obatobat supresi asam yang lebih kuat dengan
masa terapi lebih lama PPI. b. Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini
adalah supresi pengeluaran asam lambung. Modifikasi Gaya Hidup Tidak merokok Tempat
tidur bagian kepala ditinggikan Tidak minum alkohol Diet rendah lemak Hindari mengangkat
barang berat Penurunan berat badan pada pasien gemuk Jangan makan terlalu kenyang
Hindari pakaian yang ketat. b.
hematemesis atau melena. . Striktur esofagus . PENGKAJIAN a. Tandatanda vital Meliputi
pemeriksaan . Keluhan utama Dikaji Awitan. Respiratory rate . Keluhan atipikal
eskstraesofagus batuk kronik. H. bronkiektasis. pneumonia. Suhu c. Lokasi. b. Esofagitis
ulseratif . suara serak. Tekanan darah sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda.
durasi. Keadaan umum Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan. KOMPLIKASI
Komplikasi GERD antara lain . fibrosis paru. yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi
kolumner metaplastik. Perdarahan . kualitas dan karakteristik. Selain terapi bedah dapat juga
dilakukan terapi endoskopi baik menggunakan energy radiofrekuensi. . Riwayat penyakit
keluarga f. plikasi gastric luminal atau dengan implantasi endoskopi walapun cara ini masih
dalam penelitian. . odinofagia.Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang dilakukan
adalah terapi bedah fundoskopi. Keluhan lain penurunan berat badan. d. manifestasi yang
berhubungan Keluhan tipikal esofagus heartburn. anemia. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit gastrointestinal lain Obatobatan yang mempengaruhi asam lambung Alergi/reaksi
respon imun e. Esofagus barret. tingkat keperahan. regurgitasi. kaji tekanan nadi.
Djajapranata. Pola Fungsi Keperawatan . G. dan disfagia. faktor pencetus. . Aspirasi Asroel.
dan nyeri dada nonkardiak. Pulse rate . tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon
verbal klien. dan kondisi patologis.
. Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah. Data obyektif Tidak terjadi perubahan tingkat
kesadaran. Tidak terjadi perubahan tonus otot. S klien mengatakan skala nyeri . . . Nyeri /
kenyamanan Data Subyektif Klien mengatakan mengalami nyeri pada daerah epigastrium.
Aktivitas dan istirahat Data Subyektif Klien mengatakan agak sulit beraktivitas karena nyeri di
daerah epigastrium. P nyeri terjadi akibat perangsangan nervus pada esophagus oleh cairan
refluks. Data obyektif Status mental baik. Data Obyektif Klien tampak tidak memakan
makanan yang disediakan. Sensori neural Data Subyektif Klien mengatakan ada rasa pahit
di lidah. Sirkulasi Data Subyektif Klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami demam.
Eliminasi Data Subyektif Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi. . Klien
mengatakan susah menelan.. oC Kadar WBC meningkat. . Makan/ minum Data Subyektif
Klien mengatakan mengalami mual muntah. Data obyektif Bising usus menurun ltx/menit .
Nyeri pada dada menetap. Data Obyektif Suhu tubuh normal . . Q klien mengatakan nyeri
terasa seperti terbakar R klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah epigastrium. seperti
terbakar. T klien mengatakan nyerinya terjadi pada saat menelan makanan. Klien
mengatakan tidak nafsu makan.
Pemeriksaan Fisik . Pemeriksaan tanda vital Meliputi nadi frekuensi. mata . Klien terlihat
batuk. Interaksi sosial Data Subyektif Klien mengatakan suaranya serak Klien mengatakan
agak susah berbicara dengan orang lain karena suaranya tidak jelas terdengar. somnolent.
sopor. Tekanan darah klien meningkat Klien tampak gelisah . Rambut Dapat dinilai dari
warna. ikterus. . g. Kelenjar getah bening Dapat dinilai dari bentuknya serta tandatanda
radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior. apathis. pola pernafasan dan suhu
tubuh. turgor. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu pada bayi gt x/mnt dan pada
anakanak gt x/menit. kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti
compos mentis. irama. inguinal. kualitas. kelebatan. pernafasan frekuensi. Respirasi Data
Subyektif Klien mengatakan bahwa ia mengalami sesak napas. kedalaman. pucat. . rambut
dan kulit kepala. Keadaan umum Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien. Data obyektif Suara klien terdengar serak Suara
klien tidak terdengar jelas. Pemeriksaan kulit. . Klien mengatakan mengalami batuk Data
obyektif Terlihat ada sesak napas. sianosis. rambut dan kelenjar getah bening. Klien tampak
memegang bagian yang nyeri. . kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. irama. distribusi
dan karakteristik lain. tekanan darah. oksipital dan retroaurikuler.Data Obyektif Klien tampak
meringis kesakitan. ubunubun fontanel. Kulit Warna meliputi pigmentasi. Pemeriksaan
kepala dan leher Kepala Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala. wajahnya asimetris
atau ada/tidaknya pembengkakan. eritema dan lainlain. Keamanan Data Subyektif Klien
mengatakan merasa cemas Data obyektif Klien tampak gelisah . Terdapat penggunaan otot
bantu napas. koma dan delirium.
posisi. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia. Pemeriksaan abdomen data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang
ukuran atau bentuk perut. muntah. pupil. basah dan kering. ada tidaknya massa di leher.
krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya. Defisit
volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang. limpa. pada bagian telinga
dapat dinilai pada daun telinga. krepitasi. dinding perut. apabila terjadi konsolidasi jarngan
paru. ada tidaknya tanda radang. . . mastoid. dengan ditentukan ukuran. ada/tidaknya
fremitus suara. pergerakan nafas. bentuk. penurunan refluks laring dan glotis terhadap
cairan refluks. adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati. mual. getaran bising thriil. mual dan muntah / pengeluaran yang
berlebihan. lensa. apabila udara di paru atau pleura bertambah. Pemeriksaan dada Yang
diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan jantung. INTERVENSI Diagnosa
No. . . keseimbangan dan gaya berjalan. dan lainlain serta pada saat auskultasi paru dapat
ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi. gusi. keadaan paru yang
meliputi simetris apa tidaknya. lobus kiri bawah. . bising usus. atau bising jantung dan
lainlain . . ginjal. bunyi gesekan dan lainlai pada daerah lobus kanan atas. . hidung dan mulut
ada tidaknya trismus kesukaran membuka mulut. liang telinga. Ansietas berhubungan
dengan proses penyakit. palpebrae. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis diperiksa
adanya rentang gerak.dilihat dari visus. genggaman tangan. Gangguan menelan
berhubungan dengan penyempitan/striktur pada esophagus akibatgastroesofageal reflux
disease. bunyi jantung. bibir. alis bulu mata. redup atau pekak. K. lidah. Leher Kaku kuduk.
membran timpani. rektum serta genetalianya. Perencanaan Rasional . Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan. konsistensi dan
ada tidaknya nyeri telan . ketajaman pendengaran. kemudian pada pemeriksaan jantung
dapat diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel. Nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus. otot kaki. konjungtiva. Secara umum
ditanyakan bentuk dadanya. DIAGNOSA . Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan
menelan. kemudian pemeriksaan pada daerah anus. J. sklera. dan lainlain. kandung kencing
yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut. bagaimanahipersonor
atau timpani. salivasi.
Pasien mampu menelan. mudah bernafas. BJ urine Monitor status hidrasi. dengan mudah.
peningkatan risiko dehidrasi. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang. Menghindari terjadinya risiko aspirasi yang terlalu tinggi. Kaji tanda vital.. turgor kulit
dan kelembaban membran . keadekuatan penggantian cairan. frekuensi pernafasan
normalskala . Hindari makan kalau .. penurunan refleks laring dan glotis terhadap cairan
refluks. Kriteria Hasil Setelah dilakukan .. interstisial dan atau interseluler. Naikkan kepala
derajat setelah makan.. memobilisasi dan mengeluarkan sekret. Risiko aspirasi berhubungan
dengan hambatan menelan.x jam.. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia BB.
dan mampumelakukan oral hygiene skala Jalan nafas paten. catat perubahan TD. . Dapat
membatasi ekspansi residu masih banyak gastroesofagus Status hasil Klien dapat bernafas .
takikardi. Mengarah ke dehidrasi kehilangan Setelah dilakukan . . Potong makanan kecil
kecil. .. dengan kriteria hasil Intervensi Monitor tingkat . Perubahan pada kapasitas gaster
dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuahan cairan. reflek batuk maksimal
dan alat pembersihan dan kemampuan menelan. tindakan keperawatan selama . mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan. Definisi penurunan cairan intravaskuler. tindakan
keperawatan selama. Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru. tidak irama. tidak
merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal skala .. defisit volume cairan pada klien
dapat diatasi dengan kriteria hasil . . mengunyah tanpa terjadi aspirasi. Meningkatkan
ekspansi paru kesadaran. Indikator dehidrasi/hipovolemia. jalan napas.x jam masalah
aspirasi pada klien dapat diatasi .
. Berikan cairan tambahan .. . Buat jadwal masukan tiap . Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual dan muntah. Dorong
masukan oral bila infasif dan kembali ke normal. Menggantikan kehilangan IV sesuai
indikasi.x jam. makanan yang disukainya dan makanan yang tidak disukainya. turgor kulit
baik dan tidak ada rasa haus . kapasitas gaster menurun kurang dari ml. mukosa. Beritahu
pasien untuk Tidak ada penurunan duduk saat makan/minum.cairan dengan pengeluaran
normal skala sodium. Setelah tindakan pembagian. Setelah dilakukan . elastisitas memenuhi
cairan per oral. mampu Berat badan stabil skala Hematokrit skala menurun Tidak ada
ascites skala . kemungkinan .. Memungkinkan penghentian yang berlebihan skala tindakan
dukungan cairan . cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam Tidak ada
tandatanda fase segera dan pasien mampu dehidrasi. nutrisi pada klien dapat diatasi
dengan kriteria hasil Diskusikan pada pasien . tidak cukup untuk Status hasil berat jam.
sehingga perlu makan sedikit/sering. Anjurkan mengukur keperluan metabolisme
Peningkatan badan sesuai dengan cairan/makanan dan tubuh tujuan skala minum sedikit
demi sedikit atau makan secara Tidak ada tandatanda perlahan. . Tekankan pentingnya
berarti skala menyadari kenyang dan Menurunkan aspirasi. Definisi intake nutrisi .. tindakan
keperawatan selama . malnutrisi skala . Dengan memilih makanan yang disukai pasien maka
selera makan si pasien akan bertambah dan dapat mengurangi rasa mual dan muntah. berat
badan yang .
pasien tidak mengalami nyeri. dengan kriteria hasil .. intensitas. frekuensi dan tanda . Perlu
bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi Kurangi faktor presipitasi
. Berikan analgesik untuk .x esofagus jam. Dengan berkurangnya faktor nyeri pencetus nyeri
maka pasien tidak terlalu merasakan intensitas nyeri. Meningkatkan relaksasi. Stamina dan
energi ada skala menghentikan masukan. Perlu penanganan obat untuk Tanda vital dalam
mengurangi nyeri memudahkan istirahat adekuat .. Mampu mengontrol nyeri tahu penyebab
nyeri. mampu . . Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri.Mengidentifikasi
skala nutrisi skala . . Pemberian informasi yang berulang dapat mengurangi rasa kecemasan
pasien terhadap rasa nyerinya. mencari bantuan Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan . Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi . Nyeri akut
berhubungan Setelah dilakukan dengan inflamasi lapisan tindakan keperawatan selama .
distraksi dan kompres hangat/dingin. Buat jadwal teratur setelah pulang.. Menurunkan
tegangan Tingkatkan istirahat abdomen dan meningkatkan rasa kontrol. Mampu mengenali
nyeri skala. dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam. . dengan ahli . memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping. berapa lama nyeri akan berkurang.
menggunakan tehnik nonfarmakologiuntuk mengurangi nyeri.. . Kolaborasi gizi . manajemen
nyeri .. Makan berlebihan dapat mengakibatkan mual dan Timbang berat badan tiap muntah
hari.
dilakukan . Status hasil Klien dapat menelan makanan dengan sempurna skala . Dorong
pasien untuk ..... Gangguan Menelan berhubungan dengan penyempitan/strikture pada
esophagus akibat gastroesophegal reflux disease Bantu pasien dengan .. tindakan
keperawatan selama .. . Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan. irama
. Atur intake untuk cairan .. jika perlu Status hasil jalan nafas yang paten tidak tercekik..
Pasien dapat berkonsentrasi Berikan makan perlahan pada mekanisme makan tanpa pada
lingkungan yang adnya gangguan distraksi dari tenang luar Memberikan kesempatan untuk
memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis. Letakkan pasien
pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan.. Berikan informasi yang .x jam.
Keseimbangan akan stabil apabila antara pemasukan dan pengeluaran diatur . nafas dan
pola nafas mengoptimalkan dalam rentang normal keseimbangan. ansietas pada klien dapat
diatasi dengan kriteria hasil . Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan
menurunkan rasa ansietas dan .rentang normal Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan Setelah dilakukan .
Menetralkan hiperekstensi .x jam maka gangguan menelan pada klien dapat diatasi dengan
kriteria hasil . mengontrol kepala membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan
kemampuan untuk menelan. dapat dipercaya dan Menyingkirkan tanda konsisten dan
dukungan . skala Setelah dilakukan .. Posisikan pasien untuk . Ansietas berhubungan
Setelah tindakan keperawatan mengungkapkan pikiran dengan proses penyakit selama .
Fisioterapi dada dapat mengeluarkan sisa sekret yang masih tertinggal.x jam klien dapat
menunjukkan kriteria hasil . Lakukan fisioterapi dada ... dan perasaan. .. tindakan
keperawatan memaksimalkan ventilasi selama . dan penyembuhan Peninggian kepala
tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
Evaluasi a. pasien tidak sendiri atau ditolak. f. c. d. Bersihan jalan nafas efektif.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya endoskopi. kandungan cairan
lambung. BAB III A. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan
analisa gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. . mengembangkan Mencari informasi
kepercayaan. bicara skala dengan menyentuh bila . mekanisme bersihan oleh
esofagus.kecemasan skala untuk orang terdekat. regurgitasi. Gangguan menelan pada klien
dapat diatasi g. tes perfusi Berstein. nyeri di dada. Memudahkan istirahat. koping skala
menghemat energi dan meningkatkan kemampuan . Ketidakseimbangan nutrisi pada pasien
GERD dapat ditangani. e. Risiko aspirasi pada klien dapat diatasi b. tes gastroesophageal
scintigraphy. pengukuran pH. Ansietas pada pasien dapat diatasi. Memberikan keyakinan
bahwa tepat. Defisit volume cairan dapat diatasi. Tingkatkan rasa tenang Merencanakan
strategi dan lingkungan tenang. . dan resistensi sel epitel esofagus. untuk menurunkan
cemas skala L. Pertahankan kontak sering koping. rasa takut. KESIMPULAN .
Gastroesofageal reflux disease GERD adalah suatu kondisi dimana cairan lambung
mengalami refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar.
Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu mekanisme antirefluks. . Intensitas
kecemasan dengan pasien. Nyeri akut pada pasien dapat diatasi. radiologi. Manifestasi klinis
GERD meliputi gejala tipikal esofagus dan atipikal ekstraesofagus. dan komplikasi.
. B. . Indrawan. GERD merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan jangka
panjang. no. Individu yang mengalami keluhankeluhan refluks gastroesofagus perlu mencari
pengobatan sedini mungkin sehingga keluhan berat dan komplikasi dapat dicegah. esofagitis
ulseratif. . Makalah ini dapat digunakan sebagai penunjang mahasiswa keperawatan ketika
praktik di klinik dan sebaiknya perlu disempurnakan lagi dengan referensi yang terbaru. d.
Bestari. muntah Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus. Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan GERD yaitu Risiko aspirasi
berhubungan dengan hambatan menelan. Harry. Asroel. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi Ketiga. e. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada
esophagus akibatgastroesofageal reflux disease. SARAN . a. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan. Ansietas berhubungan
dengan proses penyakit. terapi endoskopi. Hasan Sadikin Bandung CDK / vol. Pengobatan
yang dapat diberikan pada klien GERD meliputi modifikasi gaya hidup. . . penurunan refluks
laring dan glotis terhadap cairan refluks. Muhammad Begawan. mual. Defisit volume cairan
berhubungan dengan pemasukan yang kurang. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. perdarahan. Buku Ajar Ilmu Bedah
Jilid I Edisi IV . Bagi tenaga kesehatan maupun tenaga pengajar perlu memberikan
sumbangsih penelitian maupun referensi mengenai penyakit Gastroesophageal Reflux
Disease GERD mengingat sedikit dijumpai referensi penunjang mengenai penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA Aru. Jakarta FKUI. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Indonesia. Penatalaksanaan Gastroesofageal Reflux Disease GERD. b.
Komplikasi penyakit GERD diantaranya Esofagus barret. Penyakit Refluks Gastroesofagus .
dan terapi komplikasi. Divisi GastroenteroHepatologi. g. . / November . Djajapranata.
Sudoyo. terapi medikamentosa. dan aspirasi. mual dan muntah / pengeluaran yang
berlebihan. f.. . c. Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedoketeran Bagian Tenggorokan
Hidung dan Telinga. striktur esofagus.
Edition September . Ismail.PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol.Sujono. Jakarta
FKUI. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease GERD Secara Klinis. Yusuf. .November .
Bandung Penerbit PT Alumni. Hadi. . Gastroenterologi Edisi VII . Susanto. Gambaran Klinis
dan Endoskopi Penyakit Refluks Gastroesofagus . . No. . . Agus dkk..
Download