BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional diartikan sebagai proses tukar menukar
yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang
harus mempunyai kebebasan menentukan apakah dia mau melakukan
perdagangan atau tidak. Perdagangan hanya akan terjadi jika tidak ada satu
pihak yang memperoleh keuntungan dan tidak ada pihak lain yang
dirugikan. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional tersebut
disebut manfaat perdagangan atau gains from trade.
Pada dasarnya perdagangan internasional merupakan kegiatan yang
menyangkut penawaran (ekspor) dan permintaan (impor) antar Negara. Pada
saat melakukan ekspor, Negara menerima devisa untuk pembayaran. Devisa
inilah yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu
Negara merupakan impor bagi Negara lain, begitu juga sebaliknya
(Budiono, 1999).
Dengan berbagai pengecualian, perdagangan internasional dianggap
sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran
yang bersaing. Permintaan (demand) dan penawaran (supply) akan tampak
dalam bentuknya yang sudah dikenal serta merupakan suatu interaksi dari
kemungkinan produksi dan preferensi konsumen.
8
9
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong semua Negara di
dunia untuk melakukan perdagangan luar negeri. Dari faktor-faktor tersebut
empat yang terpenting dinyatakan di bawah ini:
a. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri
b. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain
c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri
d. Memperoleh keuntungan dari spesialisai (Sukirno, 2004)
2.
Teori Perdagangan Internasional
Konsep-konsep mengenai perdagangan internasional sudah muncul
sejak abad ke tujuh belas dan delapan belas yang bermunculan di
Eropa.Selama abad ke tujuh belas dan delapan belas, sekelompok pria (para
pedagang, banker, pegawai pemerintah, bahkan para filsuf) telah menulis
esai dan pamflet mengenai perdagangan internasional yang memunculkan
filosofi ekonomi yang disebut merkantilisme. Para penganut merkantilisme
berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah Negara untuk menjadi
kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan
sedikit impor (Salvator, 1997). Selanjutnya muncul beberapa teori mengenai
perdagangan
internasional
diantaranya
teori
keunggulan
absolut,
keunnggulan komparatif, teori proporsi faktor produksi, dan teori
keunggulan kompetitif.
10
a. Teori Keunggulan Absolut
Teori keunggulan absolut dicetuskan pertama kali oleh Adam
Smith. Menurut Adam Smith perdagangan dua negara didasarkan
kepada keunggulan absolut (absolute advantage), yaitu jika sebuah
negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah
kmoditi, namun kurang efisien disbanding negara lain dalam
memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat
memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan
spesialisasi dan memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan
absolut (Salvator, 1997). Melalui proses ini, sumber daya di kedua
negara dapat digunakan dengan cara yang paling efisien. Output yang
diproduksi pun akan menjadi meningkat.
Sebagai ilustrasi, Tabel 2.1 menggambarkan dua negara yaitu
Amerika Serikat dengan Inggris yang memproduksi dua komoditi
yaitu kain dan gandum, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Keunggulan Absolut
Gandum (karung/jam kerja)
Kain (meter/jam kerja)
Amerika Serikat
6
4
Inggris
1
5
Sumber: Salvator, 1997
Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa satu jam kerja di Amerika
Serikat menghasilkan enam karung gandum namun Inggris hanya
dapat menghasilkan satu karung, di Inggris, dan hanya empat meter di
11
Amerika Serikat. Artinya bahwa Amerika Serikat lebih efisien
memproduksi gandum (memiliki keunggulan absolut) dibandingkan
Inggris, sedangkan dalam produksi kain Inggris lebih efisien
(memiliki keunggulan absolut) dibanding Amerika Serikat.
b. Teori Keunggulan Komparatif’
Menurut David Ricardo yang ditulis bukunya Principle of
Political Economy and Taxation tahun 1817 (Salvator, 1997),
meskipun suatu negara kurang efisien dibanding (atau memiliki
kerugian absolut) dengan negara lain dalam memproduksi dua
komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk dapat melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara tersebut
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor
komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini adalah
komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi
yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki
kerugian komparatif).
Tabel 2.2
Keunggulan Komparatif
Gandum (karung/jam kerja)
Kain (meter/jam kerja)
Amerika Serikat
6
4
Inggris
1
2
Sumber: Salvator, 1997
Dalam Tabel 2.2 terlihat kedua negara yaitu Amerika Serikat
dan Inggris menghasilkan dua komoditi yaitu gandum dan kain, disini
Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut baik dalam produksi
12
kain maupun gandum. Dalam keadaan ini, untuk menunjukkan bahwa
kedua negara dapat memperoleh keuntungan, misalnya bahwa
Amerika Serikat dapat menukarkan 6G (gandum) dengan 6K (kain),
Amerika Serikat kemudian akan memperoleh keuntungan sebesar 2K
(atau menghemat 1/2 jam kerja) karena Amerika Serikat hanya dapat
menukar 6G dengan 4K di dalam negeri. Untuk melihat bahwa Inggris
juga memperoleh keuntungan, 6G yang diterima Inggris dari Amerika
akan memerlukan enam jam untuk memproduksinya di dalam negri.
Namun Inggris dapat menggunakan enam jam ini untuk memproduksi
12K, dan hanya menyerahkan 6K untuk memperoleh 6G dari
Amerika. Dengan demikian, Inggris akan memperoleh keuntungan
sebesar 6K atau dapat menghemat tiga jam kerja.
c. Teori Modern: Proporsi Faktor Produksi
Teori Faktor Proporsi (factor proportion) dari Heckscher ohlim
disebut juga teori modern. Dasar pemikirannya adalah bahwa
perdagangan internasional semisal antara dua negara terjadi karena
adanya opportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut.
Perbedaan antara ongkos negara tersebut dikarenakan adanya
perbedaan dalam jumlah faktor produksi (tenaga kerja, modal, tanah,
dan bahan baku) yang dimiliki kedua negara tersbut. Struktur
perdagangan luar negeri suatu negara tergantung pada faktor
endowment dan faktor intensity kemudian teknologi, sehingga suatu
negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang
13
yang input (atau faktor produksi) utamanya tidak dimiliki negara
tersebut (atau jumlahnya terbatas).
Teori Heckscher-Ohlin atau teori kelimpahan faktor dapat
diekspresikan ke dalam dua buah teorema yang saling berhubungan,
yakni teorema Heckscher-Ohlin, sebuahn negara akan mengekspor
komoditi yang padat faktor produksi yang ketersediaannya di negara
tersebut melimpah dan murah, di sisi lain negara tersebut akan
mengimpor komoditi yang padat dengan faktor produksi yang di
negaranya merupakan faktor produksi yang langka dan mahal.
Menurut teorema penyamaan harga faktor produksi, perdagangan
internasional cenderung menyamakan harga-harga, baik secara
relative maupun secara absolut, dari berbagai faktor produksi
homogeny di antara negara-negara yang terlibat dalam hubungan
dagang.
Keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain
ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik dan H-O),
yang dimilikinya juga karena adanya produksi atau bantuan fasilits
dari
pemerintah,
juga
kompetitifnya.Keunggulan
sangat
ini
ditentukan
sifatnya
lebih
oleh
keunggulan
dinamis
dengan
perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan SDM yang sangat
cepat.
14
d. Teori Keunggulsn Kompetitif
Menurut Michael E. Porter (1990) The Competitive Advantage
of Nation adalah tentang tidak adanya kerelasi langsung antara dua
faktor poduksi (sumber daya alam yang tinggi dan sumber daya
manusia yang murah) yang dimiliki suatu negara untuk dimanfaatkan
menjadi data saing dalam perdagangan. Banyak negara di dunia ini
yang jumlah tenaga kerjanya sangat besar secara proporsional dengan
luar negri tetapi terbelakang dalam daya saing internasional.Begitu
juga tingkat upah yang relatif murah daripada negara lainnya, begitu
pula berkorelasi erat dengan rendahnya motivasi bekerja dan
berprestasi.Hasil akhir Porter menyebutkan peranan pemerinntah
sangat mendukung selain faktor produksi. Porter mengungkapkan
bahwa ada empat atribut utama yang menentukan mengapa industri
tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional,
keempat atribut itu meliputi:
1)
Kondisi faktor produksi
2)
Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri
3)
Eksistensi industri pendukung
4)
Kondisi persaingan strategi dan struktur perusahaan dalam
negeri
Negara yang sukses dalam skala internasional pada umumnya
didukung oleh kondisi faktor yang baik, permintaan dan tuntutan mutu
15
dalam negeri yang tinggi, indsutri hulu atau hilir yang maju dan
persaingan domestic yang ketat. Keunggulan kompetitif yang hanya
didukung oleh 1/2 atribut saja biasanya tidak akan dapat bertahan,
sebab keempat atribut saling berinteraksi positif dalam negara yang
sukses. Di samping keempat atribut di atas, peran pemerintah juga
merupakan variabel yang cukup signifikan.
e. Teori Perdagangan dengan Permintaan dan Penawaran
Faktor-faktor
yang menyebabkan
terjadinya
perdagangan
internasional adalah karena adanya perbedaan permintaan dan
penawaran suatu negara. Perbedaan ini terjadi karena: (a) tidak semua
negara
memiliki
dan
mampu
menghasilkan
komoditi
yang
diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak
mendukunng, seperti letak geografis dan kandungan buminya, dan (b)
perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi
tertentu pada tingkat yang lebih efisien.
Dasar pemikiran teori permintaan dan teori penawaran pada
perdagangan internasional adalah bahwa antara dua negara terjadi
karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.Misalnya, di
Indonesia permintaan terhadap barang X (kain) sedikit, sedangkan
permintaan barang X di Amerika Serikat banyak. Indonesia akan
menjual sisa X, setelah dikurangi jumlah yang dikonsumsi di pasar
domestic, ke Amerika Serikat. Sebaliknya, permintaan terhadap Y
(televisi) di Indonesia lebih besar daripada di Amerika Serikat, maka
16
Amerika
Serikat
akan
mengekspor
sebagian
televise
yang
diproduksinya (Tambunan, 2000).
Permintaan ini berbeda misalnya, karena perbedaan pendapatan
dan selera masyarakat.Sedangkan penawaran berbeda, misalnya
karena perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi,
tingkat teknologi dan eksternalitas (Nopirin, 1999).
3.
Kebijakan Perdagangan Internasional
Menurut nopirin (1999), kebijakan perdagangan internasional adalah
tindakan atai kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari
perdagangan internasional. Instrument kebijakan internasional adalah:
a. Kebijakan perdagangan internasional
Meliputi tindakan peerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) dari neraca pembayaran internasional,
khususnya tetang ekspor dan impor barang atau jasa.Misalnya adalah
tariff terhadap impor, bilateral trade agreement dan lainnya.
b. Kebijakan pembayaran internasional
Meliputi tindakan terhadap rekening modal (capital account)
dalam
neraca
pembayaran
internasional.
Contohnya
adalah
pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control) atau
pengaturan lalu lintas jangka panjang.
17
c. Kebijakan bantuan luar negeri
Tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk
membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer
terhadap negara lain.
4.
Hambatan Perdagangan Internasional (Hambatan Impor)
Penghambat
impor
(import
barriers)
adalah
langkah-langkah
pemerintah dalam perpajakan atau peratiran-peraturan impor yang
mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri. Penghambat impor
biasanya dibedakan menjadi atas dua jenis, yaitu:
a. Tariff
Tariff adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap
barang-barang yang melewati batas suatu negara. Dilihat dari aspek
asal komoditi, ada dua macam tariff, yaitu (Salvatore, 1997):
1)
Tariff impor, yakni pajak yang dikenakan untuk setiap
komoditi yang diimpor dari negara lain.
2)
Tariff ekspor, yakni pajak untuk suatu komoditi yang
dieskpor.
Sementara bila ditinnjau dari mekanisme perhitungannya, ada
tiga jenis tariff, yaitu:
18
1)
Tariff ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan
angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang
diimpor.
2)
Tariff spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang
yang diimpor.
3)
Tariff campuran adalah gabungan antara tariff ad valorem
dengan tariff spesifik.
b. Penghambat bukan tariff
Salah satu bentuk hambatan bukan tariff adalah kuota.Kuota
adalah pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang
msuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor).Pemberlakuan kuota
impor memberikan dampak-dampak terhadap konsumsi dan produksi
seperti yang ditimbulkan oleh penerapan tariff impor yang setara.
Penyesuaian terhadap setiap pergeseran dalam kurva permintaan atau
kurva penawaran sehubungan dengan adanya kuota impor akan terjadi
pada harga-harga domestik. Sedangkan jika yang diberlakukan adalah
tariff impor, maka penyesuaian tersebut akan terjadi pada kuantitas
impor. Secara umum, kuota impor itu lebih menghambat daripada
tariff yang setara.Kuota impor biasanya dikenakan terhadap bahan
mentah sebagai barang perdagangan penting serta di bawah suatu
pengawasan badan internasional.
Berbagai macam restriksi atau hambatan nontariff itu telah
menggantikan peranan tariff di masa sebelumnnya, ini merupakan
19
ancaman
bagi
kelangsungan
dan
perkembangan
perdagangan
internasional yang bebas.
5.
Impor
Impor adalah arus kebalikan dari ekspor yaitu barang dan jasa luar
negeri yang masuk ke dalam suatu negara. Ketika ekspor dapat
meningkatkan pendapatan nasional, impor bertindak sebaliknya. Impor
merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam
perekonomian suatu negara.
Aliran barang impor dapat menimbulkan aliran keluar atau bocoran
dari aliran pegeluaran sektor rumah tangga ke sektor perusahaan yang pada
akhirnya menurunkan pendapatan nasional yang mungkin dapat dicapai
(Sukirno, 2001:2003). Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan
dalam ,menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar
negeri. Nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara
tersebut, semakin tinggi pendapatan nasional, maka imporpun semakin
tinggi sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.
Menurut Amir (1999) impor merupakan suatu kegiatan memasukkan
barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah kedalam
perdaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta
asing.
a. DampakImpor
1)
Dampak positif
20
a) Meningkatkan
kesejahteraan
konsumen.
Dengan
adanya impor barang-barang konsumsi, masyarakat
Indonesia bisa menggunakan barang yang tidak dapat
dihasilkan di dalam negeri.
b) Meningkatkan industri dalam negeri. Dengan adanya
impor,
negara
mendapatkan
kesempatan
untuk
mengimpor barang-barang modal,baik yang berupa
mesin
industri
maupun
bahan
baku
yang
memungkinkan kita untuk mengembangkan suatu
industri.
c) Ahli teknologi. Dengan adanya impor memungkinkan
terjadinya alih teknologi. Secara bertahap Negara
mencoba mengembangkan teknologi modern untuk
mengurangi ketertinggalan suatu negara dengan
negara yang sudah maju.
2)
Dampak negatif
a) Menciptakan persaingan bagi industridalam negeri
selain
akan
mendapatkan
kesempatan
untuk
mengembangkan industri dalam negeri melalui impor
barang-barang modal, namun bisa terjadi sebaliknya,
industrikita tidak berkembang karena menghadapi
pesaing-pesaing di luar negeri.
21
b) Menciptakan pengangguran. Dengan mengimpor
barang
dari
luar
negeri
berarti
negara
tidak
mempunyai kesempatan untuk memproduksi barangbarang tersebut. Sama artinya negara telah kehilangan
kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan yang
tercipta dari proses memproduksi barang tersebut.
c) Konsumerisme. Konsumsi berlebihan terutama untuk
barang-barang mewah merupakan salah satu dampak
yang dapat diciptakan dari adanya kegiatan impor
barang.
b. Teori Permintaan Impor
Impor merupakan masuknya barang dari luar negeri yang pada
dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bagi
barang yang belum diproduksi atau belum cukup diproduksi di dalam
negeri. Dari tahun ketahun komposisi impor mengalami pergeseran
sehingga pada akhirnya mempunyai bobot yang besar pada bahan
baku, bahan penolong dan bahan modal. Namun demikian banyak
terdapat barang-barang yang tidak diperlukan atau membahayakan
kepentingan umum, karena itu perlu dilakukan mekanisme pengaturan
barang impor sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan nasional.
Secara umum arah yang ditempuh dalam menetapkan mekanisme
barang impor adalah untuk menjaga keseimbangan, menjaga
kelancaran arus lalu lintas barang, mengendalikan permintaan impor
22
dalam usaha pendayagunaan devisa menunjang usaha dan industri
dalam negeri serta meningkatkan mutu produksi dalam negeri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor suatu
negara (Syamsurizal Tan, 1990) yaitu:
1) Harga impor relatif terhadap harga domestik, importir akan
mengimpor suatu produk pada saat haga relatif impor lebih
murah dibandingkan dengan harga produk domestik. Perbedaan
harga antara impor relatif dan domestik sangat erat kaitannya
dengan keuntungan faktor internal seperti rendahnya inflasi
negara importir dan faktor internal seperti rendahnya inflasi
negara importir dan faktor eksternal seperti kenaikan pendapatan
negara importir.
2) PDB
negara
pengimpor,
dalam
teori
dasar
perdagangan
internasional dinyatakan bahwa impor merupakan fungsi dari
pendapatan. Pendapatan disini bisa juga PDB, Semakin besar
pendapatan
menyebabkan
impor
semakin
meningkat.
Mekanisme seperti ini dapat dijelaskan dengan 2 lajur yaitu :
a)
Kenaikan PDB menyebabkan meningkatnya tabungan
domestik yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan barang-barang modal atau bahan mentah
sebagai input dalam proses produksi. Biasanya pada
negara sedang berkembang terdapat kelangkaan baik
23
berupa barang modal maupun bahan mentah, sehingga
harus impor.
b)
Pada umumnya di negara sedang berkembang, kenaikan
PDB yang menyebabkan meningkatnya kesejahteraan
tetapi diikuti pula oleh perubahan selera yang semakin
menggemari produk impor. Menggunakan produk impor
memberikan simbol tersendiri bagi seorang konsumen,
sehingga secara tidak langsung impor meningkat sejalan
dengan peningkatan PDB.
6.
Nilai Valuta Asing (Kurs)
Menurut Adiningsih, dkk (1998), nilai tukar rupiah adalah harga
rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan
nilai mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.
Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah
terhadap Euro, dan lain sebagainya.
Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di
pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah
terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh
yang negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari,
2003).
24
Menurut Mohamad Samsul (2006), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap hargasaham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena
dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi
kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif
terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs
rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena
dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI),
sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami
kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan
dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan
mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh
permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga
berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada
suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya.
Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan
nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai
tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).
25
a.
Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai
tukar, yaitu (Madura, 1993):
1) Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara,
ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
2) Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan
penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan
permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan
terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara
penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3) Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta
asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila
rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali
normal.
b.
Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
26
1) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau
tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
a)
Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang
ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada
campur tangan bank sentral/otoritas moneter. Sistem ini
sering disebut clean floating exchange rate, di dalam
sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena
otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau
memani pulasi kurs.
b)
Mengambang terkendali (managed or dirty floating
exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif
dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh
karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena
otoritas moneter perlu membeli atau menjual valuta asing
untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
c.
Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai tukar mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut
27
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya
mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya
berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya.
d.
Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak
menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem
ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode
yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini
dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi
atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
e.
Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari
sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata
uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh
peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap
negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri
dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
28
f. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau
membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs
biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat
sempit.
7.
Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Menurut Ana Ocktaviana (2007), sejak tahun 1970, negara Indonesia
telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:
a. Sistem kurs tetap (1970 - 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia
menganut sistem nilai tukar kurs resmi Rp. 250/dolar Amerika
sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada
tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di
pasar valuta asing.
b. Sistem mengambang terkendali (1978 - Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan padasistem
sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini
diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun
1978. Dengan sistem ini, bank Indonesia menetapkan kurs indikasi
(pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
29
tertentu. Bank Indonesia hanya melakukan intervensi bila kurs
bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
c. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 - sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US
dolar semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam
rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka
bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi
(sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut
sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini
juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi bank
Indonesia terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan
moneter dalam negeri.
8.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu
tahun tertentu.
Didalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh
perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi juga oleh penduduk
negara lain. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan
membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-
30
negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal,
teknologi dan tenaga ahli kepada negara di mana perusahaan itu beroperasi.
Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di
dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan
sering sekali juga membantu menambah ekspor. Operasi mereka merupakan
bahagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sesuatu negara dan
nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan
nasional.
Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah
Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa
dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik
warganegara negara tersebut dan negara asing.
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 2007) penetapan Gross Domestic
Product(GDP) dapat dilakukan dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Sudut pandang produksi
GDP merupakan jumlah nilai produksi netto dari barang dan jasa
yang dihasilkan pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun). Unit-unit produksi tersebut dibagi menjadi sembilan kelompok
usaha, yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian;
sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air, sektor; sektor
bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan
dan komunikasi; sektor lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa-jasa.
31
b. Sudut pandang pendapatan,
GDP merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu
wilayah dan dalam jangka waktu tertentu.
c. Sudut pandang pengeluaran
GDP merupakan jumlah pengeluaran rumah tangga lembaga
swasta yang tidak mencari untung dan pengeluaran pemerintah
sebagai konsumen pengeluaran untuk pembentukan modal tetap serta
perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu.
Output
atau
pendapatan
nasional
merupakan
ukuran
paling
komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu Negara (Lipsey, 1996).
Salah satu ukuran yang lazim digunakan untuk output adalah Gross
Domestic Product(GDP). GDP dapat dilihat sebagai perekonomian total dari
setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada
output barang dan jasaperekonomian (Mankiw, 2000). Output ini
dinyatakan dalam satuan mata uang (rupiah) sebagai jumlah dari total
keluaran barang dan jasa dikalikan dengan harga per unitnya. Jumlah total
tersebut sering disebut sebagai output nominal, yang dapat berubah karena
perubahan baik jumlah fisik maupun perubahan harga terhadapperiode
dasarnya. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut karena
perubahan fisik saja, maka nilai output diukur tidak pada harga sekarang
tetapi pada harga yang berlaku pada periode dasar yang dipilih. Jumlah total
32
ini disebut sebagai output riil. Perubahan persentase dari output riil disebut
sebagai pertumbuhan ekonomi.
9.
Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
a. Metode Produksi
Metode produksi ini digunakan untuk menentukan besarnya
pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang
dihasilkan oleh sektor-sektor produktif . Hasil perhitungan dengan
menggunakan pendekatan produksi sering dinamakan / disebut
sebagai produk domestik bruto = PDB.
b. Metode Pendapatan
Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-faktor
produksi dalam perekonomian, yaitu manusia (Tenaga Kerja), modal,
tanah dan skill. Bila tenaga kerja menghasilkan upah (wages = W),
modal menghasilkan bunga (interest= I), tanah menghasilkan sewa
(rent= R), dan skill atau entrepreneurshipsmenghasilkan profit (profit=
P). Hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan pendapatan
sering dinamakan sebagai pendapatan nasional (PN = national
income= NI).
c. Metode Pengeluaran/Penggunaan
Metode ini mencoba menghitung pendapatan nasional dengan cara
menjumlahkan semua pengeluaran, baik yang dilakukan oleh rumah
tangga konsumen (C), rumah tangga swasta / produsen (I), rumah
tangga pemerintah (G), dan export netto (X-M).
33
Hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
sering dinamakan sebagai produk nasional bruto = PNB (gross national
product= GNP).
10.
Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi, masing-
masing teori ini menyatakan aspek-aspek tertentu dari proses inflasi dan
masing-masing bukan teori inflasi yang lengkap yang mencakup semua
aspek penting dari proses kenaikan harga. Teori tersebut diantaranya yaitu:
a. Teori Kuantitas
Menurut teori ini inflasi terjadi karena adanya penambahan
volume uang yang beredar (apakah berupa penambahan uang giral
atau kartal) tanpa diimbangi oleh penambahan arus barang dan jasa
serta harapan msyarakat mengenai kenaikan harga dimasa akan datang
(Boediono,1985).
b. Teori Keynes
Menurut teori ini adalah inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi,
menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian
rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian
yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat
tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi
keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (Boedinono,1985).
34
c. Teori Strukturalis
Teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi
yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi. Karena struktur
pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding
dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan
makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan
harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi.
11.
Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu (Pratama,2008).
Diantaranya yaitu:
a. Indeks harga konsumen (consumer price index atau CPI).
Indeks harga konsumen atau disingkat IHK adalah angka indeks
yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen, setiap jenis barang ditentukan suatu timbangan atau bobot
tetap yang proporsional terhadap kepentingan relatif dalam anggaran
pengeluaran konsumen.
b. Indeks harga perdagangan besar (whosale proce index)
Jika IHK melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen
(producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang
diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
35
c. Indeks harga implicit (Gnp Deflator)
Indeks harga implicit (Gnp Deflator) adalah suatu indeks yang
merupakan perbandingan atau rasio antara GNP nominal dan GNP rill
dikalikan dengan 100. GNP Rill adalah nilai barang-barang dan jasajasa yang dihasilkan di dalam perekonomian, yang diperoleh ketika
output dinilai dengan menggunakan harga tahun dasar (base year).
d. Alternative dari indeks harga implicit
Mungkin saja terjadi, pada saat ingin menghitung inflasi dengan
menggunakan IHI tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data
IHI. Hal ini bisa datasi. Sebab prinsip dasar perhitungan inflasi
berdasarkan deflator PDB (GDP deflator) adalah membandingkan
tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan rill.
Selisih keduanya merupakan tingkat inflasi.
12.
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
Diihat dari faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke
dalam tiga macam (Pratama,2008) yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi tarikan perimntaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan
(demand-side inflation) atau inflasi karena guncangan permintaan
(demand-shock inflation) adalah inflasi yang terjad sebagai akibat dari
adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau
pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
36
b. Inflasi dorongan biaya (cost-pust inflation)
Inflasi dorongan biaya atau juga sering disebut inflasi sisi
penawaran (supply-side inflation) atau inflasi karena gunjangan
penawaran (supply-shock inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai
akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan
dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan
mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar.
13.
Inflasi Berdasarkan Parah Tidaknya
Berdasarkan parah tidaknya inflasi dibedakan menjadi 4 macam
diantaranya:
a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
b. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
c. Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
d. Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Inflasi yang tinggi tidaklah baik karena sangat menyengsarakan
masyarakat dalam suatu negara. Sebaiknya inflasi yang terlalu rendah juga
sangat merugikan negara, maka daitu itu kondisi inflasi yang wajarlah yang
dapat memberikan keadaan positif bagi perekonomian suatu negara. Inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang akibat
naiknya tingkat harga. Inflasi berpengaruh besar terhadap produksi maupun
ekspor dan impor. Inflasi menyebabkan turunnya produksi, terutama
produksi barang yang akan diekspor. Turunnya produksi ini disebabkan
37
karena biaya produksi akan meningkat sehingga harga pokok dari hasil yang
diporduksi juga meningkat.
14.
Dampak Inflasi
Inflasi yang terjadi didalam suatu perekonomian memiliki beberapa
dampak atau akibat yaitu sebaga berikut:
a. Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara
anggota masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi dan anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan
yang terjadi akan menyebabkan pendapatan rill satu orang
meningkat, tetapi pendapatan rill orang lainnya jatuh.
b. Inflasi dapat menyebabkan penurunan di dalam efisiensi ekonomi
(economic efficiecy).
c. Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output
dan kesempatan kerja (employment).
d. Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil
(unstable environment).
Adapun dampak inflasi terhadap individu dan masyarakat yaitu:
a. Memperburuk distribusi pendapatan
Pada masa inflasi, nilai harta tetap seperti tanah atau bangunan
mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada pendapatan, sedangkan
masyarakat berpendapatan rendah yang biasanya tidak memiliki harta
tetap tersebut akan mengalami kemerosotan nilai pendapatan rillnya.
38
b. Pendapatan rill merosot
Sebagian besar tenaga kerja memiliki pendapatan nominal yang
nilainya tetap. Dalam usaha inflasi kenaikan harga barang-barang akan
membuat pendapatan rill masyarakat menjadi turun.
B.
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riris Septiana dan Drs. Nugroho
SBM, MSP (2010), yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
impor Indonesia dari cina tahun 1985-2009 menyimpulkan bahwa PDB, cadangan
devisa, kurs, tingkat suku bunga dan investasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impor Indonesia dari Cina.
Penelitian Yanuar Rachmansyah Djoko Waluyo (2004) yang menganalisis
pengaruh cadangan devisa, penanaman modal asing (PMA), penanaman modal
dalam negeri (PMDN), produk domestik bruto (PDB), tingkat suku bunga riil
dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar terhadap impor bahan baku
Indonesia pada sektor perindustrian. Alat analisis yang digunakan adalah OLS
linear berganda. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah secara umum
faktor yang stabil dan signifikan dalam mempengaruhi impor bahan baku untuk
sektor industri Indonesia adalah kemampuan memiliki cadangan devisa,
penanaman modal dalam negeri dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Hengki Kurniyawan (2013), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
Produksi Beras dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap perubahan impor beras di Indonesia. Produk Domestik Bruto
dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia
39
sedangkan dalam jangka panjang Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan
signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
Made Adiel Pradipta dan I Wayan Yogi Swara (2015) mengemukakan
bahwa tingginya impor non-migas Indonesia yang mendominasi total impor
pertahunnya membawa dampak positif dan negatif bagi perekonomian. Semakin
tinggi impor non-migas pertahunnya membawa dampak melemahnya industri
domestik maupun sektor pertanian dikarenakan ketidak mampuan dalam
persaingan harga terhadap produk luar negri. Namun disisi lain dengan adanya
impor non-migas pemerintah mampu menyediakan barang-barang untuk
menyokong kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh secara serempak dan parsial antara cadangan devisa, produk domestik
bruto, kurs dollar Amerika dan inflasi terhadap impor non-migas kurun waktu
waktu 1985-2012. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda dan secara serempak cadangan devisa, produk domestik bruto, kurs
dollar Amerika dan inflasi signifikan terhadap impor non-migas kurun waktu
waktu 1985-2012. Secara parsial variabel cadangan devisa dan produk domestik
bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan, sedangkan kurs dollar Amerika
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, sementara inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap impor non-migas kurun waktu 1985-2012.
Adlin Iman (2013) menyimpulkan dalam penelitianya bahwa secara parsial
pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor barang
konsumsi di Indonesia, tingkat kurs Rp/US$ berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia, pendapatan nasional
40
Indonesia berpengaruh positif terhadap impor barang konsumsi di Indonesia dan
secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, tingkat kurs dan pendapatan nasional
Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap impor barang konsumsi di
Indonesia secara bersama-sama sebesar 93,68 %.
Penelitian Hadi Cahyono (2010) tentang pengaruh kurs rupiah tehadap
dollar, produk domestik bruto (harga konstan), tingkat inflasi, dan cadangan
devisa terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat dengan model regresi OLS
linear berganda. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kurs rupiah terhadap dollar dan cadangan devisa memiliki pengaruh terhadap
impor Indonesia dari Amerika Serikat.
C.
Kerangka Pemikiran
Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi impor beras di Indonesia. Secara matematis kerangka pemikiran
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
KURS
PDB
IMPOR
INFLASI
GAMBAR 2.1
Kerangka pemikiran
41
D.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan
perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara. Setelah ditentukan
hipotesis maka diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan
data empiris dari hasil penelitian (Hasan, 2002). Berdasarkan kerangka pemikiran
di atas, maka penulis membuat suatu hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Diduga kurs berpengaruh positif terhadap impor Indonesia dalam
jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode 1985-2014.
2.
Diduga PDB berpengaruh negatif terhadap impor Indonesia dalam
jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode 1985-2014.
3.
Diduga Inflasi berpengaruh Positif terhadap impor Indonesia dalam
jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode 1985-2014.
Download