CV - Library Binus

advertisement
BAB 2
Landasan Teori
2.1
Teori Umum
2.1.1 Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi
Menurut William F. S. yang dikutip oleh Kasmir dan
Jakfar (2008, h4) ”Investasi adalah mengorbankan dollar
sekarang untuk dollar di masa yang akan datang.” ”Investasi
dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan
yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai
bidang usaha” ( Kasmir dan Jakfar, 2008, h4).
Menurut Bambang Susilo (Pasar Modal 2009, h2)
investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset
nyata (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial
asset). Invetasi pada aset nyata contohnya seperti pembelian
emas, tanah, real estate atau mendirikan perusahaan. Pada
jenis investasi ini investor benar-benar melakukan investasi
secara langsung mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli
aset nyata. Sedangkan investasi pada asset financial adalah
dengan membeli intrumen keuangan, misalnya saham,
obligasi, waran, right issue. Instrument ini bukan berupa aset
nyata melainkan hanya berupa kertas klaim (bukti) terhadap
penerbitnya.
Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012)
investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam
suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang
dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang
ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik
bersifat fisik ataupun non-fisik, seperti proyek pendirian
pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek
penelitian, dan pengembangan.
Berdasarkan
maka
dapat
beberapa pengertian investasi diatas,
disimpulkan
7
bahwa
investasi
adalah
8
meluangkan/memanfaatkan waktu, uang atau tenaga dengan
harapan mendapatkan keuntungan/manfaat di masa datang.
Jadi pada dasarnya investasi adalah “membeli” sesuatu yang
diharapkan bisa “dijual kembali“ di masa yang akan datang
dengan nilai yang lebih tinggi.
2.1.1.2 Jenis – Jenis Investasi
Jenis-jenis investasi berdasarkan kekhususan tertentu
dari kegiatannya di bagi dalam beberapa kelompok yaitu
(Harapan, 2009, h18):
1. Investasi Baru. Investasi baru yaitu investasi bagi
pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari
usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan
produksi, tetapi harus menggunakan sistem produksi baru.
2. Investasi Peremajaan. Investasi jenis ini umumnya hanya
digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama
dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan
ongkos
produksi
yang
sama
dengan
alat
yang
digantikannya.
3. Investasi Rasionalisasi. Pada kelompok ini peralatan yang
lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos
produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama
dengan yang digantikannya.
4. Investasi Perluasan. Dalam kelompok investasi ini
peralatannya
baru
sebagai
pengganti
yang
lama.
Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi
masih sama.
5. Investasi Modernisasi. Investasi ini digunakan untuk
memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau
memproduksi barang lama dengan proses yang baru.\
6. Investasi Diversifikasi. Investasi ini untuk memperluas
program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan
program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang
bersangkutan.
Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku terbagi dua, yaitu:
9
1. Autonomous Investment (Investasi Otonom). Investasi
otonom merupakan investasi yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Artinya tinggi
rendahnya pendapatan nasional jumlah investasi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Investasi ini
dilakukan oleh pemerintah (Public Investment) karena
disamping biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak
memberikan
keuntungan
maka
swasta
tidak
bisa
melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan
investasi langsung.
2. Indused
Investment
(Investasi
Dorongan).
Investasi
dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan baik pendapatan
daerah maupun pendapatan pusat atau nasional. Investasi
ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan,
dimana pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat
dari
pertambahan
pendapatan.
Apabila
pendapatan
berubah maka permintaan akan digunakan untuk tambahan
konsumsi
sedangkan
pertambahan
konsumsi
pada
dasarnya adalah tambahan permintaan dan jika ada
tambahan permintaan maka akan mendorong berdirinya
pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat
memenuhi tambahan permintaan tersebut.
2.1.2 Teknologi Informasi
2.1.2.1 Pengertian Teknologi Informasi
Pengertian Teknologi Informasi menurut Saurip Kadi
& Siok Lian Liem (2008), Teknologi Informasi merupakan alat
bagi kesetaraan akses informasi (akses kekuasaan) bagi
manusia di belahan bumi mana pun
Pengertian Teknologi Informasi menurut Christine
Wibhowo & Ridwan Sanjaya (2011), Teknologi Informasi
adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga
10
pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas
penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
Berdasarkan beberapa pengertian Teknologi Informasi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah,
memproses,
mendapatkan,
menyusun,
menyimpan,
dan
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan
pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi
yang strategis untuk pengambilan keputusan.
2.1.2.2 Strategi Dasar Penggunaan Teknologi Informasi dalam
Bisnis
Menurut
O’Brien
(2008,
h48),
Strategi
Dasar
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Bisnis adalah sebagai
berikut :
a) Biaya yang lebih rendah
1. Menggunakan
Teknologi
Informasi
untuk
mengurangi secara mendasar biaya proses bisnis.
2. Menggunakan
Teknologi
Informasi
untuk
menurunkan biaya pelanggan atau pemasok.
a) Diferensiasi
1. Menggembangkan
berbagai
fitur
Teknologi
Informasi untuk melakukan diferensiasi produk
dan jasa.
2. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi
untuk mengurangi keunggulan diferensiasi para
pesaing.
3. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi
untuk memfokuskan diri pada pasar baru yang
dipilih.
b) Inoviasi
1. Menggembangkan pasar baru yang unik dengan
bantuan Teknologi Informasi.
11
2. Membuat perubahan radikal atau proses bisnis
dengan Teknologi Informasi secara dramatis akan
menggurangi
biaya,
meningkatkan
kualitas,
efisiensi dan layanan pelanggan.
c) Mendukung Pertumbuhan
1. Menggunakan
Teknologi
Informasi
untuk
mengelola perluasan bisnis secara regional dan
global.
2. Menggunakan
Teknologi
Informasi
untuk
mengitegrasikan produk dan jasa lainnya.
d) Menggembangkan Persekutuan
1. Menggunakan
Teknologi
Informasi
untuk
membuat organisasi virtual yang terdiri dari para
mitra bisnis.
2. Menggembangkan
sistem
informasi
antar
perusahaan yang dihubungkan oleh internet dan
ekstranet yang akan mendukung hubungan bisnis
strategis
dengan para
pelanggan, pemasok,
subkontraktor, dan pihak-pihak lainnya.
2.1.2.3 Dasar Sistem Informasi Komputer dalam Teknologi
Informasi
Menurut O’Brien (2008, p7), Dasar Sistem Informasi
Komputer dalam Teknologi Informasi, sebagai berikut:
a. Teknologi hardware computer
Termasuk microcomputer, server berukuran menengah, dan
sistem mainframe besar, serta alat-alat input, output, dan media
penyimpanan yang mendukung.
b. Teknologi software computer
Termasuk software sistem operasi, pencari Web (browser), alat
pembuat software, dan software untuk aplikasi bisnis.
c. Teknologi jaringan telekomunikasi
Termasuk media telekomunikasi, processor, dan software yang
dibutuhkan untuk menyediakan akses kabel dan nirakabel,
12
serta dukungan untuk jaringan internet dan jaringan pribadi
berbasis internet, seperti intranet dan ekstranet.
d. Teknologi manajemen sumber daya data
Termasuk
software
sistem
manajemen
database
untuk
mengembangkan, mengakses, dan memelihara database
organisasi.
2.1.3 Sistem
2.1.3.1 Pengertian Sistem
Menurut
O’Brien
(2008,
h24),
Sistem
adalah
sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja
bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima
inputan serta menghasilkan output dalam proses transformasi
yang teratur.
2.1.3.2 Bagian dari Sistem
Menurut O’Brien (2008, h24), Bagian dari sistem
meliputi :
a. Input
Melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang
memasuki sistem untuk diproses. Contohnya, data yang diatur
untuk pemrosesan.
b. Pemrosesan
Melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi
output. Contohnya adalah proses manufaktur, perhitungan
matematika.
c. Output
Melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh
proses transformasi ke tujuan akhirnya. Contohnya, barang
jadi, layanan oleh manusia, dan informasi manajemen harus
dipindahkan ke para pemakainya.
2.1.4 Sistem Informasi
2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien
adalah
suatu
(2008,
h4), Sistem
informasi
kombinasi dari people (orang), hardware
(perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks
13
dan data communications (jaringan komunikasi), dan database
(basis data) yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan
informasi di dalam suatu bentuk organisasi.
Sistem Informasi memiliki definisi yang berbeda
menurut para ahli, namun secara umum, Sistem Informasi
adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang
yang menggunakan teknologi itu untuk
mengumpulkan,
memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dalam mendukung proses bisnis.
2.1.4.2 Fungsi Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2008, h23), Fungsi Sistem Informasi
mewakili:
a) Area fungsional utama dari bisnis yang penting dalam
keberhasilan bisnis, seperti fungsi akuntansi, keuangan,
manajemen operasional, pemasaran, dan manajemen
sumber daya manusia.
b) Kontributor
penting
dalam
efisiensi
operasional,
produktivitas dan moral pegawai, serta layanan dan
kepuasan pelanggan.
c) Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan
untuk menyebarluaskan pengambilan keputusan yang
efektif oleh para manajer dan praktisi bisnis.
d) Bahan yang sangat penting dalam menggembangkan
produk dan jasa yang kompetitif, yang memberikan
organisasi kelebihan strategis dalam pasar global.
e) Peluang berkarier yang dinamis, memuaskan, serta
menantang bagi jutaan manusia.
f) Komponen penting dari sumber daya, infrastruktur dan
kemampuan perusahaan bisnis yang membentuk jaringan.
14
2.1.4.3 Kategori Sistem Komputer
Menurut O’Brien (2008, h78), kategori Sistem
Komputer mencakup :
a) Sistem Mikrokomputer
Mikrokomputer (microcomputer) adalah kategori yang
paling penting dari sistem computer bagi pelaku bisnis dan
pelanggan.
b) Sistem Skala Menengah
Sistem Skala Menengah (midrange system) adalah server
jaringan yang tinggi dan server jenis lainnya yang dapat
memproses banyak aplikasi bisnis.
c) Sistem Mainframe
Sistem Mainframe (mainframe system) merupakan sistem
komputer yang besar, cepat, dan berdaya tinggi.
2.1.4.4 Keamanan informasi
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008,
h270), Keamanan informasi (information security) digunakan
untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan komputer
dan
non-komputer,
fasilitas,
data
dan
informasi
dari
penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang. Definisi
yang luas ini mencakup peralatan seperti : mesin fotokopi dan
mesin faks serta semua jenis media, termasuk dokumen kertas.
2.1.4.5 Tujuan Keamanan Informasi
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008,
h270), Keamanan informasi ditujukan untuk mencakup tiga
tujuan utama, yaitu:
a) Kerahasiaan
Perusahaan
berusaha
untuk
melindungi
data
dan
informasinya dari pengungkapan kepada orang – orang
yang tidak berwenang.
b) Ketersediaan
Menyediakan data dan informasi bagi pihak-pihak yang
berwenang untuk menggunakannya.
c) Integritas
15
Semua sistem informasi harus memberikan representasi
akurat atas sistem fisik yang direpresentasikannya.
2.1.5 Software
2.1.5.1 Peranti Lunak (Software) Aplikasi Siap Pakai
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008,
h137),
Beberapa
tugas
pengolahan
informasi
sangat
terstandarisasi dan memberikan fungsi yang sama dari satu
bisnis ke bisnis yang lain. Peranti Lunak (Software) dapat
diprogram sebelumnya untuk situasi-situasi seperti ini:
Perhitungan pajak, akuntansi untuk penggajian, penyusunan
aset tetap, dan banyak transaksi-transaksi bisnis lainnya.
Karena aktivitas seperti ini dan aktivitas-aktivitas lain semakin
meluas penggunaannya, telah terdapat sangat banyak paketpaket peranti lunak (Software) siap pakai yang dibuat untuk
aktivitas tersebut.
Peranti lunak (Software) aplikasi siap pakai (prewritten
application software), atau kadang –kadang disebut peranti
lunak off-the-shelf, produksi oleh pemasok dan dijual kepada
pelanggan. Pengguna dapat menggunakan peranti lunak
(Software) yang telah dikembangkan oleh programmerprogrammer yang berpengalaman tanpa harus mempekerjakan
programmer sendiri atau belajar bagaimana cara membuat
program. Pengguna
hanya perlu menginstall peranti lunak
(Software) di peranti keras (hardware) mereka, dengan sedikit
atau tanpa modifikasi, agar dapat mempergunakannya. Peranti
Lunak (Software) ini biasanya memperkenankan pengguna
untuk
melakukan
penyesuaian-penyesuaian
kecil,
guna
menyesuaikannya kebutuhan khusus yang mungkin mereka
miliki. Peranti Lunak (Software) memiliki 2 keuntungan
penting:
a) Peranti lunak (Software) siap pakai telah langsung
tersedia.
b) Peranti lunak (Software) siap pakai lebih murah daripada
peranti lunak (Software) khusus.
16
2.1.5.2 Peranti lunak (Software) Aplikasi Khusus
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008,
h138), Terkadang sebuah organisasi memiliki operasi yang
unik. Dalam kasus-kasus seperti ini, bisnis mungkin memiliki
programmer atau sekelompok programmer konsultannya
sendiri yang membuat peranti lunak (Software) untuk
memenuhi kebutuhannya. Peranti lunak (Software) seperti ini
disebut peranti lunak aplikasi khusus (custom applications
software).
Dewasa ini peranti lunak (Software) yang ditulis secara
khusus jauh lebih sedikit jika dibanding dengan yang terdapat
pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika komputer pertama kali
popular di bidang bisnis, kecuali jika perusahaan memiliki satu
kebutuhan bisnis unik, peranti lunak (Software) aplikasi khusus
dapat untuk dicari justifikasinya jika dilihat dari sudut pandang
ekonomi.
2.1.5.3 Peran Peranti Lunak (Software) yang Mudah Digunakan
Pengguna
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008:
h.138), Peranti Lunak (Software) yang sederhana dan
penggunaannya intuitif sering kali dikatakan mudah digunakan
pengguna (user - friendly). Istilah ini mungkin dapat memiliki
suatu konotasi negatif dimana secara tidak langsung dapat
diartikan bahwa aplikasi ini telah dibuat dengan begitu
sederhana sehingga semua orang dapat mempergunakannya.
Sebenarnya user – friendly berarti bahwa aplikasi tersebut
telah dibuat dengan seksama sehingga berbagai bakat dan
keahlian yang dimiliki oleh rentangan pengguna yang luas
dapat diakomodasi. Membuat peranti lunak (Software) yang
“user-friendly” jauh lebih sulit daripada membuat peranti
lunak (Software) yang “programmer friendly”.
2.1.5.4 Contoh Sumber Daya Software
Menurut O’Brien (2008, p31), Contoh sumber daya
software :
17
a) Software Sistem, seperti program sistem operasi, yang
mengendalikan serta mendukung operasi sistem komputer.
b) Software
aplikasi,
yang
memprogram
pemrosesan
langsung bagi penggunaan tertentu komputer oleh
pemakai akhir. Contohnya adalah program analisis
penjualan, program penggajian, dan program pengolahan
kata (word processing).
c) Prosedur, yang mengoperasikan perintah bagi orang-orang
yang akan menggunakan sistem informasi. Contohnya
adalah perintah untuk mengisi formulir kertas atau
menggunakan software.
2.1.5.5 Karakteristik Aplikasi yang Mudah Digunakan
Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008,
p139), Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
untuk dapat membuat suatu aplikasi yang mudah digunakan
(user - friendly), yaitu:
a) Menu, berisi langkah-langkah dan panduan yang akan
membantu pengguna awam untuk menyelesaikan masalah atau
cara untuk menggunakan aplikasi serta memberikan jalan
singkat penyelesaikan masalah kepada pengguna yang sudah
mahir.
b) Bantuan yang sensitif pada konteks. Informasi yang membantu
hendaknya diberikan pada titik tertentu dimana pengguna
mengalami kesulitan, yang membutuhkan program komputer
untuk tetap melacak pada bagian aplikasi sebelah mana
permintaan spesifikasi pengguna berasal.
c) Interface menggunakan icon-icon yang tidak asing bagi
pengguna.
2.1.6 Activity Diagram
2.1.6.1 Pengertian Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p141),
Activity Diagram adalah jenis dari workflow diagram yang
mendeskripsikan aktivitas – aktivitas
berbagai user (atau
sistem) dan alur- alurnya. Workflow adalah urutan dari
18
langkah-langkah pemrosesan yang secara lengkap mengatur
satu transaksi bisnis atau permintaan customer.
2.1.7 Mean
2.1.7.1 Pengertian Mean
Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri
Utami, Supandi Epha Diana (2012, h40), Mean atau nilai ratarata dapat didefinisikan sebagai pembagian antara jumlah nilai
dari keseluruhan data dengan banyaknya data.
2.1.8 Modus
2.1.8.1 Pengertian Modus
Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri
Utami, Supandi Epha Diana (2012, h48), Modus adalah nilai
yang sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi dalam kumpulan data itu.
2.1.9 Variansi dan Standar Deviasi
2.1.9.1 Pengertian Variansi dan Standar Deviasi
Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri
Utami,
Supandi
Epha
Diana
(2012,
h52),
Variansi
didefinisikan sebagai jumlah kuadrat devisi terhadap mean
sampel dibagi n-1. Sedangkan Devisiasi standar didefinisikan
sebagai akar dari variansi.
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Studi Kelayakan
2.2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan
Menurut O’Brien (2008, p449), Studi Kelayakan adalah
studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh
pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat, dan
kelayakan proyek yang diusulkan. Setelah itu, tim praktisi
bisnis dan ahli sistem informasi akan menyajikan temuan dari
studi ini dalam laporan tertulis yang mencakup spesifikasi awal
serta rencana pengembangan untuk aplikasi bisnis yang
diusulkan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, h6), ”Studi
kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari
19
secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan.”
Berdasarkan beberapa pengertian studi kelayakan
bisnis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan
bisnis adalah sebuah studi yang digunakan untuk menganalisa
layak atau tidaknya suatu bisnis dan hasil analisa tersebut
dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
2.2.1.2 Tujuan Studi Kelayakan
Menurut Tata Sutabri (2012, h74), Tujuan studi
kelayakan adalah sebagai berikut:
a) Memperikirakan biaya penyusunan sistem dan keuntungan
sistem.
b) Menyediakan
informasi
ekonomis
yang
membantu
organisasi memutuskan apakah organisasi sebaiknya
melanjutkan proses penyusunan sistem atau tidak. Jika ada
beberapa pilihan penyusunan sistem, organisasi harus
memilih salah satu dari berbagai pilihan tersebut.
Jangan lupa, faktor-faktor seperti ukuran sistem, tingkat
kekompleksan sistem, jumlah personel penyusun sistem,
tingkat keahlian personel penyusun sistem, dan lingkungan
komputer akan mempengaruhi biaya penyusunan sistem.
Dalam praktiknya, sistem analisis menyertakan penghematan
biaya
dan
peningkatan
pendapatan
organisasi
sebagai
keuntungan-keuntungan dari sistem baru. Dalam tahap ini,
organisasi harus memutuskan apakah organisasi sebaiknya
melanjutkan proses penyusunan sistem atau tidak.
Oleh sebab itu, organisasi perlu mengetahui perkiraan
biaya penyusunan sistem dari keuntungan sistem, tidak peduli
betapa kasar perkiraan tersebut. Jika organisasi menggunakan
metodologi penyusunan sistem standar, tim penyusunan sistem
dapat mengacu pada analisis biaya dan keuntungan dari
proyek-proyek penyusunan sistem yang lain. Sistem analis
akan dapat mengukur biaya dengan lebih mudah dari pada
20
harus mengukur keuntungan, karena biaya terjadi pada awal
penyusunan dan bersifat kuantitatif, sedangkan keuntungan
terjadi pada akhir penyusunan sistem dan bersifat kualitatif.
2.2.1.3 Lingkup Kegiatan Studi Kelayakan
Menurut Tata Sutabri (2012, h75), Dalam proyek
penyusunan
sistem,
untuk
memperbaiki
sistem
atau
memodifikasi sistem, organisasi sering memutuskan untuk
melanjutkan proses pembangunan atau pengembangan sistem
informasi tanpa memperhitungkan aspek ekonomisnya. Dalam
kasus ini, organisasi tersebut menganggap bahwa penyusunan
sistem secara otomatis harus dilanjutkan. Akan tetapi dalam
praktiknya, sistem analis tetap mempertimbangkan kelima
aspek penting dalam menilai suatu kelayakan, karena keluaran
secara umum dari studi kelayakan ini adalah keputusan layak
atau tidaknya suatu proyek pembangunan atau pengembangan
sistem dijalankan. Adapun lingkup kegiatan studi kelayakan ini
adalah sebagai berikut:
a) Dimulai dengan membahas kembali hasil-hasil pengkajian
awal dan dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun
dalam kegiatan awal.
b) Merupakan pra-kegiatan dari tugas-tugas dan kegiatan di
dalam fase analisis dan rancangan sistem detail, akan
tetapi tidak terlalu mendalam.
Setelah studi kelayakan memutuskan bahwa organisasi
sebaiknya melanjutkan proses penyusunan sistem, maka sistem
analis mulai menyusun rencana proyek, yaitu pernyataan
tentang jangkauan proyek, jadwal proyek, sumber daya untuk
membantu menyelesaikan proyek, dan biaya proyek tersebut.
Rencana proyek menyertakan rencana yang luas untuk seluruh
penyusunan sistem dan rencana spesifik untuk proses analisis
sistem ditahap berikutnya.
2.2.1.4 Proses Kegiatan Studi Kelayakan
Menurut Tata Sutabri (2012, h75), Pengoperasian suatu
sistem informasi harus dapat memenuhi kebutuhan bisnis atau
21
memecahkan masalah yang timbul. Oleh karena itu salah satu
pertimbangan di dalam evaluasi kelayakan suatu usulan sistem
adalah apakah organisasi akan mendapatkan manfaat dengan
adanya proses yang lebih efisien setalah sistem yang baru
dioperasikan. Adapun kegiatan dalam studi kelayakan ini
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat Sistematika dan Melakukan Proses Pengumpulan
Data
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, intinya
proses pengumpulan data untuk mendapatkan uraian tentang
sistem yang berjalan saat ini. Adapun proses pengumpulan
data, apabila dilihat dari kategori data dalam suatu organisasi
dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Data Tentang Organisasi
a. Sasaran dan tujuan organisasi
b. Bagan struktur organisasi
c. Tugas dan fungsi unit-unit dalam organisasi
d. Kebijaksanaan organisasi
2) Data Tentang Personel
a. Wewenang dan tanggung jawabnya
b. Tugas pokok pekerjaannya
c. Hubungan antar personel tersebut
d. Apa kebutuhan informasinya
3) Data Tentang Prosedur Kerja
a. Bagaimana tentang arus kerja/kegiatan kerja yang ada
b. Metode kerja yang digunakan
c. Jadwal dan volume pekerjaan yang ada
d. Bagaimana kriteria penentuan kualitas kerja
4) Data Tentang Lingkungan Kerja
a. Bagaimana pengaturan fisik ruang kerja
b. Sumber daya yang tersedia
c. Suasana kerja yang responsif
b. Menginterpretasikan Pengumpulan Data
22
Metode studi yang terpenting adalah wawancara
dengan pemakaian sistem dan pimpinannya yang berhubungan
dengan sistem yang berjalan. Pada umumnya wawancara di
dalam studi kelayakan akan dilakukan terhadap pimpinan
menengah keatas, yang akan menjelaskan sistem tersebut
sampai batas pengertian yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil
wawancara dan kegiatan pengumpulan data lainnya, dapat
disajikan suatu gambaran awal tentang keuntungan atau
penghematan biaya yang akan diperoleh dari sistem yang
diusulkan.
c. Membuat Kesimpulan dari Hasil Studi Kelayakan
Kegiatan studi kelayakan dimulai dengan pembahasan
hasil kajian awal. Kesimpulan ini akan menjadi dasar untuk
membuat rencana kerja yang meliputi penentuan tugas-tugas,
penunjukkan personel untuk menangani tugas-tugas tersebut
dan waktu yang dialokasikan untuk menangani tugas-tugas
tersebut serta kapan tugas tersebut akan dapat diselesaikan.
2.2.1.5 Kategori Kelayakan usulan Sistem
Menurut O’Brien (2008, p451), Kelayakan usulan
sistem bisnis dapat dievaluasi dalam empat kategori besar,
yaitu :
a. Kelayakan Organisasional (organizational feasibility)
berfokus pada sebaik apakah dukungan sistem diusulkan
terhadap prioritas bisnis strategis organisasi.
b. Kelayakan Ekonomi (economic feasibility) berhubungan
dengan
apakah
pendapatan,
penghematan
peningkatan
biaya,
keuntungan,
peningkatan
penggurangan
investasi yang diperlukan, dan manfaat lain yang
diharapkan akan melebihi biaya pengembangan dan biaya
operasional sistem yang diusulkan. Sebagai contoh, jika
usulan sistem sumber daya manusia tidak bisa menutupi
biaya pengembangannya, maka usulan itu tidak akan
disetujui, kecuali dimandatkan oleh peraturan pemerintah
atau pertimbangan bisnis strategis.
23
c. Kelayakan
Teknis
(technical
feasibility)
dapat
direkomendasikan jika hardware dan software yang dapat
diandalkan dan mampu memenuhi kebutuhan sistem yang
diusulkan, bisa diperoleh atau dikembangkan oleh bisnis
dalam waktu yang dibutuhkan.
d. Kelayakan Operasional (operational feasibility) adalah
kemauan
dan
kemampuan
manajemen,
karyawan,
pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang mengoperasikan,
menggunakan, dan mendukung sistem yang diusulkan.
Sebagai contoh, jika software yang digunakan untuk
sistem bisnis baru terlalu sulit digunakan, pelanggan dan
karyawan mungkin sekali melakukan banyak kesalahan
dan tidak mau menggunakannya lagi. Jika hal ini terjadi
artinya gagal memenuhi kelayakan operasional.
2.2.2 Analisis Biaya dan Manfaat
Menurut Tata Sutabri (2012, h122), Untuk pengembangan
sistem informasi dengan investasi yang relatif besar perlu dibuat
analisis biaya dan manfaat untuk mengetahui apakah investasi tersebut
layak dikerjakan atau tidak. Beberapa metode yang umum dan lazim
digunakan dalam proses analisis sistem adalah seperti metode periode
pengembalian (payback period), metode pengembalian investasi
(return on investment), dan metode nilai sekarang (net present value).
Investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan atau
membangun sistem informasi tersebut merupakan sumber daya untuk
mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Jika manfaat yang
diharapkan atau diperoleh lebih kecil dari sumber daya yang
dikeluarkan, maka berarti sistem informasi tersebut tidak memiliki
nilai dan tidak layak untuk dibangun atau dikembangkan. Oleh karena
itu, sebelum sistem informasi tersebut dikembangkan perlu dihitung
nilai ekonomisnya.
Teknik untuk menilai ini disebut dengan teknik analisis biaya
dan manfaat. Teknik ini disebut juga dengan analisis efektifitas.
Keuntungan dari pengembangan atau pembangunan sistem informasi
tidak semuanya mudah untuk diukur secara langsung dengan nilai
24
uang. Keuntungan yang sulit diukur dengan nilai uang tersebut, jika
ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat diukur
efektifitasnya. Untuk melakukan analisis biaya dan manfaat
diperlukan beberapa komponen biaya, yaitu sebagai berikut:
a. Biaya Pengadaan (procurement cost)
Biaya ini merupakan biaya yang termasuk dalam semua biaya
yang terjadi sehubungan dengan pembelian hardware atau
perangkat keras. Biaya pengadaan ini biasanya merupakan biaya
yang harus dikeluarkan pada tahun-tahun pertama sebelum sistem
dioperasi kecuali untuk pengadaan perangkat keras dengan cara
leasing. Yang termasuk didalam biaya ini adalah:
a) Biaya konsultasi pengadaan perangkat keras.
b) Biaya pembelian atau sewa beli/leasing perangkat keras.
c) Biaya instalasi perangkat keras.
d) Biaya ruangan untuk perangkat keras.
e) Biaya modal untuk perangkat keras.
f) Biaya yang berhubungan dengan manajemen dan staff untuk
pengadaan hardware
b. Biaya Persiapan Operasi (Start-up Cost)
Biaya ini berhubungan dengan semua biaya untuk membuat
sistem hingga siap untuk dioperasikan. Biaya persiapan operasi
ini juga merupakan biaya-biaya yang terjadi diawal tahun
sebelum dioperasikan. Oleh karena itu yang termasuk biaya-biaya
persiapan awal adalah sebagai berikut:
a) Biaya pembelian perangkat lunak sistem atau software.
b) Biaya instalasi peralatan komunikasi (telepon).
c) Biaya persiapan personel.
d) Biaya reorganisasi.
e) Biaya manajemen dan staff yang dibutuhkan dalam kegiatan
operasi.
c. Biaya Proyek (Project Related Cost)
Biaya
ini
berhubungan
dengan
biaya-biaya
untuk
mengembangkan sistem dan implementasinya. Apabila sistem
dikembangkan oleh konsultan di luar organisasi atau perusahaan,
25
maka akan terjadi tambahan biaya untuk pengembangan sistem,
yaitu biaya untuk honor konsultan. Yang termasuk biaya proyek
ini adalah sebagai berikut:
1) Biaya dalam tahap analisis sistem
a) Biaya untuk menggumpulkan data
b) Biaya dokumentasi
c) Biaya rapat
d) Biaya analis sistem
e) Biaya manajemen dan staff yang berhubungan dengan
tahap analisis sistem
2) Biaya dalam tahap desain sistem
a) Biaya dokumentasi
b) Biaya rapat
c) Biaya analis sistem
d) Biaya programmer
e) Biaya pembelian perangkat lunak aplikasi/software
f) Biaya manajemen dan staff yang berhubungan dengan
tahap desain sistem
3) Biaya dalam tahap implementasi sistem
a) Biaya pembuatan formulir baru
b) Biaya konversi data
c) Biaya pelatihan personel
d) Biaya manajemen yang berhubungan dengan tahap
implementasi sistem
d. Biaya Operasi dan Biaya Perawatan (Maintenance Cost)
Biaya operasi (on going cost) merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem supaya sistem dapat
beroperasi. Sedangkan biaya perawatan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk merawat sistem dalam masa operasinya.
Berbeda halnya dengan biaya lainnya yang biasanya terjadi
sebelum operasi sistem diterapkan. Biaya operasi dan perawatan
biasanya terjadi secara rutin selama umur operasi sistem. Yang
termasuk dalam biaya operasi dan biaya perawatan sistem adalah
sebagai berikut:
26
a) Biaya personel (operator, data entry, teknisi)
b) Biaya overhead (pemakaian telepon, listrik, air, gaji,
keamanan)
c) Biaya perawatan perangkat keras/hardware (reparasi,
service)
d) Biaya perawatan perangkat lunak/software (modifikasi
program)
e) Biaya perawatan peralatan dan fasilitas
f) Biaya manajemen yang terlibat dalam operasi sistem
g) Biaya kontak untuk konsultan selama operasi sistem
h) Biaya depresiasi (penyusutan)
2.2.3 Cost Benefit Analysis (CBA)
2.2.3.1 Sejarah Cost Benefit Analysis
Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis CostBenefit diaplikasikan pada masalah-masalah lingkungan hidup
terutama adanya third party baik third party cost maupun third
party benefit yang tidak termasuk dalam perhitungan biaya
maupun harga dalam bentuk moneter (uang). Contoh yang
paling sederhana adalah polusi. Dalam sebuah pasar yang tidak
diregulasi (unregulated market) pihak polluters (penyebab
polusi) tidak mempunyai kewajiban untuk membayar insentif
(kompensasi) terhadap kerusakan dan penderitaan yang
ditanggung oleh pihak ketiga. Dalam pendekatan analisis cost
benefit pihak yang menimbulkan polusi dan yang menderita
masing-masing akan diperhitungkan kewajiban dan haknya
dalam bentuk uang. Jika profit lebih besar dari nilai
pencemaran maka kegiatan polluter dianggap efisien.
2.2.3.2 Pengertian Cost Benefit Analysis
Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis
Cost-Benefit merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan
suatu
proyek.
Dalam
perhitungannya,
analisis
ini
memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh
dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis
27
cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini
mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang
penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam
bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu costbenefit
(manfaat-biaya)
maka
analisis
ini
mempunyai
penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau
kerugian
suatu
program
atau
suatu
rencana
dengan
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat
yang akan dicapai.
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan
Schniederjans Ashlyn.M (2010, p144) “Cost/benefit analysis
involves the estimation and evaluation of the net benefits
associated with alternative courses of action” yang berarti
bahwa analisis biaya dan manfaat melibatkan estimasi dan
evaluasi dari manfaat yang terkait dalam tindakan.
Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para
investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait
dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam
pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat
keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata
lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio financial
atau keuangan.
2.2.3.3 Konsep Dasar Cost Benefit Analysis
Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis
Cost-Benefit digunakan untuk mengevaluasi penggunaan
sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat
digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak
program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan
biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini
pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi
yang efisien dengan memilih program-program
yang
memenuhi kriteria efisiensi. Analisis Cost-Benefit merupakan
alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
28
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua
pihak yang menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu
pertama, para praktisi teknis dan ekonom yang berperan
dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data,
dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang
kekuasaan eksekutif yang berwenang untuk membuat
peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan
publik.
Analisis Cost-Benefit ini hanya menitikberatkan pada
efisiensi
penggunaan
faktor
produksi
tanpa
mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi
ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan
program dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan
program berada di tangan pemegang kekuasaan eksekutif
yang dalam memilih juga mempertimbangkan faktor lain.
Saat ini analisis manfaat dan biaya merupakan alat
utama dalam membuat evaluasi program atau proyek untuk
kepentingan publik, seperti : manajemen sumber daya alam
dan pengembangan sumber energi alternatif. Biasanya
analisis ini terintegrasi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan untuk mengevaluasi
dampak suatu proyek atau program terhadap lingkungan
hidup. Sehingga analisis ini tidak hanya melihat manfaat dan
biaya individu, tetapi secara menyeluruh memperhitungkan
manfaat dan biaya sosial dan selanjutnya dapat disebut
sebagai analisis Cost-Benefit sosial.
2.2.3.4 Tahapan Cost Benefit Analysis
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan
Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.145), tahapan di dalam
melakukan analisis biaya/keuntungan ada 5, yaitu :
29
Gambar 2.1. The five stages of costbenefit analysis
2.2.3.4.1
Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah merupakan suatu hal yang
sangat penting di dalam membuat suatu keputusan, termasuk
didalam membuat keputusan untuk investasi teknologi.
Analisis masalah dan mendefinisikan adalah satu – satunya
cara dalam memperhitungkan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah.
2.2.3.4.2
Mengidentifikasi biaya dan keuntungan
Setelah masalah telah didefinisikan,
sekarang
tahapan untuk menghitung semua biaya atau keuntungan yang
relevan. Menyadari efek yang relevan dari suatu investasi TI
mungkin salah satu tahapan yang paling menantang.
2.2.3.4.3
Menghitung biaya dan manfaat
Menurut Schniederjans et
al(2010:p.147)
biaya
adalah segala sesuatu yang harus dikeluarkan, termasuk
pengadaan, instalasi, dan maintenance untuk IT. Biaya di
kelompok menjadi 2 yaitu : biaya tangible, dan biaya
intangible.
30
Tabel 2.1 Potential costs of an IT investment.
Tangible
Intangible
Hardware
Resistance to chane (change management)
Software
Inability to change
Telecommunications
Organizational restructuring
Needs specification and updates
Integration of new system into current
situation
Services,
e.g.,installation,
programming, Temporary loss of productivity
etc…
Personnel, e.g., hiring, training., etc…
Formulation of IT policy and controls
Running cost
Disruption to normal work practices
Furniture
Downtime
Benefit adalah konsekuensi positif didalam melakukan
investasi Technology Information. Manfaat sering muncul
timbul dalam perbaikan dengan cara melaksanakan tugas
organisasi yang diperlukan. Manfaat secara umum, dapat
diklasifikasikan menjadi 5 kategori :
1. Penghematan dan menghindari biaya,
2. Mengurangi kesalahan (error),
3. Peningkatan kinerja operasional,
4. Peningkatan fleksibilitas, dan
5. Peningkatan perencanaan dan pengendalian.
31
Tabel 2.2 Potential benefits of an IT investment.
Tangible
Intangible
Increased productivity
Improves asset utilization
Decreased operational costs
Improve resource control
Reduce workforce
Improve organizational planning
Lower computer costs
Improve organizational flexibility
Lower outside vendor costs
More timely information
Lower clerical and professional costs
Higher quality information
Lower in-house development costs
Enhanced organizational learning
Reduced rate of growth in expenses
Enhanced employee goodwill
Lower facility costs
Increased job satisfaction
Reduced software expenses
Improved decision-making
Faster decision-making
Lower error rates
Improve operations
Better corporate image
Improve customer satisfaction
Increased customer loyalty
2.2.3.4.4
Membandingkan Alternatif
Setelah semua biaya
dan
manfaat
telah
diidentifikasikan dan dihitung kedalam beberapa unit
penilaian
yang
umum,
kemudian
alternatif
tersebut
dibandingkan satu dengan yang lainnya berdasarkan kriteria
umum. Dalam membandingkan alternatif tersebut dapat
menggunakan
metode
cost
benefit
analysis
seperti
benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return,
dan payback period.
Kriteria umum didalam mengevaluasi investasi IT
dalam cost/benefit analysis, yaitu:
1. Maximize the ratio of benefits over costs
2. Maximize net present value of net benefits
3. Maximize internal rate of return
4. Shortest payback period
32
2.2.3.4.5
Analisis sensitivitas
Analisis
sensitivitas
didefinisikan
sebagai
penentuan kehandalan dalam membuat keputusan yang
dihasilkan dari analisa biaya atau manfaat. Dalam analisis
sensitivitas biaya dan manfaat ini merupakan salah satu cara
untuk
memperkirakan
tingkat
kesalahan
dalam
memperkirakan nilai. Karena biaya dan manfaat ini hanya
berupa asumsi sehingga kesalahan mungkin saja terjadi.
2.2.4 Jenis-Jenis Perhitungan Cost Benefit Analysis (CBA)
2.2.4.1 Pengertian Payback Period
Menurut Manahan (2013:p.177), Metode payback period
merupakan salah satu metode pemilihan investasi yang paling
sederhana untuk diterapkan. Payback period dapat diperoleh dengan
menghitung jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah cash flow
sama dengan nilai investasi asalnya. Oleh karena metode payback
period mempunyai asumsi bahwa nilai uang antara 1 periode dengan
periode lainnya adalah sama, maka cash flow antara satu periode
dengan periode lain dapat dijumlahkan begitu saja.
Kriteria keputusan menurut metode payback period adalah ;
“Terima investasi apabila payback period < dari pada maksimum
payback period yang ditentukan oleh perusahaan ”.
Berdasarkan kriteria keputusan diatas suatu investasi dapat
diterima apabila perhitungan payback periodnya sama atau lebih kecil
dari masa payback period yang diinginkan, tetapi tidak berarti semua
cash flow sesudah masa payback merupakan laba dari investasi.
Keuntungan dengan menggunakan payback period adalah
bahwa perhitungannya sangat sederhana, oleh karena itu mudah di
terapkan. Keuntungan ini lebih besar ditutupi dengan kelemahan
kriteria metode payback period ini. Konsep awal dari metode ini
adalah memperhitungkan time value of money. Cash flow antara satu
periode dengan cash flow periode lainnya diberi bobot yang sama
dalam perhitungan paybacknya.
Payback period digunakan untuk mengukur lamanya waktu
yang dibutuhkan dalam mengembalikan nilai investasi semula (initial
33
investment) yang dihitung dengan membagi investasi semula dengan
cash inflows.
Rumus Payback Period :
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan
Schniederjans Ashlyn.M (2010, p155) “Payback Period is a common
accounting and finance tool used select the alternative that recovers
its cost in the shortest amount of time” yang artinya Payback Period
adalah perhitungan akuntansi keuangan umum dan alat yang bisa
digunakan untuk memilih alternatif yang dapat mengembalikan biaya
(balik modal) yang cepat dalam waktu singkat. Payback period dapat
dihitung sebagai berikut :
Dimana:
Co: Biaya investasi awal
C : Arus kas setiap tahunnya
Jika Payback Period > 5 tahun, maka investasi
ditolak/tidak layak
Jika Paybcak Period < 5 tahun, maka investasi
diterima/layak
2.2.4.2 Pengertian Net Present Value (NPV)
Menurut Manahan (2013, p108), Net present value
(NPV) dipergunakan dengan teknik diskonto cash flow yang
dihasilkan oleh suatu investasi dengan suatu tingkat diskonto
tertentu yang kemudian mengurangkannya dengan nilai
investasi awal, hasil yang diperoleh adalah NPV.Sedangkan
tingkat bunga yang dipergunakan untuk mendiskonto cash
34
flow merupakan “opportunity cost of capital” untuk investasi
yang akan dianalisis.
Kriteria penilaian NPV adalah keputusan untuk
menerima atau menolak usulan investasi yang didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
a) Terima usulan investasi apabila NPV > 0
b) Tolak usulan investasi apabila NPV < 0
c) Apabila NPV = 0, investasi adalah tidak untung tetapi
tidak rugi.
Keuntungan dari metode NPV adalah, bahwa
diakuinya time value of money serta sangat mudah untuk
dihitung, baik untuk perubahan cash flow bentuk annuity,
menjadi suatu periode keperiode lainnya
Rumus NPV adalah
Dimana:
r = opportunity cost of capital
Ct = cash flow dari tahu 0 sampai tahun t
Atau
NPV = Present Value – Initial Investment
Kesimpulan dan ketentuan apabila NPV menunjukkan
hasil positif maka project investment itu fisibel/layak dan
sebaliknya apabila NPV negatif maka project investment
tidak layak.
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L,
dan Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.150) “The net present
value of net benefits is calculated as the present value of
benefits minus the present value of costs discounted back to
the present. The net present value of net benefits may be
35
calculated as follows”, yang diartikan nilai bersih sekarang
dari keuntungan bersih dihitung sebagai nilai sekarang dari
manfaat dikurangi nilai sekarang dari biaya diskon saat ini.
NPV dapat dihitung sebagai berikut :
Dimana:
Co = investasi awal
C1 = benefit tahun pertama
C2 = benefit tahun kedua
CT = benefit tahun t (tahun terakhir)
r = interest
Jika NPV > 0, maka investasi layak dilakukan
Jika NPV ≤ 0, maka investasi tidak layak
dilakukan
2.2.4.3 Pengertian Profitability Index atau Benefit Cost Ratio (PI
or BC)
Menurut Manahan (2013, p186), Kriteria penilaian
investasi ini merupakan metode profitability index, dimana
menurut metode ini suatu investasi dihitung tingkat indexnya
dengan membagi nilai tunai (present value) dari cash in flow
dengan present value dari cash outflow dari investasi.
Rumus dari Profitability Index adalah :
Dimana :
PI = Profitability Index
PV = Nilai Tunai (Present Value)
NPV = Net Present Value
I = Investasi awal
36
Dengan metode probability index, keputusan untuk
menerima atau menolak usulan investasi didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
a) Terima investasi apabila PI > dari 1
b) Tolak usulan investasi apabila PI < 1
Dengan kriteria penilaian investasi yang menggunakan
metode profitability index dapat diketahui suatu investasi dapat
diterima apabila PI yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih
besar daripada 1. Sebaliknya usulan investasi di tolak apabila
PI lebih kecil dari 1. Index ini pada umumnya digunakan
sebagai alat untuk membuat rangking atas usulan investasi,
dari urutan terendah (menurun) ke tertinggi (menaik).
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan
Schniederjans Ashlyn.M (2010, p126) “PI is the ratio of NPV
to the cost of the initial investment” yang berarti PI adalah
ratio NPV dengan biaya investasi awal. PI dapat dihitung
sebagai berikut :
Jika PI > 1, maka investasi layak untuk
dilakukan
Jika PI ≤ 1, maka investasi tidak layak
dilakukan
2.2.4.4 Return on Investment (ROI)
Menurut Lukman Syamsuddin (2011, p63), Return on
Investment (ROI) atau yang sering
juga disebut dengan
“Return on total assets” adalah merupakan pengukuran
kemampuan
perusahaan
secara
keseluruhan
di
dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini,
semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Return on Investment dihitung sebagai berikut :
37
Menurut Mare J Schniederjans (2010, p129), “Return
on investment
(ROI) methodology is other technique
traditionally used in capital budgeting decisions where the rate
of return of an investment is compared to the opportunity cost
of capital” yang berarti
metodologi return on investment
digunakan dalam pengambilan keputusan penganggaran modal
dimana rate of return dari investasi dibandingkan dengan cost
of capital.
Return on Investment dihitung sebagai berikut :
Jika ROI > 1, maka investasi diterima
Jika ROI ≤ 1, maka investasi di tolak
2.2.4.5 Benefit/Cost Ratio (BCR)
Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan
Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.153), “The benefit/cost ratio
is the present value of benefits divided by the present value of
costs and is calculated as follows” yang berarti Benefit/Cost
Ratio adalah nilai manfaat sekarang dibagi dengan nilai
sekarang dari biaya dan dihitung sebagai berikut:
Dimana :
B1 = benefit tahun pertama
B2 = benefit tahun kedua
r = interest
38
Dimana:
Co = investasi awal
C1 = cost tahun pertama
C2 = cost tahun kedua
CT = cost tahun t (tahun terakhir)
Dimana:
PV benefits = present value of benefits
PV cost = present value of costs
Jika Rasio > 1, maka investasi diterima/layak dilakukan
Jika Rasio ≤ 1, maka investasi ditolak/tidak layak
dilakukan
Download