Petunjuk Praktis

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak pada terletak di Bagian Selatan Provinsi
Sulawesi Utara dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut:
 Sebelah Utara ;
Di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Dumoga Barat dan Kecamatan Sangtombolang
Kabupaten Bolaang Mongondow.
 Sebelah Timur ;
Di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Lolayan kabupaten Bolaang Mongondow dan
Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
 Sebelah Barat ;
Di bagian barat berbatasan dengan kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Gorontalo.
 Sebelah Selatan
;
Di bagian selatan berbatasan Teluk Tomini
Dalam perspektif regional,Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berada pada posisi strategis,
karena berada pada pada jalur lintas tengah Trans Sulawesi yang menghubungkan ke seluruh Provinsi di
Pulau Sulawesi. Demikian pula jalur laut merupakan daerah perlintasan sekaligus stop over arus
penumpang,barang dan jasa pada Kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur,bahkan
untuk kawasan Asia Pasifik. Serta sangat strategis untk pengembangan produksi perikanan di kawasan
Timur Indonesia dan khususnya kawasan Teluk Tomini dengan bahan baku perikanan yang berlimpah.
2.1
Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
Topografi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah bervariasi antara dataran dan
perbukitan.Topsoil tanah kabupaten bolaang mongondow Selatan cukup subur dan dilintasi oleh 109
sungai dan banyak anak sungai yang merupakan sumber air,baik untuk mikro hidup,air pertanian maupun
air bersih.
Kabupaten Bolaang mongondow Selatan mempunyai topografi wilayah berupa bukitbukit/pegunungan dengan ketinggian dari 0 sampai dengan 1.534 meter dari permukaan laut,panjang
pantai 294 Km dan sebagian kecil adalah dataran rendah bergelombang serta memiliki sungai-sungai
utama,sedang dan kecil.Sementara wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah 3.497,46 Km²
yaitu wilayah daratan 1.615,86 Km² dan wilayah laut 1.881,60 Km².
Peta 2.1
Peta Administrasi Kab. Bolaang Mongondow Selatan
Gambar 2.2
Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Terhadap
Provinsi Sulawesi Utara
2.1.1
Drainase
Wilayah Kabupten Bolaang Mongondow Selatan dengan 5 Kecamatan
mempunyai beberapa sungai yang dapat di kategorikan sungai utama, sungai sedang
dan sungai kecil. Adapun sungai-sungai tersebut adalah:
a. Sungai di Wilayah Kecamatan Bolaang Uki
Jumlah sungai di Kecamatan Bolaang Uki adalah 15 sungai dengan panjang dan
lebar dapat dilihat pada tabel berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Tabel 2.1.1
Nama Sungai di Kecamatan Bolaang Uki
Panjang
Jumlah
Nama Desa
Nama Sungai
Sungai
Sungai
(Km)
(1)
(2)
(3)
(4)
Molibagu
1
S. Molibagu
9
Toluaya
1
S. Toluaya
3
Popodu
1
S. Sumpango
2
Tolondadu I
1
S. Tolondadu
35
Tolondadu
1
S. Tolondadu
18
Tabilaa
1
S. Milongada
7
Salongo
1
S. Salongo
9
Pinolantungan
1
S. Ponii
3,7
Tangagah
1
S. Tangagah
3
Biniha Timur
1
S. Biniha
10
Duminanga
1
S. Duminanga
16
Bakida
1
S. Pantidaa
3
Sinandaka
1
S. Sinandaka
3
Soputa
1
S. Holahiyo
10
Pangia
1
S. Pangiakiki
12
Jumlah
15
Lebar
Sungai
(Km)
(5)
19
40
4
25
40
80
30
13
25
5
48
12
22
5
11
Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011
b. Sungai di Wilayah Kecamatan Posigadan
Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Posigadan adalah 24 sungai dengan
panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1.2
Nama Sungai di Kecamatan Posigadan
No
Nama Desa
(1)
Jumlah
Sungai
Nama Sungai
1
Batuliodu
(2)
2
(3)
S. Botuliodu
2
Tolutu
3
S. Tolutu
3
4
5
6
Milangodaa
Milangodaa Barat
Sinombayuga
Sakti
1
1
1
2
S. Milangodaa
S. Milangodaa
S. Sinombayuga
S. Sakti
Panjang
Sungai
(Km)
(4)
8
8
5
3
3
30
2
3
9.35
Lebar
Sungai
(Km)
(5)
20
20
35
10
8
150
5
20
20
7
Luwo
3
S. Luwo
8
9
10
Pilolahunga
Mamalia I
Mamalia II
1
1
2
S. Pilolahunga
S. Mamalia
S. Mamalia
11
Meyabanga
3
S. Meyambaga
12
13
14
15
Tonala
1
S. Tonala
Manggadaa
1
S. Manggadaa
Saibuah
1
S. Saibuah
Lion
1
S. Lion
Jumlah Sungai
24
Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011.
9.35
1
4
4
20
3
2
2
2
2
2.5
3
10
9
9
20
5
5
5
150
40
5
5
2
2
7
4
30
10
30
c. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian
Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Pinolosian adalah 6 sungai dengan
panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 2.1.3
Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian
Panjang
Jumlah
Nama Desa
Nama Sungai
Sungai
Sungai
(Km)
Linawa
1
S. Linawan
3.018
Nunuk
1
S. Nunuk
4.014
Pinolosian
1
S. Pinolosian
2.560
Kombot
1
S. Kombot
3.012
Lungkap
1
S. Lungkap
1.018
Tolotoyon
1
S. Tolotoyan
1.500
Jumlah Sungai
6
Lebar
Sungai
(Km)
8
9
7
10
6
6
Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 20011
d. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian Timur
Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Pinolosian Timur adalah 9 sungai dengan panjang
dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1.4
Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian Timur
Panjang
Lebar
Jumlah
No
Nama Desa
Nama Sungai
Sungai
Sungai
Sungai
(Km)
(Km)
1
Iligon
1
S. Bulu Tikus
3
6
2
Posilagon
1
S. Posilagon
18
15
3
Onggunoi
1
S. Onggunoi
20
25
4
Dayow
1
S. Ubanan
3
5
Pidung
1
S. Pidung
15
10
6
Dumagin A
1
S. Dumagin
1.551
15
7
Dumagin B
1
S. Dumagin
16
50
8
Matandoi
2
S. Matandoi
3
10
S. Motompot
5
25
Jumlah Sungai
9
Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011
e. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian Tengah
Jumlah Sungai di Kecamatan Pinolosian Tengah adalah 6 sungai dengan panjang dan lebar
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1.5
Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian Tengah
No
Nama Desa
(1)
Jumlah
Sungai
(2)
1
Mataido
1
2
Torosik
1
3
Adow Selatan
1
4
Adow
1
5
Deaga
1
6
Tobayagan
1
Jumlah Sungai
6
Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011
2.1.2
Nama Sungai
(3)
S. Mataindo
S. Torosik
S. Adow
S. Adow
S. Deaga
S. Tobayagan
Panjang
Sungai
(Km)
(4)
15
17
2
5
3
5
Lebar
Sungai
(Km)
(5)
30
25
3
11
20
25
Irigasi
Di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdapat prasarana pertanian berupa lahan
irigasi dengan luas potensial 4,114 Ha. Lahan irigasi yang ada di bawah kewenangan provinsi luasnya 670
Ha dan yang ada di bawah kewenangan kabupaten luasnya 3.444 Ha.
Sedangkan sarana pertanian yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berupa daerah
irigasi dengan luas potensial 4,873 ha dan fungsional 2,077 Ha sehingga masih dapat dikembangkan
kurang lebih 2,796 Ha untuk menunjang ketahanan pangan dan diharapkan Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan dapat mencapai swasembada beras.
2.2
Demografi
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada tahun
2010 sebanyak 57.001 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 29.818 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 27.183 jiwa. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri dari lima wilayah kecamatan, yaitu
kecamatan-kecamatan Posigadan, Bolaang Uki, Pinolosian, Pinolosian Timur dan Pinolosian Tengah.
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah kecamatan Bolaang Uki dengan penduduk sebanyak
19.630 jiwa kemudian diikuti oleh kecamatan Posigadan dengan penduduk sebanyak 16.445 jiwa.
Selanjutnya kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Pinolosian Tengah dengan
jumlah penduduk sebanyak 5.124 jiwa.
Tabel 2.2.1
Kepadatan Penduduk per Km2
Nama Kecamatan
Penduduk
Luas (Km2)
Bolaang Uki
19.630
393.43
Posigadan
16.445
729.00
Pinolosian
9.064
285.93
Pinolosian Timur
6.738
221.87
Pinolosian Tengah
5.124
302.07
Jumlah/ Total
57.001
1.932.30
Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2011
Kepadatan
49.89
22.56
31.70
16.96
30,37
29,50
%
34.44
28.85
15.90
11.82
8.99
100
Dilihat dari luas wilayah maka kabupaten Bolaang Mongondow Selatan meliputi wilayah seluas
1.932,30 km2. Kecamatan yang wilayahnya paling luas adalah kecamatan Posigadan dengan luas wilayah
729 km2 dan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah kecamatan Pinolosian Timur dengan luas
wilayah 221,87 km2. Konsentrasi penduduk paling banyak berada di wilayah kecamatan Bolaang Uki yang
luas wilayahnya seluas 393,43 km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan, yaitu 29.50 jiwa per km2. Kecamatan Posigadan, meskipun jumlah penduduknya
relatif banyak namun, wilayahnya relative luas, sehingga tingkat kepadatan penduduknya relative rendah,
yaitu 23 jiwa per km2. Kecamatan Pinolosian Tengah, dengan jumlah penduduknya paling sedikit dan luas
wilayahnya relative kecil yaitu 302,07 km2, maka tingkat kepadatan penduduknya paling rendah, yaitu 17
jiwa per km2. Data tentang jumlah, sebaran dan kepadatan penduduk kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan menurut kecamatan dikemukakan pada Tabel 2.2.1
2.2.1
Sebaran Kepadatan Penduduk 5 Tahun Mendatang
Jika dilihat perkembangan penduduk Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 1971, tahun 1980,
tahun 1991, tahun 2001, dan tahun 2008 cenderung terjadi peningkatan yang signifikan, dan tidak pernah
ada yang penurunan penduduk atau perkembangan penduduk yang tetap. Keadaan ini menggambarkan
bahwa penduduk yang berdiam di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan kecil sekali untuk keluar
(migrasi-out) dari wilayahnya. Kondisi ini juga menandakan bahwa ada kepastian hidup masyarakat untuk
tinggal di wilayah ini, dimana potensi daerah Bolaang Mongondow Selatan dalam hal pertaniaan dan
potensi kelautan sangat prospek sebagai lahan penghasilan.
Gambaran perkembangan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
mulai tahun 1971 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 2.2.2
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tahun 1971, 1980, 1991, 2001, 2008
60000
50000
40000
57975
30000
47894
39002
20000
10000
19304
26258
0
1971
1980
1991
2001
2008
Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012
Menurut hasil pengamatan dan analisa Konsultan, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 1971, 1980, 1991, 2001 dan tahun 2008 sangatlah fluktuatif.
Dari tahun 1971 ke tahun 1980 terjadi kenaikan sebesar 36,02%, dari tahun 1980 ke tahun 1991 terjadi
kenaikan sebesar 48,53%, dari tahun 1991 ke tahun 2001 terjadi kenaikan 22,79%, dan dari tahun 2001 ke
tahun 2008 terjadi kenaikan 21,05%. Dengan demikian secara umum laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan setiap 10 tahunnya adalah 32,09 %.
Untuk lebih jelasnya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2.3
Banyak dan Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 1971, 1980, 1991, 2001, 2008
70000
21,05 %
22,79 %
60000
48,53 %
50000
36,02 %
40000
30000
39.002
47.894
57.975
2001
2008
20000
10000
19.304
26.258
1971
1980
0
1991
Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP 2012.
Dengan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk adalah 3,47 % / tahun, maka perhitungan
untuk memproyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan hingga tahun 2016 atau 5
tahun mendatang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier dengan persamaan : Y = bX – a
di mana
Y = jumlah penduduk pada tahun 2016
X = jangka waktu proyeksi 5 tahun
b = 1038,75 (konstanta persamaan regresi)
a = – 202924,4 (konstatnta persamaan regresi)
Hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di tahun 2016 dengan
menggunakan persamaan di atas menunjukan bahwa penduduk yang mendiami kecamatan Bolaang Uki
adalah yang paling tinggi, yaitu 26.661 jiwa atau 33.57 %, yang kemudian diikuti oleh kecamatan
Posigadan dengan jumlah 23.397 jiwa atau 29,46 %, kecamatan Pinolosian dengan jumlah 12.365 jiwa
atau 15,57 %, kecamatan Pinolosian Timur dengan jumlah 9.872 jiwa atau 12,43 %, dan yang paling
terendah kecamatan Pinolosian Tengah dengan jumlah 7.124 jiwa atau 8,97 %,
Berikut adalah gambar tentang tren perkembangan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan tahun 2010-2016, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tahun 2010
- 2016, dan proyeksi jumlah penduduk per Kecamatan-nya tahun 2010- 2016.
Gambar 2.2.4
Tren Perkembangan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tahun 2010 – 2030
90000
80000
70000
60000
50000
40000
Y = 1038,75X – 202924,4
30000
20000
10000
0
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012
Prosentase pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 2010
sampai tahun 2030, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2010-2030, dan
proyeksi jumlah penduduk Kabupaten yang dirinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel dan gambar di
bawah ini:
Tabel 2.2.5
Prosentase Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Dari Tahun 2010 - 2016
No
Tahun
1
2010
2
2011
3
2012
4
2013
5
2014
6
2015
7
2016
Pertumbuhan Penduduk
(%)
-
Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012
1.77
1.74
1.7
1.68
1.65
1.62
Gambar 2.2.6
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 - 2016
66,000
65,000
64,000
63,000
62,000
62,798
61,000
60,000
61,759
64,876
59,000
58,000
57,000
56,000
55,000
60,721
63,837
Tahun
Jumlah Penduduk
59,682
2010
2011
2010
58,643
2012 2011
2013
2014
2015
2016
58643
59682
2012
60721
61759
62798
63837
64876
2013
Posigadan
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
17276
17582
2015
17888
18194
18500
18806
19112
19686
20035
20384
20732
21081
21430
21779
9131
9292
9454
9616
9778
9939
10101
5260
5353
5447
5540
5633
5726
5819
2014
2016
Pinolosian
Timur
7289
7418
7548
7677
7806
7935
8064
a. Proyeksi kepadatan penduduk bruto/kotor di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di atas, dan
asumsi bahwa luas Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan luas wilayah setiap kecamatannya tidak
akan mengalami perubahan, maka kepadatan penduduk per kecamatan untuk 5 tahun mendatang dapat
dilihat pada tabel berikut ini. Pada tabel tersebut terlihat bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan tahun 2010 adalah 30,35 jiwa/Km2 dan tahun 2016 menjadi 33.57 jiwa/Km2 atau ada
penambahan jumlah penduduk 10,75 jiwa/Km2 per tahunnya.
Berikut adalah tabel tentang proyeksi kepadatan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan dan tabel tentang proyeksi tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 s/d 2016.
Tabel 2.2.7
Proyeksi Kepadatan Penduduk Bruto/Kotor Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tahun 2010-2016 Dirinci Per Kecamatan
KEPADATAN (Jiwa/Km2)
Tahun
2010
30.35
23.70
50.04
31.93
Pinolosian
Tengah
17.42
2011
2012
2013
2014
2015
2016
30.89
31.42
31.96
32.50
33.04
33.57
24.12
24.54
24.96
25.38
25.80
26.22
50.92
51.81
52.70
53.58
54.47
55.36
32.50
33.06
33.63
34.20
34.76
35.33
17.72
18.03
18.34
18.65
18.96
19.27
Kab. Bolsel Posigadan
Bolaang Uki
Pinolosian
Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Bolsel, 2012
Pinolosian
Timur
32.85
33.43
34.02
34.60
35.18
35.76
36.35
2.3
Keuangan dan Perekonomian Daerah
Sebagai daerah pemekaran baru, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2008, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan perlu melakukan penataan pengelolaan keuangan
daerah dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini dilakukan agar
tujuan pemekaran daerah yaitu untuk pemerataan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai. Mengingat daerah baru, maka penyusunan APBD Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan, dimulai Tahun 2009, dan efektifnya nanti Tahun 2010. Penggunaan anggaran ini,
adalah penjabaran kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
sebagaimana diatur dalam pasal 8 butir 1,2 dan 3 UU Nomor 30 Tahun 2008, yang meliputi urusan wajib
dan urusan pilihan.
Pembahasan mengenai aspek pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan diselaraskan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Pembahasan aspek pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan terdiri atas dua
bagian utama, yaitu pertama, gambaran pengelolaan keuangan daerah dimasa lalu meliputi kinerja
keuangan (kinerja pelaksanaan APBD dan neraca daerah), kebijakan pengelolaan keuangan daerah
(proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan); kedua, kerangka pendanaan yang meliputi
analisis pengeluaran periodik wajib,mengikat serta prioritas utama; proyeksi data masa lalu dan
penghitungan kerangka pendanaan
2.3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal
guna mendorong pembangunan di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, tetapi juga menggambarkan
sejauh mana pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah daerah dalam konteks desentralisasi fiskal.
2.3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Sebagai daerah pemekaran baru, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada tahuntahun awal, ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat sangat besar. Dependensi fiskal ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana upaya pemerintah daerah pemekaran baru dapat
meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan fiskalnya dalam
membiayai pembangunan, baik alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat maupun PAD.
Dari Tabel 2.3.1, terlihat bahwa realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan Tahun 2009 hingga Tahun 2010 terjadi perkembangan yang signifikan. Tahun 2009, total
pendapatan daerah Rp. 78,734 milyar meningkat menjadi Rp. 273,837 milyar pada Tahun 2010, atau
bertumbuh 247,8 %. Untuk PAD meningkat 199,9%, dimana Tahun 2009 Rp. 858.691.776 menjadi
Rp.2.575.644.253 pada Tahun 2010. Pertumbuhan realisasi PAD menunjukkan disparitas tinggi, artinya
tingkat kepastiannya masih rendah. Tetapi dengan signifikannya kenaikan PAD, hal ini menunjukkan
bahwa strategi dan kebijakan yang dijalankan pada tahun 2010 semakin optimal. Namun disisi lain,
terlihat masih tingginya ketergantungan penerimaan daerah melalui kebijakan pemerintah pusat (dana
perimbangan) khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Tahun 2009,
DAU Kabupaten Bolmong Selatan
hanya Rp.55.386.453.000, meningkat 218 %, menjadi
Rp.176.192.095.000 pada Tahun 2010. Sedangkan DAK-nya, Tahun 2009, Rp.3.763.000.000 menjadi
Rp.46.888.500.000, atau meningkat 1.146 %. Oleh karena itu, ke depan perlu dicari terobosan strategi
dan kebijakan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tabel 2.3.1
Rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2009 s/d Tahun 2010
No
1.
URAIAN
2009
(Rp)
2010
(Rp)
PENDAPATAN
78,734,578,988.57 273,837,739,069.75
Pendapatan Asli
1.1
858,691,775.57
2,575,644,252.75
Daerah
1.1.1 Pajak daerah
42,791,995
237,491,732
1.1.2 Retribusi daerah
546,370,195
556,576,230.00
Hasil pengelolaan
1.1.3 keuangan daerah yang
dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah
269,529,585.57
1,781,576,290.75
1.2
Dana Perimbangan
68,164,194,175.00 236,502,246,387.00
Dana bagi hasil pajak
1.2.1
8,805,515,870
12,671,744,535
dari Pemerintah Pusat
Dana bagi hasil bukan
1.2.2 pajak dari Pemerintah
209,225,305
749,906,852
Pusat
1.2.3 Dana alokasi umum
55,386,453,000
176,192,095,000
1.2.4 Dana alokasi khusus
3,763,000,000
46,888,500,000
Lain-lain pendapatan
9,711,693,038.00
1.3
34,759,848,430
daerah yang sah
1.3.1 Hibah
2,500,000,000
7,000,000,000
1.3.2 Dana darurat
Dana bagi hasil pajak
1.3.3
3,015,518,038
4,522,895,761
dari provinsi
Dana
1.3.4
11,601,822
Kontijensi/Penyesuaian
Bantuan keuangan dari
1.3.5 provinsi atau pemerintah
3,000,000,000
daerah lainnya
Pendapatan Lainnya
1,196,175,000
23,225,350,847
Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010
RATA-RATA
PERTUMBUHAN
(%)
247.8
199.9
454
1.9
561
247
43.9
258.4
218.1
1,146.0
257.9
180.0
50
1,841.6
250,000,000,000.00
Dalam Rp
200,000,000,000.00
PAD
150,000,000,000.00
Dana Perimbangan
100,000,000,000.00
50,000,000,000.00
Lain-lain…
Dana…
PAD
0.00
Lain-lain Pendapatan
Daerah Yg Sah
2009 2010
Pendapatan Daerah
Gambar 2.3.1
Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2009 dan 2010
Gambar 2.3.1 memperlihatkan perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bolaang
Mingondow Selatan periode Tahun 2009 - 2010. Komponen pendapatan daerah yang berasal dari dana
perimbangan merupakan sumber terbesar, kemudian disusul dana yang berasal dari lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Sedangkan PAD adalah penyumbang terkecil dari komponen pendapatan daerah.
Untuk melihat kinerja keuangan daerah masa lalu, dapat diukur dengan beberapa analisis rasio
keuangan daerah. Analisis ini, selain memberikan gambaran kinerja keuangan masa lalu, juga sebagai
dasar atau asumsi pertumbuhan komponen keuangan daerah dimasa datang. Beberapa analisis rasio
keuangan daerah adalah sebagai berikut :
2.3.1.2. Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah
Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan kemandirian daerah, yang diukur antara lain melalui
elemen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kondisi ini diharapkan dengan otonomi, daerah-daerah di
Indonesia akan mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan
bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang di milikinya. Analisis rasio kinerja keuangan daerah
pada dasarnya adalah mengukur sejauh mana kontribusi PAD terhadap APBD.
1. Rasio Kemandirian Daerah
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dalam pelayanan kepada masyarakat. Pembiayaan ini
bersumber dari wajib pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD)
dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain.
Tabel 2.3.2
PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
Tahun 2009 s/d 2010
No
URAIAN
2009
(Rp)
%
2010
(Rp)
%
Pendapatan Asli
858,691,775
1,1
2,575,644,253
0,9
Daerah (PAD)
Dana dari Pemerintah
2. Pusat (Dana
68,164,194,175
86,6
236,502,246,387
86,4
Perimbangan)
Dana dari Pemerintah
Provinsi dan Daerah
9,711,693,038
3. Induk (Lain-lain
12,3
34,759,848,430
12,7
pendapatan daerah
yang sah)
Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010
1.
Meskipun pertumbuhan PAD pada tahun 2010 meningkat sebesar 276.81 % namun pendapatan
selain PAD meningkat juga sebesar 348.33 % sehingga menyebabkan rasio kemandirian daerah turun
pada tahun 2010. Kecilnya nilai rasio ini, menunjukkan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, keuangan
daerahnya masih sangat tergantung pada pemerintah di atasnya.
Perhitungan
analisis
rasio
kemandirian daerah menunjukkan bahwa pada Tahun 2009, nilai rasio sebesar 0.011 dan pada Tahun
2010 turun menjadi 0.009. Meskipun PAD Tahun 2010 meningkat secara nominal dan pertumbuhannya
mencapai 199.9 % namun dana perimbangan, nominalnya juga meningkat serta pertumbuhannya
mencapai 247 %. Demikian juga dana yang berasal dari pemerintah provinsi, pertumbuhannya mencapai
257.9% pada Tahun 2010.
Hal inilah yang menyebabkan rasio kemandirian daerah turun pada Tahun
2010. Kecilnya nilai rasio ini, menunjukkan bahwa kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, keuangan
daerahnya masih sangat tergantung pada pemerintah di atasnya (pusat dan propinsi).
2. Rasio Efektivitas
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD
yang direncanakan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 atau 100 %. Namun demikian semakin
tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik.
Dari data Tabel 2.3.3 diperoleh rasio efektifitas Tahun 2009 sebesar 60.7% dan Tahun 2010
meningkat menjadi 258.31%. Peningkatan rasio efektivitas ini memberikan harapan peningkatan PAD di
masa datang apabila potensi PAD terus digali dan dioptimalkan.
Tabel 2.3.3 Target dan Realisasi PAD Tahun 2009 dan Tahun 2010
No.
Pendapatan Asli Daerah
1.
Target
2.
Realisasi
2009 (Rp)
2010 (Rp)
1,414,018,000.00
997,128,517.89
858,691,775.57
2,575,644,252.75
Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas, menggambarkan atau mengukur aktivitas kegiatan di daerah. Perhitungan yang
digunakan adalah debt service coverage ratio (DSCR) yaitu, perbandingan antara jumlah PAD, bagian
daerah (BD) dari pajak bumi dan bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
penerimaan sumber daya alam, bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi
Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, biaya pinjaman lainnya yang jatuh
tempo.
Tabel 2.3.4
No
PAD, Bagian Daerah, DAU, Belanja Wajib, Pokok Angsuran,
Bunga dan Biaya Pinjaman Tahun 2009 s/d 2010
Uraian
1.
Pendapatan Asli Daerah
2.
Bagian Daerah dari :
a) Pajak Bumi dan Bangunan
b) BPHTB
c) Penerimaan Sumber Daya
Alam
d) Bagian Daerah Lainnya
- PPh WPOPDN
- Ps 21
Dana Alokasi Umum
Belanja Wajib
Pokok Angsuran
Bunga
Biaya Pinjaman
3.
4.
5.
6.
7.
2009 (Rp)
2010 (Rp)
858,691,775.57
2,575,644,252.75
5,594,126,642.00
2,484,768,889.00
8,972,154,247.00
2,758,981,400.00
209,225,305.00
749,906,852.00
8,069,115.00
718,551,224.00
55,386,453,000
0
0
1
42,776,079.00
897,832,809.00
176,192,095,000
68,475,257,897.00
0
0
522,575,093.00
Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010
Perhitungan rasio DSCR berdasarkan data Tabel di atas menunjukkan bahwa Tahun 2010, nilai
rasio sebesar 236,73. Nilai ini jauh di atas angka 2.5, (menurut PP.No.54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah, rasio DSCR yang baik adalah > 2.5). Nilai rasio DSCR kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
dikategorikan baik.
4. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan pemerintah daerah
dalam mempertahankan dan meningkatkan PAD secara periodik.
Tabel 2.3.5 PAD Kab.Bolmong Selatan Tahun 2009 dan 2010
No.
URAIAN
Pendapatan Asli Daerah
1.
2009 (Rp)
858,691,775.57
2010 (Rp)
2,575,644,252.75
Dari data Tabel di atas, didapatkan rasio pertumbuhan PAD sebesar 199.9 % pada Tahun 2010.
Angka rasio ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, hal ini juga menggambarkan kinerja
pemerintah daerah berhasil dalam memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki.
5. Rasio Kontribusi
Rasio kontribusi digunakan untuk mengetahui berapa besar kontribusi penerimaan komponen
dalam PAD terhadap pendapatan asli daerah setiap tahunnya (dalam %). Dihitung dari realisasi jumlah
pajak/retribusi daerah dibandingkan dengan jumlah PAD pada tahun anggaran yang sama.
Tabel 2.3.6
PAD, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun 2009 dan 2010
2010 (Rp)
No.
URAIAN
2009 (Rp)
1.
Pendapatan Asli Daerah
858,691,775.57
2,575,644,252.75
2.
Pajak daerah
42,791,995
237,491,732
3.
Retribusi daerah
546,370,195
556,576,230
Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010
Dari data Tabel di atas , dapat dihitung rasio kontribusi pada Tahun 2009, yaitu sebesar 68.6 %,
sedangkan pada tahun 2010 rasio-nya sebesar 30.8 %. Angka rasio kontribusi pada Tahun 2010
menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, hal ini menunjukkan keberhasilan kinerja pemerintah
daerah dalam memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki yang berasal dari lain-lain PAD yang sah.
2.3.1.3. Neraca Daerah
Neraca Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, adalah neraca yang
disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing
pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban
(utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 232, ayat 5, menyatakan bahwa dalam rangka pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD, entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang salah satunya adalah neraca.
Laporan keuangan berupa neraca, realisasi anggaran, aliran kas, dan catatan atas laporan
keuangan, memberikan gambaran atau informasi keuangan pemerintah daerah selama satu periode.
Penyajian neraca pemerintah daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada laporan
keuangan, berada diantara posisi 1 Januari dan 31 Desember. Pada Buku Putih ini neraca yang disajikan
menunjukkan posisi keuangan Tahun 2009 dan 2010. Laporan keuangan ini, disesuaikan dengan standar
akuntansi pemerintahan (SAP) yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24, yang ditetapkan
pada tanggal 13 Juni 2005.
Tabel 2.3.7 adalah neraca pemerintah daerah Bolaang Mongondow Selatan untuk posisi Tahun
2009 dan 2010. Selanjutnya berdasarkan Tabel ini akan dihitung rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas,
yang memungkinkan pihak-pihak terkait dapat membaca posisi keuangan daerah.
Tabel 2.3.7 Neraca Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
per 31 Desember 2009 dan 2010
(dalam rupiah)
URAIAN
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Piutang
Piutang Lain-lain
Persediaan
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
2009
2010
Pertumbuhan (%)
15,223,520,212.14
7,852,329,361.11
54,473,108,849.87
49,351,401,617.85
257.82
528.49
3,613,250.00
158,110,000.00
4,275.84
1,351,700.00
675,441,451,03
6,533,245,000.00
157,539,450.00
0,00
835,137,073.01
2,506,352,175.00
1,622,107,964.00
21,904,204,795.00
1,339,880,000.00
6,599,645,925.00
3,752,438,700.00
5,567,430,170
104,500,000.00
4,540,330,000.00
0.00
125,596,376,882.00
1,931,704,600.00
35,189,931,757.89
24,605,650,934.11
38,564,718,340.00
6,611,130,000.00
18,693,243,250.00
0.00
23.64
-61.64
929.65
23.64
473.39
44.17
433.21
555.72
592.68
6,226.44
311.72
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Kemitraan dengan Pihak Kedua
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37,127,725,007.14
180,069,487,731.87
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Kepada Pihak Ketiga
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Belanja
Uang Muka dari Kas Daerah
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Bunga
Utang Jangka Pendek Lainnya
522,575,094.00
522,575,094.00
0.00
1.00
0.00
0.00
0.00
0.00
522,575,093.00
1.00
1.00
0.00
1.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
385.00
0.00
-100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
-100.00
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA
Cadangan Piutang
Cadangan Persedian
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Pendapatan Yang Ditangguhkan
36,605,149,913.14
14,700,945,118.14
7,855,942,610.11
7,206,686,451.03
157,539,450.00
180,069,487,730.87
54,473,108,848.87
49,509,511,616.86
3,341,489,248.01
1,622,107,984.00
391.92
270.54
530.22
-53.63
929.65
522,575,093.00
0.00
-100.00
1,351,700.00
0.00
-100.00
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam asset tetap
Diinvestasikan dalam asset lainnya
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang
21,904,204,795.00
21,904,204,795.00
0.00
125,596,378,882.00
125,596,378,882.00
0.00
473.39
473.39
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37,127,725,007.14
180,069,487,730.87
385.00
JUMLAH ASET DAERAH
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
DANA
Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan,Laporan Keuangan, 2010
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Dalam rangka pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD, setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dan laporan kinerja. Entitas pelaporan yang dimaksud adalah pemerintah daerah. Di
lingkungan pemerintah daerah yang merupakan entitas akuntansi adalah Bendahara Umum Daerah (BUD).
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun Laporan
Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai pertanggung jawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan
menyampaikannya kepada Bupati paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien
dan akuntabel, analisa rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam
APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta. Dalam penerapan rasio
keuangan, pemerintah daerah harus melakukan beberapa analisis rasio yang berguna untuk menila
prospek, perkembangan serta kesehatan keuangan daerah. Rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang dicapai secara periodik, atau dilakukan dengan membandingkan rasio
keuangan pemerintah daerah dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat tetapi memilki potensi
daerah yang relatif sama. Beberapa perhitungan rasio yang diminta sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas.
1. Rasio Likuiditas
Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membayar utang jangka pendeknya. Ada dua jenis rasio likuiditas yang diukur yaitu, rasio lancar (current
ratio) untuk melihat kemampuan aktiva lancar yang dimiliki dalam membayar utang jangka pendek dan
quick test ratio (QTR) untuk melihat kemampuan aktiva lancar minus persediaan dalam membayar utang
jangka pendek.
Rasio lancar (current ratio) pada Tahun 2009 sebesar 29.13 dan pada Tahun 2010 adalah
sebesar 54,473,108,849.87. Nilai ini diinterprestasikan bahwa untuk setiap Rp. 1 kewajiban pada Tahun
2009 dijamin dengan Rp. 29.13 dan untuk setiap Rp. 1 kewajiban pada tahun 2010 dijamin dengan
Rp. 54,473,108,849.87. Nilai rasio lancar yang besar menunjukkan pengelolaan aktiva lancar kurang
bagus karena masih banyak aktiva lancar yang menganggur.
Nilai quick test ratio (QTR) pada Tahun 2009 adalah sebesar 28.83, dapat diartikan bahwa setiap
Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 28.83 aktiva lancar yang dapat cepat diuangkan, sedangkan nilai
pada Tahun 2010 sebesar 39,407,128,087.73 dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin
dengan Rp. 39,407,128,087.73 aktiva lancar yang cepat diuangkan.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, rasio solvabilitas adalah rasio
untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya.
Rasio total hutang terhadap total aset atau debt asset ratio (DAR) pada Tahun 2009 sebesar 0.01
dan Tahun 2010 sebesar 0.00. Angka rasio ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2009 persentase aktiva
yang didanai dari hutang hanya sebesar 1 % dan pada Tahun 2010 tidak ada aktiva yang didanai dari
hutang. Sedangkan nilai rasio hutang terhadap modal atau debt equity ratio (DER) Tahun 2009 sebesar
0.01 dan Tahun 2010 sebesar 0.00. Nilai ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2009 penyediaan dana dari
hutang hanya sebesar 1 % dan pada tahun 2010 tidak ada penyediaan dana dari hutang.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada kegiatan pelayanan
pemerintah daerah. Jenis rasio aktivitas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain: a) Rata-rata
umur piutang, yaitu rasio untuk melihat berapa lama, hari yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah
piutang menjadi kas), b) Rata-rata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam
dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan publik), c) Rasio
keserasian belanja, rasio ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja yang direalisasikan oleh
pemerintah daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja dibagi menjadi : belanja
tidak langsung dan belanja langsung. Perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung lebih besar
dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung.
Nilai rata-rata umur piutang pada Tahun 2010 adalah sebesar 6.02, ini menunjukkan kecepatan
pemerintah daerah dalam mengubah piutang menjadi kas adalah 6 hari. Sedangkan nilai rata-rata umur
persediaan pada Tahun 2010 adalah sebesar 200.22, angka ini berarti dalam satu tahun persediaan yang
dimiliki dapat diubah menjadi kas sebanyak 200.22 kali.
kecepatan untuk mengubah persediaan menjadi kas.
Semakin tinggi nilai rasio semakin tinggi pula
Angka rasio keserasian belanja pada Tahun 2010 adalah sebesar 1.86, angka ini menunjukkan
perbandingan yang serasi. Belanja langsung di masa yang datang, sebaiknya diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan multiplier effect bagi perekonomian daerah.
Tabel 2.3.8 memperlihatkan analisa rasio keuangan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
selama Tahun 2009 dan Tahun 2010.
Tabel 2.3.8 Analisa Rasio Keuangan
No.
1
2
3
4
5
6
7
U R A I A N
Rasio Lancar (current ratio)
Rasio Quick (quick test ratio)
Rasio total hutang terhadap total aset
Rasio hutang terhadap modal
Rata-rata umur piutang
Rata-rata umur pesediaan
Rasio Aktivitas (rasio keserasian belanja)
2009 (%)
-
29.13
28.83
0.01
0.01
2010 (%)
54,473,108,849.87
39,407,128,087.73
0.00
0.00
6.02
200.22
1.86
Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, Tahun 2009 dan 2010 (diolah)
2..3. 2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2008, sebagai daerah otonomi baru
kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memperoleh dana perimbangan, dana alokasi khusus, prasarana
pemerintahan, dana hibah dari kabupaten induk dan pemerintah provinsi serta bantuan keuangan lainnya.
Anggaran yang diperoleh, digunakan untuk urusan pemerintahan, mencakup urusan wajib dan urusan
pilihan, terutama urusan yang secara nyata berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kondisi, kekhasan, dan unggulan daerah.
2.3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Realisasi belanja terhadap anggaran belanja pada Tahun 2010 untuk belanja tidak langsung
sebesar Rp. 81,073,221,850.00 dan belanja langsung Rp. 151,112,299,913.00. Penggunaan dana untuk
belanja pemenuhan aparatur sebesar Rp. 182,436,490,959.00. Analisis proporsi belanja pemenuhan
kebutuhan aparatur dibandingkan realisasi anggaran belanja pada Tabel 2.9 menunjukkan prosentase
sebesar 78.57 %.
Tabel 2.3.9
No.
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
U r a i a n
Total belanja untuk
pemenuhan kebutuhan
aparatur
(Rp)
Total Pengeluaran
(Belanja +
Pembiayaan
Pengeluaran)
(Rp)
(b)
(a)
Tahun Anggaran
2009
2. Tahun Anggaran
182,436,490,959.00
232,185,521,763.00
2010
Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, 2008 s/d 2010 (diolah)
Prosentase
(a)/(b) x 100 %
1.
78.57
Melihat besarnya proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur, maka alokasi anggaran untuk
pelayanan publik relatif kecil. Kemampuan alokasi dana yang relatif kecil untuk pelayanan publik dapat
mengakibatkan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) akan sulit untuk dinaikkan. Demikian pula upaya pencapaian tujuan MDGs menjadi
terhambat. Penyebab minimnya alokasi anggaran untuk pelayanan publik disebabkan karena sebagai
daerah otonomi baru, titik berat kebijakan diprioritaskan pada terlaksananya peyelenggaraan pemerintahan
daerah.
2.3.2.2. Analisis Pembiayaan
Pendapatan daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2009 dan Tahun 2010,
masing-masing sebesar Rp. 78,734,578,988.57 dan Rp. 273,837,739,069.00 dengan belanja daerah
masing-masing sebesar Rp. 71,912,360,468.00 dan Rp. 231,986,837,763.00. Dengan tidak adanya
pengeluaran pembiayaan daerah, maka terjadi surplus sebesar Rp. 6,822,218,620.57 untuk Tahun 2009
dan surplus sebesar Rp. 41,850,901,306.75 pada Tahun 2010.
Tabel 2.3.10
Defisit riil anggaran kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
No
1
U R A I A N
2009 (Rp)
Realisasi Pendapatan Daerah
78,734,578,988.57
Dikurangi realisasi :
2
Belanja Daerah
71,912,360,468.00
Pengeluaran Pembiayaan
3
0.00
Daerah
Surplus/ Defisit riil
6,822,218,620.57
DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan 2010
2010 (Rp)
273,837,739,069.00
231,986,837,763.00
0.00
41,850,901,306.75
Dana SILPA untuk perhitungan tahun anggaran sebelumnya yang masuk kedalam perhitungan
Tahun 2009 adalah sebesar Rp. Rp. 1,066,969,089.54 dan pada Tahun 2010 Rp.7,855,942,610.11.
Dana SILPA ini merupakan salah satu komponen untuk menutupi apabila terjadi defisit riil anggaran, akan
tetapi pada Tahun Anggaran 2009 dan 2010 terdapat surplus dalam realisasi anggaran.
Tabel 2.3.11 Komposisi Penutup Defisit Riil
Anggaran Tahun 2009 dan Tahun 2010
No
1
2
3
URAIAN
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
4
Penerimaan Pinjaman Daerah
5
Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah
6
Penerimaan Piutang Daerah
DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, 2010 (diolah)
Proporsi Total dari Defisit Riil
2009 (%)
2010 (%)
15.64
18.77
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan
dana relatif besar, dan tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan belum mengalokasikan dana untuk pembentukan dana cadangan, sehingga
tidak ada pencairan dana dari dana cadangan di Tahun 2009 dan 2010. Demikian juga, tidak ada
penerimaan yang bersumber dari hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, seperti
bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
dan daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman daerah merupakan salah satu
alternatif sumber pembiayaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, termasuk untuk menutup
kekurangan arus kas.
Dari Tabel 2.12 terlihat bahwa selama Tahun 2009 hingga Tahun 2010, sebagai tahun rujukan
yang dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah, adanya kecenderungan peningkatan SiLPA
(Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) setiap tahunnya. Merujuk pada ketentuan pasal 62, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sumber
terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan,
pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga yang belum terselesaikan hingga akhir tahun, serta
sisa dana kegiatan lanjutan.
Dari uraian tentang sumber terjadinya SiLPA, maka selama Tahun 2009 hingga Tahun 2010 di
kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, terdapat ada 4 (empat) item yang berkontribusi bertambahnya
SiLPA, yaitu :
a) Pelampauan penerimaan PAD, yang secara keseluruhannya jika di rata-ratakan konstribusinya
mengalami kenaikan sebesar 3.3 %. Namun jika dibandingkan dengan kondisi SiLPA tahun
bersangkutan, pelampauan penerimaan PAD paling besar kontribusinya terjadi pada Tahun anggaran
2009, yaitu 3.47 %. Hal ini disebabkan karena pada Tahun 2009 jumlah SilPA jauh lebih kecil yaitu
sebesar Rp. 7,889,187,610.11 dibanding Tahun 2010, yang mencapai Rp. 49,706,843,916.86.
b) Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan, rata-rata kontribusinya sebesar 281.70 %, terhadap
jumlah keseluruhan SiLPA. Namun nilai konstribusi maupun proporsi tahunannya, mengalami
penurunan pada Tahun 2010. Penurunan ini tidak akan terjadi jika perencanaan alokasi dana
perimbangan oleh pemerintah daerah yang dimuat dalam RAPBD Tahun berjalan sesuai dengan
realisasi penetapan oleh pemerintah pusat.
c) Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, dengan rata-rata konstribusinya
sebesar 27,83 %; Jika dilihat nilai nominalnya, kontribusi terbesar terhadap SiLPA diperoleh pada
Tahun anggaran 2010 yaitu sebesar Rp. 4,061,259,784.00, sedangkan menurut proporsinya, terjadi
pada Tahun anggaran 2009 yaitu sebesar 47.49%.
d) Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya, dengan rata-rata konstribusinya sebesar 14.70 %. Dari
pertumbuhan kontribusi secara nominal dan proporsi terus meningkat. Kondisi ini, merupakan fakta
kurang akuratnya perencanaan pembangunan dengan perencanaan alokasi kegiatan.
Tabel 2.3.12 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
2009
No.
Uraian
1
Jumlah SiLPA
Pelampauan
penerimaan PAD
Pelampauan
penerimaan dana
perimbangan
Pelampauan
Penerimaan Lainlain pendapatan
daerah yang sah
Sisa pengehematan
belanja akibat
lainnya
Kewajiban kepada
2
3
4
5
6
2010
7,889,187,610.11
% dari
SiLPA
100.00
49,706,843,916.86
% dari
SiLPA
100.00
273,864,090.95
3.47
1,578,515,734.86
3.18
44,273,956,428.54
561.20
1,086,118,238.00
2.19
3,746,749,761.73
47.49
4,061,259,784.00
8.17
1,066,969,089.54
13.52
7,889,167,610.11
15.87
0.00
0.00
0.00
0.00
Rp
Rp
pihak ketiga sampai
dengan akhir tahun
belum terselesaikan
7
Kegiatan Lanjutan
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber : DPPKAD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan 2010 (diolah)
2.3.3 Kerangka Pendanaan
Pada bagian ini akan dijelaskan pengeluaran keuangan yang harus dilakukan pemerintah daerah,
baik terkait dengan pembelanjaan kategori kewajiban maupun pengeluaraan pembiayaan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan daerah serta kemampuan pendapatan daerah. APBD merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari: a) pendapatan daerah,
b) belanja daerah, dan c) pembiayaan daerah.
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih, terdiri dari: pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih. Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah berbentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas social, fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
sosial. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Gambar 2.3.2 Proyeksi Penerimaan Daerah, Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, dan
Kapasitas Rill Kemampuan Daerah
400,000,000,000.00
350,000,000,000.00
Penerimaan Daerah
300,000,000,000.00
250,000,000,000.00
200,000,000,000.00
150,000,000,000.00
100,000,000,000.00
50,000,000,000.00
Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan Wajib dan
Mengikat serta Prioritas
Utama
Kapasitas Riil
Kemampuan Daerah
0.00
Gambar 2.3.2 adalah Proyeksi Penerimaan Daerah, Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib
dan Mengikat serta Prioritas Utama, dan Kapasitas Rill Kemampuan Daerah kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015. Penerimaan daerah adalah uang yang
masuk ke kas daerah; Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama,
adalah pengeluaran yang harus dikeluarkan atau dibayarkan, dan tidak bisa ditunda untuk tahun anggaran
berikutnya; sedangkan kapasitas riil kemampuan daerah adalah selisih penerimaan daerah setelah
dikurangi belanja dan pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta prioritas utama.
Kapasitas riil Keuangan daerah selanjutnya dialokasikan untuk mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah, yang terdiri dari prioritas I dan prioritas II. Priotitas I, merupakan program
pembangunan daerah yang merupakan program unggulan (dedicated) kepala daerah dalam mewujudkan
visi-misi-nya. Program ini dilaksanakan sejalan dengan RPJMN dan atau amanat kebijakan nasional.
Program prioritas I, berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala
besar, dan memiliki nilai manfaat yang tinggi serta memberikan dampak luas pada masyarakat dengan
daya ungkit yang tinggi pada capaian Visi “Terwujudnya Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Yang Religius, Berbudaya, Maju dan Sejahtera ”.
Program prioritas II, adalah program prioritas di tingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari
hasil analisis per urusan, memiliki dampak luas pada masyarakat, sesuai dengan prioritas dan
permasalahan yang dihadapi, berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk
peningkatan kapasitas kelembagaan.
2.3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Pengeluaran periodik pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan daerah saat RPJMD
dibuat, memperlihatkan kondisi sebagai berikut :
Tabel 2.3.13 Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
No
A
1
2
3
4
5
6
7
B
1
2
3
4
5
C
1
2
U r a i a n
Belanja Tidak Langsung
Belanja Gaji dan Tunjangan
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD
serta Operasional KDH/WKDH
Belanja Bunga
Belanja Bagi Hasil
Belanja Tambahan Penghasilan PNS
Belanja Penghasilan Lainnya
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Belanja Langsung
Belanja Honorarium PNS untuk Guru dan Tenaga
Medis
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS
Belanja Jasa Kantor (Khusus tagihan bulanan seperti
listrik, air, telepon dan sejenis)
Belanja Sewa Gedung Kantor
Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor
(yang telah ada kontrak jangka panjang)
Pembiayaan Pengeluaran
Pembentukan Dana Cadangan
Pembayaran Pokok Hutang
T o t a l
Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan,Laporan Keuangan, 2010
2010(Rp)
64,452,050,172.00
43,331,211,861.00
641,900,000.00
0.00
0.00
15,127,482,111.00
2,340,436,200.00
3,011,020,000.00
3,500,632,632.00
1,329,020,000.00
180,000,000.00
1,875,862,632.00
115,750,000.00
0.00
522,575,093.00
0.00
522,575,093.00
68,475,257,897.00
2.4 Tata Ruang Wilayah
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten (penataan kabupaten)
merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah provinsi dalam pelaksanaan
pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah provinsi yang diharapkan.
2.4.1
TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Terwujudnya kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai kabupaten yang berbasis
agropolitan, minapolitan, dan mitigasi bencana.
Meningkatkan pengelolaan potensi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai daerah
pertanian, perkebunan dan perikanan di Provinsi Sulawesi Utara yang berbasis pada peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
2.4.2
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pengelolaan Kawasan Lindung untuk mencegah fungsi kerusakan lingkungan dengan cara
melindungi sistem penunjang kehidupan, melindungi dan meningkatkan keaneragaman biotik, dan
meningkatkan integritas ekosistim.
Pengembangan Kawasan Budidaya sehingga kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya
dapat dimanfaatkan bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) dan pemenuhan kebutuhan permukiman.
2.4.3
STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
2.4.3.1
Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Strategi Pengelolaan dan Pemantapan Kawasan Lindung di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan meliputi :
 memantapkan kawasan hutan lindung melalui pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk
memudahkan pengendaliannya;
 memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis
untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan
bagi air tanah;
 mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan
kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
 pengembalian fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan (rehabilitasi dan
konservasi);
 melindungi kawasan TN Bogani Nani Wartabone sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan keunikan alam;
 melindungi dan menjaga kawasan rawan bencana, yaitu kawasan yang sering mengalami bencana
alam seperti gelombang pasang/abrasi, gerakan tanah/longsor, banjir;
 melindungi manusia dari ancaman bencana geologi seperti gempabumi, dan tsunami;
 melindungi kawasan perairan dari kerusakan oleh kegiatan budidaya, termasuk sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau
kota;
 melindungi kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi, mempunyai nilai sejarah, maupun yang memiliki bentuk geologi alami
yang khas;
 melindungi pulau-pulau kecil agar tetap lestari;
 memantau kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung (antara lain penelitian, eksplorasi
mineral dan air tanah, pencegahan longsor/ bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung.
 mengembalikan fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan
 pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya bagi perlindungan kawasan yang dapat mengganggu atau
merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya;
 menata dan mengamankan Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu.
2.4.3.1
Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung
2.4.3.2
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
2.4.3.3.
Strategi Pengembangan Kawasan Pertanian
2.4.3.4
Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan
2.4.3.5
Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan
Strategi pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu
:
 Penyiapan sarana & prasarana yang lengkap, meliputi : aksesibilitas ektern-intern, fasilitas pendukung
kegiatan pertambangan, perumahan karyawan/pengelola dan pengolahan limbah ;
 Menciptakan lingkungan berkualitas dengan memandang kawasan pertambangan sebagai wadah
kehidupan yang harus dapat mewadahi kehidupan yang berkualitas tinggi dan memiliki keterkaitan
antar ruang yang efisien dan efektif sehingga kinerja operasional dapat menyesuaikan dengan proses
produksi sampai pada masa pasca konstruksi ;
 Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan akan
dikembangkan utamanya untuk pengelolaan potensi tambang mineral dan air tanah yang berperan
dalam mendukung pengembangan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
2.4.3.7
Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Strategi pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu :
 Pengembangan kepariwisataan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya dan
sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan
memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam
serta kelestarian fungsi lingkungan hidup ;
 Penyediaan fasilitas penunjang kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia,
meliputi : jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan
saluran air kotor ;
 Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan
kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa
masyarakat serta memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan
pertanian, perikanan, dan perkebunan ;
 Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat membantu
memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian benda cagar budaya yang
bersangkutan ;
 Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan
pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
2.4.3.8
A.
Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman
Fungsi dan Tujuan Pengembangan Kawasan Perumahan
Kawasan peruntukan perumahan memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan/penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial
serta sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan
keluarga. Dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 534/KPTS/M/2001
menyatakan bahwa zona perumahan/permukiman adalah peruntukkan tanah yang terdiri dari kelompok
rumah tinggal yang mewadahi perikehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitasnya. Penetapan zona perumahan bertujuan untuk menyediakan lahan untuk pengembangan hunian
dengan kepadatan yang bervariasi, mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong
penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat dan merefleksikan pola - pola pengembangan yang
diinginkan masyarakat pada lingkungan - lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
B.
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Perumahan
Strategi pengembangan kawasan perumahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu:
 Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman disesuaikan dengan daya dukung tanah
setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta
dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup ;
 Penyiapan prasarana jalan untuk mendukung aksesibilitas ektern-intern pada kawasan peruntukan
permukiman dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum ;
 Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan
fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih,
persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama) ;
 Kawasan peruntukan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung yang ada dan upaya pelestarian
kemampuan sumber daya alam ;
 Menciptakan lingkungan berkualitas dengan memandang kawasan perumahan sebagai wadah
kehidupan yang harus dapat mewadahi kehidupan yang berkualitas tinggi dan memiliki keterkaitan
antar ruang yang efisien dan efektif.
2.4.3.9

Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan
Fungsi dan Sasaran Pengembangan Kawasan Pertambangan
Dalam pengembangan kawasan pertambangan di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain :
1. Fungsi Utama Kawasan Pertambangan
Fungsi utama kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, antara lain :
 Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi bahan galian pertambangan secara umum, dan
bahan galian C ;
 Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja serta peningkatan pendidikan, kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat sekitar kawasan pertambangan ;
 Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
 Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan
pertambangan.
2. Sasaran Pengembangan Kawasan Pertambangan
Sasaran pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, adalah :
 Tersedianya infrastruktur yang terkonsentrasi di suatu area yang relatif khusus untuk kegiatan
pertambangan ;
 Lingkungan pertambangan tidak semata untuk kegiatan pertambangan saja, tapi juga ditata menjadi
lingkungan yang dapat menarik usaha baru dengan infrastruktur yang terintegrasi dengan baik ;
 Memberikan jarak yang cukup dari kawasan urban guna meminimalkan eksternalitas terhadap
lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat ;
 Menyediakan pengendalian yang terpusat dan menyesuaikan pada kondisi lokasi yang tersedia.
Kawasan Rawan Bencana Alam
(1) Kawasan Rawan Tanah Longsor
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan,
tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Secara umum, faktor
pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal,
lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) terjadinya pengikisan tanah atau erosi.
Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah berlereng curam dan/atau
kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor.
Lokasi rencana kawasan rawan gerakan tanah/longsor di wilayah perencanaan tersebar di sepanjang
jalur jalan Trans Sulawesi bagian Selatan dan jalur jalan yang menghubungkan Molibagu dengan Dumoga.
(2) Kawasan Rawan Gelombang Pasang /Abrasi
Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan
bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi
karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari
gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Jika terjadi
gelombang pasang di laut akan menyebabkan terkikisnya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.
(3) Kawasan Rawan Banjir
Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori: (a)
Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri
dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia; (b) Banjir yang disebabkan oleh
meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat
badai; dan (c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan
bangunan pengendali banjir. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri atas
Kawasan rawan gempabumi, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, dan kawasan rawan tsunami
(4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
a. Kawasan rawan gempa bumi
Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan
XII Modified Mercally Intensity (MMI). Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Gempa Bumi
adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat terjadinya gempa bumi maupun
secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tergolong
daerah dengan tingkat ancaman “tinggi” terhadap gempabumi (Peta Indeks Ancaman Gempabumi di
Indonesia, BNPB, 2010).
b. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif
Kawasan sempadan sesar adalah kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sesar. Kawasan ini sangat
berbahaya karena kawasan yang sangat labil. Oleh sebab itu diperlukan rencana pengelolaan untuk
pengaturan sempadan sesar agar supaya resiko bencana dapat dihindari. Kawasan yang terletak di
zona patahan aktif sebagaimana dikamsud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan kriteria:
sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif.
Menurut Peta Geologi oleh Apandi, 1977, di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki struktur
sesar berarah Timur Laut – Barat Daya yang memanjang dari sekitar Tanjung Dodepo – Gunung
Mogonipa dan sesar geser berarah Barat Laut – Tenggara, memanjang dari daerah sekitar Mataindo
– Dumoga. Sebagian struktur sesar ini melewati kawasan hutan namun pada bagian tertentu, struktur
sesar ini diprakirakan berada di kawasan permukiman.
c. Kawasan Rawan Tsunami
Tsunami merupakan dampak turunan dari gempabumi yang diikuti pematahan/dislokasi lantai
laut/samudera yang menimbulkan pergerakan gelombang tsunami, menuju kearah darat. Gerak
gelombang tersebut akan merusak segala hasil budidaya manusia di laut dan daratan pantai yang
dapat terjangkau oleh gelombang tsunami tersebut. Berdasarkan Peta Indeks Risiko Bencana
Tsunami di Provinsi Sulawesi Utara (BNPB, 2010), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
termasuk dalam tingkat Risiko “Sedang” terhadap tsunami.
1.5 Sosial dan Budaya
1.5.1
Tempat/ Kegiatan Sosial
Hampir semua desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki
tempat kegiatan social seperti Balai Pertemuan Umum (Balai Desa/ Kelurahan). Selain itu tersedia fasilitas
umum baik milik pemerintah maupun milik organisasi social/yayasan yang digunakan untuk kegiatan
kemasyarakatan.
1.5.2
Agama
Penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah penduduk yang taat beragama.
Mayoritas beragama Islam dan lainnya beragama Kristen. Sarana peribadatan saat ini terdiri dari 87 unit Mesjid
dan 22 unit Gereja.
Tabel 2.5.1
Jumlah Penduduk menurut Agama
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Kecamatan
Islam
Kristen
Katholik
Hindu
Budha
Bolaang Uki
Posigadan
Pinolosian
Pinolosian Timur
Pinolosian Tengah
17.562
18.480
8.720
6.046
4.749
32
287
104
3.529
264
27
4
-
6
6
-
-
Jumlah/ Total
55.557
4.216
31
12
-
Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009
Sarana peribadatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mengikuti jumlah agama yang dianut
oleh masyarakat. Berdasarkan data Bolaang Mongondow Selatan Dalam Angka tahun 2009 diketahui bahwa
agama yang ada berjumlah 4 agama, yaitu: Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam, dan Hindu. Kerukunan
hidup Bergama di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terbina dengan baik.
Mayoritas penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menganut agama Islam, kemudian
Kristen, Perkembangan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan di masing-masing
agama. Tempat peribadatan umat Islam berjumlah 87 mesjid, dan untuk peribadatan umat Kristiani berjumlah
22 gereja. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5.2
Sarana Peribadatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Jumlah Tempat Ibadah
Nama
Islam
Kristen
Hindu
Kecamatan
Mesjid
Gereja
Pura
Bolaang Uki
35
4
Posigadan
23
Pinolosian
15
2
Pinolosian Timur
7
13
Pinolosian Tengah
7
3
Jumlah
87
18
Sumber : Profil Kab. Bolaang Mongondow Selatan 2009
Budha
Wihara
-
Gambar 2.5.3
Mesjid dan Gereja di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Sumber: Dokumentasi Tim Pokja PPSP Bolsel, 2012
2.4.1.4
Sarana Kegiatan Sosial
Hampir semua desa yang ada di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki tempat
kegiatan sosial seperti Balai Pertemuan Umum (BPU) atau Balai Desa. Selain itu tersedia juga fasilitas umum,
baik milik pemerintah, organisasi sosial, dan yayasan yang digunakan untuk berbagai kegiatan
kemasyarakatan.
2.4.1.5
Sarana Olah Raga
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan saat ini belum memiliki sarana dan prasarana olahraga yang
memadai dan representative. Akan tetapi di beberapa cabang olahraga, yaitu di tingkat pendidikan dapat
berprestasi. Saat ini yang sering dipakai sebagai sarana olahraga seperti Sepak Bola, Bola Volley, dan
Bulutangkis oleh para atlit dan masyarakat adalah Lapangan Molibagu.
Berikut adalah tabel dan gambar tentang sarana olahraga yang mudah dijumpai dan sering digunakan
di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Tabel 2.5.4
Sarana Olahraga di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
No
1.
2.
3.
4.
1.5.3
Sarana Olahraga
Lokasi
Lapangan Sepak Bola
Lapangan Bola Volly
Lapangan
Lapangan Bulutangkis
Molibagu
Lapangan Lain-lain
Sumber : Profil Kab. Bolaang Mongondow Selatan 2009
Jumlah
1
Pendidikan
Sektor pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan daerah sehingga harus berupaya
menjangkau seluruh pelosok desa agar dapat memperoleh pendidikan, walaupun diperhadapkan dengan
berbagai masalah. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan menjangkau semua penduduk usia
sekolah, pemerintah terus berupaya mencari terobosan terhadap berbagai hal yang berkaitan dan mendukung
bidang pendidikan. Untuk sarana pendidikan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terbagi-bagi
di beberapa kecamatan, yaitu :
a. Kecamatan Bolaang Uki
Terdapat 3 unit TK swasta, SD Negeri 19 unit, SD swasta 3 unit, SMP Negeri 5 unit, SMP Swasta 1 unit,
SLTA Negeri 1 unit dan SLTA Swasta 1 unit.
b. Kecamatan Posigadan
Terdapat 7 unit TK swasta, SD Negeri 15 unit, SD swasta 1 unit, SMP Negeri 1 unit, SMP Swasta 1 unit,
dan SLTA 1 unit.
c. Kecamatan Pinolosian
Terdapat 6 unit TK swasta, 9 unit SD Negeri, 1 unit SMP Negeri, 1 unit SMP swasta, dan 1 unit SLTA
Negeri.
d. Kecamatan Pinolosian Timur
Terdapat 8 unit TK swasta, 3 unit SD Negeri, 1 unit SMP Negeri, 1 unit SMP swasta, dan 1 unit SLTA
Negeri.
e. Kecamatan Pinolosian Tengah
Terdapat 10 unit TK swasta, 14 unit SD Negeri, dan 1 SMP Negeri
Tabel 2.5.5
Jumlah Sekolah di Bawah Departemen Pendidikan Nasional
Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Kecamatan
Bolaang Uki
Posigadan
Pinolosian
Pinolosian Timur
Pinolosian Tengah
Jumlah/ Total
TK
11
8
6
7
5
SD
24
16
10
8
5
SLTP
7
5
2
3
1
37
63
18
SMU SMK
3
1
1
1
4
2
Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009
Untuk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pendidikan merupakan program prioritas
pembangunan daerah di mana pemerintah daerah berupaya menjangkau seluruh pelosok desa dengan cara
menyelesaikan berbagai permasalahan seperti akses, pemerataan pelayanan pendidikan, mutu pendidikan
dan manajemen pelayanan pendidikan. Pendidikan melalui partisipasi sekolah dapat dilihat melalui jumlah
penduduk berdasarkan usia 7-24 tahun di mana terdapat 58.64% masih bersekolah, 33,43% tidak sekolah lagi
dan sebanyak 7.93% belum pernah sekolah. Berikut adalah gambar pendidikan penduduk dilihat dari
partisipasi sekolah.
Gambar 2.5.6
Penduduk Usia 7-24 Tahun menurut Partisipasi Sekolah
Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009
Berdasarkan perkembangan rasio murid terhadap guru tahun 2008 untuk TK, maka jumlah guru masih
cukup, sedangkan untuk tingkat SD, SLTP, SMU dan SMK rasio murid terhadap guru semakin menurun. Hal
ini mengindikasikan bahwa penambahan guru untuk tingkat SD, SLTP, SMA dan SMK di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan merupakan hal yang mendesak. Perkembangan rasio murid terhadap guru di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan dapat dilihat pada gambar berikut.
2.5.1.2
Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar
semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dengan
upaya tersebut diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang baik akan tercapai. Upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan
memberikan penyuluhan kesehatan agar keluarga berperilaku hidup sehat dan penyediaan fasilitas seperti
Puskesmas, BKIA, Posyandu, Toko Obat, Apotik, dan Tenaga Kesehatan yang terdiri dari dokter, Bidan,
Perawat dan paramedis.
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan telah memiliki pusat sarana kesehatan masyarakat di tiap
kecamatan namun fasilitas pendukungnya masih sangat minim. Meskipun demikian, beberapa Puskesmas
sudah melaksanakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan serta memiliki kendaraan operasional. Data
tersebut dapat dilhat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5.7
Rumah Sakit, Puskesmas dan Sarana Kesehatan Per Kecamatan
di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Nama
Puskesmas
Molibagu
Mamalia
Pinolosian
Adow
Dumagin
Sifat Pelayanan
Kedudukan
Kec. Bolaang Uki
Kec. Posigadan
Kec. Pinolosian
Kec. Pinolosian Tengah
Kec. Pinolosian Timur
Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Jalan
Jumlah Kendaraan
Operasional
1 Unit Ambulance
1 Unit Ambulance
Ket.
Ambulance Rusak Berat
Ambulance Rusak Berat
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2011:
Berikut data sarana kesehatan menurut buku Profil Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tahun 2011:
 Kecamatan Bolaang Uki terdapat 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah, 1 unit Puskesmas, 1 unit Poliklinik
dan 6 unit Puskesmas Pembantu,
 Kecamatan Posigadan terdapat 1 unit Puskesmas dan 6 unit Puskesmas Pembantu,
 Kecamatan Pinolosian terdapat I unit Puskemas dan 3 unit Puskesmas Pembantu,
 Kecamatan Pinolosian Timur terdapat 1 unit Puskesmas dan 4 unit Puskesmas Pembantu,
Kecamatan Pinlolosian Tengah terdapat 1 unit Puskesmas, 3 unit Puskesmas Pembantu
1.6
Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berikut ini merupakan struktur organisasi SKPD terkait dengan persampahan, air limbah dan drainase
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Rumah Sakit Umum Daerah
dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PEKERJAAN UMUM, PEMUKIMAN DAN
PRASARANA WILAYAH
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
PROGRAM DAN
PELAPORAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
TATA KOTA
BIDANG
PERALATAN DAN
LABORATORIUM
BIDANG
BINA MARGA
BIDANG
CIPTA KARYA
BIDANG
SUMBER DAYA AIR
SEKSI
JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
WILAYAH
SEKSI
SURVEI DAN
PENGENDALIAN
PENGAIRAN
SEKSI PENGENDALIAN
TATA RUANG
SEKSI
PERALATAN DAN
PERBENGKELAN
SEKSI
PEMUKIMAN DAN
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
SEKSI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
SEKSI KEBERSIHAN
TAMAN DAN MAKAM
SEKSI
LABORATORIUM
SEKSI
PEMADAM
KEBAKARAN
SEKSI
OPERASI DAN
KEMITRAAN
SEKSI
PEMELIHARAAN
PERAWATAN DAN
LEGER JALAN
SEKSI
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR DAN
BINA LEMBAGA
U P T D
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PENANGGULANGAN
MASALAH KESEHATAN
BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN
SEKSI
PENCEGAHAN,
PENANGGULANGAN PENYAKIT
DAN WABAH
SEKSI
KEFARMASIAN,
PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
U P T D
SUB BAGIAN
UMUM DAN
PERLENGKAPAN
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PROMOSI KESEHATAN
DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN
BIDANG
PERENCANAAN
KESEHATAN
SEKSI
BINA KESEHATAN
KELUARGA
SEKSI
PEMBINAAN KESEHATAN
MASYARAKAT DAN JPKM
SEKSI
PERENCANAAN,
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN
SEKSI
PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
DAN KEPERAWATAN
SEKSI PENGEMBANGAN
MEDIA, PENYEBARLUASAN
INFORMASI DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
SEKSI
EVALUASI DAN
ANALISIS DATA
KESEHATAN
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
BUPATI
WAKIL BUPATI
SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN
PEMERINTAHAN DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN
TATA
PEMERINTAHAN
BAGIAN
HUKUM DAN
ORGANISASI
ASISTEN
PEREKONOMIAN DAN
PEMBANGUNAN
BAGIAN
KESEJAHTERAAN
SOSIAL
BAGIAN
PEREKONOMIAN
BAGIAN
PEMBANGUNAN
ASISTEN
ADMINISTRASI UMUM
BAGIAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
BAGIAN
TATA USAHA
PIMPINAN
STAF AHLI
BAGIAN
UMUM
SUBBAGIAN
PEMERINTAHAN UMUM
SUBBAGIAN
KELEMBAGAAN,
KEPEGAWAIAN DAN
ANALISA FORMASI JABATAN
SUBBAGIAN
BINA KESRA
SUBBAGIAN
INVESTASI DAN
PEREKONOMIAN RAKYAT
SUBBAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
DAN PENGENDALIAN
SUBBAGIAN
PROTOKOL DAN
DOKUMENTASI
SUBBAGIAN
TATA USAHA BUPATI
DAN WAKIL BUPATI
SUBBAGIAN
UMUM DAN KEUANGAN
SUBBAGIAN
HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA
SUBBAGIAN TATA LAKSANA
JARINGAN DOKUMENTASI
ARSIP DAN PERPUSTAKAAN
SUBBAGIAN
REHABILITASI SOSIAL
SUBBAGIAN
SARANA
PEREKONOMIAN
SUBBAGIAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN
INFORMASI DAN
PEMBERITAAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SEKRETARIS DAERAH
SUBBAGIAN
PERLENGKAPAN
SUBBAGIAN
OTONOMI DAERAH
SUBBAGIAN
PERUNDANG-UNDANGAN,
BANTUAN HUKUM DAN HAM
SUBBAGIAN
BINA HUBUNGAN ANTAR
UMAT BERAGAMA
SUBBAGIAN
URUSAN RUMAH
TANGGA
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
KEPALA
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
PROGRAM DAN
PELAPORAN
BIDANG
ANALISIS PENCEGAHAN
DAN DAMPAK LINGKUNGAN
BIDANG
PENGAWASAN, PENGENDALIAN
DAN PEMULIHAN
SUBBIDANG
TEKNIS ANALISIS
DAMPAK LINGKUNGAN
SUBBIDANG
PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
SUBBIDANG
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN DAN
KAPASITAS
SUBBIDANG
PEMULIHAN KUALITAS
SUB BAGIAN
KEUANGAN
Download