kawasan kota lama

advertisement
Dampak Pariwisata
dan Lingkungan Binaan
PL 4008 PENGANTAR PARIWISATA
Dampak Pariwisata
(Craig-Smith & French, 1994)
KEGIATAN PARIWISATA
DAMPAK TERHADAP LINGK. ALAM
DAMPAK SOSIO-EKONOMI,
DAMPAK SOSIO-BUDAYA
DAMPAK TERHADAP LINGK. BINAAN
PENGELOLAAN/MANAJEMEN
PARIWISATA
• Internasional
• Regional
• Nasional
• Lokal
Lingkungan Binaan
(built environment)
Hasil cipta-karya manusia:
Bangunan: arsitektur, tugu/monumen, jembatan, dsb.
Sekelompok bangunan dalam kawasan tertentu
Keragaman Lingkungan Binaan
Skala : lokal, nasional, regional
Lokasi : kota, desa
Karakter : tradisional, modern, postmodern, eklektik/campuran
Lingkungan Binaan:
terkait dengan alam & budaya
•LINGKUNGAN ALAM-BUATAN/BINAAN
•CULTURAL LANDSCAPE
•PUSAKA SAUJANA
Hubungan/Keterkaitan
Lingkungan Binaan & Pariwisata
Elemen lingkungan binaan merupakan
salah satu daya tarik wisata
Penggunaan lingkungan binaan untuk
kegiatan pariwisata
Pariwisata memiliki dampak bagi
lingkungan binaan
Fasilitas & infrastruktur pariwisata
merupakan bagian dari lingkungan
binaan
Dampak Pariwisata terhadap
Lingkungan Binaan
tergantung pada:
Skala pengembangan:
besar/kecil; nasional/lokal, dsb.
Jenis/tipe wisatawan yang berkunjung:
ecotourist, mass tourist, dsb.
Daya dukung lingkungan:
seberapa rentan suatu tapak untuk
dikembangkan
Kebijakan & lingkungan politik:
sebagai alat untuk mengontrol dampak
Tiga Tipe Lingkungan Binaan
yang berdaya tarik wisata
Dampak/implikasi kegiatan pariwisata terhadap lingkungan binaan:
Peninggalan Bersejarah
Resort
Kawasan/Kota Lama
Lingkungan binaan & pariwisata:
Peninggalan bersejarah
“Movable/immovable heritage”
Bangunan bersejarah
Peninggalan bersejarah, seperi candi, prasasti, dsb.
PENINGGALAN BERSEJARAH
Jumlah pengunjung/wisatawan yang melebihi daya dukung
situs/kawasan
Upaya pelestarian situs/kawasan
Pengelolaan kawasan pariwisata: lintas-sektoral, lintas-wilayah,
melibatkan masyarakat setempat
Lingkungan binaan & pariwisata:
Resort
Dibangun khusus untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata
Kepemilikan ‘jelas’
Sifatnya tertutup (secluded)
RESORT
Penolakan masyarakat setempat terhadap (rencana) resort
yang akan dibangun
Pembangunan ‘besar-besaran’ dan sporadis
Bentuk-tata letak, kegiatan ekonomi dipengaruhi sepenuhnya
oleh kegiatan pariwisata, termasuk uang yang dibelanjakan oleh
wisatawan
Lingkungan binaan & pariwisata:
Kawasan/Kota Lama
Daerah pusat kota yang ‘ditinggalkan’
Penurunan kualitas kawasan/kota lama
Contoh:
Kota Tua Jakarta, Semarang, dsb.
Kawasan Kota Lama Malang,
Bandung, dsb.
KAWASAN KOTA LAMA

Kegiatan pariwisata diciptakan untuk menghidupkan
kembali ekonomi kota.

Perlunya dukungan dari Badan/Gerakan Pelestarian
Lingkungan Binaan
Pariwisata & “Visual Consumption of
the Environment”(Urry, 1995)
Lingkungan yang ‘indah’
Lingkungan yang beresiko
tinggi/berbahaya
Lingkungan yang biasa-biasa
saja
Lingkungan yang ‘buruk’
“Lingkungan seringkali menjadi daya
tarik utama & selalu dinikmati
banyak orang”
Dampak Positif Pariwisata
terhadap Lingkungan Binaan
Terjadinya pelestarian lingkungan
alam maupun binaan
Adanya perbaikan dan atau
peningkatan lingkungan fisik
Meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan
Dampak Negatif Pariwisata
terhadap Lingkungan Binaan
Penurunan kualitas lingkungan
sumber daya alam dan binaan
akibat pemanfaatan yang
melampaui daya dukung
Timbulnya kemacetan &
kepadatan di suatu destinasi
Meningkatnya pencemaran/polusi
air, udara, dan kebisingan
Terjadinya erosi fisik dan
perusakan (vandalisme) terhadap
lingkungan binaan
Tindakan-tindakan
untuk Mengontrol Dampak (1)
Penghentian kegiatan pariwisata yang merusak
lingkungan
Perencanaan area perlindungan
Pendidikan yang terkait dengan dampak & perilaku
wisatawan
Penggunaan teknologi baru/teknologi tepat guna
Tindakan-tindakan
untuk Mengontrol Dampak (2)
Sistem transportasi & infrastruktur yang baik
Memantau isu kemiskinan & kebocoran
Mendorong kebijakan lingkungan
‘Public debate’
Memaksimalkan Dampak Positif
Pariwisata dapat memberikan sumbangan positif
kepada lingkungan bila dikelola dengan baik –
secara berkelanjutan, seperti:
– Lingkungan pedesaan
– Lingkungan alam
– Kawasan bersejarah & karakter arsitektur lokal
Perencanaan pariwisata yang hati-hati dapat
menghindari dampak negatif sebelum terjadi dan
siap melakukan mitigasi bila terjadi
Contoh Kasus: Pengelolaan Dampak
Pariwisata terhadap Lingkungan di
Kabupaten Bogor
Dokumen Perencanaan & Kebijakan untuk Kawasan
Bopunjur
RTRW Kabupaten Bogor: Strategi, Arahan, dan
Pengaturan Teknis Pengelolaan Kawasan Pariwisata
Kabupaten Bogor (2000)
Pola Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Bogor (1998)
Strategi Pengelolaan
Kawasan Pariwisata Kab. Bogor
(RTRW Kab. Bogor)
Penataan fasilitas & utilitas pada setiap objek
wisata yang ada agar dapat menarik minat
wisatawan
Peningkatan prasarana dan sarana transportasi
untuk mencapai setiap objek dan penyediaan fasilitas
akomodasi di sekitarnya
Operasionalisasi kegiatan pariwisata di kawasan
yang bersangkutan tidak akan mengganggu
kelestarian fungsi lingkungan
Tujuan Pengelolaan
Kawasan Pariwisata Kab. Bogor
(RTRW Kab. Bogor)
Memanfaatkan potensi keindahan alam & budaya
di kawasan pariwisata; memperhatikan kelestarian
nilai-nilai budaya, adat-istiadat
Memperhatikan pengaturan-pengaturan teknis
dalam pengembangan kegiatan di kawasan
pariwisata
Pengaturan Teknis
Kawasan Pariwisata Kab. Bogor
(RTRW Kab. Bogor)
Alokasi penggunaan lahan yang harus menunjang
fungsi utama kawasan (pariwisata)
Pengaturan perletakan bangunan dan semua
elemen-elemen fisik sehingga tercapai suatu
kemudahan, keamanan, kenyamanan & kecepatan
dalam melakukan pergerakan/kegiatan maupun
memperoleh pelayanan
Arahan Pengembangan
Kawasan Pariwisata Kab. Bogor
(RTRW Kab. Bogor)
Pemantapan dan peningkatan pemanfaatan kawasan
pariwisata yang telah berkembang dengan penekanan
pada kegiatan yang mempertahankan kelestarian
lingkungan
Pengembangan kawasan-kawasan pariwisata baru,
terutama di bagian Barat dan Timur, sesuai dengan
potensi sumber daya alam yang ada, serta
memperhatikan keserasiannya dengan kelestarian
lingkungan dengan ditunjang oleh sarana dan prasarana
baru (terutama jaringan jalan)
“bertambahnya kunjungan yang terus menerus seharusnya tidak lagi menjadi
kriteria utama untuk pengembangan wisata. Yang diperlukan adalah
pendekatan pengembangan wisata yang integratif yang bertujuan memproteksi
lingkungan, menjamin bahwa wisata menguntungkan bagi penduduk lokal dan
membantu pelestarian pusaka budaya di negara tujuan wisata.”
Eugenio Yunis, Chief , WTO Section of Sustainable Development of Tourism
Download