ringkasan - Balai Penelitian Ternak

advertisement
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
ANALISIS KADAR SAPONIN DALAM DAUN KUMIS KUCING
DENGAN MENGGUNAKAN METODE TLC-SCANNER
MAN' SUKMASARI DAN TJITJAH FATIMAH
Balai Penelitian Tanaman Obal dan Aromatik, J1. Tentara Major No . 3 Bogor
RINGKASAN
Kurnis kucing (Orthosiphon stainineus) merupakan tanarnan yang umum terdapat di pulau Jawa dan
Surnatera, tetapi terdapat juga di negara Asia Tenggara lainnya, Australia dan Afrika . Di Indonesia tanaman
ini tumbuh di sepanjang sungai . Daun kumis kucing telah diketahui khasiatnya sebagai obat batu ginjal,
rematik dan kandung kemih . Daun kumis kucing mengandung beberapa komponen dan salah satu diantaranya
adalah saponin . Saponin adalah senyawa surfaktan, dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa saponin
bersifat hipokolisterotenik, imunostimulator dan antikarsinogenik . Mekanisme antikarsinogenik meliputi efek
antioksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker, dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan
niembantu kadar kolesterol menjadi normal . Bahan yang digunakan dalam analisa ini adalah ekstrak air daun
kumis kucing muda dan tua . Uji yang dilakukan dengan cara Kromatografi Lapisan Tipis dan pengukuran
komponen menggunakan TLC-.Scanner pada L max 301 nm . Hasil analisa menunjukkan kadar saponin pada
contoh ekstrak air daun tua lebih besar daripada daun muda yaitu untuk daun tua sebesar 0,193% dan daun
muda sebesar 0,165% .
Kata Kunci : Kumis kucing, saponin,'TTLC-Scanner .
PENDAHULUAN
Kumis
kucing
(Orthosiphon
stamineus) merupakan tanaman yang urn urn
terdapat di pulau Jawa dan Sumatera, tetapi
terdapat juga di negara Asia Tenggara
Australia
dan
Afrika
lainnya,
ini
memiliki
(Dharma,1985) . Tanaman
beberapa khasiat untuk menyembuhkan
Daunnya
berbagai
jenis penyakit .
mengandung kalium yang cukup tinggi,
berkhasiat untuk melarutkan asam urat,
fosfat dan oksalat dari tubuh terutama
kandung kernih, empedu dan ginjal . Selain
kumis
kucing juga
mempunyai
itu
kandungan utama saponin . Dari berbagai
penelitian dapat disimpulkan bahwa saponin
bersifat hipokolisterotenik, imunostimulator
dan
antikarsinogenik . Mekanisme
antikarsinogenik meliputi efek antioksidan
dan sitotoksik langsung pada sel kanker,
dapat menghambat pertumbuhan kanker
kolon dan membantu kadar kolesterol
menjadi normal (AMELIA, 2004) .
Saponin berasal dari kata sapo
(bahasa latin yang berarti sabun), merupakan
senyawa surfaktan yang menimbulkan busa
air .
Saponin
apabila dikocok dengan
glikosida
yang
golongan
termasuk
dari karbohidrat
merupakan
campuran
nonkarbohidrat
(aglikon)
(glikon)
dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternukan
(ANON, 2006) . Apabila dihidrolisis saponin
akan membentuk dua komponen yaitu gula
dan sapogenin . Sapogenin terdiri dari dua
golongan yaitu saponin steroid dan saponin
triterpenoid . Pada beberapa tahun terakhir
ini saponin tertentu menjadi penting karena
dapat diperoleh dari beberapa tanaman
dengan basil yang baik dan digunakan dalam
bidang kesehatan .
Metode Kromatografi Lapis Tipis
merupakan cara umum yang telah diketahui
dalam teknik analisa suatu komponen .
Sampai saat ini masih digunakan karena
mempunyai beberapa kelebihan yaitu waktu
analisa yang sangat cepat, sederhana dan
hanya membutuhkan contoh dan pereaksi
yang sedikit . Metode Krornatografi Lapis
dilakukan
untuk
analisa
Tipis dapat
kuantitatif dan semi kuantitatif. Prinsip yang
utamanya adalah adsorben, pengembangan
dan deteksi . Deteksi dapat dilakukan dengan
pewarnaan lempeng kromatografi dengan
menggunakan pereaksi yang sesuai atau
basil
dengan
melihat
kromatogram
instrumen
perekaman
menggunakan
densitometer (TLC-Scanner) . Perekaman
dapat dilakukan secara absorbsi-refleksi
pada panjang gelombang 254 nm, 365 nm
atau pada panjang gelombang lain yang
spesifik untuk suatu komponen yang telah
diketahui (Depkes RI, 2000) .
313
Tenni Teknis Nasional Tenaga Fungsional Perianian 2006
Di masyarakat umum penggunaan
simplisia daun kumis kucing dilakukan
dengan cara diseduh atau diekstrak dengan
air, tetapi tidak diketahui jenis daun yang
lebih balk digunakan, daun muda atau daun
tua .
Percobaan
ini
dilakukan
agar
masyarakat umum lehih mengetahui jenis
daun yang lebih balk digunakan .
MATERI DAN METODE
Daun kumis kucing yang digunakan
dalam analisa ini adalah jenis daun muda
dan daun tua . Percobaan dilakukan di
Laboratorium U_ji Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik Bogor pada bulan Juni
tahun 2006 .
Alat-alat yang digunakan adalah labu
ukur 100 nil, pengocok elektrik, corong,
erlemneyer, kertas saring, mikropipet,
lempeng Almunium Silica Gel 60 F 254,
oven, chamber dan TLC-Scanner sedangkan
pereaksi yang digunakan adalah aquadest,
CHCI 3 p .a,, etanol absolut, etil asetat dan
hahan pembanding saponin (Sigma) .
Dalarn percohaan ini terlebih dahulu
dilakukan uji
kualitatif fitokimia untuk
komponen saponin dari masing-masing
contoh .
Pembuatan ekstrak
2
gram
Sebanyak
±
contoh
dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml,
kemudian ditambahkan aquadest sebanyak ±
1/3 volume labu dan dikocok dengan
menggunakan pengocok elektrik selama 2
jam . Setelah didiamkan selama 24 jam,
ekstrak disaring menggunakan kertas saring
biasa.
Pembuatan larutan standar
Ditimbang sebanyak ± 0,0025 gram
standar saponin dilarutkan dengan aquadest
dalam labu ukur 25 nil .
Penetapan kadar saponin
Masing-masing ekstrak dan standar
ditotolkan sebanyak 5 tl pada lempeng
Alumunium Silica Gel 60 F 254, kemudian
dikembangkan dengan fase gerak CI-ICl 3 :
Etanol absolut (49 : 1) ditambah heberapa
tetes etil asetat . Setelah elusi selesai,
intensitas w arna yang terbentuk diukur
314
dengan menggunakan TLC-Scanner dengan
panjang gelomnbang maksimum yang sudah
ditentukan terlebih dahulu yaitu pada
301 nm .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa diperoleh kadar
saponin dalam daun kumis kucing tua lebih
besar daripada daun kumis kucing muda
begitupun hasil dari uji kualitatif fitokimia
diperoleh bahwa saponin daun kumis kucing
tua lebih kuat daripada daun kumis kucing
yang muda, dapat terlihat dari lama dan
tingginya
pembentukan
busa
yang
ditimbulkan setelah dilakukan pengocokan
dengan penambahan air. Hasil dapat dilihat
pada tabel I di bawah ini .
Tabel 1 . Hasil Analisa Fitokimia
Saponin Daun Kumis Kucing
Contoh
Daun Tua
Daun Muda
Fitokimia
+ + (kuat)
+ (lemah)
dan
Saponin (%)
0,193
0,165
Dari hasil analisa terdapat perbedaan
antara daun muda dan daun tua, hal ini
mungkin disebabkan karena pada daun yang
lehih tua kadar klorofilnya lebih tinggi yaitu
sebesar 47,8 spad/6 mm Z daripada daun
Z
muda sebesar 31,44 spad/6 mm (Rahayu
dan Limantara, 2005) sehingga pada proses
fotosintesis pembentukan karbohidratnya
pun akan lebih lebih besar daripada daun
muda, maka pembentukan saponinnya akan
lebih tinggi .
KESIM PULAN
Kadar saponin daun kumis kucing tua
lebih besar daripada daun kumis kucing
muda yaitu sebesar 0,193% . Dari hasil
tersebut maka untuk penggunaan simplisia
penormal kadar
kumis kucing sebagai
kolesterol jenis daun tua lebih balk daripada
daun muda .
DAFTAR PUSTAKA
ANON .
2006 . Saponin . Wikipedia . The Free
Encyclopedia .
Fitokimia Komponen Ajaib Cegah
PJK, DM dan Kanker . Bogor : Pusat
Ienelitian dan Pengembangan Gizi .
AMELIA . 2004 .
Pusai Peneliiian dan Pengembangan Peternakan
Tenni Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
A . P . D . R . 1985 . Tanaman Obat
Tradisional Indonesia . Balai Pustaka .
Cetakan 1 . Jakarta . 196 .
.
HEYNE, K . 1987 . Tumbuhan Berguna Indonesia
RI . 2000 . Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumhuhan Obat .
Cetakan Pertama . 32 .
RAHAYU,
DHARMA,
DEPARTEMEN KESEH .ATAN
Pnsat PeneNtian don Pengenrbangun Peternakan
Jilid III . Badan Litbang Kehutanan .
Departemen Kehutanan. Jakarta .
P DAN L . LIM .ANTARA . 2005 . Studi
Lapangan Klorofil In Vivo Beberapa
Spesies Tumbuhan Hijau di Salatiga dan
Sekitarnya . Seminar Nasional MIPA .
Fakultas MIPA UI Jakarta .
315
Download