II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Durian
Menurut Sobir dan Napitupulu (2012) klasifikasi tanaman durian adalah
sebagai berikut : Kingdom: Plantae (tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta
(tumbuhan berpembuluh), Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), Sub Divisi:
Magnoliophyta
(tumbuhan
berbunga),
Kelas:
Magnoliopsida
(berkeping
dua/dikotil), Sub Kelas: Dilleniidae, Ordo: Malvales, Famili: Bombacaceae,
Genus: Durio dan Spesies: Durio zibethinus Murr
Morfologi tanaman durian memiliki akar tunggang dan bulu akar yang
menembus kedalam tanah, berfungsi sebagai penopang batang dan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, batang tanaman durian dapat tumbuh tinggi
mencapai 50 meter.Lingkaran batangnya berukuran raksasa. Umur tanaman
durian tergolong panjang, dan daun durian berbentuk jorong hingga lanset dengan
panjang 10-15 cm dan lebar 3-4,5 cm. Daun umumnya terletak berseling,
bertangkai, berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai. Sisi
bagian atas berwarna hijau terang, sedangkan sisi bawah tertutup sisik berwarna
perak atau keemasan.
Bunga durian muncul langsung dari batang atau cabang-cabang yang tua di
bagian pangkal secara berkelompok.Bunga-bunga tersebut berkelompok dalam
karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tungkal atau malai rata.Kuncup bunganya
membulat, diameternya sekitar 2 cm, dan bertangkai panjang.Kelopak bunga
berbentuk tabung dengan panjang kurang lebih 3 cm. Daun kelopak tambahan
menjadi 2-3 cuping, berbentuk bundar telur.Mahkota berbentuk sudip, panjangnya
kira-kira 2 kali panjang kelopak, berjumlah 5 helai, dan berwarna keputihputihan.Benang sarinya banyak terbagi kedalam 5 berkas.Sementara kepala
putiknya membentuk bongkol dengan tangkai yang berbulu.
Bunga umumnya mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa
hari.Sementara pada siang hari, bunga menutup.Bunga durian menyebarkan aroma
yang wangi yang berasal dari kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik
perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya.
Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur, hingga lonjong
dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit buahnya tebal
serta berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.
Permukaan kulit durian bersudut tajam (berduri).
Buah akan berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan
untuk pemasakan. Pada masa pemasakan, terjadi persaingan antar buah pada satu
kelompok sehingga hanya beberapa buah yang akan mencapai kemasakan,
sedangkan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya
berat buah durian dapat mencapai 1,5-5 kg (Sobir dan Napitupulu, 2012).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Durian
Menurut Wiryanta dan Wahyu (2009) syarat tumbuh tanaman durian
meliputi iklim, intensitas cahaya, tanah, pH, dan topografi yang dikehendaki
sebagai berikut:tumbuh secara optimal di daerah tropis dengan ketinggian 5-600
m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap waktu
pembungaan dan kematangan buah. Durian yang ditanam ditempat yang tinggi
akan lebih lambat waktu berbungannya dibanding dengan yang ditanam di dataran
rendah, begitu juga dengan proses kematangan buahnya. Buah yang ditanam di
tempat yang tinggi akan lebih lambat masaknya dibandingkan dengan yang
ditanam di tempat yang rendah.
Intensitas cahaya matahari 40-50% dengan suhu 22-300 C, curah hujan
1.500-2.500 mm per tahun.Bulan basahnya 9-11 bulan per tahun dan bulan kering
selama 3-4 bulan untuk merangsang pertumbuhan bunga.Tanaman durian cocok
pada suhu rata-rata 20°C-30°C.Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi
pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C daun akan terbakar
(Nakasone dan Paull, 1998).
Tanah yang cocok untuk tanaman durian adalah tanah lempung berpasir
yang subur dan memiliki banyak kandungan bahan organik.Jenis tanah latosol,
podsolik merupakan jenis tanah yang paling cocok untuk tanaman durian. Derajat
keasaman tanah (pH tanah) yang cocok 6,0-7,0. Jika pH kurang dari itu, sebaiknya
di lakukan pengapuran dengan dolomit.
Topografi yang baik untuk tanaman durian adalah tanah yang datar dengan
kemiringan dari 00 sampai 350.Untuk lahan yang miring perlu membuat terasering
untuk mencegah erosi. Karena akarnya mampu menembus kedalaman tiga meter,
lokasi ideal yang dipilih adalah yang memiliki kedalaman air tanah 50-300 cm.
Daerah yang terlalu rendah air tanahnya akan sangat mengganggu akar durian.
Akibatnya akan terjadi kebusukan pada akar (Wiryanta dan Wahyu, 2009).
2.3. Induksi Pembungaan
Pembungaan merupakan suatu kejadian yang kompleks, secara morfologi
terjadi perubahan fase vegetatif ke fase generatif. Lang (1987) menyatakan bahwa
proses pembungaan ini terdiri dari empat tahapan yaitu:1) induksi atau inisiasi
bunga; 2) diferensiasi bunga; 3) pendewasaan bunga; dan 4) anthesis atau bunga
mekar.
Menurut Ryugo (1990) induksi bunga adalah fase yang paling penting dalam
proses pembungaan. Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis atau biokimia pada
mata tunas dari pertumbuhan vegetatif mengarah ke generatif. Fase ini menjadi
penting karena tidak ada perubahan morfologi yang tampak pada kuncup.Pada
tahap diferensiasi bunga, primordia bunga berkembang secara akropetal mulai
dari primordia sepal diikuti oleh petal, stamen dan terakhir pistil.Bagian-bagian
ini membesar pada tahap pendewasaan bunga dan telah mencapai ukuran
maksimum.Saat anthesis, stigma menjadi reseptif dan anther siap untuk
melepaskan polen.
Pada prinsipnya terdapat tiga proses dalam induksi pembungaan, yaitu ; 1)
adanya hormon pembungaan atau florigen, atau produksi stimulus pembungaan
pada daun yang mengalihkan fase vegetatif menjadi reproduktif ; 2) adanya
kondisi nutrisi yang optimum pada saat yang sama dengan perubahan dalam
apeks, dan 3) terjadinya perubahan biokimia pada apeks yang mengubah dan
mengkonversi nutrien sehingga terjadi induksi bunga (Ryugo, 1990).
Zat penghambat tumbuh (retardan) merupakan zat yang mempunyai efek
fisiologis untuk memperlambat pertumbuhan vegetatif dan dapat mendorong
pembungaan pada tanaman tertentu, yaitu dengan menghambat pembelahan dan
pembesaran sel sub apikal.Aplikasi retardan berperan dalam mengendalikan
pertumbuhan dengan menghambat biosintesis giberelin (Weaver, 1972). Menurut
Sponsel (1995), untuk menginduksi pembungaan, biosintesis giberelin dapat
dihambat dengan AMO-1618 dan cycocel, yang memblokir aktivitas enzim entkaurena sintetase A pada sintesis copalil pirofosfat, sedangkan paklobutrazol,
ancymidol dan uniconazol dapat menghambat sintesis giberelin pada oksidasi entkaurena.Rumus bangun paklobutrazol adalah seperti dalam Gambar 2.1.
CI
CHCH2
N
N
CHOH
C(CH3)3
N
Gambar 2.1. Rumus Bangun Paklobutrazol (Wattimena, 1988).
Paklobutrazoldapat diserap oleh tanaman melalui daun, pembuluh daun,
pembuluh batang dan akar selanjutnya ditranslokasikan secara akropetal melalui
xilem ke bagian tanaman lain. Selain itu paklobutrazol dapat bertahan dalam
tanaman selama 6 bulan pada suhu 500C (ICI,1986). Senyawa paklobutrazolpada
meristem
sub
menyebabkan
apikal
penurunan
dapat
menghambat
produksi
laju
pembelahan
sel,
giberelinkemudian
sehingga
menghambat
pertumbuhan vegetatif dan secara tidak lansung akan mengalihkan asimilat ke
pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan
perkembangan buah (Weaver, 1972; Wattimena,1998).
Menurut Sponsel (1995) paklobutrazol secara biologis menghambataktivitas
enzim entkaurena oksidase, mengubah entkaurena menjadi asamentkaurenoid
dalam biosintesis giberelin (Gambar 2.2). Wieland dan Wample(1985)
menyatakan apabila biosintesis giberelin terhambat maka berakibatmeningkatnya
biosintesis asam absisat (ABA), karena prekursor kedua hormon iniadalah AcetylCoA yang terjadi dalam proses respirasi guna menciptakan energi.Apabila
hormon ABA meningkat, maka kemungkinan berefek pada pembungaansuatu
tanaman.Walaupun begitu efek paklobutrazol terhadap tanaman cukup lama, dan
hanya efektif pada suatu musim aplikasi.
Efendi (1994) menyatakan bahwa pemberianpaklobutrazoltanpa diikuti
pemberian zat pemecahdormansi menyebabkan bunganya muncul lebihlama
daripada yang diberikan. Menurut Poerwanto et al (1997), untuk mempercepat
pemecahan matatunas bunga mangga yang masih dorman dapatdilakukan dengan
memberikan zat pemecahdormansi benzil adenin, etaphon dan KNO3.Pemberian
zat pemecah dormansi satu bulansetelah aplikasi paklobutrazolmenghasilkan
bungaterbanyak dibandingkan pemberian pada dua atautiga bulan sesudah
paklobutrazol, hasil penelitian Sakhidin dan Suparto (2011) menunjukan bahwa
tanaman durian dapat diinduksi dengan paklobutrazol dan etaphon.
HMGCoAMVA
IPP
FPP
GPP
GGPP
Ent-kaurena sintetase A
CPP
Ent-kaurena sintetase B
Ent-kaurena
Penghambatan oleh
paklubutrazol
Asam ent-kaurenoid
Asam ent-7a-hidroksi kaurenoat
Gas-aldehida
Giberelin X;
Keterangan :
HMGCoA
: Hidroksi metil glutaril Coenzim A
MVA
: Asam mevalonat
IPP
: Isopentenil pirofosfat
FPP
: Farsenil pirofosfat
GPP
: Geranil pirofosfat
GGPP : Geranil geranil pirofosfat
CPP
: Copalil pirofosfat
Gambar 2.2. Posisi Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paklobutrazol
(Sponsel, 1995).
Etaphon (2-chloroethylphosponic acid) adalah salah satu zat pengatur
tumbuh sintetik yang dikenal dengan nama dagangethrel. Menurut Moore (1979)
senyawa etaphon larut dalam air dan dapat melepaskan etilen dalamlarutan atau
jaringan tanaman melalui proses reaksihidrolisis pada pH netral. Selanjutnya
dijelaskanbahwa zat pemecah dormansi etaphon yangmengalami degradasi
akanmenghasilkan etilen,ion-ion klor dan fosfat. Kemampuan etaphon dalam
memecahkan dormansi terjadi karena etilenyang dilepas akan meningkatkan
permeabilitasmembran sel sehingga mempermudah pergerakanmolekul ke
sitoplasma.
Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogenatau eksogen yang dapat
menimbulkan berbagairespon fisiologis dan morfologis tanaman antaralain
mendorong pemecahan dormansi tunas,menghambat pertumbuhan batang,
mendorongpembungaan, pembentukan buah, pembentukanumbi, inisiasi akar, dan
penuaan, mengontrolekspresi seks tanaman, merangsang eksudasi(pengeluaran
getah atau lateks) dan menghambatperluasan daun (Davies, 2004).
Sobir dan Napitupulu (2012) menjelaskan pengaturan pembungaan dapat
pula dilakukan secara mekanis, sudah banyak cara yang dilakukan oleh pekebun
sejak dahulu. Perlakuan secara mekanis akan menghambat translokasi fotosintat
dari tajuk ke akar untuk sementara waktu sehingga terjadi peningkatan akumulasi
karbohidrat di bagian tajuk. Di sisi lain terhambatnya translokasi ke akar
menyebabkan akar kekurangan fotosintat (hungry root) dan respirasi akar
menurun sehingga mengganggu aktifitas akar dalam hal absorpsi air, sintesis
hormon diantaranya hormon giberelin, sitokinin, dan absorpsi hara mineral.
Berkurangnya absorpsi hara terutama nitrogen akan meningkatkan nisbah C/N
pada pucuk dapat menginduksi pembungaan. Pada prinsipnya cara mekanis adalah
mengubah perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) dalam tanaman. Cara
mekanis dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu sebagai berikut.
1.
Kerat, mengerat pembuluh floem (kulit pohon) secara melingkar sepanjang
lingkaran pohon sampai terlihat pembuluh xylem (kayu pohon).
2.
Pruning, yaitu dengan memangkas daun, cabang, dan ranting hingga pohon
gundul atau hanya menyisakan sedikit daun ( 100 daun untuk 1 kg buah)
3.
Pelukaan, yaitu melukai pembuluh floem dengan mengerok, mencacah,
memaku, atau mengiris kulit kayu.
4.
Pengikatan, yaitu dengan mengikat erat phon dengan kawat sehingga
transport hasil fotosintesa pembuluh floem terhambat.
5.
Stressing air, tidak menyiram tanaman hingga mencapai titik layu permanen.
Kemudian, dengan tiba-tiba dilakukan penggenangan pada perakaran dan
pangkal batang hingga jenuh air dalam waktu tertentu.
Cara mekanis bukan tanpa masalah, perlakuan ini mempunyai kelemahan,
yaitu tidak terukur. Jika aplikasinya tepat umumnya akan berhasil. Namun, jika
tidak tepat, tanaman tidak berbuah, bahkan beberapa pembudidaya tidak
merekomendasikan cara ini karena selain tidak dapat memberi kepastian, cara ini
juga dapat mengakibatkan kerusakan pohon secara fisik dan fisiologis.
Download