ilmu dan moral

advertisement
2015
Kelompik 8
1b
TANGGUNG JAWAB
SOSIAL ILMUAN
FUNGSI NUKLIR DAN PILIHAN
MORAL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmatnya. Sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan, ilmu dan moral, tanggung jawab
sosial ilmuan, serta nuklir dan pilihan moral, tidak lupa juga kita panjatkan
solawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak hal yang kurang memadai. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang positif dari semua pihak yang membaca
untuk perbaikan penyusun dimasa yang akan datang.
Jakarta, 28 september 2015
Firda
Sadri wahyudi
Rahmawati
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..................................................................................................................
i
Daftar Isi
...........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
..........................................................................................................
1
1.2 rumusan
masalah.......................................................................................................
1
1.3 Maksud dan
Tujuan...................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS
2.1 ILMU DAN
MORAL.................................................................................................
2
2.2 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
ILMUAN......................................................
4
2.3 NUKLIR DAN PILIHAN
MORAL............................................................................
9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN ILMU DAN
MORAL......................................................................
13
3.2 KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
ILMUAN............................
13
3.3 KESIMPULAN NUKLIR DAN PILIHAN
MORAL................................................
14
3.4 SARAN
......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
14
15
ii
Filsafat ilmu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, seiring banyaknya tuntutan
keperluan hidup manusia. Di sisi lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar
terhadap perkembangan ilmu itu, karena tidak ada seorang pun atau lembaga
yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari
perkembangan ilmu. Era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi
yang ditandai dengan beberapa indikator, diantaranya masyarakat lebih
menyukai penyelesaian masalah secara kilat, dari masalah agama hingga
masalah gizi, dan masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan
yang semu.
Dalam hal ini makalah akan membahas mengenai cakupan dari
pembahasannya yang mana menurut pemakalah sangat luas. Tidak hanya
tugasnya mengkaji ilmu pengetahuan atau menemukan suatu disiplin ilmu
pengetahuan baru akan tetapi ilmuwan juga memiliki sebuah tanggung jawab
yang sangat besar yang melekat pada dirinya.
Tanggung jawab itu adalah bagaimana bentuk tanggung jawab sosial
ilmuwan, apakh hanya sebagai pengembang, pengkaji atau penemu ilmu
pengetahuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia
atau menemukan ilmu pengetahuan yang membangun atau bahkan merusak
kehidupan manusia.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan makalah ini, apa itu tanggung jawab sosial ilmuan serta
apa yang di maksud dengan nuklir dan pilihan moral.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan makalah ini agar mahasiswa mampu
memahami tanggung jawab sosial ilmuan yang terkait dengan penemuannya
serta dapat memahami fungsi nuklir dan pilihan moral.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
2.1 Ilmu dan Moral
1
Filsafat ilmu
Ilmu dan moral merupakan dua unsur yang memiliki hubungan yang
sangat erat. Kemajuan ilmu harus bersinergi dengan kemajuan moral. Essai
ini akan memaparkan hakikat ilmu dan moral beserta hubungan keduanya.
Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat
manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan
cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungan serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya (das sein),
sedang moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa yang
seharusnya dilakukan manusia (das sollen).
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak berasal
dari kata mos yang berarti adaptasi kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa
indonesia dikatakan bahwa moral adalah ajaran baik, buruk terhadap
perbuatan, kelakuan dan akhlak (Ali,2006:256). Selanjutnya moral menurut
istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari
sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia
dengan nilai baik, buruk, benar atau salah.
Dari pengertian ilmu maupun moral dapat kita pahami akan pentingnya
kedua unsur tersebut. Semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya semakin
bermoral seseorang itu. Hal tersebut merupakan harapan semua masyarakat.
Namun, setelah melihat realitas yang ada. Masih banyak orang yang berilmu
malah mengabaikan batasan-batasan dalam berperilaku atau bisa disebut tidak
bermoral. Keadaan pengabaian moral merupakan sesuatu yang berbahaya jika
dibandingkan keadaan pengabaian ilmu. Pengabaian moral mengakibatkan
terjadinya bahaya-bahaya yang diketahui ataupun tidak diketahui masyarakat.
2
Filsafat ilmu
Orang yang berilmu yang dilandasi dengan aturan-aturan dan batasan-batasan
dalam berbuat dan berperilaku akan menjadikan ilmu itu menjadi sesuatu
yang baik. Namun, jika batasan-batasan tersebut diabaikan maka bahayabahaya seperti ynag disebutkan di atas akan terjadi.
Adapun contoh pengabaian moral adalah peristiwa bom bunuh diri yang
terjadi di berbagai sentero wilayah Indonesia. Hal tersebut mustahil dilakukan
oleh orang awam. Karena hanya orang-orang yang memiliki ilmu serta
pengetahuan khusus yang mampu meracik bom yang akan ia gunakan. Selain
itu NASA yang merupakan program agency pemerintah Amerika Serikat
yang bertanggung jawab atas program angkasa dan merupakan organisasi
masyarakat yang melakukan riset bagi sistem ruang angkasa masyarakat dan
militer. Malah kerap kali memberikan berita hoax kepada masyarakat.
Dengan demilikian dapat dikatakan bahwa kecanggilan ilmu dan teknologi
yang dipegang oleh orang-orang yang mengabaikan batasan malah dapat
memanipulasi kebenaran.
Maka dari itu ilmu dan moral harus bersinergi dengan baik. Moral harus
tetap dijunjung tinggi dan dipertahankan dengan segala pengorbanan,
tawakal, pengekangan dan kontrol diri yang kuat serta mawas diri apabila
seseorang sudah berani berketetapan hati untuk tampil menjadi “Panutan dan
Suri Teladan” sesamanya, apalagi tidak tanggung tanggung dengan
menempatkan diri pada posisi ditengah masyarakat luas (Negara) dengan
menampilkan baik pemikiran, kata maupun perbuatan (kelakuan) penuh
keteladanan, diikuti, diidolakan serta dikagumi dan dihormati pengikutnya
dalam jumlah besar.
Moral yang berkembang seiring dengan peradaban manusia, mencoba
mengajarkan agar manusia mengetahui hal yang baik dan buruk yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agamanya. Kata
moral mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral
adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai
manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betulsalahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas Sejatinya,
peranan moral dalam menghadapi perkembangan ilmu seperti diuraikan di
atas sangat dipengaruhi bagaimana pandangan manusia melihat ilmu itu
sendiri yang secara terus menerus dikembangkan oleh manusia.
3
Filsafat ilmu
2.2 Tanggung Jawab Sosial dan Ilmuan
a. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia
adalah,keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga
bertanggung jawab.
menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah kewajiban
menanggung, memikul jawab, menaggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menaggung akibat.
Tanggung jawab adalah kesadarn manusia akan tinggkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajibannya.
Sedangkan menurut WJS. Poerwodarmito tanggung jawab adalah salah
sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas
dan sebagainya.
Dengan demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang di
bebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya.
Oleh karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang
dapat menyatakan diri sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam
artimenurut norma umum, sebab baik menurut seseorang belum tentu baik
menurut pendapat orang lain atau apa yang dikatakan baik menurut
pendapat dirinya ternyata ditolak oleh orang lain.
Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban
dalam
melakukan tugas tertentu. Dengan perkataan lain, tanggung jawab adalah
sesuatu yang menjadi kewajiban sekaligus yang harus dilaksanakan.
Secara demikian tanggung jawab terkait dalam kondisi manusia, khusunya
menyangkut segala tingkah
laku dan perbuatannya.
Manusia
pada
hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian
karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia
mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat
ia mementaskan sejumlah peranan dalamkonteks sosial ataupun teologis.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian
kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung
jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang
memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi
kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat
perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan
kedalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara
individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
Filsafat ilmu
4
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban
yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang
berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai
pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu
ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri, atau pihak lain.
Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan ntara sesama manusia,
antar manusia dan lingkungn, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara
dengan baik. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau
buruknya perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain
memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertnggung jawab perlu ditempuh usaha melalui
pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam Agama Islam sifat tanggung jawab sangat di tekankan
karena Orang Islam wajib bertanggung jawab dalam segala hal mulai dari
tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab pada Allah SWT,
tanggung jawab pada Masyarakat dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya tanggung jawab dalam Islam itu berdasarkan atas
perbuatan individu sajasebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat
seperti ayat 38 dalam surah Al-Mudatsir.
Menurut Ar-Raghib al-Ashfahani, kasabat di sini bermakna amal
yang membawa akibat bagidirinya sendiri maupun orang lain. Jadi,
ayat ini kembali menegaskan kaidah pertanggunganjawab secara pribadi di
akhirat kelak, di mana setiap manusia akan menghadapi hisab
atasperjalanan hidupnya, baik dalam hal-hal yang menyangkut dirinya
sendiri maupun orang lain.Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan
suatu gerakan yang dilakukan seorang pada waktu, tempat dan kondisikondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau pengaruh
pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas
pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas
bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin
sampai setelah dia meninggal ?
5
Filsafat ilmu
Allah SWT berfirman dalam surah Yasin: 12:
Yang Artinya:
sungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan
apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan
dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh
Mahfuzh).
(Q.S. Yasiin: 12)
Ayat di atas menegaskan bahwa tanggung jawab itu bukan saja terhadap
apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan
bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang
bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan
meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapan pun.
Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan
mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau
dosa orang-orang yang meniru perbuatannya.
b. Pengertian Ilmuwan
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini
tampak nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan
melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu
rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses. Seorang yang
melakukan rangkaian aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan
ilmuwan (scientist ).
Kata ilmuwan sekarang tentu bukanlah hal yang asing. Secara sederhana Ia
diberi makna ahli atau pakar. Dalam kamus Indonesia, kata ilmuwan
bermakna orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu
ilmu, atau orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan serta orang
yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan
sungguh-sungguh. Ilmuan dalam pandangan McGraw Hill Dictionary
of Scientific and Technical Terms, S e o r a n g y a n g m e m p u n ya i
l a t i h a n , k e m a m p u a n , d a n hasrat untuk mencari pengetahuan
baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.
Mourice Richer, Jr mendevinisikan Ilmuwan adalah mereka yang ikut serta
dalammengembangkan ilmu, dengan cara-cara yang kreatif .
Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam ilmuwan diartikan orang yang
ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.
6
Filsafat ilmu
Dari beberapa pemaparan pokok di atas dapat kami simpulkan bahwa
Ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktifitas dalam
kaitannya dengan bidang keilmuwan. Pada hakikatnya ilmuwan adalah
manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti, bukan saja jalan
pikirannya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap
materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti.
Seorang ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu begitu saja tanpa
suatu pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan
dibandingkan dengan cara berpikir seorang awam (Suriasumantri Jujun S,
2000 : 243). Tidak hanya itu saja seorang ilmuan harus mempunyai sikap
ilmiah Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang
tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang
dapat di pertanggung jawabkan secara sosial serta dapat di pertanggung
jawabkan kepada Tuhan, artinya selaras dengan kehendak manusia dengan
kehendak Tuhan. Sedangkan menurut Abbas Hamami Sebagaimana yang
dikutip Surajiyo (2007 : 153)
c. Tanggung Jawab Ilmuwan
Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan
adalah:
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir,
melakukan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan sikap
positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas,
konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang
kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi
secara rinci, bersifat terbuka, professional dan mempublikasikan
temuannya);
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah
yang sudah/akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan
mengkomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan
kemanusiaan,
mengungkapkan
kebenaran
dengan
segala
konsekuensinya dan mengembangkan kebudayaan nasional.
7
Filsafat ilmu
Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa
ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Dan berikut ini akan
di uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan
sosial dan moral
1. Tanggung jawab sosial
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang
ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian
permasalahan sosial. beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan,
yaitu :
a. Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan
permasalahan
sosial
yang
akan
berkembang
berdasarkan permasalahn sosial yang sering terjadi dimasyarakat.
b. Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat
yang mana dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan
sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan
keluar dari permasalahan sosial tersebut.
c. Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka
penyelesaian permasalahan sosial di masyarakat.
d. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka
mempercepat prosesintergrasi sosial budaya yang mana integrasi
tersebut bertujuan untuk mempererat tali kesatuan antara
masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
konflik.
2. Tanggung jawab moral
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan
masalah-masalah moral namun dalam perspektif atau pandangan yang
berbeda (Suriasumantri Jujun S, 2001 : 231). Moral adalah sistem nilai
(sesuatu yang di junjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan
paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak baik
yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Tujuan moral
adalah mengarahkan sikap dan perilaku manusia agar menjadi baik
sesuai dengan ajaran dan paham yang dianutnya. Manfaat moral
adalah menjadi pedoman untuk bersikap dan bertindak atau
berperilaku dalam interaksi sosial yang dinilai baik atau buruk. Tanpa
memiliki moral, seseorang akan bertindak menyimpang dari norma
dan nilai sosial dimana mereka hidup dan mencari penghidupan
(Prawironegoro Darsono, 2010:247).
8
Filsafat ilmu
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ilmuwan harus
memiliki dasar moral yang kuat sehingga nantinya dalam Proses
menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi
seorang ilmuwan.
Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari
ilmuwan itu sendiri sebagai seorang manusia, ilmuwan hendaknya
memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih
pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan
serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak,
bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat.Moral dan
etika yang baik perlu kepekaan atas rasa bersalah, kepekaan atas rasa
malu, kepatuhan pada hukum dan kesadaran diketahui oleh Tuhan.
Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral untuk memberi contoh (obyektif,
terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam
pendirian yang dianggapnya benar, berani mengakui kesalahan) dan
mampu menegakkan kebenaran. Sehingga ilmu yang dikembangkan
dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya sebagai seorang
ilmuwan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dan secara
integral tetap menjaga keberlangsungan kehidupan lingkungan di
sekitarnya dan dapat tergajanya keseimbangan ekologis.
2.3 Nuklir dan Pilihan Moral
Pada tanggal 2 agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada
Presiden Amerika Serikat Franklin D.Roosevelt yang memuat rekomendsi
mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarah kepada pembuatan
bom atom. Pernyataan ini sangat menarik dan menyentuh landasan moral
yang fundametal.Akhir-akhir ini masalah ini di hadapi oleh presiden Carter
mengenai pembuatan atom neutron : apakah Amerika Serikat akan
memperlengkapi arsenal persenjataan dengan bom neutron? Masalah yang di
hadapi oleh Einstein dan presiden Carter adalah sama namun situasinya
berbeda. Amerika serikat tidak berada dalam bahaya dan pembuatan atom
neutron hanya akan meningkatkan kemampuan strategi militernya.
Sedangkan situasi yang di hadapi Einstein waktu itu adalah keadaan perang
yang konkret di mana sekutu mungkin kalah, sekiranya Jerman dapat
mengembangkan bom atomnya. Inilah yang menyebabkan Einstein
memutuskan untuk menulis surat tersebut. Masalahnya adalah : apakah
dengan keputusan tersebut Einstein memihak kepada Amerika serikat selaku
seorang warga yang baik? Apakah keputusan Einstein di dasarkan pada
nasionalisme dan patriolisme?
Filsafat ilmu
9
Jawabannya adalah tidak. Keputusan Einstein bukanlah di dasarkan
kepada nasionalisme atau patriotisme. Dalam persoalan semacam ini ilmu
bersifat netral. Walaupun demikian dalm kasus ini instein tidak memilih
pihak manapun seperti pihak ilmuwan lainnya, berpihak kepada kemanusiaan
yang besar. Kemanusiaan ini tidak mengenal batas geografis, sistem politi
atau sistem kemasyarakatan lainnya. Seorang ilmuwan secara moral tidak
akan membiarkan hasil penemuannyan di pergunakan untuk menindas bangsa
lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Sejarah
telah mencatat bahwa para ilmuwan bangkit dan bersikap terhadap politik
pemerintahnya yang menurut anggapan mereka melanggar asas-asas
kemanusiaan. Ternyata bahwa dalam soal yang menyangkut kemanusiaan
para ilmuwan tidak pernah bersifat netral. Mereka tegak dan bersuara
sekiranya kemanusian memerlukan mereka. Suara mereka bersifat universal
mengatasi golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan rintangan-rintangan
lainnya yang bersifat sosial. Pilihan moral ini kadang-kadang memang getir
sebab tidak bersifat hitam atas putih. Di perlukan landasan moral yang kukuh
untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara kontruktif.
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang di pakai untuk
kemaslahatan kemanusiaan atau sebaliknya dapat pula di salahgunakan.
Pengetahuan pada dasarnya di tujukan untuk kemaslahatan kemanusiaan.
Masalahnya adalah sekiranya seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang
menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan. Menghadapi masalah tersebut
majalah fortune mengadadkan angketyang di tujukan kepada para ilmuwan di
Amerika Serikat. Angket tersebut menyimpulkan bahwa 78 persen ilmuwan
di perguruan tinggi, 81 persen ilmuwan di bidang pemerintahan dan 78 persen
ilmuwan dalam industri berkeyakinan bahwa seorang ilmuwan tidak boleh
menyembinyikan hasil penemuan-penemuan apapun juga bentuknya dari
masyarakat luas serta apapun juga yang akan menjadi konsekuensinya.
Kenetralan seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya
bahwa ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah
kepada penemuan selanjutnya. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui
loncatan-loncatan yang tidak berketentuan melainkan melalui proses
kumulatif secara teratur. Demikian selanjutnya dimana usaha
menyembunyikan kebenaran dalam proses kegiatan ilmiah merupakan
kerugian bagi kemajuan ilmu pengetahuan seterusnya. Dalam penemuan ini
maka ilmu pengetahuan itu bersifat netral.
kami berkeyakinan bahwa dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas
dari nilai-nilai yang mengikat. Dalam aspek-aspek lainnya seperti apa yang
telaah oleh ilmu pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu di pergunakan
mau tidak mau seorang ilmuwan terikat secara moral dalam artian
10
Filsafat ilmu
mempunyai preferensi dan memilih pihak, dalam menentukan masalah apa
yang akan di telaahnya maka seorang ilmuwan secara sadar atau tidak sudah
menentukan pilihan moral. Hal ini bahkan menjorok sampai penyusunan
hipotesis. Walaupun begitu maka dalam hasil penemuan akhirnya seorang
ilmuwan tidak boleh menyembunyikan sesuatu. Bagaimana pahitnya hasil
penemuan itu bagi obyek yang kita junjung dalam sistem prefensi moral
kita,kebenaran tak boleh di sembunyikan.
Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuannya bila
hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang di susun di atas kerangka pemikiran
yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena
bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuwan yang di atas
landaskan moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita
berkesadaran tinggi ( dia terikat kepada generasi muda) atau membuktikan
bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat kepada kebijaksanaan
pemerintah)maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan
membebaskan diri dari semua keterkaitannya yang membelenggu dia secara
sadar atau tidak. Di sini hitam di katakan hitam dan putih di katakan putih,
apapun juga konsekuensinya bagi obyek moral yang mendorong dia
melakukan penelaahannya. Penyimpangan dalam hal ini merupakan
pelanggaran moral yang sangat di kutuk dalam masyarakat ilmuwan.
Kenetralan dalam hal di atas itulah yang menjadikan ilmu bersifat universal.
Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan
ilmuwan untuk bersikap dalam menghadapi bagaiman penemuan itu di
gunakan. Pengetahuan bisa merupakan berkah dan mungkin merupakan
kutukan, tergantung bagaimana manusia memanfaatkan pengetahuan tersebut.
Bila ilmu pengetahuan di pergunakan tidak sebagaimana mestinya, dan
merupakan kutukan maka dalam hal ini ilmuwan wajib bersikap dan tampil
ke depan. Seorang ilmuwan tidak boleh membiarkan kekeliruan dan bertindak
sewenang-wenang, dia harus di tantang bahkan di hancurkan.
Pesan Einstein kepada mahasiswa California Institute of Tecnology.
Pesan itu di sampaikan pada tahun 1938 atau satu tahun sebelum Einstein
menulis surat historis yang melahirkan bom atom. Dia berkata bahwa tidak
cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa
berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya
harus selalu merupakan minat utama dari semua iktiar teknis.
11
Filsafat ilmu
Pesan itu di akhiri dengan kata-kata,”jangan kau lupakan hal ini di
tengah tumpukan diagram dan persamaan”. Sungguh suatu pesan yang patut
kita renungkan karena di tengah tumpukan grafik dan rumus-rumus kadangkadang kita lupa. Jadi,ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan
intelektual namun juga keluhuran moral. Tanpa itu maka ilmu hanya akan
menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan menimbulkan
malapetaka.
12
Filsafat ilmu
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Ilmu dan Moral
Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya
umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap
dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta
suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan
mengubah lingkungan serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. Sedangkan
moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktivitas manusia dengan nilai baik, buruk, benar atau salah.
Kehadiran kedua unsur diatas merupakan kebutuhan yang diharapkan
dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjadi lebih baik. Namun, kehidupan
akan lebih baik jika ilmu dan moral dapat bersinergi dengan baik. Kemajuan
ilmu seharusnya berbanding lurus dengan kemajuan moral. Sejatinya kedua
unsur tersebut tidak bisa dipisahkan. Ilmu yang baik harus diimbangi dengan
batasan-batasan dalam berperilaku dan batasan-batasan dalam menggunakan
ilmu tersebut dengan baik pula.
3.2 Kesimpulan Tanggung Jawab Sosial dan Ilmuan
Berdasarkan hasil pemaparan yang telah ditulis di atas, kami akan
mencoba menarik simpulan yaitu, sebagaimana yang telah kita bahas di atas
bahwasanya tanguung jawab tidak bisa dilepaskan dari manusia karena
tanggung jawab itu kodrati, yang artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Tanggung jawab tidak hanya menyangkut subjek dari tanggung jawab itu
sendiri, tetapi juga menyangkut objek yang ditekuni, baik negarawan,
budayawan, begitupun Ilmuwan.
Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan
meliputi, Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu seorang ilmuwn juga
memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Dimana tanggung jawb sosial
Ilmuwan meliputi:
a.
Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan
permasalahan sosial.
b.
Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat
yang mana di masyarakat.
c.
Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka
penyelesaian permasalahan sosial di masyarakat.
13
Filsafat ilmu
d.
Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka
mempercepat proses intergrasi sosial budaya. Dan ilmuwan
hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika
memilih
pengembangan
dan
pemilihan
alternatif,
mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi
dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan
pribadinya atau kepentingan sesaat.
3.3 Kesimpulan Nuklir Dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil
penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang
mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh
berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan.
Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas
putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk
membuat bom atom oleh pemerintah negaranya, juga Seorang ilmuan tidak
boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari
masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari
penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya
jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan
dengan fakta-fakta pengujian.
3.4 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
sempurna, banyak hal yang kurang memadai. Oleh karenan
mengharapkan kritik dan saran yang positif serta membangun dari dari
semua pihak yang membaca untuk dijadikan acuan serta perbaikan
penulis dimasa yang akan datang.
14
Filsafat ilmu
DAFTAR PUSTAKA
n Al-Quran Terjemah Indonesia (Kudus: Menara Kudus)
n Cheppy Hari Cahyono, Ilmu Budaya Dasar,(Surabaya: Usaha Nasional, 1987)
n Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1999)
n Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT. intermasa, 1994)
n Gie The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 2000)
n Mustofa Habib, Ilmu Budaya dasar manusia dan Budaya, (Surabaya: Usaha
Nasional 1983)
n Pielke, Roger A, Jr, The Honest Broker, Making Sense of Science in Policy and
Politics,(Cambridge: University Press, UK, 2008)
n Prawironegoro Darsono, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Nusantara
Consulting, 2010)
n Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Multimedia Nusantara Press, 2007)
Suriasumantri Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2010)
Rangkuman bukuu filsafat ilmu Karangan JUJUN S. SURIASUMANTRI NUKLIR
DAN PILIHAN MORAL
15
Filsafat ilmu
Download