menghajar virus dari negeri china

advertisement
LAPORAN UTAMA
MENGHAJAR VIRUS DARI NEGERI CHINA
Indonesia mewaspadai penyebaran
penyakit kaki, tangan, dan mulut
yang menyerang anak-anak. Penyakit ini sangat menular dan terjadi di
musim panas. Pencegahannya mudah, cukup dengan selalu menjaga
kebersihan pribadi.
Penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM),
melanda Ahui, sebuah provinsi di kawasan China Selatan. Penyakit yang
disebabkan Enterovirus 71 (EV 71) itu
berjangkit sejak tahun lalu, menginfeksi
24.932 anak. 34 orang diantaranya meregang nyawa. Tak cuma di Ahui, kasus serupa terdapat di kota Zhejiang dan kota
Guangdong. Bahkan kawasan jiran Indonesia, Singapura, Malaysia dan Vietnam
pun terjangkit.
Tak heran, pemerintah Indonesia pun
ikut peduli. Bukan tak mungkin, penyakit
yang menyerang anak-anak itu, berkembang disini. Pemerintah pun mewaspadai dan memonitor rumah sakit – rumah
sakit, serta meminta warga agar segera
melapor ke dinas kesehatan setempat,
jika terdapat kasus yang menyerupai EV71.
Penyakit KTM disebabkan oleh Enterovirus, Coxsackie virus atau Echovirus. Meski
namanya sama, penyakit yang menyerang manusia, berbeda dengan yang
terjadi pada hewan. Gejalanya diawali
demam tinggi (38-39 derajat celcius), nafsu makan turun, dan nyeri saat menelan.
Selain itu, akan timbul vesikel dan ruam
(melepuh kemerahan yang kecil dan
merata) di dalam mulut, lidah, gusi atau
pipi bagian dalam. Vesikel mudah pecah
dan menjadi luka di mulut, sehingga menyebabkan anak tidak mau makan.
Penjelasan tentang penyakit bersumber
EV71, tercantum dalam surat Depkes No.
HK. 02.04/D/I.4/1405/08 yang dikirim
ke seluruh Gubernur, Dinas Kesehatan
Provinsi, Rumah Sakit, Kepala Kantor
Kesehatan Pelabuhan, Kepala Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Pen¬gendalian Penyakit Menular, dan
Kepala Rumah Sakit Vertikal. “Depkes
juga akan membantu untuk mengidentifikasi spesimen, jika daerah mencurigai temuan penyakit KTM,” kata Direktur
14 |Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
RSPI Sulianti Saroso
Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Depkes dr. I Nyoman Kandun, MPH.
Kejadian luar biasa (KLB) EV 71 yang
merebak di China mengingatkan pada
epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada tahun 2003. Saat itu,
pemerintah China mendapat kritik dunia
internasional karena sikap tertutupnya
terhadap KLB SARS.
Pencegahan
Penyakit EV-71 dapat dicegah. Caranya
pun mudah. Cukup dengan menjaga kebersihan pribadi, seperti mencuci tangan
dengan air dan sabun sebelum makan,
dan sesudah buang air besar. Bagi penderita, ketika batuk harus menutup mulut
dan hidung. Alat makan, alat kebersihan
pribadi, dan pakaian termasuk kaus kaki
dan sepatu milik penderita, harus dipisahkan.
Menurut Prof. Dr. Amin Soebandrio, Guru
Besar Mikrobiologi Klinis FK-UI, penyakit
EV-71 telah lama terjadi di Indonesia. Kasusnya kerap dijumpai di berbagai rumah
sakit. Namun, jenis enterovirus yang ada
di Indonesia tingkat keganasannya tidak
seperti yang ada di China. Sebagian besar
pasien EV-71 di Indonesia bisa sembuh
total dan tidak menimbulkan kematian
sebagaimana terjadi di wilayah China.
Penyakit Musim Panas
Penyakit KTM sangat menular dan sering
terjadi di musim panas. Penyakit ini merupakan penyakit umum yang biasa terjadi
pada kelompok masyarakat yang tinggal
di kawasan padat. Umumnya orang dewasa kebal terhadap enterovirus, tetapi
anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun
rentan terjangkit.
dr. Widodo Judarwoto, Sp. A., dokter di
Klinik Alergi Anak RS Bunda Jakarta, menyatakan penyebab penyakit KTM yang
paling sering pada pasien rawat jalan
adalah coxsackie A 16. Ini berbeda dengan EV-71, yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat
atau komplikasi sampai meninggal.
Gejala yang dianggap berat akibat KTM
adalah hiperpireksia (suhu lebih dari 39
derajat celcius) atau demam tidak turun-turun. Tanda lainnya, denyut jantung
sangat cepat, sesak, malas makan dan
minum, muntah atau diare dengan dehidrasi. Semuanya berujung pada kondisi
badan sangat lemah, kesadaran turun
atau kejang-kejang. “Bayi atau anak usia
dibawah 5 tahun yang timbul gejala berat harus dirujuk ke rumah sakit,” kata dr.
Widodo Judarwoto.
Kematian bisa menyerang, jika terjadi
komplikasi, seperti infeksi selaput otak
atau meningitis (aseptik meningitis, meningitis serosa atau non bakterial), infeksi
otak atau encefalitis (bulbar), infeksi otot
jantung atau miokarditis, paralisis akut
flasid (kelumpuhan), dan infeksi paru
atau pneumonia. (Smd)
Download