ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER II SEBAGAI FAKTOR RISIKO

advertisement
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER II SEBAGAI FAKTOR RISIKO
BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR), LAHIR PREMATUR
DAN LAHIR MATI DI KABUPATEN SUKOHARJO
JANUARI-OKTOBER 2011
Wibowo Y1, Rahayujati TB2, Wisnuwijoyo AP3
1
Field Epidemiology & Training Program (FETP), GMU. Email:[email protected]
Field Epidemiology & Training Program (FETP), GMU. Email: [email protected]
3
Sukoharjo District of Health Office, Central Java. Email: [email protected]
2
ABSTRACT
Sukoharjo, in 2010, the Infant Mortality Rate (IMR) 66.7 % occurred in the neonatal
period with the largest direct cause of LBW was 26% , others 22 % , 17 % asphyxia , 12%
congenital anomalies and pneumonia 9% . In 2010, prevalence of maternal anemia was 3.92 %,
but the number of Low Birth Weight (LBW) and infant mortality actually increased . This
research is to prove that maternal anemia in the second trimester as risk factors of LBW ,
premature birth and stillbirth . Analytic observational study with a retrospective cohort study
design . Subjects were all pregnant women who have given birth in the month of January to
October 2011 and had no history of anemia in Trimester I. The chi-square test to examine the
association of maternal anemia in the second trimester with outcomes . Binary logistic
regression was used to control potential confounding variables . There are 236 women giving
birth who meet the inclusion and exclusion criteria , 72 (30.5 %) were exposed group (anemic
trimester 2) and 164 (69.5 %) including the unexposed group (non-anemic trimester 2).
Maternal anemia in the second trimester who delivered LBW (61.9 %) , premature birth (91.2
%) and stillbirths (75 %) . Maternal anemia in the second trimester was 3.7 times increased
risk for LBW (p < 0.01 , RR = 3.7 ( 2.73 to 4.99 ) , increased the risk more than 23 times for the
incidence of preterm birth (p < 0,01 , RR = 23.5 (7.44 to 74.50) , but not statistically significant
(p=0.08 ) and RR = 6.83 (0.72 to 64.58) for the incidence of stillbirth . After controlling for
potential variable modifier is a history of LBW , preterm birth and history of the ANC , maternal
anemia in the second trimester increase more than 4 times the risk for LBW with Adjusted RR =
4.43 (2.73 to 7.18) and p < 0.01 . LBW and preterm birth is more common in pregnant women
with anemia TM2 so important to have checks Haemoglobine in pregnant women according to
gestational age and follow-up.
Key Words:
Maternal anemia in the second trimester, LBW , premature birth , stillbirth,
PENDAHULUAN
Pada wanita hamil dengan anemia
meningkatkan
frekuensi
komplikasi
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian
kematian pada kelompok umur <1 tahun
sebesar 9,0% dan kelompok 1-4 tahun
sebesar 2,6%.
maternal, angka prematuritas, BBLR, dan
Tahun 2002, WHO memperkirakan
angka kematian perinatal meningkat pada
bahwa anemia gizi besi (AGB) adalah satu
ibu hamil dengan anemia. Hasil Riset
dari
Kesehatan
berdasarkan
Dasar
(Riskesdas
kelompok
umur,
10
faktor
paling
penting
yang
2007)(1),
berkontribusi
proporsi
global dan meningkatkan morbiditas dan
terhadap
beban
penyakit
484
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
mortalitas pada anak kelompok prasekolah
Penderita AGB terbanyak pada kelompok
dan
wanita
hamil.(2,3)
WHO
umur 20-44 tahun termasuk kelompok
diperkirakan ada 2 milyar orang di seluruh
wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia
dunia
50%
subur (PUS). Terdapat peningkatan kasus
merupakan AGB.(4) Hasil Riskesdas 2007,
baru AGB pada kelompok umur tersebut
dari 278 ibu hamil yang diperiksa darahnya
yaitu dari 366 kasus (2009) menjadi 426
sebesar 24,5% menderita anemia menurut
kasus (November 2010). Jika diproyeksikan
acuan nilai SK Menkes No.736a tahun
sampai tahun 2010, terdapat 802 kasus baru
1989.
AGB
menderita
Menurut
anemia
dan
di
Kabupaten
Sukoharjo
yang
Di Kabupaten Sukoharjo telah terjadi
berkunjung ke rawat jalan puskesmas.
kematian neonatal dan bayi sebesar 138
Penelitian ini untuk membuktikan bahwa
kasus atau AKB sebesar 10,0 per 1.000
anemia ibu hamil Trimester II sebagai
Kelahiran Hidup (KH) dan kematian balita
faktor risiko kejadian BBLR, lahir prematur
sebesar 19 kasus sehingga Angka Kematian
dan lahir mati di Kabupaten Sukoharjo
Balita (AKABA) 11,39 per 1.000 KH.
Januari-Oktober 2011.
Trend AKB dan AKABA dari tahun 20052009 mengalami peningkatan dan menurun
pada tahun 2010, meskipun terjadi trend
peningkatan jumlah lahir mati. Sebesar
66,7% dari AKB terjadi pada periode
neonatal. Penyebab langsung kematian bayi
(0-11 bulan) terbesar adalah BBLR yaitu
26%, diikuti oleh lain-lain 22%, asfiksia 17
% dan kelainan kongenital 12% serta
Terdapat kecenderungan peningkatan
kasus KEK pada ibu hamil yaitu 2,46%
(2009) menjadi 3,39% (2010). Anemia pada
ibu hamil tahun 2010 sebesar 3,92% akan
jumlah
Penelitian merupakan observasional
analitik dengan rancangan retrospective
cohort study. Faktor risiko dan efek telah
terjadi pada masa lalu (anemia ibu hamil
Trimester II dan BBLR, lahir mati dan lahir
prematur), yang sebelumnya dipastikan
tidak menderita anemia pada trimester I
dengan melihat buku KIA ibu hamil atau
pneumonia 9%.
tetapi
METODE PENELITIAN
kematian
ibu
dengan
penyebab perdarahan nomor 2 dan jumlah
BBLR serta angka kematian bayi justru
meningkat. Hasil survei cepat diperoleh
prevalensi anemia ibu hamil sebesar 51,3%
atau 123 dari 240 ibu hamil dan prevalensi
ibu hamil dengan KEK sebesar 24,6%.
register kohort ibu hamil.(5) Rancangan
penelitian ini sebagaimana terlihat pada
Gambar 1
Penelitian
menggunakan
tingkat
kemaknaan 95% dengan α = 5%, β = 20%,
RR = 1,5, proporsi pada kelompok tidak
terpapar sebesar 43,3% (8) dan hipotesis satu
arah diperoleh besar sampel masing-masing
kelompok 64 sehingga total besar sampel
minimal adalah 128 subyek. Kelompok
terpapar adalah ibu hamil Trimester II yang
485
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
menderita anemia dan kelompok tidak
yaitu
terpapar adalah ibu hamil Trimester II yang
Polokarto, Mojolaban dan Grogol; (2)
tidak
Sedangkan
Catatan register kohort ibu/buku KIA
outcome adalah BBLR, lahir prematur dan
lengkap; (3) Ibu hamil Trimester II dengan
lahir mati. Pemilihan subyek berdasarkan
atau tanpa anemia dan telah melahirkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
pada bulan Januari-Oktober 2011 dan tanpa
yaitu: (1) Subyek tinggal di 6 kecamatan
riwayat menderita anemia pada Trimester I.
menderita
anemia.
Kecamatan
Weru,
Sukoharjo,
486
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
Status anemia ditentukan dengan alat
dengan analisis stratifikasi dan Binary
HemoCue atau pemeriksaan Sahli oleh
logostic
regression
digunakan
untuk
tenaga kesehatan; (4) Persalinan ditolong
mengkontrol pengaruh variabel potensial
oleh tenaga kesehatan dan (5) Kehamilan
perancu secara bersama-sama. Variabel
dengan janin tunggal. Kriteria eksklusi yaitu
potensial perancu yang dimasukan ke dalam
ibu hamil yang menderita dan atau memiliki
analisis jika hasil analis mempunyai nilai
riwayat penyakit kronik (TB Paru, Kelainan
p<0,25 dan pada uji stratifikasi terbukti
Jantung, ginjal dan hati, Astma Bronkhiale,
sebagai variabel perancu.(5,6,9,10)
Keganasan), Penyakit Menular Seksual
HASIL DAN PEMBAHASAN
(PMS) dan KEK.
Berdasarkan kohort ibu hamil, jumlah
Analisis data meliputi: (1) Analisis
univariabel
dilakukan
mendiskripsikan
karateristik
untuk
responden
menurut kelompok terpapar dan tidak
terpapar; (2) Analisis bivariabel dengan uji
chi-square. dan (3) Analisis multivariabel
ibu bersalin di wilayah Puskesmas Weru,
Sukoharjo,
Grogol
Polokarto,
periode
sebanyak
Mojolaban
Januari-Oktober
6.336
orang.
Distribusi
dan
2011
ibu
bersalin menurut puskesmas tersaji pada
Tabel 1.
Tabel
1
menunjukkan
bahwa
responden termasuk kelompok usia 20-
jumlah BBLR sebanyak 226 bayi,
35 tahun, 98,6% memilik paritas ≤4
jumlah bayi dengan lahir prematur
kali,
sebanyak 68 sedangkan lahir mati
mendapatkan ≥90 tablet tambah darah
sebanyak 13 jiwa. Distribusi karateristik
(TTD) dan ANC ≥4 kali serta 88,1%
responden antara kelompok terpapar dan
memiliki jarak kelahiran dengan anak
kelompok tidak terpapar
terakhir ≥2 tahun. Analisis hubungan
tersaji pada
Tabel 2.
responden
telah
antara anemia TM 2 dengan BBLR,
Berdasar Tabel 2 diketahui bahwa
pada
94,4%
kelompok
terpapar,
55,6%
memiliki pendapatan kurang, 87,5%
Lahir
Prematur
menggunakan
uji
dan
Lahir
Mati
Chi-Square
(X2).
Hasil analisis tersaji pada Tabel 3.
487
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu
lebih besar daripada ibu hamil tanpa anemia
hamil dengan anemia TM 2 berhubungan
TM 2. Ibu hamil dengan anemia TM 2 tidak
dengan kejadian BBLR (p<0,01) dengan
berhubungan dengan kejadian lahir mati
besar risiko 3,70(2,73-4,99) kali lebih besar
(p=0,08)
daripada ibu hamil tanpa anemia TM 2. Ibu
Komparibilitas antara kelompok terpapar
hamil dengan anemia TM 2 berhubungan
dengan kelompok tidak terpapar menurut
dengan kejadian lahir prematur (p<0,01)
variabel potensial perancu dan variabel luar
dengan besar risiko 23,54(7,44-74,50) kali
tersaji pada Tabel 4.
dan
RR=
6,83(0,72-64,58).
488
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Karateristik
variabel
potensial
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
kali
secara
statistik
bermakna
untuk
perancu yaitu variabel pendapatan keluarga,
kejadian BBLR (p=0,01) dengan besar
kelompok usia, paritas, TTD, ANC dan
risiko 2,22 (1,63-3,01) kali lebih besar
jarak
tidak
dibandingkan ibu hamil dengan ANC ≥4
menunjukkan perbedaan di antara kelompok
kali. Variabel luar yaitu riwayat pernah
terpapar maupun kelompok tidak terpapar
melahirkan BBLR secara statistik bermakna
(p>0,05), berarti bahwa variabel potensial
untuk kejadian BBLR (p=0,01) dengan
perancu
sebanding
besar risiko 2,67 (2,12-3,36) kali lebih besar
terpapar
dibandingkan dengan ibu hamil tanpa
kelahiran
secara
statistik
terdistribusi
(comparable)
pada
kelompok
maupun kelompok tidak terpapar. Riwayat
riwayat
melahirkan BBLR dan prematur,
hubungan
secara
melahirkan
antara
BBLR.
riwayat
Sedangkan
melahirkan
statistik menunjukkan perbedaan dengan
prematur dengan kejadian BBLR secara
kelompok
(p<0,05).
statistik tidak bermakna (p=0,06) namun
Hubungan variabel potensial perancu dan
secara biologik bermakna yaitu RR=2,60
variabel luar dengan terjadinya BBLR, lahir
(2,07-3,25) kali lebih besar meningkatkan
prematur dan lahir mati tersaji pada Tabel 5.
risiko kejadian BBLR. Demikian juga
Dari
tidak
Tabel
terpapar
5
diketahui
bahwa
dengan variabel TTD secara statistik tidak
variabel potensial perancu yaitu ANC <4
bermakna (p=0,07), namun secara biologik
489
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
berhubungan bermakna dengan RR=1,88
lahir
prematur.
Sedangkan
variabel
(1,22-2,89) dengan kejadian BBLR. Seluruh
potensial perancu yaitu TTD dan ANC
variabel potensial perancu dan variabel luar
berhubungan bermakna secara biologik
tidak berhubungan bermakna baik secara
dengan kejadian lahir mati 9,5 (1,11-81,60).
statistik maupun biologik terhadap kejadian
Identifikasi potensial perancu dengan
dapat
dirancu
oleh
variabel
riwayat
menggunakan uji stratifikasi, jika perbedaan
melahirkan BBLR, riwayat melahirkan
antara crude RR dengan RR Mantel-
prematur, TTD dan ANC sehingga perlu
Haenszel (M-H) >10% maka variabel
dilakukan uji stratifikasi untuk melihat
tersebut merupakan variabel perancu.(9,10)
apakah
Hubungan antara anemia TM 2 pada ibu
variabel perancu. Hasil uji stratifikasi tersaji
hamil dengan kejadian BBLR kemungkinan
pada Tabel 6.
variabel
tersebut
merupakan
490
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Perbedaan antara crude RR dengan
RR
M-H
<10%
membuktikan
bahwa
variabel tersebut bukan perancu untuk
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
dengan kejadian BBLR
perlu dikontrol
menurut variabel tersebut dengan analisis
multivariat yaitu binary logistic regression.
hubungan antara anemia TM 2 dengan
Hubungan antara anemia TM 2 pada
kejadian BBLR. Namun demikian terdapat
ibu hamil dengan kejadian lahir mati
peningkatan RR setelah menambahkan 1
kemungkinan dapat dirancu oleh variabel
variabel sebagai variabel stratifikasi, hal ini
TTD dan ANC sehingga perlu dilakukan uji
menunjukkan
stratifikasi menurut variabel tersebut. Hasil
kemungkinan
adanya
interaksi (efek modifikasi). Oleh karena itu,
tersaji pada Tabel 7.
kekuatan hubungan antara anemia TM 2
Perbedaan antara crude RR dengan
Kekuatan Hubungan antara Anemia
RR M-H seluruhnya ≥10% membuktikan
TM 2 dengan BBLR setelah Mengkontrol
bahwa variabel tersebut merupakan perancu
Variabel
untuk hubungan antara anemia TM 2
logistic regression diperoleh hasil seperti
dengan kejadian Lahir Mati. Oleh karena
tersaji pada Tabel 8. Setelah mengkontrol
itu, hubungan antara anemia TM 2 dengan
variabel potensial modifier yaitu riwayat
kejadian lahir mati perlu dikontrol menurut
BBLR, riwayat lahir preterm dan ANC
variabel TTD dan ANC dengan binary
diperoleh Adjusted RR (ARR)=4,43
logistic regression.
Modifier
(2,73-7,18)
dengan
dengan
Uji
binary
p<0,01
491
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
et
PEMBAHASAN
Faktor
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
wanita
primi/multipara lebih mungkin mengalami
meningkatkan risiko kejadian anemia. Hal
anemia dibandingkan nulipara. Demikian
ini sesuai dengan hasil penelitian Balarajan
juga derajat anemia meningkat dengan
et al. (2011)(11) bahwa anemia secara sosial
bertambahnya paritas ibu. Ibu primipara
terpola
pendidikan,
lebih mungkin memiliki anemia derajat 2
kesejahteraan, pekerjaan dan tempat tinggal.
dan 3 dibandingkan dengan nulipara. Paritas
Anemia adalah petanda kerugian sosial
yang tinggi lebih berisiko untuk mengalami
ekonomi dengan kemiskinan dan tidak
anemia (RR = 2.92; 95% CI 2.02, 4.59).(18)
berpendidikan mempunyai risiko terbesar
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
terkena faktor risiko anemia dan gejala
49,5% BBLR, 47,1% lahir prematur dan
sisanya. Kejadian tertinggi BBLR juga
50% lahir mati terjadi pada primi/multipara.
terdapat pada kelompok sosial ekonomi
Hal
rendah.(12)
sebanding di antara kelompok terpapar
oleh
Wanita
ekonomi
bahwa
rendah
mengalami
sosial
(2010)(17),
al.
tingkat
usia
anemia
subur
dengan
berisiko
prevalensi
ini
karena
paritas
terdistribusi
maupun tidak terpapar dan sebagian besar
subyek
penelitian
(52,1%)
merupakan
primi/multipara.
Sedangkan
global sebesar 42% pada ibu hamil dan 30%
kelompok
pada ibu tidak hamil berusia 15-49 tahun.(11)
penelitian Trihardiani & Puruhita (2011)(19)
Sebesar 87,5% subyek penelitian yang
menemukan hubungan bermakna antara
mengalami anemia, 86,6% BBLR, 82,4%
paritas ≥4 kali dengan kejadian BBLR
lahir prematur dan 75% lahir mati termasuk
(RP=5,30; 1,24-22,56). Sementara hasil
dalam kelompok usia 20-35 tahun. Hal ini
penelitian
karena sebanyak 89,8% subyek penelitian
bahwa ibu hamil dengan jumlah kelahiran
termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun.
<2 dan >4 kali memiliki risiko 3,5 kali lebih
Pada wanita hamil dan wanita usia subur
besar untuk melahirkan BBLR. Riwayat
merupakan
sering melahirkan (multiple birth) lebih
kelompok
berisiko
terkena
anemia terutama anemia defisiensi besi
Ruji
(2009)(16)
mendapatkan
berisiko untuk kejadian BBLR.(20)
akibat kehilangan besi karena perdarahan
Subyek penelitian telah mendapatkan
saat melahirkan, menstruasi maupun karena
suplemen tambah darah (TTD) sebanyak
kebutuhan meningkat akibat kehamilan dan
96,6% melebihi target kabupaten tahun
menyusui.(13,14) Risiko kejadian BBLR juga
2011 namun kenyataannya terdapat 94,4%
meningkat pada ibu hamil dengan usia <20
subyek
tahun dan >35 tahun.(15,16)
meskipun sudah mendapatkan TTD, 93,8%
penelitian
mengalami
anemia
Anemia lebih banyak ditemukan pada
BBLR, 94,1% lahir prematur dan 75% lahir
kelompok primi/multipara (55,6%), hal ini
mati. Hal ini dapat karena TTD tidak
sesuai dengan hasil penelitian Uche-Nwachi
diminum atau bioavailabilitas menurun
492
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
karena
pengaruh
makanan
yang
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
≥2 tahun, hal ini dapat dikarenakan 91,2%
mengandung polyphenol seperti teh, kopi,
subyek
bumbu rempah dan yang mengandung
kelahiran
phytates seperti padi-padian serta kalsium
sebanyak 92% BBLR, 94,1% lahir prematur
(misal produk susu/mentega). Selain itu
dan 50% lahir mati terjadi pada subyek
juga
penelitian yang mempunyai jarak kelahiran
dapat
karena
adanya
infeksi
penelitian
≥2
mempunyai
tahun.
jarak
Demikian
juga
≥2 tahun. Hal ini bertentangan dengan hasil
Helicobacter pylori.(11)
upaya
penelitian Bao-Ping et al. (2003)(24) bahwa
preventif program pelayanan kesehatan
jarak kelahiran 18-23 bulan merupakan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal
risiko
dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
perinatal yang tidak diinginkan seperti
(21)
BBLR, lahir preterm dan KMK. Demikian
Sebanyak 96,6% subyek penelitian telah
juga hasil penelitian Sistiarini (2008)(15)
melakukan ANC ≥4 kali, namun 94,4%
bahwa risiko BBLR meningkat pada ibu
subyek masih mengalami anemia, 92,3%
hamil dengan jarak kelahiran <2 tahun.
BBLR, 97,1% mengalami lahir prematur
Sedangkan
dan 75% lahir mati. ANC secara kuantitas
Puruhita (2011)(19) dan Ruji (2009)(16) tidak
sudah memenuhi, akan tetapi masih perlu
menemukan hubungan bermakna antara
dilihat bagaimana kualitas pelayanannya.
jarak kelahiran dengan kejadian BBLR.
Asuhan
antenatal
adalah
pemantauan rutin selama kehamilan.
Sedangkan
penelitian
untuk
penelitian
kejadian
luaran
Trihardiani
&
&
Pada kehamilan TM 2, ibu hamil
Puruhita (2011)(19) dan Cita et al. (2009)(22)
akan mengalami hemodilusi yang terjadi
tidak
menemukan
hubungan
bermakna
pada akhir TM 2 dan awal TM 3 kehamilan.
antara
frekuensi
pemeriksaan
dengan
Normalnya, penambahan volum plasma
kejadian BBLR. Sementara itu penelitian
mendahului peningkatan SDM membuat
lainnya menemukan bahwa ANC yang
peningkatan disproporsional volum plasma
efisien dapat mengurangi risiko kejadian
(50%) dibandingkan dengan peningkatan
BBLR.(23)
model
SDM (30%).(25) Oleh karena itu, kadar Hb
satunya
mulai menurun pada pertengahan TM 1 dan
pelayanan
mencapai titik nadir pada akhir TM 2 dan
Dalam
determinan
dipengaruhi
Trihardiani
terkecil
konseptual
anemia,
oleh
salah
akses
ke
kesehatan yang berkualitas.(11,15)
Menurut
hasil
Nwachi et al. (2010)
anemia
lebih
penelitian
pertengahan awal TM 3. Selama TM 3,
Uche-
peningkatan plasma tetap, namun SDM
, bahwa kejadian
terus meningkat mencapai kadar Hb normal
(17)
mungkin
degan
jarak
pada saat aterm. Jadi pada sebagian besar
kelahiran <11 bulan. Hasil penelitian ini
ibu hamil, bila konsentrasi Hb di bawah 11
menunjukkan bahwa 88,1% subyek yang
gr/dL, terutama pada akhir kehamilan,
menderita anemia memiliki jarak kelahiran
hendaknya dianggap abnormal dan biasanya
493
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
disebabkan anemia defisiensi besi.(26) Pada
adalah hambatan pertumbuhan janin atau
penelitian
intra
ini
menunjukkan
perubahan
uterine
fetal
growth
restriction
kadar Hb selama kehamilan, sehingga
(IUGR), sedangkan anemia pada ibu hamil
penting untuk mencatat dan melaporkan
dapat menyebabkan IUGR akibat adanya
anemia ibu hamil dengan menspesifikasikan
kerusakan
pengukuran Hb menurut usia kehamilan.
perfusi uteroplasental tidak lancar, suplai
Ibu hamil dengan anemia TM 2
unit
uteroplasental
sehingga
oksigen dan zat gizi ke janin terhambat dan
secara statistik dan biologik tidak bermakna
akhirnya
janin
mengalami
untuk kejadian lahir mati, hal ini dapat
pertumbuhan.(28,29,30)
hambatan
dikarenakan kasus lahir mati sangat sedikit
(4 kasus) dan adanya variabel perancu yaitu
TTD
dan
kontributor
ANC.
Lahir
mayor
mati
terhadap
adalah
kematian
perinatal dengan >3 juta lahir mati terjadi
tiap tahunnya. Di negara dengan pendapatan
rendah-menengah, angka lahir mati 5 kali
lebih besar dibandingkan negara maju.(27)
Hubungan antara anemia TM 2
dengan
kejadian
BBLR
kemungkinan
mengalami efek modifikasi oleh variabel
riwayat BBLR, riwayat lahir preterm dan
ANC. Dengan mengontrol variabel tersebut
diperoleh ARR=4,43 (2,73-7,18) dengan
p<0,01. Hal ini berarti bahwa dengan
mengontrol
variabel
efek
modifikasi,
anemia TM 2 dapat meningkatkan risiko 4,4
kali untuk kejadian BBLR dibandingkan
dengan ibu hamil tanpa anemia pada TM 2.
Sementara hubungan anemia TM 2
dengan lahir mati tidak bermakna baik
secara statistik maupun biologik. Akan
tetapi hubungan tersebut dipegaruhi oleh
KESIMPULAN
Anemia TM 2 meningkatkan risiko
kejadian BBLR dan lahir prematur, namun
tidak meningkatkan risiko kejadian lahir
mati. Terdapat variabel modifikasi efek
yaitu riwayat BBLR, riwayat preterm dan
ANC terhadap hubungan anemia TM 2
dengan BBLR. Adanya variabel perancu
yaitu TTD dan ANC untuk hubungan antara
anemia TM 2 dengan lahir mati. DKK
Sukoharjo khususnya seksi Kesga dalam
pelaksanaan program KIA perlu melakukan
pemeriksaan Hb ibu hamil menurut usia
gestasi dan perbaikan pencatatan dan
pelaporan di dalam register kohort ibu,
kohort anak dan buku KIA dan melakukan
evaluasi terhadap program pemberian tablet
tambah darah dan penelusuran faktor
risiko/faktor penyebab anemia secara lebih
komprehensif
serta
evaluasi
terhadap
pelaksanaan ANC ditinjau dari aspek
kuantitas maupun kualitas.
variabel perancu yaitu TTD dan ANC.
Dengan
mengontrol
variabel
tersebut
didapatkan ARR=5,47 (0,58-52,04) dengan
p=0,14. Salah satu penyebab lahir mati
494
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
DAFTAR PUSTAKA
1.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Kementerian Kesehatan R.I.
(2007) Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS)
Nasional
2007.Jakarta.
2. Erin, Mc.L., Cogswell, M., Egli, I., Daniel
Wojdyla, D. & Bruno de Benoist. (2008)
Worldwide prevalence of anaemia, WHO
Vitamin and Mineral Nutrition Information
System, 1993–2005. Public Health
Nutrition:
doi:
10.1017/S1368980008002401.
3. Stoltzfus, R.J. (2001) Iron-deficiency
anaemia: reexamining the nature and
magnitude of the public health problem.
Summary: implications for research and
programs. Journal of Nutrition, 131(Suppl.
2):697S–701S.
4. WHO (2001) Definitions and indicators in
family planning maternal & child health
and reproductive health. Geneva: WHO
Press.
5. Sastroasmoro, S. & Ismail, S.(2010)
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis
ed. 3. Cetakan ke-2. Jakarta:CV Sagung
Seto.
6. Dahlan, M.S. (2006) Seri Evidence Based
Medicine:Besar Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta:Arkans.
7. Lemeshow, S., Hosmers, K.J. & Lwanga,
S.K. (1997) Besar Sampel Dalam
Penelitian
Kesehatan
(Terjemahan).
Pramono,
D.
&
Kusnanto,
H.
eds.Jogyakarta: UGM Press.
8. Fithri, A. (2009) Pengaruh Anemia pada
Ibu Hamil terhadap Kelahiran Bayi Berat
Badan Lahir Rendah di Bidan Praktek
Swasta Kota Malang. Tesis.Universitas
Airlangga.
9. Murti, B. (1997) Prinsip dan metode riset
epidemiologi. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
10. Dean, A.G., Sullivan, K.M. & Soe, M.M.
(2010) Epi Info and OpenEpi in
epidemiology ang clinical medicine.
Health aplication of free software.
California: the Creative Commons
Attribution-Share Alike 3.0 US License.
11. Balarajan, Y., Ramakrishnan, U., Ozaltin,
E., Shankar, A.H.& Subramanian, S.V.
(2011) Anemia in low-income and middleincome
countries.
The
Lancet:
DOI:10.1016/S0140-6736(10)62304-5.
12. Proverawati, A. & Ismawati C.S.(2010)
BBLR
Berat
Badan
Lahir
Rendah:Dilengkapi dengan Asuhan pada
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
BBLR & Pijat Bayi. Yogyakarta:Nuha
Medika.
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E. & Moss,
P.A.H.(2002) Kapita Selekta Hematologi
ed.4. Jakarta: EGC.
Pavord, S. & Hunt, B.eds.(2010) The
Obstetric Hematology Manual. New York:
Cambridge University Press.
Sistiarini, C. (2008) Faktor Maternal Dan
Kualitas Pelayanan Antenatal Yang
Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (Bblr) Studi Pada Ibu Yang
Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan
Melahirkan di RSUD Banyumas Tahun
2008. Tesis:Universitas Diponegoro.
Ruji, M. (2009) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian berat badan
lahir rendah (BBLR) di Kabupaten
Kotawaringin Timur. Tesis:Universitas
Gadjah Mada.
Uche-Nwachi, E.O., Odekunle, A., Jacinto,
S., Burnett, M., Clapperton, M., David, Y.,
Durga, S., Greene, K., Jarvis, J., Nixon, C.,
Seereeram, R., Poon-King, C. & singh, R.
(2010) Anaemia in pregnancy: association
with parity, abortions and child spacing in
primary clinic attendees in Trinidad and
Tobago. African Health Sciences: Vol 10
No 1.
Al-Farsi, Y.M., Brooks, D.R., Werler,
M.W., Cabral, H.J., Al-Syafei, M.A. &
Wallenburg, H.C. (20111) Effect of high
parity on occurrence of anemia in
pregnancy: a cohort study. BMC
Pregnancy and Childbirth. Available:
http://www.biomedcentral.com/14712393/11/7.
Trihardiani, I. & Puruhita, N. (2011)
Faktor risiko kejadian berat baddan lahir
rendah di wilayah kerja Puskesmas
Singkawang Timur dan Utara Kota
Singkawang.
Tesis:Universitas
Diponegoro.
Nobile, C.G.A., Raffaele, G., Altomare, C.
& Pavia, M. (2007) Influence of maternal
and social factors as predictors of low birth
weight in Italy. BMC Public Health, 7:192
doi:10.1186/1471-2458-7-192.
Kementerian Kesehatan R.I. (2010)
Pedoman
Pelaksanaan
Pelayanan
Kesehatan
Ibu
di
Fasilitas
Kesehatan.Jakarta:Kemenkes R.I.
Cita, Y.P., Arofi, T.M., Rosalinda &
Kartini, W. (2009) Hubungan pemeriksaan
kehamilan dengan kelahiran bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) di Puskesmas
Kecamatan Kramat Jati Jakarta-Timur.
Jurnal Keperwatan Soedirman.Vol 4 No 1.
495
Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014
Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II
23. Awoleke, J.O. (2011) Maternal risk factors
for low birth weight babies in Lagos,
Nigeria. Arch Gynecol Obstet. DOI
10.1007/s00404-011-1885-y.
24. Bao-Ping, Z. & Lu, T. (2003) Effect of
Interpregnancy Interval on Infant Low
Birth Weight: A Retrospective Cohort
Study Using the Michigan Maternally
Linked Birth Database. Maternal and
Child Health Journal, Vol. 7, No. 3.
25. Xiong, X., Buekens, P., Fraser, W.D. &
Guo, Z. (2003) Anemia during pregnancy
in a Chinese population. International
Journal of Gynecology and Obstetrics 83
(2003)
159–164.
doi:10.1016/S00207292(03)00214-5.
Available:www/elsevier/locate/ijgo.
26. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom,
S.L., Hauth, J.C., Rause, D.J. & Spong,
J.Y. (2010) Williams Obstetrics. 21ed.
New York:Mc Graw Hill.
27. Gravett, M.G., Rubens, C.E., Nunes, T.M.
& the GAPPS Review Group. (2010)
Global report on preterm and stillbirth (2
of 7): discovery science. BMC Pregnancy
and Childbirth, 10(Suppl 1):S2.
28. Allen, L.H. (2001) Biological mechanisms
that might underlie iron’s effects on fetal
growth
and
preterm
birth.
J
Nutr;131:581S-589S.
29. Kadyrov, M., Kosanke, G., Kingdom, J.,
Kaufmann,
P.
(1998)
Increased
fetoplacental angiogenesis during first
trimester
in
anaemic
women.
Lancet;352:1747–9.
30. Singla, P.N., Tyagi, M., Kumar, A., Dash,
D., Shankar, R. (1997) Fetal growth in
maternal anemia. J Trop Pediatr;43:89–92.
496
Download