PENGELOLAAN INTOLERAN AKTIFITAS PADA Tn. M DENGAN ANEMIA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD AMBARAWA Komang Ayu Noviani 1, Ana Puji Astuti 2, Mukhamad Musta’in 3 123 akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Intoleran aktifitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk mempertahankan aktifitasnya sampai ke tingkat yang diinginkan atau ketidak cukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam pemenuhan aktifitas seharihari yang dibutuhkan atau diperlukan.Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan intoleran aktifitas pada pasien dengan anemia RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pengelolaan intoleran aktifitas dilakukan selama 3 hari pada Tn. . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan pasien mengatakan badannya masih lemas, kondisi pasien lemah, pasien belum bisa mandiri melakukan aktivitasnya. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan membantu aktifitas pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya agar terjadi peningkatan kemandirian pasien. Kata kunci: Intoleran aktivitas Kepustakaan: 17 (2000-2010) (cronic debility) yang mempunyai dampak PENDAHULUAN masalah besar terhadap kesejahteraan sosial dan medik yang paling sering dijumpai di klinik ekonomi, serta kesehatan fisik. Oleh di seluruh dunia, disamping sebagai karena itu frekuensinya yang demikian masalah kesehatan utama masyarakat, sering, terutama anemia ringan seringkali terutama di negara berkembang. Kelainan tidak mendapat perhatian dan dilewati Anemia merupakan ini merupakan penyebab debilitas kronik 1 oleh para dokter dan praktek klinik (Sudoyo, 2009) biasanya pasien mengeluh badannya lemas, pucat, Anemia penyakit ditempat tidur. Akibat yang ditimbulkan gejala dengan kondisi pasien yang seperti itu macam penyakit dasar. Oleh karena itu salah satunya terjadi intoleran aktifitas. dalam diagnosis anemia tidaklah cukup Intoleran aktifitas pada pasien anemia hanya sampai kepada label anemia tetapi merupakan suatu diagnosa yang lebih harus dapat ditetapkan penyakit dasar menitikberatkan respon tubuh yang tidak yang menyebabkan anemia tersebut. Hal mampu memproduksi energi yang cukup. ini penting karena sering kali penyakit Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa dasar tersebut tersembunyi sehingga untuk apabila menutup sejumlah energi. Berdasarkan data yang paraklinis ke arah penyakit berbahaya didapat dirumah sakit dapat disimpulkan yang tersembunyi. Penentuan penyakit bahwa dasar juga penting dalam pengelolaan Desember 2013 jumlah penderita anemia kasus anemia, karena tanpa mengetahui sebanyak 99 pasien dan angka kejadian penyebab yang mendasari anemia tidak anemia tertinggi terjadi pada bulan dapat diberikan terapi yang tuntas pada September sejumlah kasus anemia tersebut. Pada umumnya diantaranya diderita anemia adalah suatu kondisi dimana sejumlah pasien darah memilliki jumlah sel darah merah sejumlah 6 pasien. Dari keseluruhan data dibawah normal. Kurangnya sel darah selama satu tahun penderita anemia merah ini biasanya diindikasikan oleh dominan hitungan hemoglobin yang lebih rendah dibandingkan dari normal. Hemoglobin adalah unsur perbandingan utama penyusun sel darah merah yang penderita anemia disini paling banyak merupakan protein kaya zat besi yang menyerang pada usia 25 sampai 44 tahun berfungsi membantu sel darah merah tahun yaitu sejumlah 27 pasien yang mengangkut paru-paru terdiri dari 10 laki-laki dan 17 perempuan. keseluruh tubuh. Pada pasien anemia Pada kasus anemia ini banyak terjadi yang sel darah merahnya tidak normal pada perempuan, seperti contohnya pada tersendiri, tetapi bukanlah dan hanya berbaring merupakan diungkap oksigen akan dari bergerak, dari 7 kita bulan diderita membutuhkan Januari 13 oleh dan sampai kasus laki-laki perempuan pada perempuan laki-laki dengan 50:49. Sedangkan wanita hamil karna kebutuhan nutrisinya teratasi, pasien masih mengeluh lemas kurang dan asupan nutrisinya dibagi 2 pasien tampak lemah. untuk ibunya dan untuk janinnya itu PEMBAHASAN sendiri. Selain itu pada perempuan juga KESIMPULAN mengalami menstruasi sehingga banyak kehilangan darah. Hal tersebut DAN Penulis menetapkan diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena menunjukkan tingginya angka kejadian aktivitas merupakan kebutuhan anemia di RSUD Ambarawa. Selain itu fisiologis, karena seseorang anemia merupakan salah satu penyakit mengalami gangguan aktivitas, maka yang seseorang tersebut tidak akan mampu memerlukan perhatian dan penanganan secara lebih maksimal guna menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat anemia tersebut. maka penulis tertarik untuk melakukan kasus dengan judul “pengelolaan intoleran aktivitas pada Tn. M dengan anemia” Metode yang digunakan adalah intoleran pengelolaan aktivitas. berupa Pengelolaan intoleran aktivitas dilakukan selama 3 hari pada Tn.M teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan didapatkan masalah intoleran lainnya. Maslow menetapkan tertinggi dalam hirarki Maslow (Perry & Potter, 2005). berdasarkan 14 Henderson, aktivitas belum Sedangkan kebutuhan bergerak mempertahankan METODE PENGELOLAAN memberikan memenuhi kebutuhan fisiologis yang kebutuhan fisiologis sebagai prioritas Berdasarkan fenomena tersebut pengelolaan jika posisi dasar dan yang dihendaki merupakan prioritas yang keempat (Perry & Potter, 2005). Jika masalah ini kebutuhan terpenuhi, tidak sehari-hari karena diatasi, maka tidak akan klien yang mengalami kelemahan tidak mampu meneruskan aktifitasnya dikarenakan energi besar diperlukan untuk menyelesaikan aktivitasnya (Perry & Potter, 2006) Untuk mengatasi masalah di atas penulis menyusun intervensi. Intervensi strategi adalah desain mengurangi, masalah pengembangan untuk mencegah, mengatasi yang telah masalah- Carpenito, Diagnosa Lynda Juall. Keperawatan 2001. Edisi 8. Jakarta: EGC diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain merencanakan menggambarkan sejauh Carpenito, Lynda Juall., 2007. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. mana perawat mampu menetapkan Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana cara menyelesaikan masalah dengan Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: efektif dan efesian. Intervensi yang EGC telah disusun juga dilengkapi dengan rasional. Rasional adalah dasar Hardywinoto, pemikiran atau alasan ilmiah yang Panduan mendasari Gramedia. ditetapkannya rencana tindakan keperawatan. penulis Gerontologi. 2005. Jakarta : Hoffard, A, V., Petit, J,G. Mos, P, A, menyimpulkan masalahintoleran Setiabudi. aktivitas belum H. 2005. Kapita Selekta Hematologi Penerbt Buku Kedokteran EGC teratasi karna criteria hasil belum dicapai sesuai yang diharapkan. Mansjoer, Arief, dkk. 2002. Kapita selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: FKUI DAFTAR FUSTAKA Mansjoer Arief (2010). Kapita Selekta Kedokteran,edisi 4, Jakarta: Media Aesculapius FKUI Penelitian Keperawatan dan Teknik Data. 2005. Keperawatan, Panduan Diagnosa Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika. Hidayat, Aimul Aziz. (2008). Metode Analisis Nanda. Salemba Medika:Jakarta. Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkasan Jakarta: EGC Perry & Potter. (2006) Buku Ajar Fundamental Konsep, Proses, dan Praktik (Vol.2). Jakarta: EGC Price, Silvia. 2005. Patofisiologi Klinis. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC Sibue, Herdin. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan 2. Jakarta : PT Asdi Maha Satya. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC Sudoyo, W. Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, III. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC Wiwik. H., dan Hariwibowo, A. S 2008 Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi Jakarta. Salemba Medika