BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Monitoring status kesehatan bayi merupakan hal yang sangat penting untuk deteksi awal
adanya masalah kesehatan. Monitoring kesehatan sangat penting bagi bayi yang dirawat di unit
perawatan intensif dan merupakan hal yang secara kontinyu dilakukan. Pemantauan parameter
vital dilakukan dengan menempatkan sejumlah alat sensor pada kulit bayi yang sangat sensitif
yang dihubungkan dengan sebuah monitor. (Dera Alfiyanti,2010)
Pada inkubator di ruang neonatus memerlukan pemantauan secara intensif dari tenaga
medis untuk melihat suhu ruang, suhu skin, kelembaban dan Beep per menit (BPM). Dalam
melakukan pemantauan Perawat setiap saat harus secara langsung datang ke ruangan untuk
memastikan suhu pada inkubator masih dalam kondisi sesuai dengan suhu settingan. Hal
tersebut menambah beban kerja tenaga medis jika harus memantau beberapa inkubator bayi.
Untuk mengatasi masalah tersebut di perlukan alat Monitoring Baby Incubator. Pernah
dibuat oleh Choirun Nissa (2006) dengan Pengontrol bayi ngompol. Pernah juga dibuat oleh
Diah Arum Kurniasari (2015) dengan Berbasis PC Melalui Transmitter dan Receiver
(parameter Suhu Skin dan BPM). Oleh karena itu penulis ingin menyempurnakan dengan
menggabungkan sistem pengiriman transmitter-receiver untuk memonitor bayi ngompol, suhu
skin, dan BPM.
Dari hasil identifikasi masalah tersebut penulis ingin mengembangkan alat monitoring
baby incubator yang bernama “Monitoring Baby Incubator via Wireless dilengkapi Nursecall
(BPM, Suhu Skin dan Indikator Bayi Ngompol)”
1.2
Batasan Masalah
1.2.1
Monitoring yang dilakukan hanya untuk 2 Baby incubator.
1.2.2
Menggunakan sensor LM 35 untuk suhu 25-40 C.
1.2.3
Monitoring BPM menggunakan finger sensor
1.2.4
Menggunakan mikrokontroler ATmega 328 sebagai pengolahan data.
1.2.5
Menggunakan modul wireless yang mampu menembus tembok.
1.2.6
Monitoring yang dilakukan menggunakan Personal Computer (PC)
1.2.7
Menggunakan program delphi untuk display pada PC
1.2.8
Pengiriman data dilakukan secara bergantian dengan durasi waktu pengiriman setiap
60 detik
1.3
Rumusan Masalah
“Dapatkah dibuat Alat Monitoring Baby Incubator via Wireless dilengkapi NurseCall
(BPM, Suhu Skin dan Indikator Bayi Ngompol)?”
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Dibuatnya alat life “Monitoring Baby Incubator via Wireless dilengkapi Nursecall
(BPM, Suhu Skin dan Indikator Bayi Ngompol)”
1.4.2
Tujuan Khusus
1.4.2.1 Membuat rangkaian sensor suhu menggunakan LM 35
1.4.2.2 Membuat rangkaian BPM menggunakan finger sensor
1.4.2.3 Membuat rangkaian Indikator Bayi Ngompol
1.4.2.4 Membuat rangkaian perangkat lunak mikrokontroler ATmega 328
1.4.2.5 Merangkai modul wireless HC 11 antara mikrokontroler dan PC
1.4.2.6 Membuat software program delphi untuk display PC
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis
Meningkatkan wawasan / pengetahuan dibidang alat life support monitoring baby
incubator.
1.5.2
Manfaat Praktis
Dapat mempermudah pemantauan kondisi inkubator bayi.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
Baby Incubator
Inkubator merupakan salah satu peralatan elektromedik yang digunakan untuk
memberikan perlindungan kepada bayi yang baru lahir premature atau mempunyai berat badan
lahir rendah dengan cara memberikan suhu dan kelembaban yang stabil dan kebutuhan oksigen
sesuai dengan kondisi kandungan ibu, mencegah terjadinya infeksi pernapasan pada bayi dan
untuk mengisolasi bayi yang baru lahir atau bayi premature yag memiliki berat badan kurang
dari 2,5 kg. Hal ini sangat penting sekali bagi bayi premature yang baru lahir yang mana rawan
terhadap masalah pernapasan karena paru – parunya tidak mendukung untuk mensuplay
oksigen guna pernapasan pada tubuh. Sedangkan bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Sebagian
besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya yang masih dini.
Maka dari itu, perlu diberikan perawatan khusus untuknya (Djoko Soeprijanto, 2013).
Bayi premature mudah menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin.
Untuk mencegah hipotermia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)
Diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi
2)
Konsumsi oksigen paling sedikit dalam keadaan istirahat, sehingga suhu bayi tetap
normal.
Tabel 2.1 Suhu yang Dibutuhkan Sesuai Berat Badan Bayi
NO
BERAT BAYI
SUHU RUANGAN
1
1000 gram
35ºC
2
1500 gram
34ºC
3
2000 – 3000 gram
33ºC
4
4000 gram
32ºC
(Sumber :After Scopes and Ahmed (1966) and Hey and Katz (1970)
2.1.1 Jenis-Jenis Inkubator Perawatan:
1)
Inkubator perawatan dengan pemanas elemen
2)
Inkubator perawatan dengan pemanas bola lampu.
(Fatchuroji Andri, 2012)
2.1.2
Adapun standart spesifikasi inkubator bayi yang ada sebagai berikut:
1)
Range air temperature : 35ºC - 37ºC
2)
Range Humidity : 50%-70% RH
3)
Range skin temperature : 36ºC - 37ºC
4)
Uniformity of temperature : 1ºC
(Fatchuroji Andri, 2012)
Syarat – syarat yang harus dipenuhi pada Inkubator Bayi adalah sebagai berikut :
1)
Pemeliharaan Panas Yang Tetap
Pemberian panas yang tetap dan tertentu pada bayi dengan berat badan lahir rendah
sangatlah penting dalam mengatasi Hypothermia dan jika kulit bayi lebih rendah dari
36°C. Berat badan tidak bertambah dengan cepat walaupun diberikan kalori normal
hal ini karena kalori banyak di pakai untuk memelihara suhu badan.
2)
Isolasi Ruangan
Isolasi ruangan sangat diperlukan oleh bayi karena daya tahan tubuh bayi dengan berat
badan rendah masih sangat rentang sehingga apabila diletakkan diruangan bebas akan
mudah terkena infeksi. (Fatchuroji Andri, 2012)
2.2
Jantung
Jantung (bahasa Latin: cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang
memompa darah lewat pembuluh
darah oleh
kontraksi
berirama
yang
berulang.
Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung.
dari kataYunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ manusia yang
berperan dalam sistem peredaran darah (Wikipedia).
Gambar 2.1 Jantung Manusia
(Sumber : www.penyakitjantungkoroner.net/?Gambar_Anatomi_Organ_Jantung.com)
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut
diastole). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung
(disebut sistole). Perubahan keadaan antara relaksasi dan kontraksi inilah yang dimanfaatkan
untuk penghitungan jumlah bpm (Wikipedia ) Sinyal jantung normal digambarkan seperti
gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Sinyal Jantung Normal
(Sumber : www.yurryelian.blogspot.co.id/2012/05/ecg-cuuyy.com)
Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang dapat dikonversi
menjadi heart rate. Jumlah denyut jantung normal manusia dapat dibagi beberapa tahap seperti
berikut:
Tabel 2.2 BPM terhadap usia manusia
No.
Usia
BPM
1
Bayi baru lahir
130-150 kali per menit
2
Umur di bawah umur
130-140 kali per menit
1 bulan
3
Umur 1-6 bulan
120-140 kali per menit
4
Umur 6-12 bulan
110-125 kali per menit
5
Umur 1-2 tahun
105-120 kali per menit
6
Umur 2-6 tahun
100-110 kali per menit
7
Umur 6-10 tahun
90-110 kali per menit
8
Umur 10-14 tahun
85-110 kali per menit
9
Umur 14-18 tahun
82-105 kali per menit
10
Umur 18-30 tahun
60-100 kali per menit
11
Umur 30-60 tahun
60-70 kali per menit
Akan tetapi, tidak selamanya jumlah denyut jantung manusia sesuai seperti range yang
disebutkan di atas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung, seperti yang ada
dibawah ini:
1)
Tingkat aktivitas fisik
2)
Tingkat kebugaran
3)
Suhu udara
4)
Posisi tubuh (berdiri atau berbaring, misalnya)
5)
Emosi
6)
Ukuran tubuh
7)
Konsumsi obat-obatan
Monitoring denyut jantung dapat dilakukan menggunakan teknik langsung (direct)
ataupun tidak langsung (indirect). Secara langsung dilakukan dengan mensensor pada jantung
itu sendiri. Sedangkan secara tidak langsung dengan memanfaatkan pembuluh darah, yaitu
dengan melakukan sadapan atau sensor pada aliran darah tersebut (Hamdan H).
2.3
Suhu Tubuh
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi
hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan set point untuk operasi
system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas, sedangkan
peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut. Pada umumnya penjalaran sinyal
suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki
medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas
atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama
seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla
spinalis maka sinyal akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus
sensorik anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di (1) area reticular batang otak dan
(2) kompleks vetro basal thalamus. Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus.
Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon
terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap.
Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut (Elis Kasih,
2012). Suhu tubuh dapat diukur di tempat – tempat berikut dengan waktu minimal:
1)
Ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2)
Anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3)
Mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia:
1)
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan
pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2)
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3)
Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4)
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.
5)
Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas
suhu basal.
6)
Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7)
Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal
ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8)
Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas)
dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9)
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10)
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. (Wikipedia,2002)
2.4
Sensor BPM
Gambar 2.3 Sensor BPM
(Sumber : www.hackaday.io/project/1026/logs/sort/newest.com)
Ujung jari pada sensor, cahaya Infrared akan terpancar dan mengenai ujung jari.
Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol yaitu periode saat berkontraksi dan
mengosongkan isinya (darah), dan periode diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan
pengisian darah pada jantung, sensor mengukur detak jantung berdasarkan prinsip peredaran
darah akibat pompa jantung. (Ahmad Nawawi H)
a)
Saat terdapat denyut
Volume darah meningkat, warna darah lebih pekat, intensitas cahaya yang diterima
photodioda sedikit, nilai R photodioda besar, sehingga tegangan kecil.
b)
Saat tidak ada denyut
Volume darah menurun, warna darah lebih terang (darah tidak pekat), intensitas
cahaya yang diterima photodioda banyak, nilai R photodioda kecil, sehingga tegangan
besar.
2.5
Sensor Suhu dengan LM 35
Gambar 2.4 LM 35
(Sumber: http://www.electroschematics.com/6393/lm35-datasheet/.com)
Gambar diatas merupakan bentuk LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM
35 menunjukkan fungsi masing masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber
tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja 0 Volt sampai 1,5 Volt dengan tegangan
operasi sensor LM 35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini
akan naik sebesar 10mV setiap derajat Celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
VLM35=Suhu*10mV. Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat
perubahan suhu setiap 1C akan menunjukkan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya
LM35 dapat ditempelkan dengan perekat pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit
berkurang sekitar 0,01C karena terserap suhu permukaan.
Macam – macam sensor LM 35:
1)
LM 35
: range suhu antara -55 C hingga +150 C
2)
LM 35A
: range suhu antara -55 C hingga +150 C
3)
LM 35C
: range suhu antara -40 C hingga +110 C
4)
LM 35CA
: range suhu antara -40 C hingga +110 C
5)
LM 35D
: range suhu antara -0 C hingga +100 C
(Datasheet LM35)
Tabel 2.3 Datasheet LM35
Parameter
LM 35
LM 35A
LM 35C
LM 35CA
LM 35D
Akurasi pada suhu +25 C
0,4 C
0,2 C
0,4 C
0,2 C
0,5 C
Ketidaklinearan
0,3 C
0,18 C
0,2 C
0,15 C
0,2 C
Range
Suhu minimum
-55 C
-55 C
-40 C
-40 C
-0 C
Suhu maksimum
+150 C
+150 C
+110 C
+110 C
+100 C
(Sumber: www.electroschematics.com/6393/lm35-datasheet/.com)
2.6
Mikrokontroler ATMega328
Gambar 2.5 Pin Mikrokontroler Atmega328
(Sumber: www.ym-try.blogspot.co.id/2014/02/atmega328.com)
2.6.1
Konfigurasi Pin ATMega328
ATMega328 merupakan mikrokontroler keluarga AVR 8 bit. Beberapa tipe
mikrokontroler yang sama dengan ATMega8 ini antara lain ATMega8535, ATMega16,
ATMega32, ATmega328, yang membedakan antara mikrokontroler antara lain adalah, ukuran
memori, banyaknya GPIO (pininput/output), peripherial (USART, timer, counter, dll). Dari
segi ukuran fisik, ATMega328 memiliki ukuran fisik lebih kecil dibandingkan dengan beberapa
mikrokontroler diatas. Namun untuk segi memori dan periperial lainnya ATMega328 tidak
kalah dengan yang lainnya karena ukuran memori dan periperialnya relatif sama dengan
ATMega8535, ATMega32, hanya saja jumlah GPIO lebih sedikit dibandingkan mikrokontroler
diatas.
ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB, PORTC, dan PORTD
dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat difungsikan
sebagai input/outpu tdigital atau difungsikan sebagai periperal lainnya.
1.
Port B
Port B merupakan jalur data 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain
itu PORTB juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.
1)
ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
2)
OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM
(Pulse Width Modulation).
3)
MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur komunikasi SPI.
4)
Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).
5)
TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external
untuktimer.
6)
XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama mikrokontroler.
2.
Port C
Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital.
Fungsi alternatif PORTC antara lain sebagai berikut.
1)
ADC6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit. ADC
dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data
digital
2)
I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC. I2C
digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki
komunikasi data tipe I2C seperti sensor kompas, accelerometer nunchuck.
3.
Port D
Port D merupakan jalur data 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat difungsikan
sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga memiliki fungsi
alternatif dibawah ini.
1)
USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan level sinyal
TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial, sedangkan RXD
kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
2)
Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai
interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program,
misalkan
pada
saat
program
berjalan
kemudian
interupsi hardware/software maka program utama akan berhenti
terjadi
dan akan
menjalankan program interupsi.
3)
XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART, namun kita
juga
dapat
memanfaatkan clock dari
CPU,
sehingga
tidak
perlu
membutuhkan external clock.
4)
T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan timer 0.
5)
AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog comparator.
2.6.2
Fitur ATMega328
ATMega328 adalah mikrokontroler keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur
RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang mana setiap proses eksekusi data lebih cepat
dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer). Mikrokontroler ini memiliki
beberapa fitur antara lain:
1.
Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory)
sebesar
1KB
sebagai
tempat
penyimpanan
data
semi
permanen
karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
2.
Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.
3.
Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width
Modulation) output.
4.
32 x 8-bit register serba guna.
5.
Dengan clock 16 MHz kecepatan mencapai 16 MIPS.
6.
32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang menggunakan 2
KB dari flash memori sebagai bootloader.
7.
130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.
(Inovasi dan Kreatifitas Seputar Teknologi)
2.7
Wireless HC-11
Modul port serial yang nirkabel digunakan untuk mengimplementasikan transmisi
data nirkabel bukan serial menghubungkan kawat. Modul port seri ini melakukan komunikasi
nirkabel melalui frekuensi 433MHz dan mendukung satu-ke-banyak, banyak-ke-satu, banyakke-banyak mode transmisi.
Gambar 2.6 HC-11
(Sumber : www./id.aliexpress.com)
2.8
Bayi Ngompol
Umumnya mengompol, yang dalam istilah kedokterannya disebut enuresis,
merupakan kebiasaan yang kurang menyenangkan bagi para orangtua itu lebih banyak dijumpai
pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Kemungkinan karena faktor aktifitasnya lebih
banyak anak laki-laki.
Ngompol atau enuresis dibedakan menjadi dua jenis, yakni primary enuresis dan
secondary enuresis. Primary enuresis adalah kebiasaan ngompol tanpa jeda. Kebiasaan ini
berlangsung terus menerus, tidak ada fase kering. Sedangkan secondary enuresis ada jedanya.
Menurutnya, normalnya anak akan berhenti ngompol setelah berusia 5 tahun atau memasuki
usia prasekolah.
Dari hasil penelitian, kebiasaan mengompol berhenti pada siang hari pada umur 1 ½ – 2 tahun,
dan pada umur 2 ½ – 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari.
Kebiasaan mengompol dapat disebabkan oleh:
1.
Gangguan psikologis seperti stres, tertekan, merasa diperlakukan kurang adil, kurang
perhatian dll.
2.
Gangguan organis seperti infeksi saluran kencing, sumbatan, dll.
3.
Terlambatnya kematangan bagian otak yang mengontrol kencing.
4.
Gangguan tidur. Biasanya mereka termasuk yang tidurnya sangat nyenyak dan
ngompolnya bisa terjadi setiap saat dalam waktu tidurnya.
5.
Gangguan kekurangan produksi hormon anti diuretik (= hormon anti kencing) pada
malam hari, sehingga pada malam hari produksi air kencing berlebihan.
6.
Gangguan genetik pada kromoson 12 dan 13 yang merupakan gen pengatur kencing
dan pada kelainan ini ada riwayat keluarga dengan ngompol.
7.
Ngorok waktu tidur, akibat adanya pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid.
Selain itu faktor emosional dapat juga menyebabkan kebiasaan mengompol pada anak, berupa:
1.
Ekspresi daripada perubahan si anak akibat terlalu cepat dilatih dalam toilet training
yang terlalu keras dan dini (waktu anak masih kecil).
2.
Latihan yang kurang adekwat yaitu tidak secara rutin dilatih.
3.
Overproteksi ibu karena anggapan masih terlalu kecil atau terlalu lemah untuk dilatih.
4.
Paling penting adalah si anak sedang berusaha mencari perhatian orang tua (terutama
ibunya) karena ibu lebih memberi perhatian pada adiknya atau anak baru memperoleh
adik lagi.
Mengompol juga dapat disebabkan oleh faktor organik yang merupakan suatu
penyakit yaitu Diabetes Insipidus dimana penyakit ini ditandai dengan sering kencing (poliuria)
sehingga anak selalu mengompol bila tidur, juga disertai keinginan untuk minum terus
(palidipsia). Tanda-tanda lain dari penyakit ini adalah anak lekas marah, sangat letih, dan
terdapat keadaan gizi yang kurang baik seperti kegemukan (obesitas) atau sangat kurus
(cachexia). Kebiasaan anak mengompol bukan dari faktor makanan sebagai pemicunya,
kemungkinan faktor minuman yang berlebihan diwaktu bermain di sekolah atau dengan temantemannya di rumah karena aktifitas anak yang banyak mengeluarkan keringat seperti bermain
bola.
Dan tidak kalah pentingnya untuk selalu diingatkan kebersihan dini sebelum naik
ketempat tidur dengan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci anggota badannya
serta pakaian tidur yang tidak terlalu tipis sehingga anak tidak kedinginan waktu tidur. (Asy –
syatsri, 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Blok Sistem
Program
Sensor Suhu
ruang 1
Display LCD 2 x 16
Sensor
Kelembaban 1
Sensor Suhu
skin 1
Transmitter 1
Ngompol
Alarm
µc (1)
Receiver
Sensor Bayi
ngompol 1
PC
Start
Program
Reset
BPM 1
Program
Sensor Suhu
ruang 2
Transmitter 2
Ngompol
Display LCD 2 x 16
Sensor
Kelembaban 2
Sensor Suhu
skin 2
µc (2)
Start
Penyimpanan
data
Reset
Sensor Bayi
ngompol 2
BPM 2
Gambar 3.1 Diagram Blok Monitoring Baby Incubator
Keterangan :
Dibahas oleh penulis
Tidak dibahas oleh penulis
IC mikrokontroler ATMega328 sebagai pusat pengendali data input dan output. IC ini
akan bekerja berdasarkan kode program yang di masukkan kedalam IC mikrokontroler ini.
Kode program tersebut dimasukkan melalui pin miso, mosi dan sck. Data input yang masuk
pada IC AT Mega 328 yaitu sensor LM 35, indikator bayi ngompol dan BPM, tombol START,
RESET. Tombol-tombol ini digunakan untuk mengatur operasional alat. Tombol START
sensor mulai melakukan pembacaan yang kemudian masuk pada pin ADC IC ATMega 328.
Dan ditampilkan pada LCD 2 x 16. Ketiga sinyal yang telah diolah oleh mikrokontroler akan
dikirimkan melalui modul transmitter. Data yang dikirimkan oleh transmitter akan diterima oleh
modul receiver yang kemudian ditampilkan PC. Jika semua parameter tidak sesuai saat
pengukuran maka alarm berbunyi untuk memanggil perawat.
3.2
Diagram Alir Program untuk Mikrokontroler
Diagram Alir Mikrokontroler
Mulai
Inisialisasi
ADC
no
Start
yes
Konversi ADC
suhu skin,
Konversi ADC
suhu Ruang,
Konversi ADC
kelembaban
Konversi Kode
suhu skin = 1a
Konversi Kode
suhu Ruang =1
b
Konversi Kode
kelembaban =1
c
Konversi Kode
BPM = 1d
Konversi Kode
bayi ngompol =
1e
Kirim data
ADC suhu skin
serial
Kirim data
ADC suhu
ruang serial
Kirim data
ADC
kelembaban
serial
Kirim data
BPM serial
Kirim data bayi
ngompol serial
Konversi BPM
Kirim data serial
melalui transmitter
Selesai
Gambar 3.2 Diagram alir Mikrokontroler
Keterangan :
Dibahas oleh penulis
Tidak dibahas oleh penulis
Konversi bayi
ngompol
Pada diagram alir Mikrokontroler setelah inisialisasi ADC, dan tombol start YES
(tekan) maka Konversi ADC berlangsung secara bergantian dari ADC suhu skin, BPM dan Bayi
ngompol. Jika tombol start NO (tidak ditekan) maka kembali ke proses inisialisasi ADC. IC
mikrokontroler akan memberi kode pada setiap data ADC untuk dapat dipisahkan saat
pengiriman. Contohnya kode modul 1 suhu skin = 1a, modul 2 untuk suhu skin = 2a. Kemudian
akan dilakukan konversi ADC ke data serial untuk dikirimkan melalui transmitter.
3.3
Diagram Alir Progran untuk PC
Mulai
Terima data serial
di receiver
Jika
Kode=1a
Jika
Kode=1b
Jika
Kode=1c
Jika
Kode=1d
Jika
Kode=1e
Konversi
data serial
suhu skin
konversi
data serial
suhu ruang
konversi
data serial
kelembaban
konversi
data serial
BPM
konversi
data serial
Ngompol
Tampil PC
Tampil PC
Tampil PC
Tampil PC
Tampil PC
Selesai
Gambar 3.3 Diagram alir PC
Keterangan :
Dibahas oleh penulis
Tidak dibahas oleh penulis
Pada diagram alir PC setelah inisialisasi serial komunikasi, Receiver akan menerima
data serial berurutan sesuai yang dikirimkan oleh transmitter yaitu untuk kode suhu skin modul
1=1a, kode BPM=1d, kode bayi ngompol=1e. Kemudian data serial tersebut akan dikonversi
dan dikirim ke PC secara bergantian untuk ditampilkan pada dekstop menggunakan aplikasi
dhelpi.
3.4
Desain Penelitian
Desain penelitian dalam pembuatan modul ini menggunakan metode pre
eksperimental dengan jenis penilitian after only design. Pada rancangan ini peneliti hanya
melihat hasil tanpa mengukur keadaan sebelumnya. Tetapi disini sudah ada kelompok kontrol,
walaupun tidak dilakukan randomisasi. Kelemahan dari rancangan ini adalah tidak tahu
keadaan awalnya, sehingga hasil yang didapat sulit disimpulkan. Desain dapat digambarkan
sabagai berikut :
X
Non Random
O
-------------------------(-)
O
X
= Treatmen/perlakuan yg diberikan (variabel Independen)
0
= Observasi (variabel dependen)
( - ) = Kelompok kontrol
3.5
Diagram Mekanik
3.5.1
Penempatan Modul Monitoring
1
3
2
MODUL
Gambar 3.4 Penempatan Modul pada Baby Incubator
Keterangan Gambar:
1.
2.
3.
Baby Incubator
Modul Monitoring
Penempatan Sensor
3.5.2
Pengiriman Modul ke PC
3
4
Modul 1
5
1
2
Modul 2
Gambar 3.5 Proses Pengiriman
Keterangan Gambar:
1.
Modul Monitoring 1 & 2
2.
PC
3.
Display menggunakan aplikasi Delphi
4.
Alarm
5.
Wireless
3.5.3
Tampilan dari Depan
start
reset
LCD
On/off
Gambar 3.6 Gambar Alat Tampak Depan
Keterangan
1.
Saklar ON/OFF
2.
Tombol Start
3.
Tombol Reset
3.5.4
Tampilan dari Samping
3
2
1
Gambar 3.7 Gambar Alat Tampak Samping
Keterangan Gambar :
1.
Konektor Sensor kelembaban, suhu skin, dan suhu ruang
2.
Konektor bayi ngompol
3.
Konektor BPM
3.6
Variabel Penelitian
3.6.1
Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas yaitu sinyal detak jantung dan suhu kulit.
3.6.2
Variabel Tergantung
Sebagai variable tergantung yaitu sensor finger dan sensor LM35.
3.6.3
Variabel Terkendali
Variabel terkendali terdiri yaitu IC Mikrokontroler Atmega 328.
3.7
Definisi Operasional Variabel
Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan
modul, baik variabel terikat, tergantung, dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi
Operasional
Alat Ukur
Hasil ukur
Kelembaban
(variabel
bebas)
Suhu ruang
(variabel
bebas)
Kelembaban
Humidity
Meter
50% - 60% RH
HSM 20G
(variabel
tergantung)
Sensor LM35
(variable
tergantung)
Mikrokontroler
PC
3.8
Skalaukur
Interval
Suhu ruang
termometer 36-37C
=normal
>36=hipotermia
Sensor
Kelembaban
-
<37=hipertemia
%RH
Interval
Pendeteksi
suhu ruang
-
C
Rasio
0=GND
1=Vcc
Rasio
-
Rasio
Komponen
Multimeter
pengendali
system yang
harus
deprogram
Untuk
menampilkan
hasil
pengukuran,
penyimpanan
data dan alarm
Interval
Tempat dan Waktu Pembuatan Modul
Kegiatan akan dilakukan pada:
3.9
Waktu
: September 2015 - Mei 2016
Tempat
: Kampus Teknik Elektromedik Surabaya
Urutan Kegiatan
Dalam penelitian dan pembuatan modul ini, penulis terlebih dahulu mengadakan
urutan kegiatan persiapan untuk kelancaran jalannya proses pembuatan dan pengamatan yang
meliputi di bawah ini :
a.
Mempelajari teori – teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas melalui
studi kepustakaan.
b.
Mempelajari dan merancang teknis pembuatan modul tersebut.
c.
Membuat diagram blok sistem
d.
Membuat diagram alir sebagai urutan cara kerja alat
e.
Merencanakan anggaran biaya pembuatan modul
f.
Menyusun proposal
g.
Menyiapkan bahan berupa komponen, box dan peralatan yang dibutuhkan dalam
pembuatan modul
h.
Membuat layout rangkaian mikrokontroller, BPM, indikator bayi ngompol, pendeteksi
suhu skin.
i.
Memasang komponen pada PCB
j.
Menyatukan semua rangkaian
k.
Mengintegrasikan semua rangkaian
l.
Menyusun program untuk menyalakan system
m.
Melakukan uji coba modul
n.
Melakukan kalibrasi modul
o.
Menyusun laporan KTI
3.10
Jadwal Kegiatan
Penelitian ini dilakukan di kampus Teknik Elektromedik Surabaya dengan jadwal
kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal kegiatan
Kegiatan
Sep
A
xxx-
B
--xx
C
--xx
D
Okt
Nov
G
H
Jan
Feb
xxxx
xx--
Mar
Apr
Jun
-xxx
xxx-
xx--
---x
xxxx
xxxx
--x-
I
xx--
J
--xx
x---
K
---x
xx--
L
---x
xx--
M
xx--
N
-xx-
O
Mei
x---
E
F
Des
Jul
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin Adi. 2014. KTI Monitoring Infus Dilengkapi Dengan Deteksi Infus Habis.
Surabaya.
Djoko,
Soeprijanto.
2013.
Infant
Incubator.
http://djokosoeprijanto.blogspot.com/2013/04/sekilas-tentang-infant-incubator-poly.html.
Kamis, September 2015
Fatchuroji Andri Kurnia. 2012. KTI Modifikasi Baby Incubator Dilengkapi dengan Auto
Water Circulation dan Kontrol Sterilisasi Berbasis Mikrokontroller AT89S51 di RS Haji
Surabaya. Surabaya
Herman, Irving P. 2007. Physics of the Human Body. Berlin: Springer.
1.1
Ifan Mustofa 2012. ASK Modulator,
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/377/jbptunikompp-gdl-levyolivia-18837-1-modul1k.pdf diakses pada Jum’at, September 2015
Jelly Puff. 2011. Bayi/ Neonatus. http://dolphinwishes.wordpress.com/2011/10/21/babyneonatus-exam/ diakses Sabtu, September 2015
Kasper, Dennis L, dkk.2005. Harrison’s Manual of Medicine 16th Edition. e-book
Khosim, M.Sholeh. 2003. Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit. Jakarta
Kumpulan
Ilmu
Kesehatan
Indonesia.
2012.
http://ariebencolenk.blogspot.com/2012/03/inkubator-bayi.html.
Inkubator
Diakses
Bayi.
Jumat,
September 2015
National Semiconductor. 2000. LM35. http://www2.ece.ohio-state.edu/~passino/LM35.pdf.
Diakses Jumat, September 2015
Not
Ordinary
Idiot
Weblog
(2012).
Prinsip
Kerja
Inkubator
Bayi.
http://planetcopas.blogspot.com/2012/07/prinsip-kerja-inkubatorbayi.html Diakses Jumat,
September 2015
Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Texas Instrument, 2013. LM35. http://www.ti.com.cn/cn/lit/ds/symlink/lm35.pdf. Diakses
Jumat, September 2015
Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Asy – syatsri, 2013 Tentang ngompol dalam psikologis anak.
https://abangdani.wordpress.com/2011/10/31/ngompol-dan-perkembangan-psikologisanak/. Diakses minggu, September 2015
Wikipedia jantung,https://id.wikipedia.org/wiki/Jantung Diakses minggu, September 2015
Jurnal Hamdan Heruryanto, Monitoring denyut jantung dapat dilakukan menggunakan teknik
langsung (direct) ataupun tidak langsung (indirect). Diakses minggu, September 2015
Elis Kasih, 2012. https://eliskasih.wordpress.com/2012/10/13/pengaturan-suhu-tubuh/. Diakses
minggu, September 2015
Faktor mempengaruhi suhu. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik. Diakses minggu,
September 2015
Ahmad Nawawi, cara kerja sensor bpm.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/sfisika/article/download/4862/2190. Diakses minggu,
September 2015
Inovasi dan Kreatifitas Seputar Teknologi, atmega 328 http://ymtry.blogspot.co.id/2014/02/atmega328.html. Diakses rabu, September 2015
Dera Alfiyanti, 2010. Pendekatan baru dalam monitoring bayi baru lahir.
https://www.pens.ac.id/uploadta/downloadmk.php?id=1462. Diakses Senin, November 2015
Download