ranah sosiologi komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Teori Teori Sosiologi
Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Fenomena komunikasi dapat dipahami
maknanya merujuk pada orientasi
paradigma sebagai pedoman
merumuskan makna di balik tindakan
simbolik pelaku komunikasi. Melalui
Teori Fungsional Struktural, Teori
Pertukaran Sosial, dan Teori Interaksi
Simbolik dapat dipergunakan sebagai
referensi memaknai perilaku
komunikasi
Memahami dan menjelaskan konteks
sosiologi komunikasi
Pembahasan
Untuk dapat mengerti kajian Sosiologi Komunikasi perlu kiranya memahami terlebih dahulu
pemikiran Filsafat Sosial. Dimulai abad 19 dan awal abad 20 ketika kehidupan manusia
mengalami perubahan yang belum pernah dijumpai pada masa sebelumnya. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi basis berubahnya cara hidup manusia yang semula
berpijak pada tatanan ekonomi subsistem menjadi sistem ekonomi kapitalis. Penemuan
teknologi meningkatkan teknik produksi hingga menumbuhkan industrialisasi, urbanisasi,
dan birokrasi ekonomi. Seting sosial kapitalisme ini menghadirkan sekelompok kecil
masyarakat yang memperoleh keuntungan besar sementara sebagian besar anggota
masyarakat lain berada pada posisi sebagai kaum proletar yang bekerja keras untuk
mendapatkan kehidupan layak. Karl Marx berpendapat jika manusia hakekatnya makhluk
produktif. Untuk dapat bertahan hidup penting bagi manusia saling bekerjasama dengan
manusia lain untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, peralatan, perumahan, dan
kebutuhan penunjang hidup lainnya. Di sinilah konteks manusia selaku mahluk sosial muncul
sebagai representasi kemampuan mereka menjalin kerjasama melalui interaksi sosial guna
menghasilkan kompleks kebutuhan hidup. Idealisasi demikian sejalan waktu hancur oleh
keberadaan pranata struktural kapitalisme. Ketika kebutuhan alamiah untuk bekerjasama
antar individu digantikan dengan proses produksi, produk, dan jam kerja. Selain itu keadaan
di atas menciptakan sistem dua kelas yaitu masyarakat pemilik modal dan kelompok
warganegara selaku pekerja.
Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi titik tolak berubahnya tatanan kehidupan
masyarakat menciptakan beragam permasalahan kemanusiaan berupa revolusi politik,
revolusi industri diiringi pemunculan kapitalisme, hadirnya paham sosialis dan feminis, dan
urbanisasi (Ritzer & Goodman, 2007:9). Abad Pencerahan (Enlightenment) adalah suatu
periode untuk mengkaji ulang pemikiran Filsafat Sosial yang dianggap tidak lagi
proporsional menjelaskan dinamika sosial masyarakat berupa kapitalisme, liberalisme,
sosialisme, komunalisme (komunisme). Pada masa inilah penerapan metode ilmiah terhadap
masalah sosial dibutuhkan, pasalnya Filsafat Sosial memuat keterbatasan metodologis
mengantisipasi kemajemukan gejala sosial budaya masyarakat. Di awali melalui Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan sosial dengan gagasannya yang praksis bagi dunia sosial dengan
asumsi, metodologinya memuat analis kritis terhadap statika sosial (stabilitas) dan dinamika
sosial (perubahan). Azasinya realitas dunia sosial dapat dipahami melalui kerja penelitian
yaitu mengkaji cara dunia sosial beroperasi lantas melalui theorytical treatment yang tepat
2015
2
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dapat dirumuskan berbagai metode mengatasi kompleks permasalahan manusia. Lantas di
mana interelasi Sosiologi dengan Sosiologi Komunikasi?
Sosiologi Komunikasi menawarkan gagasan yang bersumber dari pemikiran ilmuwan
Sosiologi. Kontribusi Comte, Durkheim, Parson, dan Merton melalui Paradigma Fungsional
menjadi cikal bakal Teori-Teori Komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Marx dan
Habermas melalui pemikiran Paradigma Konflik menjadi dasar bagi Teori-Teori Kritis dalam
kajian Ilmu Komunikasi (Bungin, 2006:19). Interaksi sosial sebagai konsep utama Sosiologi
menjadi landasan bagi Teori Komunikasi. Pernyataan ini diperkuat Habermas, bahwa
tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi sosial) adalah definsi
mendasar bagi Ilmu-Ilmu Sosial dan Teori Komunikasi (Bungin, 2006:19). Meminjam
konsep utama Sosiologi yaitu interaksi sosial, konsep ini lantas dipergunakan Sosiologi
Komunikasi untuk mengkaji semua hal menyangkut interaksi sosial atau komunikasi dengan
menggunakan media. Dengan argumentasi terdapat fungsi-fungsi komunikasi berupa
menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan
mempengaruhi (to influence). Fungsi-fungsi ini memerlukan komunikasi. Perlu disepakati
pula bahwa kontak sosial tidak terjadi dalam ruang hampa sosial sebab adanya dinamika
antara komunikator dengan komunikan yang berlatar belakang tradisi kultural yang tidak
sama. Berangkat dari realitas demikian dapat kita pahami jika bidang studi Sosiologi
Komunikasi bersifat lintas keilmuan, memuat sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang
turut menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi yang berimplikasi berubahnya
institusi sosial masyarakat.
Pendekatan (paradigma atau model universal) merupakan tradisi intelektual yang
menawarkan cara pandang umum mengenai manusia, adapun teori adalah penjelasan spesifik
menyangkut perilaku manusia. Setiap pendekatan memiliki logika berpikir yang berbeda oleh
sebab tiga pertanyaan filosofis yang berkaitan dengan aktifitas pengkajiannnya, yaitu asumsi
ontology (pertanyaan tentang sifat realita), asumsi epistemology (pertanyaan bagaimana kita
mengetahui sesuatu), dan asumsi axiology (pertanyaan mengenai apa yang patut diketahui).
Pendekatan yang ditawarkan untuk memahami fenomena komunikasi massa adalah
Paradigma Fakta Sosial melalui Teori Fungsional Struktural, Paradigma Definisi Perilaku
Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial, dan Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi
Simbolik. Ditetapkannya pilihan pendekatan pada tiga paradigma ini berpijak pada asumsi :
2015
3
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pertama, Paradigma Fakta Sosial melalui teorinya berupa Struktural Fungsional dapat
digunakan untuk memahami realitas menyangkut hubungan komunikasi massa dengan
masyarakat.
Kedua, Paradigma Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial menjelaskan adanya
manfaat yang saling menguntungkan dalam hubungannya antara pengelola media dengan
audiennya.
Ketiga, Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik dapat digunakan untuk
menerangkan bahwa media massa melalui informasinya terhadap fenomena tertentu dapat
mempengaruhi pola berpikir, bersikap, bertindak masyarakat.
TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL
Istilah lain dari pendekatan ini dapat kita sebut juga sebagai Fungsionalisme Struktural.
Tradisi teoritis ini dipopulerkan oleh Talcott Parsons dan Robert Merton dan cukup ramai
diperbincangkan sepanjang dua dekade pasca Perang Dunia Ke-dua.
Fungsionalisme Struktural adalah perpaduan dua istilah, struktural dan fungsional yang
dalam praktik pengkajiannya tidak selalu mengkaitkan pemakaian istilah secara bersamaan.
Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa melibatkan fungsi terhadap struktur lain
dan kita dapat mengkaji fungsi berbagai proses sosial yang mungkin saja tidak memiliki
struktur. Namun yang perlu kita mengerti, ciri utama dari Perspektif Struktural Fungsional
bahwa pendekatan ini memperhatikan aspek struktur dan fungsi, ini artinya kita perlu
memperhatikan seksama berfungsinya masyarakat oleh keberadaan institusi sosial berskala
luas, saling berinteraksi, dan mempengaruhi individu (Ritzer & Goodman, 2007:118).
Stratifikasi sosial.
Perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat merujuk pada status dan peran
yang dimiliki adalah realitas yang tidak bisa ditawar lagi dalam kenyataan hidup suatu
masyarakat. Stratifikasi sosial adalah fenomena universal dan menjadi prasyarat dalam
berfungsinya suatu sistem sosial. Konsep stratifikasi dalam konteks struktural fungsional
memaknai posisi individu ketika menempati posisi tententu bukan memfokuskan perhatian
pada mekanisme yang digunakan individu menaiki jenjang posisi ideal. Di sinilah definisi
fungsional muncul, bahwa masyarakat memiliki kesadaran menciptakan sistem stratifikasi
sebagai medium memposisikan bakat atau keterampilan sejurus dengan kemampuannya, dan
masyarakat menyediakan hadiah (reward) sebagai imbalannya. Stratifikasi analog alat yang
diciptakan masyarakat untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Imbalan
memadai dari achieved status ini ditandai dengan diperolehnya kekuasaan (power), kekayaan
2015
4
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(privilege), dan posisi terhormat (prestige). Sehingga akan ada individu-individu yang
menempati status dan peran tertentu bergantung harapan masyarakatnya. Melalui proses
sosialisasi formal pada institusi pendidikan, umumnya stratifikasi sosial melanggengkan
posisi istimewa seseorang yang memang sedari awal telah memiliki kekuasaan, kekayaan dan
prestis. Namun pemikiran Teori Stratifikasi ini tampak linier, teori ini tidak dapat menjawab
kenyataan berstratifikasi masyarakat ketika diperhadapkan pada realitas manakala terdapat
satu kampung di mana warganya terdefinsikan sebagai orang kaya semua, dan status
pengemis atau masyarakat lapisan bawah (low brow) menjadi demikian diperlukan sebagai
agen fungsional yang menerima distribusi kekayaan dari masyarakat menengah atas (upper
middle-brow) atau atas (high-brow). Atau contoh lainnya, seorang guru lebih diperlukan oleh
masyarakat ketimbang keberadaan seorang artis sinetron. Hingga tidak selalu posisi yang
terjamin imbalan material dan imaterial menjadi target pemosisian individu, bergantung pada
kebutuhan dari sistem sosial maka keberadaan status dan peran majemuk sifatnya. Jaminan
berupa kekuasaan, kekayaan, dan prestis pada gilirannya menjadi sarana evolusi bagi
masyarakat untuk bersama-sama berjuang menempati posisi yang diidealisasikan.
Skema AGIL.
Dalam kaitannya motivasi memperoleh kepuasaan melakukan pekerjaan ideal maupun
aktivitas yang diperlukan oleh sistem sosial, kita perlu memahami “sistem tindakan” sebagai
perangkat konsep untuk memahami struktur dan fungsi. Merujuk Teori Struktural Fungsional,
Parsons mengajukan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, yang dapat kita
definisikan sebagai Skema AGIL.
Kita pahami bersama terlebih dahulu pengertian “fungsi”. Fungsi merupakan kumpulan
kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem (Rocher,
1975, dalam Ritzer & Goodman, 2007:121). Empat fungsi ini mencakup (A) Adaptation –
(G) Goal Attainment – (I) Integration – dan (L) Latensi. Ke-empat fungsi ini dibutuhkan oleh
sistem dalam kaitannya beroperasinya struktur sosial suatu masyarakat. Mari kita simak
penjelasan Skema AGIL berikut ini :
(1). Adaptation (Adaptasi), suatu sistem dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan utama
menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan.
“Adaptasi” diinterpretasi sebagai organisme perilaku sebagai sistem tindakan yang
melaksanakan fungsi adaptasi atau fungsi penyesuaian diri dengan mengubah
lingkungan ekternal.
2015
5
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi adaptasi diimperatifkan ke dalam sub sistem ekonomi sebagai bagian yang
memenuhi keperluan tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pranata ekonomi
memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan menanggapi lingkungan eksternal.
(2). Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), suatu sistem dapat mendefinisikan tujuan
utama.
“Pencapaian Tujuan” diinterpretasi sebagai sistem keperibadian, pelaksana fungsi
pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem melalui mobilisasi sumber daya
untuk pencapaian tujuan.
Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan melalui sub sistem politik. Sistem pemerintah
berperan sebagai operator sekaligus regulator dalam memobilisasi warganegara
mencapai tujuan negara.
(3). Integration (Integrasi), suatu sistem dapat mengatur hubungan antar komponen.
“Integrasi” diinterpretasi sebagai sistem sosial, yang berfungsi menanggulangi atau
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
Fungsi integrasi atau sistem sosial mencakup seluruh fungsi masyarakat, yaitu suatu
kolektif yang relatif memenuhi kebutuhan secara mandiri.
(4). Latency (Pemeliharaan Pola), suatu sistem memiliki kemampuan memelihara dan
memperbaiki diri, berupa motivasi individu dan keberadaan kebudayaan sebagai
medium bekerjanya motivasi.
“Pemeliharaan Pola” diinterpretasi sebagai sistem kultural yang melaksanakan fungsi
pemeliharaan pola dengan menyediakan aturan normatif yang memotivasi individu
untuk melaksanakan tindakan.
Fungsi laten diberlangsungkan melalui sistem fiduciari. Sistem ini kita kenali sebagai
pranata yang membekali individu dengan pengetahuan menyangkut nilai-nilai dan
norma-norma masyarakat. Melalui institusi keluarga dan sekolah, pranata ini
menyediakan sarana sosialiasi dan internalisasi sistem simbol yang terpola yang
menjadi orientasi bertindak bagi masyarakat.
L
LATENCY
I
Sistem Kultural
Sistem Sosial
(Sistem Fiduciari)
A
INTEGRATION
ADAPTATION
(Sistem Kemasyarakatan)
G
Organisme Perilaku
(Sistem Ekonomi)
GOAL ATTAINMENT
Sistem Keperibadian
(Sistem Pemerintahan)
Gambar 1: Skema AGIL (struktur sistem tindakan umum dengan
subsistem fungsionalnya)
2015
6
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsionalisme Struktural Parsonian ini memusatkan perhatian pada fungsi dari satu struktur
sosial atau fungsi dari satu institusi sosial saja. Determinisme kebudayaan menjadi kelemahan
teori ini, manakala Parson lebih menekankan pada fungsi sentral latency sebagai kekuatan
utama yang mengikat seluruh tatatan sistem tindakan individu. Perlu dipahami bahwa asumsi
fungsional struktural berpijak pada keterpaduan atau kesetaraan pada semua tingkat
analisanya menyangkut ke-empat aspek sistem. Tindakan agen atau aktor senantiasa
mempertimbangkan keberadaan dari empat fungsi struktur tindakan. Sebagai deskripsinya;
ketika sistem keperibadian (personalitas) bertindak, perilakunya senantiasa dikontrol atau
mempertimbangkan sistem kulturalnya. Personalitas
turut pula mempertimbangkan
kebutuhan integritas dari komunitasnya dan keperluan integrasi menjadi prasyarat bagi sistem
politik untuk memenuhi harapan maupun tuntutan masyarakat. Pada kenyataannya tindakan
personal seseorang tidak berlaku pasif, aktor senantiasa menginterpretasi dinamika sistem
lantas mengantisipasi sistem dengan mengadakan modifikasi pada perilakunya hingga
mendorong munculnya motivasi yang dianggap perlu.
Fakta-Fakta Sosial.
Individu adalah aktor yang aktif menterjemahkan lingkungan internal dan ekternalnya dan
mewujudkannya ke dalam praktik sosial yang diperbaharui terus-menerus mengikuti
informasi terbaru yang pada gilirannya melalui kontinuitas perilaku tersebut turut merubah
tatanan struktur fungsi dari sistem sosial. Berpedoman pada “fakta sosial” manusia dapat
mempolakan perilakunya merujuk pada aturan baku yang diidealisasikan masyarakatnya.
Emile Durkheim menyebut gejala fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang
bersifat eksternal dan memaksa individu (Durkheim dalam The Rules of Sociological
Methode, dalam Ritzer & Goodman, 2007:21). Fakta sosial material berisikan aturan dalam
pranata birokrasi dan hukum dan fakta sosial imaterial bersumber pada kebudayaan dan
institusi sosial. Menyambung pada Skema AGIL Parson, tindakan individu bukanlah suatu
perilaku yang dilakukan berlandas pada alasan peribadi melainkan berpijak pada kebutuhan
individu untuk bersikap merujuk pada aturan ke-empat fungsi tindakan. Menjadi terang bagi
kita jika rasionalisasi tindakan personal bersumber pada rasionalisasi struktur sistem
sosialnya atau dalam istilah Durkheim, berpedoman pada fakta sosial. Sebagai ilustrasi yang
cukup baik, Bunuh diri (suicide) yang dilakukan seseorang disebabkan oleh adanya fakta
sosial yang memaksa pelaku untuk mengakhiri kehidupannya di dunia. Rasionaliasi bunuh
diri bukan berpijak pada pilihan personal melainkan masyarakatlah yang menentukan pelaku
untuk mengakhiri hidup.
2015
7
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
TEORI PERTUKARAN SOSIAL
Teori Pertukaran Sosial atau SET (Social Exchange Theory), mendasarkan konsepnya pada
terjalinnya hubungan antar individu dalam konteks ekonomi dan menggunakan istilah
pengorbanan dan penghargaan yang kelak didapat ketika individu tersebut melanjutkan
hubungan. Pengorbanan atau costs didefinisikan sebagai elemen dari suatu hubungan yang
memiliki nilai negatip bagi seseorang. Implementasinya dapat berupa perasaan negatip
seperti rasa sedih, tertekan. Penghargaan atau rewards adalah elemen dalam suatu hubungan
yang bersifat positip. Teori SET mendeskripsikan realitas hubungan antar manusia
menempatkan elemen pengorbanan dan penghargaan sebagai sesuatu yang perlu
dipertimbangkan (Monge & Contarctor dalam West & Turner, 2008:216). Teori ini
merumuskan temuan penelitiannya dengan menyimpulkan konsep nilai (worth) dari suatu
hubungan akan mempengaruhi hasil akhir (outcome), yaitu interaksi dapat terus berlangsung
sebagai hasil positip atau nilai negatipnya jika hubungan berakhir.
Dalam Interpersonal Communication: The Social Exchange Approach, Michael Roloff
(dalam West & Turner, 2008:217), menurunkan teori menyangkut “dorongan yang menuntun
terjalinnya interaksi interpersonal oleh adanya kepentingan peribadi dari kedua belah pihak”.
Kepentingan peribadi ini tidak dapat dipadankan dengan nilai negatif melainkan nilai positif
yang dapat meningkatkan kualitas hubungan.
Struktur Pertukaran.
Pertukaran dapat berlangsung melalalui pertukaran langsung, pertukaran tergeneralisasi, dan
pertukaran produktif. Mengacu pada sifat pertukaran yang pertama yaitu direct exchange
(pertukaran langsung), timbal balik berlangsung pada pelaku yang saling berinteraksi.
Generalized exchange (pertukaran tergeneralisir), jenis pertukaran ini mencakup keadaan
timbal balik yang tidak langsung.
Productive exchange (pertukaran produktif), dalam jenis pertukaran ini kedua pihak bersamasama melakukan pengorbanan untuk suatu kegiatan yang pada akhir kegiatan keduanya akan
mendapatkan penghargaan secara bersamaan.
Perilaku Sosial.
Teori Pertukaran Sosial berakar pada behaviorisme dalam kajian Psikologi yang kemudian
dikembangkan Sosiologi. Teori ini identik dengan George Homans yang membangun
preposisi untuk menerangkan fenomena individu di dalam masyarakat. Preposisi yang
dikembangkan merujuk pada riset psikologi yang kemudian digunakan Sosiologi untuk
mengkaji hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu terhadap lingkungan dan
dampak lingkungan terhadap perilaku individu (Bushell & Burgess, 1969; Baldwin &
2015
8
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Baldwin, 1986, dalam Rotzer & Goodman, 2008:356). Perilaku seseorang dapat ditelusuri
dalam konteks sejarah masa lalu orang tersebut.
Simak ilustrasi berikut ini; perilaku seseorang dilatari oleh lingkungan sosial atau fisik
sebagai wahana berlangsungnya proses penajaman perilaku positip, negatip, atau netral. Di
masa depan, ketika diperlukan maka akan dimunculkan reaksi berupa perilaku yang sejenis,
apabila perilaku menimbulkan reaksi menyenangkan besar kemungkinan perilaku senada
akan diulang ketika reaksi dari perilaku memunculkan keadaan menyakitkan kecil peluang
bagi perilaku tersebut dimunculkan di masa depan.
George Homans membangun proposisi fundamental dalam Teori Pertukaran Sosial, yaitu:
Pertama, proposisi sukses. Ketika tindakan yang dilakukan seseorang mendapatkan
tanggapan positif dari orang lain, maka tindakan yang sama akan dilakukan kembali di
kemudian hari.
Kedua, proposisi stimulus. Dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan
suatu tindakan akan memperoleh hadiah.
Ketiga, proposisi nilai. Proposisi ketiga ini merupakan penggabungan dari kedua proposisi
sebelumnya yang dapat kita definisikan sebagai proposisi rasional.
Keempat, proposisi deprivasi-satiasi. Ketika seseorang bertindak positip dan mendatangkan
ganjaran maka akan ganjaran yang diterima pada perilaku positif sebelumnya semakin
kehilangan maknanya.
Kelima, proposisi persetujuan-perlawanan. Ketika perilaku seseorang idealnya memperoleh
tanggapan positip namun justru terjadi sebaliknya, maka individu tersebut akan bertindak
negatif (reaktif, melawan, marah). Namun hal ini keadaan terakhir ini dianggap bernilai bagi
pelaku.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
“Simbol” sebagai label arbitrer atau representasi dari fenomena menjadi konsep yang
membentuk Teori Interaksi Simbolik, di mana suatu interaksi sosial di mungkinkan terjadi
manakala pihak-pihak yang saling berkomunikasi menggunakan simbol yang disepakati
bersama.
Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory atau SI) merupakan kerangka berpikir
yang dikembangkan George Herbet Mead melalui “Mind, Self, Society; From The Stand Point
of The Social Behaviorist”, ia merumuskan diperlukannya simbol sebagai mekanisme yang
dapat dipergunakan di dalam aktifitas berkomunikasi. Teori ini melengkapi teori-teori sosial
sebelumnya dalam mengkaji interaksi antar manusia. Melalui hipotesanya teori ini
2015
9
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjembatani konsep interaksi antar individu dan kekuatan sosial yang melatari terjalinnya
interaksi sosial. Asumsinya, suatu hubungan antar manusia dapat dimaknai manakala
hubungan itu berlangsung melalui interaksi sosial yang menjadi prasarana manusia
mengembangkan dunia sosialnya.
Meminjam uraian LaRossa dan Reitzes (dalam West & Turner, 2007:98), pemikiran Mead
memuat tiga asumsi :
Pertama, pentingnya makna bagi individu.
Kedua, pentingnya konsep diri.
Ketiga, hubungan antara individu dengan masyarakat.
Penjelasan pertama. Makna Individu adalah pencipta makna, dan melalui kegiatan
komunikasi berbagai simbol ditebarkan dan akan memuat makna simbolik ketika peserta
komunikasi saling menginterpretasi. Kesamaan makna memungkinkan berlangsungnya
kegiatan komunikasi.
Penjelasan kedua. Manusia bertindak terhadap manusia lain mengacu pada makna yang
diberikan orang lain kepada mereka pernyataan ini menitik beratkan pada adanya makna di
balik perilaku yang perlu diinterpretasi untuk dapat dipahami artinya.
Penjelasan ketiga. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. Makna dapat memuat
arti sama manakala terdapat individu-individu memiliki interpretasi seragam menyangkut
simbol yang dipertukarkan dalam aktifitas komunikasi.
Konsep diri.
Self concept dibentuk melalui proses sosialisasi. Konsep diri atau proses mental sangat
penting bagi manusia dalam kaitannya sebagai pedoman yang dapat dipergunakan dalam
berinteraksi dengan manusia lain. “konsep diri” didefinisikan sebagai seperangkat persepsi
yang relatif stabil yang diyakini oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Melalui perangkat
konsep diri, seseorang pada aktifitas sosialnya akan memiliki keterampilan untuk mengambil
peranan (role taking).
Definisi Sosial.
Teori Interaksi Simbolik atau interaksionisme simbolik berakar pada orientasi paradigma
definisi sosial. Dasar pemikirannya adalah, dalam kenyataan interaksi antar sesama manusia
memerlukan konsep definisi sosial sebagai alat yang dapat dipergunakan individu untuk
mendefinisikan situasi subyektif maupun objektif lingkungan sosial dan fisiknya. Interaksi
sosial tanpa melibatkan definisi sosial akan menyulitkan manusia, oleh sebab manusia
memerlukan aktifitas menafsirkan realitas dunia sebagai bahan membentuk realitas
kehidupan.
2015
10
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
BEBERAPA ASUMSI KOMUNIKASI
Teori Fungsional Struktural – Paradigma Fakta Sosial
Keberadaan media massa melalui sistem media cetak, elektronik, tradisional, maupun
teknologi baru menciptakan karakter fungsional bagi masyarakat. Merujuk pada Hedebro
(dalam Sutaryo, 2005:16), media massa memiliki kekuatan untuk memproduksi dan
mereproduksi pesan yang diperlukan dalam kehidupan organis struktur sosial. Dalam Konsep
AGIL – Parson, terang diuraikan jika perilaku personal individu semata dihadirkan dengan
berpijak pada komponen pembentuk struktur sistem. Di mana komunikasi berfungsi sebagai
fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif yang menjadi wahana bagi manusia
mendefinisikan status dan peran merujuk pada kebutuhan sistem sosialnya.
Teori Pertukaran Sosial – Paradigma Perilaku Sosial
Konsep dasar pertukaran sosial adalah azas saling manfaat jika diinteraksikan dengan konteks
komunikasi massa maka teori ini dapat menterjemahkan realitas menyangkut hubungan
antara media massa dengan khalayak berlangsung dalam rujukan nilai positip maupun nilai
negatip.
Teori Interaksi Simbolik – Paradigma Definisi Sosial
Media massa selaku agen produksi budaya, memiliki kemampuan dalam menginternalisasi
pesan-pesan merujuk pada satu kepentingan. Merujuk pada fungsinya yang demikian, proses
transformasi pengetahuan yang direfleksikan melalui sistem simbol melalui isi pesan media
menjadi sarana dalam pembentukkan konsep diri bagi masyarakat selaku pihak yang
mengkonsumsi media.
RANAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ranah atau domain.
Menurut Bungin (2007:36), domain atau ranah sosiologi adalah individu, kelompok,
masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ranah-ranah ini juga bersentuhan langsung dengan
wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media massa, budaya kosmopolitan, proses dan
interaksi sosial, dan teknologi informasi dan komunikasi.
Ranah dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama dengan ranah dari sosiologi. Namun,
tidaklah demikian. Sosiologi komunikasi tidak mengambil utuh ranah dari sosiologi. Begitu
pula dengan komunikasi. Ranah sosiologi komunikasi juga tidak mengambil ranah
2015
11
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi secara keseluruhan. Lalu, bagaimana hubungan antara ranah sosiologi komunikasi
dengan ranah dari sosiologi dan komunikasi? Ternyata, sosiologi komunikasi menjembatani
kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi.
Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi komunikasi bahwa sosiologi
komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Ia merupakan salah satu cabang dari sosiologi
yang secara khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam
masyarakat.
Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa sosiologi komunikasi memperbincangkan
berbagai isu berkenaan dengan komunikasi berdasarkan perspektif sosiologis. Misalnya saja,
dampak media massa bagi masyarakat, dan sebagainya.
KOMPLEKSITAS SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak saja membatasi
diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga membuka diri pada kontribusi
disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman. Karena
bersentuhan langsung dengan berbagai disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan bahwa studi
sosiologi komunikasi sedikit rumit atau kompleks.
Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai bidang ilmu di
sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi, hukum, ekonomi, dan
bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi perkembangan sosiologi komunikasi
adalah teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan
teknologi komunikasi cenderung membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan dan
perubahan pada bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya.
OBJEK SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Objek materil dari semua ilmu sosial adalah manusia. Sebagai salah satu disiplin ilmu sosial,
sosiologi komunikasi juga menempatkan manusia sebagai objek kajian materilnya.
Mari kita bahas satu per satu. Manusia sebagai objek materiil dari sosiologi komunikasi,
berkenaan dengan aktifitas sosial manusia. Kita tahu, manusia sebagai makhluk sosial tidak
bisa hidup sendiri. Setiap kita butuh orang lain. Anda masih ingat bukan bahwa salah satu
aksioma dalam komunikasi yakni manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Sehingga dalam
konteks sosiologi komunikasi, persoalan manusia difokuskan pada interaksi sosialnya dengan
manusia lainnya dalam masyarakat. Selanjutnya, objek formal dari sosiologi komunikasi
adalah proses sosial dan komunikasi dalam masyarakat atau interaksi sosial. teknologi
2015
12
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
telekomunikasi, media dan informatika. Kita tahu, kemajuan teknologi sangat membawa
dampak dan perubahan yang besar dalam hampir seluruh aspek masyarakat. Salah satunya
media massa. Pengaruh media massa bagi masyarakat tidak bisa terlepas dari kemajuan dan
kecanggihan teknologi komunikasi. Efek media massa ikut membentuk berbagai perubahan
dalam masyarakat. Sebut saja, ada perubahan pola dan gaya hidup masyarakat, menciptakan
perubahan sosial dan pola komunikasi dalam masyarakat, hingga terciptanya komunitas atau
masyarakat maya. Selain itu, pengaruh teknologi komunikasi pun dapat merambah ke dunia
ekonomi dan hukum.
2015
13
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
BURHAN,Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma, dan diskursus teknologi
komunikasi di masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
RITZER, Goerge, dan Douglas J.Goodman.(2007).Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam,
Jakarta: Penerbit Prenada Media Group.
SUTARYO. (2005). Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran
WEST, Richard, dan Lynn H. Turner.(2008).Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
2015
14
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download