ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP

advertisement
ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP
NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Diajukan Oleh :
WASTRIATI
106084003618
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP
NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Periode Januari 2003-Desember 2009
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
WASTRIATI
NIM: 106084003618
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP: 150.409.504
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
Hari ini, Selasa tanggal 14 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian skripsi atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul
skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Penguji Seminar Proposal
Hari ini, Selasa tanggal 28 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian komprehensif atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan
judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai
Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2010
Tim Penguji Komprehensif
Ketua
Sekretaris
Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa
: Wastriati
NIM
: 106084003618
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 13 Oktober 2010
(Wastriati)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama
: Wastriati
Tempat, Tanggal Lahir
: Bukittinggi, 13 Februari 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Anggrek Garuda VE Blok G no.93 Palmerah,
Jakarta Barat
Agama
: Islam
Suku/Kebangsaan
: Minang/Indonesia
Email
: [email protected], [email protected]
Blog
: wastriaelok.blogspot.com
PENDIDIKAN
TK Pembangunan V Surau Selatan
(1992-1993)
SD Negeri 38 V Surau Selatan
(1993-1999)
SMP Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam
(1999-2002)
SMA Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam
(2002-2005)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2006-2010)
Abstract
The purpose of this research is to analyze the short and long run
relationship between four macro economic variables, exchange rate, money
supply, inflation, GDP and JII. The data for assessing this research are acquired
from the monthly financial reports published by Bank Indonesia and Indonesia
Stock Exchange from January 2003 to December 2009. This research used
Cointegration and Error Correction Model as econometric tool.
The research shows that there are a relationship between exchange rate,
money supply, inflation, and GDP to JII in the long term. It’s mean that exchange
rate, money supply, inflation and GDP influence the JII. But in the short time,
there are no relationship between exchange rate, money supply and inflation to
JII. There is a relationship only on GDP to JII. It’s mean that GDP influence the
JII in the short term.
Key Word: Exchange Rate, Money Supply, Inflation, GDP, JII, Cointegration,
Error Correction Model
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek
dan jangka panjang antara empat variabel makro yaitu: nilai tukar rupiah terhadap
USD (kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto
(PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai Desember 2009 dari laporan
bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia dan Laporan Statistik Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya
indikasi hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat
adanya hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh
antara variabel kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap nilai JII. Hal ini membawa
implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel makro dapat digunakan untuk
memprediksi pergerakan nilai JII. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat
pengaruh antara kurs, M2 dan inflasi terhadap nilai JII, hanya variabel PDB yang
mempengaruhi nilai JII dalam jangka pendek. Hal ini membawa implikasi bahwa
dalam jangka pendek variabel kurs, M2 dan inflasi bukan merupakan indikator
yang baik untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Tetapi Variabel PDB dapat
digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII dalam jangka pendek.
Kata kunci: Kurs, M2, Inflasi, PDB, Indeks JII, Kointegrasi, Error
Correction Model
Kata Pengantar
Puji syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan
salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak
dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu ijinkanlah
penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berjasa tersebut, antara lain:
1. Kedua orang tua saya. Mama dan Bapakku, Love you so much. I can stand
if there are not you at my side every breath I take in these life. Terima
kasih atas semua Doa dan Ridhanya sama Was, mulai dari lahir sampai
selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari Beliau yang telah
dicurahkan seluruhnya bagi hidup saya, membiayai pendidikanku dari
taman kanak-kanak sampai selesai studi saya di IESP FEB UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
ini.
Was
akan
menjadi
anak
yang
bisa
membanggakan mama dan bapak suatu saat nanti, seperti yang mama dan
bapak cita-citakan. No one will replace you in these world. Love you
Mamaku, Love you Bapakku.
2. Udaku Zulfitra yang telah memberikan dukungan dan bantuannya baik
moril maupun materil. Kakakku Zulmayeti yang selalu memberikan
dorongan dan semangat di waktu senang maupun sedih dan Adikku Reda
Mulyati, kak Was akan selalu berusaha jadi kakak terbaik buat Reda,
walau kita sering berbeda pendapat tapi kak Was saying sekali sama Reda.
3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M, selaku dosen
pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan
support kepada saya selama ini, dari mulai awal penulisan sampai selesai.
4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si, selaku pembimbing dua. Terima kasih
telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya
demi selesainya skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Dr. Lukman M.Si,
selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
6. Semua Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmuilmu yang bermanfaat buat saya dan untuk kemajuan FEB UIN Jakarta,
serta staff karyawan yang telah memberikan pelayanan kepada setiap
mahasiswa. Terima kasih juga untuk Bapak Taufiq Rahman, SE., selaku
humas BEI yang telah ikut membantu saya dalam memperoleh data.
7. Seluruh keluarga besar mama dan bapak. Mak En, Tek Oka, Mak Yas, Tek
Rina, Tek Nof, Mak Adi, Abang, Kak Nita, Da En dan Ni Yad. Juga buat
si kecil Wildan “Ponakannku” yang lucu dan baru satu-satunya.
8. Teman baikku Ifad, Yunita, Yanti, Titik dan Fitri, yang selalu memberikan
semangat untuk terus maju dan tidak putus asa.
9. Teman-teman seperjuangan di kelas Ekonomi Islam, Lia, Sari, Saras,
Yeni, Winda, Olit, Laras, Ovid an Friska. “Go Genk Syah”. Teman-teman
IESP B Upi, Maria, Fera, Saphi, Zahra, Tunjung, Nia dan lainnya.
10. Teman-teman kosan yang selalu jadi tempatku bercerita. Yeni, Warsih,
Yana dan Nita. Terima Kasih juga buat kak Santo, kak Tina, Dhika dan
Ridho. Teman-teman dikosan baruku Dhini, Syauffa, Najwa, Roro, Erna,
Icha, Nunu, Tiwi dan yang lainnya. Serta semua pihak yang namanya tidak
dapat saya tulis satu persatu, terima kasih banyak.
Jakarta, 30 November 2010
Wastriati
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... i
ABSTACT ............................................................................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTARISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi
DAFTARLAMPIRAN ................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Konsep Dasar Ekonomi Dalam Islam.......................................................... 12
B. Pasar Modal Syariah .............................................................................. 13
C. Investasi dalam Perspektif Islam .................................................................. 14
D. Jakarta Islamic Index..................................................................................... 16
E. Saham Syariah ...................................................................................... 18
F. Analisis Fundamental Variabel Makro ....................................................... 21
G. Ilmu Ekonomi Makro Dalam Perspektif Islam........................................... 25
H. Variabel Makro Ekonomi...................................................................... 27
1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (kurs) ........................................... 27
2. Jumlah Uang Beredar (M2).................................................................. 30
3. Tingkat Inflasi ................................................................................ 33
4. Produk Domestik Bruto (PDB) ............................................................ 38
I. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 42
J. Kerangka Pemikiran.............................................................................. 49
K. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 52
BAB III METODOLOGJ PENELITIAN................................................................. 53
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 53
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 54
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 55
1. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test .................................................. 56
2. Uji Derajat Integrasi ......................................................................... 58
3. Uji Kointegrasi.................................................................................. 59
4. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 60
a. Uji Autokorelasi ........................................................................... 60
b. Uji Heteroskedastisitas.................................................................. 61
c. Uji Linearitas ................................................................................ 62
d. Uji Normalitas .............................................................................. 63
5. Uji Error Corection Model (ECM) ......................................................... 63
6. Uji Error Corection Term (ECT)............................................................. 65
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 65
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 68
1. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index ................................. 68
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) ............................................ 74
3. Jumlah Uang Beredar (M2) ................................................................... 76
4. Tingkat Inflasi ................................................................................. 78
5. Produk Domestik Bruto (PDB).............................................................. 80
B. Hasil Analisa dan Pembahasan ..................................................................... 83
1. Uji Akar Unit .................................................................................... 83
2. Uji Derajat Integrasi .......................................................................... 84
3. Uji Kointegrasi.................................................................................. 85
4. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 87
a. Uji Autokorelasi............................................................................. 87
b. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 88
c. Uji Linearitas ................................................................................. 89
d. Uji Normalitas ........................................................................ 90
5. Uji Error Correction Model .............................................................. 91
C. Interpetasi Analisis Teknik..................................................................... 92
1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII ............................. 93
2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII................................ 94
3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII ............................................... 95
4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII..................................... 95
D. Interpretasi Analisis Ekonomi ........................................................ 96
1. Analisis Jangka Pendek..................................................................... 96
2. Analisis Jangka Panjang .................................................................... 97
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................................................. 101
A. Kesimpulan ................................................................................... 101
B. Implikasi dan Saran ..................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 104
LAMPIRAN ................................................................................... 107
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG
8
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
46
Tabel 3.1
Tabel Uji Durbin-Watson
60
Tabel 4.1
Nama 30 Emiten yang Terdaftar di JII
72
Tabel 4.2
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada Level
84
Tabel 4.3
Uji Akar Unit Phillips-Perron test first difference
85
Tabel 4.4
Uji Kointegrasi
86
Tabel 4.5
Uji Durbin-Watson
87
Tabel 4.6
Uji Lagrange Multiple Test
88
Tabel 4.7
Uji White Heteroskedasticity
88
Tabel 4.8
Uji Ramsey RESET Test
89
Tabel 4.9
Uji Normalitas Jarque-Bera
90
Tabel 4.10
Hasil Regresi Error Correction Model (ECM)
91
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Gambar 1.1
Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index
4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
51
Gambar 4.1
Indeks Syariah Jakarta Islamic Index
73
Gambar 4.2
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
75
Gambar 4.3
Jumlah Uang Beredar (M2)
77
Gambar 4.4
Tingkat Inflasi
79
Gambar 4.5
Produk Domestik Bruto
81
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
Lamp. 1
Data Variabel Penelitian
107
Lamp. 2
Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level
110
Lamp. 3
Uji Stasioneritas LNJII First Difference
110
Lamp. 4
Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level
111
Lamp. 5
Uji Stasioneritas LNKURS First Difference
111
Lamp. 6
Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level
112
Lamp. 7
Uji Stasioneritas LNM2 First Difference
112
Lamp. 8
Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level
113
Lamp. 9
Uji Stasioneritas LNINF First Difference
113
Lamp. 10
Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level
114
Lamp. 11
Uji Stasioneritas LNPDB First Difference
114
Lamp. 12
Uji Kointegrasi
115
Lamp. 13
Uji Lagrange Multiple Test
116
Lamp. 14
Uji White Heteroskedasticity
116
Lamp. 15
Uji Ramsey RESET Test
116
Lamp. 16
Hasil Regresi Error Correction Model
117
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu,
memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek
kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Pemilikan
kekayaan pribadi harus berperan sebagai harta produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Harta sebagai salah satu titipan Allah SWT harus dikelola
dengan baik dan profesional.
Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”.
Aktifitas keuangan dalam Islam dipandang sebagai wahana bagi
masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan
dua hal. Pertama adalah prinsip at-ta’awun yaitu saling membantu dan saling
bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua adalah
menghindari al-iktinaz yaitu menahan uang/dana dan membiarkannya
menganggur atau idle dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat
bagi masyarakat umum. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam menolak
terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagi
mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam mengajarkan
untuk melakukan investasi dengan prinsip syariah. Islam memperbolehkan
pinjam meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit and loss
sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya
menjadi investor bukannya kreditor. Salah satu cara yang dapat digunakan
supaya harta produktif dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat
mendorong masyarakat menjadi seorang investor yang prinsip-prinsipnya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah dengan cara berinvestasi pada
pasar modal syariah (Oom Komariyah, 2006)
Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat
dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal
(investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk
mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar
modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”
(Nurul Huda, 2008)
Pasar modal syariah (Islamic Stock Market) atau bursa efek syariah
adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan
mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat Islamiayah.
(Abdul Hamid, 2009).
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan
diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar
saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga
saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut
sebagai Jakarta Islamic Index (JII). (Nurul Huda, 2008)
JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan
tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode
perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham
yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening
process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak berarti saham-saham di
luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. JII hanya menampung
30 saham dengan kinerja keuangan terbaik yang sudah sesuai dengan
ketentuan syariah. Sehingga diluar JII pun masih ada saham syariah yang
dapat dikategorikan sebagai saham yang termasuk dalam Islamic Stock
Selection Index yang diluncurkan oleh Karim Business Consulting (KBC)
yang berisi daftar semua saham dari emiten di BEI yang sesuai dengan
syariah.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Pergerakan JII tahun 2003-2009
Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang
tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII
mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada
awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas
dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami
peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini
dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang
cukup baik.
Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs
rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena
kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Jadi kondisi perekonomian
yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan
harga di pasar saham.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah
banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal
sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi
keuangannya. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi
fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi
konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung
unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi
hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan
investasi terutama di bidang pasar modal.
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan
pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme
transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai
indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan
harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham
dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka seorang pelaku
pasar harus memilih strategi portfolio yang tepat. Pada dasarnya terdapat dua
strategi besar yang dapat digunakan dalam mengelola portfolio yang dimiliki,
yaitu strategi pasif dan aktif. Dalam melakukan analisis portfolionya, strategi
aktif ini dapat dipilah lagi menjadi analisis tehnikal dan fundamental.
Analisis
tehnikal
dapat
didefinisikan
sebagai
metode
untuk
memprediksi (forecasting) terhadap fluktuasi pada harga saham, baik saham
individu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data
pasar spesifik, terutama harga dan volume perdagangan. Fokus dari analisis
tehnikal adalah penentuan timing yang memberi arahan kapan saat yang tepat
melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dengan memperhatikan
trend pergerakan harga yang diyakini memilki pola-pola tertentu yang
cenderung berulang. Untuk mendapatkan beat the market, para analisis
tehnikal memanfaatkan pola trend ini untuk pengambilan keputusan investasi
yang dikenal sebagai market timing. (Reni Maharani, 2006)
Metode analisis yang kedua adalah analisis fundamental. Analisis ini
memanfaatkan informasi yang tersedia sebagai bahan analisis untuk sampai
kepada nilai intrinsik suatu sekuritas. Perbedaan antara harga berlaku dengan
nilai intrisik ini dijadikannya sebagai prinsip dalam menilai sekuritas. Dimana
hal ini merupakan dasar bagi pengambilan keputusan investasinya. Informasi
yang sering digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain adalah kondisi
makro ekonomi, kinerja industri dan kondisi perusahaan emiten. Dalam
analisis fundamental,
kondisi variabel makro
sangat mempengaruhi
keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi
gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan
trend penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun.
(Reni Maharani, 2006).
Menurut Mankiw (2002) analisis fundamental adalah ilmu yang
mempelajari
pernyataan-pernyataan
akuntansi
suatu
perusahaan
dan
prospeknya di masa mendatang dalam jangka menentukan nilai perusahaan
tersebut. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan meliputi tiga tahap
analisis, yaitu ekonomi makro, indsutri dan perusahaan (Ahmad Rodoni,
2005)
Kondisi perekonomian
yang
diharapkan
membaik merupakan
sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga saham. Kondisi
perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, dimana kondisi pasar
kemudian juga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh para pemodal.
Selain mempengaruhi para pemodal, kondisi perekonomian juga akan
mempengaruhi
perusahaan
mempengaruhi
kondisi
dalam
memperoleh
perusahaan,
kondisi
laba.
Di
samping
perekonomian
juga
mempengaruhi kondisi industri. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis
fundamental, sebelum melakukan analisis kondisi industri dan perusahaan
terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis kondisi perekonomian.
Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan
harga saham sering memiliki pola yang kontradiktif atau berlawanan dengan
teori ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar
rupiah terhadap USD terus melemah, seharusnya harga saham di BEI
mengalami penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG
mencatat rekor tertinggi dalam sejarahnya.
Bulan
Juni
Juli
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG
Nilai Tukar Rupiah
Indeks Harga
Terhadap USD
Saham Gabungan
9713
1122.38
9819
1182.3
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2005
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah
terdepresiasi/melemah terhadap USD, yaitu pada bulan Juni 9713 menjadi
9819. Tetapi IHSG justru menguat dari 1122.38 menjadi 1182.3. Data ini
dapat dijadikan landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro
terhadap Jakarta Islamic Index.
Hermanto dan Manurung (2002) dalam Oksiana Jatiningsih (2007), dalam
penelitiannya tentang pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah
maju terhadap indeks BEJ mengungkapkan bahwa bahwa variabel jumlah uang
beredar (dalam arti M2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks BEJ.
Karena dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin
banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di bursa
saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham yang nantinya akan
berpengaruh pada kenaikan IHSG. Penelitian ini dapat di jadikan landasan awal
untuk melihat pengaruh jumlah yang beredar terhadap Jakarta Islamic Index.
Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007) mengemukakan
ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham.
Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan
harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi
adalah demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan
permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan
dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang
lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan
memberikan penilaian positif pada harga saham.
Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara
inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan
biaya produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja,
sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai
keberanian untuk menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan
keuntungan perusahaan untuk membayar deviden pun menurun yang akan
berdampak pada penilaian harga saham yang negatif.
Untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pergerakan variabel
ekonomi makro terhadap indeks syariah maka penulis mengambil judul
”Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009 ”.
B. Rumusan Masalah
Adanya pengaruh variabel ekonomi makro terhadap pergerakan harga
saham, menjadikan variabel makro sebagai salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas
pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
rupiah terhadap USD (Kurs) terhadap Jakarta Islamic Index?
2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang
beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index?
3. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat
inflasi terhadap Jakarta Islamic Index?
4. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk
domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
rupiah terhadap USD (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah
uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index.
3. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat
inflasi terhadap Jakarta Islamic Index.
4. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk
domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang bagaimana dan
seberapa besar pengaruh dan hubungan antara variabel makro ekonomi dan
indeks JII.
2. Sebagai bahan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan Jakarta Islamic
Index dalam meningkatkan kesejahteraan para investor, masyarakat dan
ikut membangun perekonomian nasional.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor pemula, khususnya penulis
sendiri dalam melakukan investasi syariah pada pasar modal syariah
dengan melihat indikator variabel makro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Ekonomi dalam Islam
Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang
mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun
kehidupan yang bersifat spiritual.
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ﴾5﴿ ayat 3 sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan
telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.”
Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri
dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material
maupun non material. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan,
tentu juga sudah di atur oleh Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang
sempurna, mustahil Islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep
ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya
sudah diatur dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi
logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara
kaffah dab komprehensif oleh umat-nya. Islam menuntut kepada umatnya
untuk mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya.
Sangatlah tidak masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima
waktu, lalu dalam kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan
yang menyimpang dari ajaran Islam.
B. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal
syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan prinsipprinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009)
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti
dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk
pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks
harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang
disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama
antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment
Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari
1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai
dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30
saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:
(Abdul Hamid, 2009)
1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dam mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
C. Investasi dalam Perspektif Islam
Islam sebagai din yang komprehansif (syumul) dalam ajaran dan
norma mengatur seluruh aktifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai
salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek
postulat, konsep, serta diskursus yang menjadikan background dalam
pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang
mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan
yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin),
implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin).
Scheller
dalam
(herrschafswissen),
trichotomy
pengetahuan
pengetahuan
intelektual
menjelaskan
instrumental
(beldungswissen),
dan
pengetahuan spiritual (erlosungswissen) sebagaimana dituangkan oleh Rich
dalam bukunya the knowledge cycle. (Nurul Huda, 2007)
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang
memenuhi tadrij dari trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat
dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga
bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan
hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat
dianjurkan bagi setiap muslim.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001), investasi
dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana/ sumber dana lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang.
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lain secara lebih khusus
lagi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak
(Tandelilin, 2001).
D. Jakarta Islamic Index
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index
merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan
dengan
bobot
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization
Weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment)
yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate
action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai
awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum syariah Islam adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur
ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria
saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic Index
tersebut adalah:
a.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat
lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
b.
Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)
c.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan
urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar
selama satu tahun terakhir.
d.
Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat
likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang terdaftar pada
Jakarta Islamic Index.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus-menerus
berdasarkan data publik yang tersedia.
E. Saham Syariah
Saham adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut. Saham syariah merupakan salah satu
bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol
yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha.
Menurut Mankiw (2002) saham (stock) adalah hak kepemilikan
sebagian atas suatu perusahaan dan karenanya mewakili hak atas sebagian
keuntungan perusahaan. Sebagai contoh jika Indofood menjual total
1.000.000 lembar saham, maka setiap lembar saham mewakili bagian
kepemilikan atas Indofood sebesar 1/1.000.000.
Dari segi hak dan keistimewaan saham dapat dibedakan menjadi:
1. Saham biasa (Ordinary Share)
Saham biasa adalah saham yang tidak tercantum nama pemilik dan
kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham
biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa
menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen menerima
deviden. Semua ahli fikih kontemporer memandang saham biasa
boleh, karena tidak memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak
maupun kewajibannya.
2. Saham preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk
mendapatkan deviden dari saham biasa yang besarnya tetap. Biasanya
saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian
deviden. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka
pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran deviden
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun
dari segi finansial. Para ahli fikih kontemporer memandang saham jenis ini
harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah, karena pemilik
saham ini mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat
dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham.
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunaiartinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat
pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
b. Capital gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga
per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per
saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain
sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Nilai sebuah saham bagi pemegang saham adalah apa yang di
dapatkannya dari kepemilikan, yang mencakup nilai sekarang dari cicilan
pembayaran dividen dan harga jual akhir. Dividen merupakan pembagian
keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang
sahamnya. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen, dan juga
nilai dari saham itu saat si pemegang saham menjualnya, bergantung pada
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. (Mankiw, 2002)
Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan
sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal
maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam
membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap
keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan
yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual
pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang
mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga
saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada
waktu yang akan datang.
Harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham tersebut. Karena saham mewakili kepemilikan sebuah
perusahaan, permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik
mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang, maka perhitungan saham ditingkatkan dan harga saham
juga ikut naik. Sebaliknya, jika investor merasa perusahaan akan mengalami
penurunan keuntungan atau bahkan merugi, harga saham juga akan turun
(Mankiw, 2002)
F. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah
Dalam melakukan transaksi mata uang tidak terlepas dari kepiawaian
pelaku pasar untuk menganalisis pergerakan indek saham. Analisis ini
penting dilakukan untuk menentukan arah pergerakan dari indeks saham
tersebut. Ada dua metode analisis yaitu, analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis tekninal hanya mengandalkan tren harga kedepan
berdasar perkembangan harga masa lalu. Sedangkan analisis fundamental
adalah analisis terhadap fundamental suatu negara pemilik indeks saham,
untuk JII misalnya, akan dianalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik
Indonesia.
Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang
memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik,
sosial, industri dan laporan keuangan perusahaan.
Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga
tahap analisis: (Ahmad Rodoni, 2005)
1. Ekonomi Makro : analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang
menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan kegiatan
perusahaan itu sendiri. Misal, apakah berita yang up to date tentang
kebijakan moneter, surplus/defisit, anggaran/cadangan devisa, tax
holiday, political news, dan lain-lain yang mempengaruhi.
2. Industri : analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melhat kaitan
industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing,
standar industri dan pertumbuhan pasar.
3. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan
yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan
perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.
Di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa
dilakukan, yaitu : (Ahmad Rodoni, 2005)
a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro
ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan industri dan
terakhir adalah situasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.
Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan
analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang alokasi
investasi yang akan dilakukan (saham, obligasi, produk derivatif dan
lainnya).
Tahap kedua, yaitu analisis industri meliputi analisis berdasarkan hasil
analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri
mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang memilki prospek baik
dan menguntungkan).
Tahap ketiga, yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk
menentukan perusahaan-perusahaan mana saja yang menguntungkan
sehingga layak dijadikan pilihan investasi.
b. Pendekatan bottom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan mikro
(perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan
terakhir adalah analisis makro ekonomi.
Analisis fundamental berhubungan dengan estimasi penentu dasar
nilai sekuritas, seperti penjualan masa depan, pengeluaran dan pendapatan
perusahaan. Fundamentalis cenderung melihat ke depan, memperhatikan hal
seperti pendapatan, dan dividen masa depan. Para fundamentalis sangat
mengandalkan analisis jenis ini karena menurut mereka analisis ini bebas dari
bias karena mempergunakan data-data yang valid.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan :
1) Mengestemasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa datang.
2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. (Suad
Husnan, 2001).
Analisis fundamental digunakan untuk memperoleh nilai intrinsik
(control value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga
pasar saat ini (current market price). Pedoman yang dipergunakan adalah
sebagi berikut ;
(a) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga saham saat ini, maka
saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan
karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah
dimiliki.
(b) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka
saham tersebut overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya
harus dijual.
(c) Apabila nilai intrinsik sama dengan pasar saat ini, maka saham
tersebut
dinilai
keseimbangan.
wajar
harganya
dan
berada
dalam
kondisi
Para pelaku pasar umumnya selalu memperhitungkan kondisi makro
ekonomi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keadaan
ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan saham.
G. Ilmu Ekonomi Makro dalam Perspektif Islam
Ilmu ekonomi makro yaitu ilmu yang mempelajari fenomenafenomena dalam perekonomian secara luas, seperti inflasi, pengangguran,
dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari ilmu ekonomi makro adalah
menjelaskan perubahan perekonomian yang memengaruhi banyak rumah
tangga, perusahaan, dan pasar secara serentak (Mankiw, 2002).
Dalam perspektif ekonomi Islam, menurut M. Umer Chapra (2006)
ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagian manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
Menurut Roikhan (2008) filosofi Ekonomi Islam dimulai dari ontologi
yang merupakan alasan besar mengapa Ekonomi Islam menjadi suatu ilmu
yang menjadi latar belakang dari sistem ekonomi. Islam adalah dasar dari
seluruh aspek, dan konsep besar dari Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi
yang menyeluruh atau kaffah, sebagai epistimologi dalam filosofi ekonomi.
Dan untuk menjadikan filosofi mampu di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari maka perlu aksiologi sebagai implementasi berupa keseimbangan
antara dua variabel yang bertolak belakang sperti naik dan turun.
Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang
lain dalam hal tujuan, bentuk dan coraknya. Sistem ekonomi Islam berusaha
memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah
antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis dan komunis. Singkatnya, ekonomi
Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (alFalah).
Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam yaitu:
1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT,
manusia hanyalah khalifah yang memegang milik-Nya. Sehingga
segala sesuatunya harus tunduk pada Allah sang pencipta dan pemilik.
Firman Allah dalam QS. An-Najm ayat 31
“Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan
pahala yang lebih baik (syurga)”.
2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia
wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan
kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah.
3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam
suatu sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini tingkah laku
ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua
perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah.
Ekonomi Makro Islam menurut pendekatan Tiga Dimensi terbagi
dalam tiga tingkatan yang segitiga (Roikhan Mochamad, 2008): Tingkat
pertama adalah ibadah yang merupakan landasan bagi sistem ekonomi makro,
tingkatan kedua adalah teori ekonomi secara umum yang bisa mengacu dari
teori barat. Dan tingkatan ketiga adalah penerapan antara ibadah dengan teori
umum yang menghasilkan aktifitas ekonomi secara dinamis, yang dapat
disebut sebagai Ekonomi Islam, baik secara makro maupun mikro.
H. Variabel Ekonomi Makro
Beberapa variabel yang akan penulis gunakan dalam menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi indeks syariah JII adalah, nilai tukar rupiah
terhadap USD, jumlah uang yang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk
domestik bruto.
1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs)
Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai
mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan
sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat
kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta
asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai
dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001). Menurut
Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan.
Mankiw membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal (nominal
exchange rate) dan kurs rill (real exchange rate).
a. Kurs nominal (nominal exchange rate)
Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e.
Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan rupiah indonesia
adalah 9000 rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk
9000 rupiah di pasar uang.
b. Kurs rill (real exchange rate)
Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs
riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan
barang-barang yang diproduksi dari suatu negara untuk barangbarang dari negara lain.
Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara
umum perhitungannya sebagai berikut:
Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik
Harga Barang Luar Negeri
Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik
dengan barang luar negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal dan
pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan barang
lain, didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar itulah
sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian juga
pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai
atau harga antar kedua mata uang tersebut. Hubungan antara nilai tukar mata
uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui dua pendekatan. (Reni
Maharani, 2006)
Pendekatan pertama dikenal dengan pendekatan pasar barang (good
market approach), dimana perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat
kompetitif suatu perusahaan, kemudian akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan atau struktur cost of fund-nya. Hal tersebut akan berpengaruh
pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi,
maka biaya bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan
produk impor akan mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan biaya
produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat
dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan menurun
pula. Penurunan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan
terhadap saham tersebut berkurang sehingga harga saham tersebut turun.
Jadi korelasi antara kurs dengan harga saham bersifat positif.
Pendekatan
kedua adalah pendekatan keseimbangan portfolio
(portfolio balance approach) yang menilai sejauh mana harga saham
menyebabkan perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu
bursa akan menarik capital inflow, akibatnya nilai tukar domestik akan
terdepresiasi.
2. Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk
melakukan transaksi (Mankiw, 2003). Uang selalu didefinisikan sebagai
benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui”
dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat
untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam
kegiatan tukar menukar.
Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang,
haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut: (Sukirno, 2004)
b. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
c. Mudah dibawa-bawa
d. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
e. Tahan lama
f. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)
g. Bendanya mempunyai mutu yang sama
Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi syaratsyarat ini pada masa yang lalu. Oleh sebab itu benda yang dapat menjadi
alat perantara dalam kegiatan perdagangan di berbagai negara di dunia sejak
berabad-abad yang lalu.
Kemajuan ekonomi dunia yang bertambah pesat sejak berlakunya
Revolusi Industri di negara-negara maju menyebabkan perdagangan
berkembang dengan pesat sekali. Transaksi-transaksi yang dijalankan telah
menjadi berkali lipat nilainya. Uang emas dan perak tidak dapat ditambah
secepat seperti perkembangan pedagangan yang telah berlaku tersebut.
Sebagai akibatnya bertambah lama bertambah banyak negara menggantikan
uang emas dan perak dengan uang kertas sebagai alat untuk tukar menukar.
Pada masa ini uang kertas dan uang bank atau uang giral, yaitu uang yang
diciptakan oleh bank-bank umum/bank perdagangan, adalah alat tukar
menukar yang terutama di semua negara di dunia ini.
Money Supply yaitu persediaan uang total dalam ekonomi terutama
terdiri dari: (1) mata uang dalam peredaran dan (2) deposito dalam
perkiraaan tabungan dan giro (Nurul Huda, 2008). Menurut Sadono Sukirno
(2004), uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian
yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang
giral dalam bank-bank umum.
Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu :
1) Uang dalam arti sempit (M1).
M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang
dipegang oleh masyarakat, tidak termasuk uang yang ada di kas
bank serta kas negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal.
Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro
perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan
cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk
persamaan M1 adalah :
M1 = C + DD
Dimana : M1 = uang dalam arti sempit
C = currency, uang kartal
DD = Demand deposit, uang kartal
Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening
koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan
belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar.
2) Uang dalam arti luas (M 2)
M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang
kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari
deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga
persamaan M 2 adalah :
M2 = M1+ TD + SD
Dimana: M2 = uang dalam arti luas
M1= uang dalam arti sempit
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = saving deposits (saldo tabungan)
Penciptaan uang / besarnya uang beredar dalam masyarakat dapat
digambarkan sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga
mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin
banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi
lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk
tabungan.
Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank
Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang
beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku
rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan).
Untuk memahami jumlah uang beredar, kita harus memahami interaksi
antara mata uang, dan rekening giro serta bagaimana kebijakan Bank Sentral
mempengaruhi kedua komponen jumlah uang beredar (Mankiw, 2003).
Untuk meningkatkan money supply. Bank sentral dapat menerbitkan
surat berharga yang berdampak pada penurunan suku bunga (pada kegiatan
ekonomi konvensional). Ketika tingkat bunga mengalami penurunan, maka
return yang dapat diberikan oleh obligasi akan menurun pula (monetary
portfolio hypothesis). Hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham
menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Jadi,
peningkatan money supply akan berdampak pada peningkatan harga saham
(Reni Maharani, 2006)
3. Tingkat Inflasi
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan
sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung dalam Nurul
Huda (2008) mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut
Sadono Sukirrno (2004) inflasi yaitu, kenaikan dalam barang dan jasa yang
terjadi karena permintaan bertambah besar dibandingkan dengan penawaran
barang di pasar.
Menurut Tajul Khalwaty (2000) secara sederhana inflasi diartikan
sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi
yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional.
Indikator yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi
salah satunya adalah Indeks Harga Konsumen. Menurut Mankiw (2002)
Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya
pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Laju inflasi juga
merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung
tingkat inflasi.
Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan
presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Artinya
laju inflasi antara dua tahun berurutan dapat dihitung sebagai berikut:
Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama
Cp
CPI tahun pertama
CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)
Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu :
a. Inflasi Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10 %
per tahun.
b. Inflasi Menengah (galloping inflation)
Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi
tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai
sifat akselerasi, artinya harga pada bulan / minggu berikutnya
selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga
barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga
nilai uang turun secara tajam (Nopirin, 2001).
Menururt Sadono Sukirno (2004) ada beberapa penyebab terjadinya
inflasi yaitu terdiri dari:
1) Inflasi tarikan permintaan (demand-full inflation)
merupakan
bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak
seimbang antara permintaan dan penawaran barang dalam
perekonomian. Jenis inflasi ini yang mengakibatkan ekonomi
menghadapi pengangguran yang tinggi pada kesempatan penuh.
Seperti terjadi defisit naik sehingga tidak mampu menaikkan
produksi
maka agregat permintaan naik dan harga juga naik.
Selain itu adalah tingkat ekspor tinggi menyebabkan pendapatan
naik terus menerus, konsumsi dan belanja negara juga naik.
Sehingga berakibat perusahaan investasi semakin meningkat pada
kesempatan kerja penuh.
2) Inflasi desakan biaya merupakan jenis inflasi yang terjadi pada
kegiatan ekonomi mencapai tingkat kesempatan kerja penuh pada
saat perusahaan beroperasi pada kapasitas
maksimal dan
pengangguran tenaga kerja rendah. Sehingga menyebabkan
peningkatan
biaya
produksi.
Biaya
produksi
tersebut
mengakibatkan kenaikan harga input seperti biaya pengangutan,
bahan baku dan mahan mentah sehingga menaikkan harga
produktifitas.
3) Inflasi di impor merupakan bentuk inflasi yang disebabkan karena
kenaikan harga minyak 3x lipat tahun 1973 yang dilakukan untuk
negara Timur Tengah. Minyak Petroleum merupakan sumber
enegri terpenting dalam industri negara barat yang secara
mendadak biaya industri meningkat menyebabkan inflasi.
Menurut Milton Friedman, Inflasi akan selalu terjadi karena hal
tersebut merupakan fenomena moneter yaitu teori kuantitas uang
menyetakan bahwa pertumbuhan dalam kauntitas uang adalah determinan
dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis
(uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama
menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga
nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam pertumbuhan uang
sebesar 1 persen memyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi
(Mankiw, 2003).
Dan menurut persamaan Fisher pada teori persamaan kuantitas dan
persamaan Fisher, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1
persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut
persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya
menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan
satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek
Fisher (Fisher effect) (Mankiw, 2003).
Inflasi dalam perspektif ekonomi Islam adalah dalam Islam tidak
dikenal dengan inflasi karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan
dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam.
Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani (2001)
memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah
dengan menggunkan emas. Ketika Islam melarang praktek penimbunan
harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak,
padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai
kekayaan (Nurul Huda, 2008).
Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar
modal dan pasar uang. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan
harga input produksi naik sehingga biaya produksi meningkat. Akibatnya
keuntungan yang diperoleh perusahaan akan turun. Penurunan keuntungan
perusahaan akan mengakibatkan jumlah deviden yang dapat dibagikan pada
pemegang saham akan berkurang, sehingga saham emiten menjadi kurang
menarik minat pembeli. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan
bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham (Reni
Maharani, 2006)
4. Produk Domestik Bruto
Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain
pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross
domestic
product/GDP),
produk
nasional
bruto
(gross
national
product/GNP ) serta pendapatan nasional netto (net national product/NNP).
(Nurul Huda, 2008)
Ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional
adalah sebagai berikut: (Nurul Huda, 2008)
a.
Pendekatan produksi/GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa
akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu. (Mankiw, 2003). Pengitungan
pendapatan dengan
menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua
sektor produksi seperti: sektor produksi pertanian, sektor produksi
pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor
industri listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan,
sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain.
Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan
agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count).
GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang
diukur dengan harga yang berlaku.
GDP Nominal = GDP Rill x Deflator GDP
Sedangkan GDP Rill (rill GDP) adalah nilai barang dan jasanya
diukur dengan menggunakan harga konstan.
GDP Rill = GDP Nominal
GDP Deflator
b. Pendekatan pengeluaran/GNP adalah penghitungan pendapatan
nasional dengan melakukan penjumlahan permintaan akhir unitunit
ekonomi,
yaitu:
rumah
tangga
berupa
konsumsi
(consumption/C), perusahaan berupa Investasi (investment/I),
pengeluaran pemerintah (government /G), pengeluaran ekspor dan
impor (export-import/X-M).
Penghitungan pendapatan nasional umumnya ditulis dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
Y = C + I + G + NX
Dimana:
Y = Pendapatan
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X – M = Eksport Netto
GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri,
sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam
negeri dan di luar negeri.
c. Pendekatan pendapatan/NNP adalah GNP yang dikurangi dengan
penyusutan dari stock modal yang ada selama periode tertentu.
Penyusutan
modal
adalah
biaya
dari
memproduksi
output
perekonomian.
Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari
kinerja perekonomian. PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa
akhir (final) produksi dalam sebuah negara pada suatu periode. PDB
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung
besarnya pendapatan masyarakat suatu negara (termasuk warga negara
asing) dalam satu tahun tertentu.
Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh
perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara
lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor
produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi
di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana
perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menmbah barang dan jasa
yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja
dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menmbah ekspor. Operasi
mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi
suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung
dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau
dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product, adalah nilai barang dan
jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor milik warga
negara, negara tersebut dan warga negara asing.
Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi Islam menurut
Nordhaus dan Tobin dari Yale bersama-sama dalam tahun 1972 mengajukan
konsep MEW (Measure of Economic Welfare) yang secara sederhana
formulasi konsep MEW:
MEW: C – public expenditure – durable goods consumption – loss of
welfare due to pollution, urbanization and congestion + value of durables
actually consumed during the year + value of non-market services + value
of lesure.
Tetapi konsep ini tidak berkembang dan sampai saat ini cenderung
penggunaan GDP rill/kapita sebagai ukuran kesejahteraan suatu negara
masih digunakan. (Nurul Huda, 2008).
Ketika pendapatan masyarakat naik, maka masyarakat memiliki uang
yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan
uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return
pada berbagai instrumen yang tersedia, seperti deposito, obligasi, reksadana
maupun pada pasar saham. Bila terjadi kenaikan permintaan pada saham,
maka harga saham akan mengalami peningkatan. Sehingga kenaikan
pendapatan masyarakat, yang notabene merupakan salah satu tolak ukur
peningkatan ekonomi, akan berdampak pada harga saham (Reni Maharani,
2006).
I. Penelitian Terdahulu
1. Reny Maharani (2006).
Penelitian mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro dengan
harga saham syariah Jakarta Islamic Index telah dilakukan oleh Reny
dengan menggunakan metode Error Correction Model. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas jangka panjang dan jangka
pendek antara suku bunga, nilai tukar mata uang asing (kurs), dan jumlah
uang beredar (M2) dengan harga saham syariah JII periode Januari 2001
sampai dengan Mei 2005.
Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat adanya hubungan kausalitas
antara money supply (M2) dengan harga saham syariah JII. Dalam jangka
panjang M2 berpengaruh terhadap harga saham syariah JII dan harga
saham syariah JII juga berpengaruh terhadap M2. Tetapi dalam jangka
pendek hanya variable makro M2 yang berpengaruh terhadap harga saham
syariah JII.
2. Aktham Maghayereh (2005).
Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Aktham
Maghayereh dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen’s dan Error
Correction Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka
panjang antara variabel makro yang terdiri dari inflasi, suku bunga,
produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang
berdedar dengan Amman Stock Price Index (SPI) periode Januari 1987
sampai dengan Desember 2000.
Hasil penelitian menunjukkan variabel makro dalam penelitiannya yang
terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga
minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dalam
jangka panjang dan jangka pendek. Untuk itu variable makro dapat
digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock Price Index
(SPI). Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam
melihat keadaan ekonomi dan politik khususnya di Negara-Negara Timur
Tengah.
3. Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity (2005).
Penelitian mengenai hubungan jangka panjang dan jangka pendek lainnya
dilakukan oleh Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari kinerja Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI)
dan Kuala Lumpur Composite Index (KLCI). Penelitian ini menggunakan
uji kointegrasi dan VECM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek KLSI dan
KLCI saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari
pergerakan dua arah dari masing-masing indeks pada arah yang sama, dan
dalam jangka panjang KLCI adalah menyesuiakan diri dengan KLSI
artinya terdapat pengaruh KLSI terhadap KLCI dalam jangka panjang
tetapi tidak sebaliknya.
4. Muhammad Fahrudin Z. (2005).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel makro
ekonomi yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata
uang dan suku bunga terhadap indek JII. Penelitian ini menggunakan
metode OLS (Ordinary Least Square) .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makro yang terdiri
dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang asing, dan suku
bunga berpengaruh terhadap indeks JII.
5. Deddy Marciano dan Suryanto (2004).
Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Deddy
Marciano dan Suryanto. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
jangka panjang dan jangka pendek dan pasar modal di Indonesia. Variabel
makro ekonomi yang digunakan meliputi ekspor, inflasi, tingkat suku
bunga, kurs, dan jumlah uang beredar. Periode penelitian adalah sebelum
krisis ekonomi. Penelitian ini menggunakan model Error Correction
Model (ECM) dari Engel-Granger.
Hasil penelitian menunjukkan kebijakan tingkat suku bunga sebagai salah
satu instrument moneter memiliki dampak jangka pendek dan jangka
panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal Indonesia. Kebijakan
moneter selain tingkat suku bunga (penjualan/pembelian surat berharga)
hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia
dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara
jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di
Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada
harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang.
6. Siti Zubaidah (2004).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat inflasi dan
perubahan Nilai kurs secara simultan dan parsial terhadap beta saham yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Periode data yang di ambil adalah
tiga tahun 2001, 2002, dan 2003.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2001 sampai dengan
2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak
mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar
juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan
nilai kurs juga cukup stabil. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi
bangsa Indonesia antara tahun 2001 sampai dengan 2003 cukup stabil,
baik dari segi politik, ekonomi dan sosialnya. Demikian juga dipengaruhi
oleh kondisi dunia yang cukup aman sehingga mempengaruhi tingkat
inflasi dan perubahan kurs yang relatif cukup stabil. Hal ini berdampak
pada risiko saham (Beta saham) terutama untuk saham-saham perusahaan
yang tergolong dalam JII (Jakarta Islamic Index) juga mengalami
perubahan yang tidak berarti.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
1
Reni
Maharani
(2006)
Analisis
Hubungan
Kausalitas
Antara
Variabel
Makro dan
Harga Saham
Syariah
Jakarta
Islamic Index
Error
Correction
Model
Hasil penelitiannya
menunjukkan terdapat
adanya hubungan
kausalitas antara
money supply (M2)
dengan harga saham
syariah JII. Dalam
jangka panjang M2
berpengaruh terhadap
harga saham syariah
JII dan harga saham
syariah JII juga
berpengaruh terhadap
M2. Tetapi dalam
jangka pendek hanya
variable makro M2
yang berpengaruh
terhadap harga saham
syariah JII.
2
Aktham
Maghareyeh
(2005)
Causal
Error
Relation
Correction
Among Stock
Model
Prices and
Macroeconomi
c Variabels in
The Small,
Open Economy
of Jordan
Hasil penelitian
menunjukkan variabel
makro dalam
penelitiannya yang
terdiri dari inflasi,
suku bunga, produksi
industri/IP, eksport,
kurs, harga minyak
dan jumlah uang
beredar mempunyai
hubungan kausalitas
dalam jangka panjang
dan jangka pendek.
Untuk itu variable
makro dapat
digunakan dalam
memprediksi naik
turunnya Amman
Stock Price Index
(SPI). Hasil penelitian
ini juga dapat
digunakan sebagai
referensi dalam
melihat keadaan
ekonomi dan politik
khususnya di NegaraNegara Timur Tengah.
3
Ruby Ahmad
dan
Mohamed
Albaity
(2005)
The
Performance
of Syariah and
Composite
Indices:
Evidence From
Kuala Lumpur
Stock Market
Vector
Error
Correction
Model
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek
KLSI dan KLCI
saling mempengaruhi
satu sama lain. Hal ini
dapat dilihat dari
pergerakan dua arah
dari masing-masing
indeks pada arah yang
sama, dan dalam
jangka panjang KLCI
adalah menyesuiakan
diri dengan KLSI
artinya terdapat
pengaruh KLSI
terhadap KLCI dalam
jangka panjang tetapi
tidak sebaliknya.
4
Muhammad
Fahrudin Z.
(2005)
Analisis
Pengaruh
Inflasi, Jumlah
Uang Beredar,
Exchange Rate
dan Interest
Rate Terhadap
Index JII
(Jakarta
Islamic Index)
Pada Tahun
2002-2005
Ordinary
Least
Square
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
seluruh variabel
makro yang terdiri
dari inflasi, jumlah
uang beredar, nilai
tukar mata uang asing,
dan suku bunga
berpengaruh terhadap
indeks JII.
5
Deddy
Marciano dan
Suryanto
(2005)
Hubungan
Jangka
Panjang dan
Jangka Pendek
Ekonomi
Makro dan
Error
Correction
Model
Hasil penelitian
menunjukkan
kebijakan tingkat suku
bunga sebagai salah
satu instrument
moneter memiliki
6
Siti Zubaidah
(2004)
Pasar Modal
Indonesia
dampak jangka
pendek dan jangka
panjang terhadap
harga-harga saham di
pasar modal
Indonesia. Kebijakan
moneter selain tingkat
suku bunga
(penjualan/pembelian
surat berharga) hanya
akan berpengaruh
pada harga-harga
saham di pasar modal
Indonesia dalam
jangka pendek. Inflasi
dan kinerja ekspor
hanya berpengaruh
secara jangka panjang
dan positif terhadap
perilaku harga-harga
saham di Indonesia.
Secara keseluruhan
kinerja ekonomi
makro dicerminkan
pada harga-harga
saham Indonesia
dalam jangka panjang.
Analisis
Ordinary
Pengaruh
Least
Tingkat Inflasi, Square
Perubahan
Nilai Kurs
Terhadap Beta
Saham Syariah
yang Terdaftar
Di Jakarta
Islamic Index
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
antara tahun 2001
sampai dengan 2003,
kondisi tingkat inflasi
di Indonesia terjadi
perubahan yang tidak
mencolok, sedang
perubahan kurs
terutama antara rupiah
dan nilai dollar juga
ada perubahan yang
tidak jauh, dapat
dikatakan bahwa
perubahan nilai kurs
juga cukup stabil. Hal
ini dapat disebabkan
karena kondisi bangsa
Indonesia antara tahun
2001 sampai dengan
2003 cukup stabil,
baik dari segi politik,
ekonomi dan
sosialnya. Demikian
juga dipengaruhi oleh
kondisi dunia yang
cukup aman sehingga
mempengaruhi tingkat
inflasi dan perubahan
kurs yang relatif
cukup stabil. Hal ini
berdampak pada risiko
saham (Beta saham)
terutama untuk
saham-saham
perusahaan yang
tergolong dalam JII
(Jakarta Islamic
Index) juga
mengalami perubahan
yang tidak berarti.
J.
Kerangka Pemikiran
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional. Kondisi
perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang berdampak pada
kenaikan harga di pasar saham. Untuk apakah terdapat pengaruh variable
ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap USD, jumlah uang
beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto dengan indeks
syariah Jakarta Islamic Index digunakan analisis Error Correction Model.
Langkah awal yang dilakukan adalah melihat apakah data yang digunakan
sudah stasioner atau belum, yaitu dengan cara melakukan uji stasioneritas
Phillips-Perron. Apabila diketahui data belum stasioner pada uji stasioneritas
maka langkah selanjutnya adalah uji derajat integrasi yang bertujuan untuk
menstasionerkan data agar semua data menjadi stasioner pada ordo yang
sama. Setelah data stasioner pada ordo yang sama maka pengujian dapat
dilanjutkan pada pengujian selanjutnya yaitu uji kointegrasi. Pengujian ini
bertujuan untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang antara
variabel independen dengan variabel dependen. Apabila pada uji kointegrasi
terdapat hubungan antar variabel, maka pegujian dapat dilanjutkan pada uji
Error Correction Model, dimana pengujian ini bertujuan untuk melihat
indikasi adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dalam jangka pendek. Semua cara pengambilan keputusan dari
setiap pengujian, dari uji stasioneritas, uji derajat integrasi, uji kointegrasi,
dan uji ECM adalah dengan cara membandingkan nilai dari critical value
dengan nilai Phillips-Perron test. Yang untuk lebih rinci dijelaskan pada bab
metodologi penelitian.
Dari pembahasan yang telah di uraikan di atas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan. (Lihat halaman
berikutnya).
Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Jakarta Islamic Index
Latar Belakang: Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu
faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional. Kondisi
perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang berdampak pada
kenaikan harga di pasar saham.
Rumusan masalah: Apakah
terdapat pengaruh jangka
panjang dan jangka pendek
antara kurs, M2, inflasi dan
PDB terhadap indeks JII
Tujuan: Untuk mengetahui
pengaruh jangka panjang dan
jangka pendek antara kurs, M2,
inflasi dan PDB terhadap indeks
JII
Kurs
M2
Indeks JII
INF
PDB
Uji Stasioneritas Data
dengan PP Test
tidak
Stasioner?
Stasionerkan data
dengan differencing
tidak
Keluarkan dari
pengujian
ya
Dilihat apakah variable yang diuji
stasioner pada ordo yang sama
Uji Kointegrasi
tidak
Uji Error Correction Model
Analisa hasil/pengujian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengujian
berhenti, ambil
keputusan
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka
penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
1.
H1o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai
tukar rupiah terhadap USD (X1) terhadap Jakarta Islamic Index (Y)
H1a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
rupiah terhadap USD (X1) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
2.
H2o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek
jumlah uang beredar (X2) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
H2a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah
uang beredar (X2) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
3.
H3o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek
tingkat inflasi (X3) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
H3a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat
inflasi (X3) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
4.
H4o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek
produk domestik bruto (X4) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
H4a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pemdek produk
domestik bruto (X4) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan
data runtun waktu (time series) yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD,
jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dan produk domestik bruto tiap bulan
dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2009. Metode yang digunakan
adalah metode penelitian Historis yang bersifat Kausal-Distributif, artinya
penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu
dan menunjukkan arah hubungan antar variabel.
Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teoriteori yang berhubungan dengan kurs rupiah terhadap dolar, jumlah uang
beredar, tingkat inflasi dan produk domestik bruto serta Jakarta Islamic
Index. Kemudian menganalisis hubungan antar variabel dari teori-teori
tersebut dengan permasalahan aktual yang ada pada saat ini. Tahap
selanjutnya adalah mengumpulkan data yaitu berupa data sekunder yang
diperoleh dari Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Kemudian setelah
data tersebut diperoleh tahap selanjutnya adalah melakukan pengujianpengujian dengan menggunakan uji statistik dan ekonometrika.
B. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah indeks syariah JII,
Exchange rate, Money Supply, tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks
syariah JII, Exchange rate, Money Supply, tingkat inflasi, dan Produk
Domestik Bruto selama periode Januari 2003-Desember 2009 dengan berupa
data per bulan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan Bank Indonesia dan
situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), situs resmi Badan Pusat Statistik
Pusat (www.bps.go.id) dan JSX Statistic Report Bursa Efek Indonesia tahun
2003-2009. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah,
jurnal, koran, internet dan hal lain yang berhubungan dengan aspek
penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
2.
Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh pihak lain (yang berkaitan)
dengan penulisan proposal ini, seperti pusat referensi pasar modal di
Bursa Efek Indonesia.
3.
Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam
diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa,
karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian
dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data
yang
diperoleh
up
to
date
seperti:
www.google.com
dan
www.wikipedia.com.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel makro yang
diuji dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan indeks syariah. Data
yang digunakan adalah data time series dari makro ekonomi yang umumnya
tidak stasioner pada tingkat Level sehingga perlu dilakukan diferencing.
Sementara dalam melakukan penelitian mengenai kebijakan makro ekonomi,
data yang digunakan seharusnya adalah data asli (Level) agar dapat
mencerminkan kondisi sebenarnya, dan tidak membawa penarikan yang
menyesatkan (misleading). Data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata dan
variannya konstan (Nachrowi, 2006).
Metode pengujian Kausalitas Granger tradisional (1969) tidak dapat
digunakan karena tidak dapat mengatasi permasalahan di atas dan dapat
membuat regresi lancung spurious regression. Regresi lancung adalah situasi
dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara
statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar
variabel di dalam model tidak saling berhubungan (Reni Maharani, 2006).
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model
(ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji
Kointegrasi untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang.
Pengujian ECM baru dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya
hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabelvariabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk
menguji kestasioneran data, maka pada penelitian ini digunakan PhillipsPerron (PP) test. Dalam Phillips-Perron test, perlu menentukan jumlah
truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu dengan menggunakan rumus
N1/3 = 831/3 = 4.36 yang kemudian dibulatkan pada nilai satuan terdekat
dibawahnya yaitu 4 (Yahya Hamja, 2008).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln)
dari variabel-variabel tersebut, yang berguna untuk memecahkan persamaan
yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Maka dalam
penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Uji Akar Unit.
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam
variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa
kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan
menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya
autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel
penjelas kelambanan diferensi. (Agus Widarjono, 2007)
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal
tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya
digunakan nilai kritis yang dikemukakan oleh Mackinnon.
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai
kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP
lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan
stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut staistik PP lebih kecil dari nilai
kritisnya maka data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada drajat Nol
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ....%) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ....%) maka Ha diterima
* critical value, 5% atau 10%
Kita juga harus menentukan apakah ujinya tanpa konstanta dan
trend, hanya dengan konstanta ataukah dengan konstanta dan trend. Dalam
menentukan panjangnya lag Uji PP menggunakan truncation lag q dari
Newey-West.
2. Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner.
Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data
nonstasioner menjadi data stasioner.
Menurut Nachrowi (2006) dalam berbagai studi ekonometrika, data
time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data
tersebut, ternyata data time series ‘menyimpan’ berbagai permasalahan,
salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan penyebab yang
mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat
distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena
metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama
dengan transformasi data untuk menghilangkan otokorelasi.
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data
melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi.
Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa
suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai
statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi
statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari
nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan
stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji
derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi
sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ha diterima
3. Uji Kointegrasi
Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung
terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal
ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series
hanya menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena
trend bukan karena hubungan antar keduanya.
Berdasarkan uji stasionaritas, apabila data varibel makro tidak
stasioner pada tingkat Level sedangkan pada tingkat diferensi pertama,
kedua data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji
Kointegrasi.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent
dan variabel dependent.
Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan
variabel dependent.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho diterima
4. Pengujian Asumsi Klasik
a. Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara
residual tahun ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam
suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson.
Deteksi adanya autokorelasi dapat menggunakan Besaran DurbinWatson (D-W). Secara umum peniliaian besaran
D-W dapat diambil
patokan : (Gujarati, 2006).
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 3.1
Menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Ada autokorelasi
Tidak dapat
Tidak dapat
Ada autokorelasi
diputuskan
negative
Tidak ada autokorelasi
positif
0
diputuskan
dl
1.10
du
1.54
2
4-du
2.46
4-dl
2.90
4
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi
Ha: Terdapat Autokorelasi
Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46 → Ho ditolak
Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima
Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada
tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange
Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared
dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi
Ha: Terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut
tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari
0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel
gangguan tidak konstan. Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan
melalui Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Langkah-langkah pegujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas
Ha: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila probabilitas Obs*R2
lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat
heteroskedastisitas. Jika model tersebut harus ditanggulangi melalui
transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi
dengan variabel independen yang mengandung heteroskedastisitas. Setelah
dilakukan Uji Heteroskedastisitas, kemudian dilanjutkan dengan Uji
Autokorelasi..
c. Uji Linearitas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah
uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal
dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk
menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan
dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam
Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan
untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak
linier.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model tidak Linear
Ha: Model Linear
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
d. Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2006).
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model tidak Normal
Ha: Model Normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
4. Uji Error Corection Model (ECM)
Apabila data tidak stasioner pada tingkat level, tetapi stasioner pada
tingkat diferensi dan variabel saling terkointegrasi, ini berarti tedapat
hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel
tersebut. Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan
(diisequilibrium). Ketidakseimbangan inilah yang sering kita temui dalam
perilaku ekonomi. Artinya bahwa apa yang diinginkan pelaku ekonomi
belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan
apa yang diinginkan pelaku ekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan
adanya penyesuaian (adjusment). Model yang memasukkan penyesuaian
untuk malakukan koreksi bagi ketidakseimbangan disebut sebagai model
koreksi kesalahan (Error Correction Model =ECM)
Pendekatan model ECM mulai timbul sejak perhatian para ahli
ekonometrika membahas secara khusus ekonometrika time series. Model
ECM
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
Sargan
dan
kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Hendry dan akhirnya dipopulerkan oleh
Engle-Granger. Model ECM mempunyai beberapa kegunaan, namun
penggunaan yang paling utama bagi pekerjaan ekonometrika adalah dalam
mengatasi time series yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung.
Pengujian ECM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Dasar
: JII = f (KURS, M2, INF, PDB) ................ (3)
Model Ekonometrika : JII = βo+β1KURS+β2M2+β3INF+ β4PDB + e ... (4)
Jika diuraikan dalam bentuk natural log akan berubah menjadi
sebagai berikut:
LNJII = βo + β1LNKURS + β2LNM2 + β3LNINF + β4LNPDB +
ECT + e ………….. (5)
Sehingga rumus ECM yang terbentuk untuk penelitian ini adalah:
D(LNJII) C D(LNKURS) D(LNM2) D(LNINF) D(LNPDB) LNKURS(-1)
LNM2(-1) LNINF(-1) LNPDB(-1) ECT .……. (6)
Dimana nilai dari masing-masing variabel di dapatkan setelah di
generate terlebih dahulu:
DLNJII
= LNJII – LNJII t-1
DLNKURS
= LNKURS – LNKURS t-1
DLNM2
= LNM2 – LNM2 t-1
DLNINF
= LNINF – LNINF t-1
DLNPDB
= LNPDB – LNPDB t-1
Keterangan:
DLNJII
= Perubahan Indeks JII periode t
DLNKURS
= Perubahan Nilai Tukar periode t
DLNM2
= Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t
DLNINF
= Perubahan Tingkat Inflasi periode t
DLNPDB
= Perubahan Produk Domestik Bruto per. t
LNKURS(-1)
= Nilai Tukar t-1
LNM2(-1)
= Jumlah Uang Beredar t-1
LNINF(-1)
= Tingkat Inflasi t-1
LNPDB(-1)
= Produk Domestik Bruto
t-1
Dimana pengertian ECT dan persamaan ECT yang terbentuk dapat
dilihat pada pembahasan dibawah ini.
5. Uji Error Corection Term (ECT)
ECT adalah bagian dari pengujian analisa dinamis yaitu ECM.
Nilai ECT diperoleh dari penjumlahan variabel independen tahun
sebelumnya dikurangi variabel dependen tahun sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah:
ECT = LNJII-LNKURS-LNM2-LNINF-LNPDB ………… (7)
Kemudian regres model ECM secara berurutan sesuai dengan
model yang telah ditentukan. Hasil probabilita ECT akan menentukan
apakah model dapat dianalisa baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Jika variabel ECT positif dan signifikan 5% maka spesifikasi
model sudah sahih (valid) dan dapat menjelaskan variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Indeks Syariah Jakarta Islamic Index
Indeks syariah di sini adalah indeks dari sejumlah emiten (30 emiten) yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Merupakan kumpulan indeks
saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan syariah.
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Nilai tukar (kurs) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lain. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah
nilai tukar rupiah terhadap USD dinyatakan dalam rupiah/USD.
3. Jumlah Uang yang Beredar
Adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) yaitu uang tunai yang di
pegang oleh masyarakat, uang kartal dan uang giral ditambah deposito
berjangka dan saldo tabungan atau likuiditas perekonomian dalam satuan
milyar rupiah.
M2 = M1+ TD + SD
Dimana:
M2 = uang dalam arti luas
M1= uang dalam arti sempit
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = saving deposits (saldo tabungan)
4. Tingkat Inflasi
Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang merupakan
perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dilihat
dari laju inflasi yang terjadi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen.
Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama
CPI tahun pertama
CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)
5. Produk Domestik Bruto
Adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia (termasuk warga negara asing yang berada di
Indonesia) dalam tahun tertentu. Produk Domestik Bruto yang digunakan
adalah berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dengan tahun
dasar 2003.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Index (JII)
Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat
dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal
(investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk
mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar
modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek”.
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjaloan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar
modal syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009)
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index
merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah pada 25 Juni 1997 diikuti
dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk
pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks
harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang
disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama
antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment
Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari
1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai
dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30
saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:
(Abdul Hamid, 2009)
5. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
6. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
7. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dam mengembangkan lini produksinya.
8. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
9. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan
dengan
bobot
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization
Weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment)
yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate
action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai
awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum syariah Islam adalah:
5. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
6. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur
ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
7. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
8. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan
kriteria saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada
Jakarta Islamic Index tersebut adalah:
a.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat
lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
b.
Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau
tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap
aktiva maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)
c.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas
berdasarkan
urutan
rata-rata
kapitalisasi
pasar
(market
capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d.
Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan
tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun
terakhir.
Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
Tabel 4.1
Nama 30 Emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
No
Kode
Nama Emiten
1
AALI
Astra Agro Lestari Tbk
2
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
3
APEX
Apexindo Pratama Duta Tbk
4
BMTR Global Mediacom Tbk
5
BNBR
Bakrie & Brothers Tbk
6
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
7
BUMI
Bumi Resouces
8
CMNP Citra Marga Nusaphala Persada TBK
9
CTRA
Ciputra Development Tbk
10 ELTY
Bakrieland Development TBK
11 FREN
Mobile-8 Telecom Tbk
12 HITS
Humpuss Intermoda Transportasi
13 INCO
International Nickel Indonesia Tbk
14 INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
15 JRPT
Jaya Real Property Tbk
16 KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk
17 KLBF
Kalbe Farma Tbk
18 MPPA
Matahari Putra Prima Tbk
19 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk
20 PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
21 RALS
Ramayana Lestari Sentosa Tbk
22 SMAR
SMART Tbk
23 SMGR
Semen Gresik Tbk
24 SMRA
Summarecon Agung Tbk
25 TINS
Timah Tbk
26 TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
27 TRUB
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
28 TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
29 UNTR
United Tractors Tbk
30 UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2010
Ket
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Baru
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Baru
Baru
Tetap
Baru
Baru
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus-menerus
berdasarkan data publik yang tersedia.
Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan
sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal
maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam
membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap
keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan
yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual
pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang
mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga
saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada
waktu yang akan datang.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2003-2009
Gambar 4.1 Indeks Jakarta Islamic Index
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang
tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII
mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada
awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas
dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami
peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini
dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang
cukup baik.
Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs
rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena
kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Disamping itu pendapatan
nasional dan jumlah uang beredar di masyarakat yang meningkat juga dapat
meningkatkan indeks JII. Jadi kondisi perekonomian yang baik merupakan
sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham.
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs)
Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai mata
uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai
agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs
valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing
dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai dengan
perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001)
Menurut Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara
adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS dinyatakan dalam ribuan rupiah/USD dan kurs
yang digunakan adalah kurs rill.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010
Gambar 4.2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2008, yaitu pada
bulan November, dimana kurs rupiah terhadap dolar mencapai angka 12.151,.
Sedangkan kurs rupiah terhadap dolar yang terendah terjadi pada pertengahan
tahun 2003, yaitu pada bulan juni sebesar 8.285,. Berdasarkan tabel dan
gambar juga dapat dilihat bahwa kurs rupiah terhadap dolar dari januari 2003
sampai dengan juni 2009 cenderung stabil. Karena fluktuasi yang terjadi tidak
terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Naik turun nilai tukar mata uang asing (kurs) diperkirakan karena kurs
mata uang akan mendorong investor untuk tidak menginvestasikan dananya
di pasar modal melainkan pada transaksi di pasar valuta asing. Hal ini akan
mengakibatkan transaksi keuangan para investor di BEI akan berkurang.
Karena dianggap lebih menguntungkan berspekulasi pada gejolak kurs asing
tersebut sehingga akan mengakibatkan JII BEI akan melemah. Sebaliknya
juga apabila kurs valuta asing stabil maka spekulasi yang mereka lakukan
pada kurs yang stabil kurang menguntungkan, sehingga mereka tetap
melakukan perdagangan di pasar modal dan JII akan menguat. Kenaikan
harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan
meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar
domestik akan terapresiasi.
3. Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian
yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang
giral dalam bank-bank umum (Sukirno, 2004). Variabel jumlah uang yang
beredar yang digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau
likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah
Menurut Sadono Sukirno (2004) M2 merupakan perluasan dari definisi
M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat
likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010
Gambar 4.3 Jumlah Uang Beredar (M2)
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah uang beredar
yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2009, dimana jumlah uang beredar
mencapai 2.141.384,. Sedangkan jumlah uang bereda yang terendah terjadi
pada awal tahun 2003. Berdasarkan tabel dan gambar di atas juga dapat
dilihat bahwa jumlah uang beredar setiap bulannya terus meningkat.
Jumlah uang beredar (M2) bergantung pada basis moneter, rasio
deposito-cadangan, dan rasio deposito-uang kartal. Naik turunnya jumlah
uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut. Kenaikan basis
moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional pada jumlah uang yang
beredar. Sedangkan penurunan rasio depositi-cadangan atau rasio depositouang kartal meningkatkan pengganda dan jumlah uang beredar.
4. Tingkat Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi juga merupakan
salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk
menggambarkan kondisi ekonomi nasional (Tajul Khalwaty, 2000).
Menurut Mankiw (2002) Indeks Harga Konsumen merupakan suatu
ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata
konsumen. Laju inflasi juga merupakan penghitungan lain yang sering
digunakan untuk menghitung tingkat inflasi. Menurut Mankiw (2003) laju
inflasi (inflation rate) adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari
jangka waktu yang sebelumnya. Laju inflasi merupakan suatu indikator yang
sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga
merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera
ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian yang pada
akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.
Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting
untuk
mendukung
pembangunan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
ekonomi
yang
berkelanjutan
dan
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010
Gambar 4.4 Tingkat Inflasi
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat inflasi yang
tertinggi terjadi pada akhir tahun 2005, yaitu pada bulan November sebesar
18.38%. Kondisi ini disebabkan karena kuatnya tekanan eksternal (kebijakan
fiskal) yang mendukung kenaikan harga BBM oleh pemerintah yang ikut
mendukung sasaran inflasi. Dampak dari kenaikan BBM domestik bertujuan
menjaga keseimbangan fiskal yang sejalan dengan kenaikan harga minyak di
dunia. Kenaikan BBM ini merupakan salah satu dampak dari krisis ekonomi
global yang terjadi pada tahun itu. Selain itu adalah faktor internal yaitu
ganguan pemasokan dan distribusi, tingginya ekspektasi inflasi dan depresiasi
nilai tukar yang mengakibatkan tekanan harga asemakin meningkat. Tinggi
inflasi tahun 2005 memberi dampak signifikan terhadap kenaikan harga BBM
sebanyak dua kali lipat pada tahun 2005.
Sedangkan tingkat inflasi yang terendah terjadi pada akhir tahun 2009,
yaitu pada bulan November sebesar 2.41%. Hal ini disebabkan oleh turunya
bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air,
gas, dan bahan bakar, sandang, ekspor, komunikasi dan jasa keuangan. Hal
ini menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Keadaan
inflasi yang cenderung berfluktuasi dan tidak stabil menunjukkan bahwa
keadaan perekonomian di Indonesia juga tidak stabil.
5. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu
tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun
di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh
perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain.
Variabel yang digunakan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh masyarakat Indonesia (termasuk warga negara asing yang berada
di Indonesia) dalam tahun tertentu. Nilai barang dan jasa yang diukur adalah
berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dengan tahun dasar 2003.
Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh
perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara
lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor
produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi
di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana
perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menmbah barang dan jasa
yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja
dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menmbah ekspor. Operasi
mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi
suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung
dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau
dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product, adalah nilai barang dan
jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor milik warga
negara, negara tersebut dan warga negara asing.
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 4.5 Produk Domestik Bruto
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa PDB tertinggi terjadi
pada akhir tahun 2009, yaitu pada bulan September sebesar 561.003,.
Sedangkan PDB terendah terjadi pada awal bulan pada tahun 2003 yaitu
pada bulan januari sebesar 380.341,.
Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah meningkatkan
pendapatan nasional yang tinggi yaitu dilihat dari perkembangan dana Produk
Domestik Bruto (PDB) baik atas dasar harga konstan maupun harga yang
berlaku. PDB adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh
perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga negara maupun
penduduk warga negara asing yang bermukim dinegara yang bersangkutan).
Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun, yang pada umumnya
mengalami
perkembangan
seiring
dengan
peningkatan
aktivitas
perekonomian.
Perbaikan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan konsumsi
swasta dan pemerintah, yaitu dengan dipulihkannya kegiatan di sektor
industri, pengolahan, sektor-sektor jasa, sektor listrik ( gas dan air minum)
serta berlanjutnya kegiata yang dapat menaikkan kenaikan produksi sektor
pertanian. Meskipun demikian, proses perbaikan ekonomi masih berjalan
secara lambat terutama pada gejolak sosial dan politik dalam negeri yang
menyebabkan laju pertumbuhan cenderung melambat.
B. Hasil Analisa dan Pembahasan
1. Uji Akar Unit
Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
Microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 6.0 untuk mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti.
Variabel bebas (independent) yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah
uang beredar dalam arti luas (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto
dan variabel terikat (dependent) yaitu indeks syariah JII.
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel tersebut,
dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam yang berguna
untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat
dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi matematika yang dengan
bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk menyederhanakan suatu bilangan.
Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini
pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari
model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak (Yahya
Hamja, 2008).
Tabel 4.2
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada tingkat Level
No.
Variabel
Level
Pptest
CV 5%
1
lnJII
-1.888230
-2.896779
2
lnKurs
-2.225343
-2.896779
3
lnM2
1.617294
-2.896779
4
lnInf
-1.415470
-2.896779
5
lnPDB
-3.274770
-2.896779
Sumber: output EViews 6.0 (diolah)
Ho = Tidak Stasioner
Ha = Stasioner
Terima Ho
Terima Ho
Terima Ho
Terima Ho
Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa hanya variable PDB yang
stasioner pada tingkat level, sedangkan variabel lainnya menunjukkan
ketidakstasioneran pada Level. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai
Phillips-Perron test lebih kecil dari Mac.Kinnon Critical Value 5% (PPtest <
CV 5%). Kesimpulan dari hasil data yang di olah adalah Ho diterima yaitu
semua data kecuali PDB tidak stasioner pada tingkat Level sehingga harus
dilanjutkan pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan
menggunakan Uji Derajat Integrasi.
2. Uji Derajat Integrasi
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data
melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order
diferensi ke berapa (langkah pertama di atas), jika ternyata data tersebut tidak
stasioner pada derajat pertama (Insukindro, 2003).
Tabel 4.3
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference
No.
Variabel
First Difference
PPtest
CV 5%
1
lnJII
-8.546684
-2.897223
2
lnKurs
-7.528366
-2.897223
3
lnM2
-9.725788
-2.897223
4
lnInf
-6.774664
-2.897223
5
lnPDB
-17.11301
-2.897223
Sumber: output EViews 6.0 (diolah)
Ho = Tidak Stasioner
Ha = Stasioner
Tolak Ho
Tolak Ho
Tolak Ho
Tolak Ho
Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel stasioner pada
first difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai Phillips-Perron test
lebih besar dari Mac.Kinnon Critical Value 5% (PPtest > CV 5%).
Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu semua variabel
sudah stasioner pada tingkat first difference, sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada tingkat berikutnya (second difference) dan pengujian dapat dilanjutkan
dengan uji berikutnya yaitu Uji Kointegrasi.
3. Uji Kointegrasi
Pendekatan Kointegrasi merupakan isu statistik yang tidak dapat
diabaikan yang berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan
adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel
ekonomi seperti yang dikehendaki teori ekonomi. Pendekatan ini dapat pula
dianggap sebagai uji teori ekonomi dan merupakan bagian penting dalam
perumusan dan estimasi sebuah model dinamis (Insukindro, 2003).
Dari hasil Uji Kointegrasi di dapat bahwa semua variabel stasioner
pada ordo yang sama, yaitu pada I(1) atau first differeence. Sehingga dapat
diuji apakah terdapat hubungan kointegrasi.
Tabel 4.4
Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: None
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.331104
-2.593121
-1.944762
-1.614204
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024671
0.024113
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah)
Dari tabel 4.4 di atas ditunjukkan nilai PP tes > CV 5% yaitu 4.331104 > 1.944762 dengan probabilitas 0.0000 sehingga Ho ditolak.
Artinya residual dari persamaan telah stasioner pada derajat integrasi nol atau
I(0). Sehingga setiap variabel dikatakan terkointegrasi atau terdapat adanya
indikasi hubungan dalam jangka panjang.
Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang
belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan antara
variabel-variabelnya dalam jangka pendek. Sehingga untuk menentukan
variabel mana yang menyebabkan perubahan pada variabel lainnya, maka
digunakan penghitungan Error Correction Model.
4. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan Uji Error Correction Model, terlebih dahulu
dilakukan Uji Asumsi Klasik
a. Autokorelasi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam
suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson.
Tabel 4.5
Tabel Uji Durbin-Watson
Ada
Ada
Tidak dapat
Tidak ada
Tidak dapat
diputuskan
autokorelasi
diputuskan
autokorelasi
autokorelasi
positif
0
dl
1.10
negatif
du
1.54
2
4-du
2.46
4-dl
2.90
4
Dari tabel 4.5 pada tabel uji Durbin-Watson dapat dilihat
bahwa nilai Durbin-watson adalah sebesar 2.411765. Hal ini berarti
nilai Durbin-Watson berada diantara 1.54 - 2.46. Hal ini juga berarti
dalam model ini tidak terdapat adanya autokorelasi karena sudah
terletak antara 1.54 – 2.46, atau berarti Ho diterima.
Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat
ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji
Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai
probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006).
Tabel 4.6
Hasil Uji Lagrange Multiple Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
2.712758
Prob. F(2,71)
0.0732
Obs*R-squared
5.892245
Prob. Chi-Square(2)
0.0525
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah)
Dari tabel 4.6 pada tabel uji LM dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas Chi-Square 0.0525 atau lebih besar dari α = 0.05. Hal ini
berarti dalam model ini tidak terdapat adanya autokorelasi, atau berarti
Ho diterima.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel
ganguan mempunyai varian yang tidak konstan. Pendeteksian
heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White.
Tabel 4.7
Uji White Heteroskedasticity
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
1.852626
Prob. F(49,33)
0.0320
Obs*R-squared
60.87179
Prob. Chi-Square(49)
0.1189
Scaled explained SS
242.2688
Prob. Chi-Square(49)
0.0000
Sumber: output Eviews 6.0 (diolah)
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dalam model ini nilai
probabilitas sebesar 0.1189 dengan Obs*R2 60.87179 yaitu diatas 0.05.
Hal ini berarti dalam model tidak terdapat adanya heteroskedastisitas
atau berarti Ho diterima.
c. Linearitas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji
yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal
dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk
menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan
dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996)
dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini
digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi
linier atau tidak linier, dengan cara melihat nilai probabilitasnya.
Tabel 4.8
Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic
2.593573
Probability
0.111674
Log likelihood ratio
2.937229
Probability
0.086559
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah)
Dari uji linearitas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.8 nilai
probability-nya adalah 0.086559 ternyata lebih besar dari derajat
kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan Linearitas,
dengan kata lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini
adalah linear, (Ho ditolak).
d. Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2006).
Tabel 4.9
Uji Normalitas Jarque-Bera
20
Series: Residuals
Sample 2003:02 2009:12
Observations 83
15
10
5
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
6.45E-16
0.000406
0.361272
-0.345982
0.077813
0.097790
11.29015
Jarque-B era
Probability
237.8120
0.000000
0
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah)
Nilai probability-nya (0.000000) ternyata lebih kecil dari
derajat kesalahan α=0.05, artinya uji ketidaknormalan ini adalah
signifikan, oleh karena itu dapat dinyatakan di sini bahwa pada model
ini ada permasalahan normalitas, (Ho diterima).
Akan tetapi hal ini tidak akan menjadi masalah karena data
yang digunakan sudah di uji dengan uji stasioneritas dan hasil olah
data dari model nantinya ternyata bagus.
5. Uji Error Correction Model
Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang pada
setiap variabel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan
Error Correction Model (ECM) untuk melihat ada tidaknya hubungan antar
variabel dalam jangka pendek. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk
menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi
antara hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari
variabel-variabel yang diuji.
Tabel 4.10
Hasil Regresi Error Correction Model
Dependent Variable: D(LNJII)
Method: Least Squares
Date: 11/05/10 Time: 11:36
Sample (adjusted): 2003M02 2009M12
Included observations: 83 after adjustments
Variable
Coefficient
C
D(LNKURS)
D(LNM2)
D(LNINF)
D(LNPDB)
LNKURS(-1)
LNM2(-1)
LNINF(-1)
LNPDB(-1)
ECT
-2.440266
-0.687146
0.580448
0.040312
0.130313
0.930888
-0.225998
0.116944
0.086278
0.163735
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.390954
0.315866
0.082470
0.496495
94.66757
5.206612
0.000019
Std. Error
t-Statistic
1.306429 -1.867890
0.360579 -1.905673
0.630315 0.920885
0.070642 0.570649
0.048237 2.701496
0.266762 3.489582
0.063844 -3.539849
0.054366 2.151036
0.036414 2.369367
0.050748 3.226443
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.0658
0.0606
0.3601
0.5700
0.0086
0.0008
0.0007
0.0348
0.0205
0.0019
0.022901
0.099707
-2.040182
-1.748756
-1.923104
2.411765
Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.10
menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sudah terletak antara 0 dan 1 yaitu
0.163735 atau lebih mendekati nol daripada satu, sehingga speed of
adjusment dari jangka pendek menuju jangka panjang berjalan dengan
lambat. Dapat dilihat t-statistiknya lebih dari 2 yaitu 3.226443 dengan
probabilitas 0.0019. Hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat
kepercayaan α=0.05. Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat
dikatakan sahih atau valid.
Probabilitas (t-statistik) nilainya adalah 0.000019, angka ini terletak
dibawah 0.05, berarti signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Independent yang ada pada model secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel Dependent.
C. Interpretasi Analisis Teknik
Berdasarkan output data diolah hasil regresi ECM di dapat hasil
sebagai berikut:
D(LNJII)
=
-
2.440266348
–
0.5804477358*D(LNM2)
0.6871455619*D(LNKURS)
+
0.04031164692*D(LNINF)
+
+
0.1303125852* D(LNPDB) + 0.9308877272*LNKURS(-1) –
0.225998212*
LNM2(-1)
+
0.1169436423*LNINF(-1)
0.08627842428* LNPDB(-1) + 0.16373545*ECT
+
Keterangan:
D(LNJII)
= Perubahan Indeks JII periode t
D(LNKURS)
= Perubahan Nilai Tukar periode t
D(LNM2)
= Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t
D(LNINF)
= Perubahan Tingkat Inflasi periode t
D(LNPDB)
= Perubahan Produk Domestik Bruto periode t
LNKURS(-1)
= Nilai Tukar t-1
LNM2(-1)
= Jumlah Uang Beredar t-1
LNINF(-1)
= Tingkat Inflasi t-1
LNPDB(-1)
= Produk Domestik Bruto
t-1
1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII
a. Pada Jangka Pendek
D(LNKURS) menunjukkan nilai t-statistik sebesar -1.905673. Nilai ini
lebih kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0606. Hal ini berarti
variabel kurs belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini
membawa implikasi bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek antara
variabel kurs dan indeks JII.
b. Pada Jangka Panjang
Sedangkan pada LNKURS(-1) nilai t-statistik sebesar 3.489582. Nilai ini
sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya 0.0008. Hal ini berarti
variabel kurs signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil
perhitungan (koefisienLNKURS(1) + koefisienECT) : koefisienECT
diperoleh hasil 6.6853. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel kurs dan indeks JII, dimana
apabila kurs rupiah menguat terhadap USD sebesar satu persen maka akan
meningkatkan indeks JII sebesar 6.6853 persen, atau sebaliknya apabila
kurs rupiah melemah terhadap USD sebesar satu persen maka akan
menurunkan indeks JII sebesar 6.6853 persen.
2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII
a. Pada Jangka Pendek
D(LNM2) menunjukkan nilai t-statistik sebesar 0.920885. Nilai ini lebih
kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.3601. Hal ini berarti variabel M2
belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini membawa
implikasi bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek antara variabel
M2 dan indeks JII.
b. Pada Jangka Panjang
Sedangkan pada LNM2(-1) nilai t-statistik sebesar -3.489582. Nilai ini
sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0007. Hal ini berarti
variabel M2 sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil
perhitungan (koefisienLNM2(-1) + koefisienECT) : koefisien ECT
diperoleh hasil 2.3803 Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel M2 dengan indeks JII, dimana
apabila M2 mengalami penurunan sebesar satu persen maka akan
meningkatkan indeks JII sebesar 2.380 persen.
3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII
a. Pada Jangka Pendek
D(LNINF) menunjukkan nilai t-statistik sebesar 0.570649. Nilai tersebut
sudah lebih kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.5700. Hal ini berarti
variabel inflasi belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini
membawa implikasi bahwa tidak terdapat hubungan dalam jangka pendek
antara vaiabel tingkat inflasi dan indeks syariah JII.
b. Pada Jangka Panjang
Sedangkan pada LNINF(-1) nilai t-statistik sebesar 2.151036. Nilai
tersebut sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.03348. Hal
ini berarti tingkat inflasi sudah signifikan pada tingkat kepercayaan
α=0.05. Dari hasil perhitungan (koefisienLNINF(1) + koefisienECT) :
koefisienECT diperoleh hasil 1.7142. Hal ini membawa implikasi bahwa
terdapat hubungan dalam jangka panjang antara variabel inflasi dan indeks
JII, dimana apabila inflasi naik sebesar satu persen maka akan
meningkatkan indeks JII sebesar 1.7142 persen.
4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII
a. Pada Jangka Pendek
D(LNPDB) menunjukkan koefisien 0.130313 dan nilai t-statistik sebesar
2.701496. Nilai tersebut lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar
0.0086. Hal ini berarti variabel PDB signifikan pada tingkat kepercayaan
α=0.05. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan jangka
pendek antara varriabel PDB dan indeks JII, dimana apabila PDB naik
sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 0.130313
persen.
b. Pada Jangka Panjang
Dan pada LNPDB(-1) nilai t-statistik sebesar 2.369367. Nilai tersebut
lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0205. Hal ini berarti
variabel PDB signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil
perhitungan (koefisienLNPDB(-1) + koefisienECT) : koefisenECT
diperoleh hasil 1.5269. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel PDB dan indeks JII, dimana
apabila PDB naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII
sebesar 1.5269 persen.
D. Interpretasi Analisis Ekonomi
1. Jangka Pendek
Hasil penemuan ini menemukan kenyataan bahwa dalam jangka
pendek variabel produk domestik bruto (PDB) memberi kontribusi positif
dan signifikan terhadap indeks JII seperti yang diharapkan teori. PDB
yang mencerminkan ouput total biasanya memiliki efek terhadap indeks
JII. Analisis jangka pendek tentang pengaruh PDB terhadap indeks JII ini
bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para investor untuk
melakukan buy and sell terhadap saham yang ada pada Jakarta Islamic
Index.
Ketika pendapatan masyarakat naik, maka masyarakat memiliki
uang yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga.
Kelebihan uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan
mendapatkan return pada berbagai instrumen yang tersedia, seperti
deposito, obligasi, reksadana maupun pada pasar saham. Bila terjadi
kenaikan permintaan pada saham, maka harga saham akan mengalami
peningkatan. Sehingga kenaikan pendapatan masyarakat, yang notabene
merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi, akan berdampak
pada harga saham (Reni Maharani, 2006).
Sedangkan untuk nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang
beredar dan inflasi tidak signifikan terhadap indeks JII dalam jangka
pendek.
2. Jangka Panjang
Hasil ini menunjukkan kenyataan bahwa dalam jangka panjang
variabel kurs berhubungan positif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal
tersebut dikarenakan pada saat kurs rupiah terapresiasi, maka biaya bahan
baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan produk impor akan
mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan biaya produksi lebih rendah
atau turun sehingga laba perusahaan menjadi meningkat. Hal ini
menyebabkan biaya produksi rendah dan laba perusahaan menjadi
meningkat, sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan return yang
ditawarkan akan meningkat pula. Peningkatan return yang ditawarkan
mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut meningkat, sehingga
harga saham tersebut di pasar menjadi naik. Menurut Reni Maharani
(2006) hal ini juga dapat dilihat melalui pendekatan portfolio (portfolio
balance approach) yang melihat sejauh mana harga saham menyebabkan
perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan
menarik capital inflow sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata
uang domestik yang dalam hal ini adalah rupiah, akibatnya nilai tukar
rupiah akan terapresiasi.
Dalam jangka panjang jumlah uang beredar (M2) berhubungan
negatif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ada. Akan tetapi fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
saat jumlah uang beredar rendah, berarti uang yang dipegang oleh
masyarakat rendah. Dalam kondisi seperti ini masyarakat akan lebih
berhati-hati untuk membelanjakan uang mereka, termasuk dalam membeli
produk yang bahkan dapat mendatangkan keuntungan bagi mereka.
Menurut Mankiw (2002) untuk meningkatkan M2, bank sentral
menginstruksikan para pialang obligasinya di bank sentral untuk membeli
obligasi publik di pasar obligasi di seluruh negeri. Akan tetapi penerbitan
surat berharga berdampak pada penurunan tingkat suku bunga. Ketika
tingkat bunga mengalami penurunan, maka return yang dapat diberikan
oleh obligasi akan menurun pula. Hal tersebut mengakibatkan investasi
pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat.
Dalam jangka panjang inflasi berhubungan positif dan signifikan
terhadap indeks JII. Indikasi yang digunakan adalah sesungguhnya jumlah
uang beredar berhubungan erat dengan inflasi. Menurut Mankiw (2003),
keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat
dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka
panjang, bukan dalam jangka pendek. Teori ini yang digunakan sebagai
indikasi bahwa apabila terjadi inflasi hal ini juga berarti jumlah uang
beredar di masyarakat meningkat. Ketika jumlah uang beredar di
masyarakat meningkat maka masyarakat akan menggunakan uang yang
mereka pegang untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan
uang tersebut juga dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan
return pada berbagai instrument termasuk pada pasar saham. Hal ini yang
menyebabkan bahwa apabila inflasi naik yang berarti jumlah uang beredar
di masyarakat juga naik akan mengakibatkan investasi pada saham JII
meningkat.
Dalam jangka panjang produk domestik bruto (PDB) berhubungan
positif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal ini sesuai dengan teori yang
ada. Ketika pendapatan masyarakat naik maka masyarakat memiliki uang
yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan
uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return
pada berbagai instrument yang tersedia, seperti deposito, obligasi,
reksadana maupun pada pasar saham, maka harga saham mengalami
peningkatan sehinggga kenaikan pendapatan masyarakat yang notabene
merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi akan berdampak
positif pada harga saham. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa variabel
PDB berpengaruh positif dan signifikan baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Adanya indikasi hubungan antara variabel ekonomi makro dan harga
saham sudah diakui oleh para ekonom sejak beberapa periode lalu. Dapat
dilihat dari berbagai penelitian empiris yang kemudian melahirkan berbagai
teori ekonomi yang terdapat pada berbagai literatur.
Dari hasil pengujian empiris pada penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap
USD (kurs) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila
kurs rupiah menguat terhadap USD sebesar satu persen maka akan
meningkatkan indeks JII sebesar 6.6853 persen. Hal ini membawa
implikasi bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs)
dapat digunakan untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index
dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek tidak
terdapat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) terhadap
nilai Jakarta Islamic Index.
2. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh jumlah uang beredar (M2)
terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila M2
mengalami penurunan sebesar satu persen maka akan meningkatkan
indeks JII sebesar 2.380 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa
variabel jumlah uang beredar (M2) dapat digunakan untuk
memprediksi nilai Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang.
Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh jumlah
uang beredar (M2) terhadap nilai Jakarta Islamic Index.
3. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap
nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila inflasi naik sebesar satu
persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 1.7142 persen.
Hal ini membawa implikasi bahwa variabel tingkat inflasi dapat
digunakan untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index dalam
jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat
pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai Jakarta Islamic Index.
4. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto
(PDB) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila PDB
naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII
sebesar 1.5269 persen. Dan dalam jangka pendek juga terdapat
pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap nilai Jakarta
Islamic Index, dimana apabila PDB naik sebesar satu persen maka
akan meningkatkan indeks JII sebesar 0.130313 persen. Hal ini
membawa implikasi bahwa variabel tingkat PDB dapat digunakan
untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
B. Implikasi dan Saran
Beberapa implikasi dan saran yang ditujukan bagi para pelaku pasar
dalam menjalankan kegiatan investasi syariah di pasar modal serta saran bagi
para peneliti dan akademisi dengan maksud untuk dapat meningkatkan
penelitian di bidang investasi syariah adalah:
1. Bagi para investor, dalam jangka panjang secara keseluruhan
variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap
USD, jumlah uang beredar, tingkat inflasi dan produk domestik
bruto dapat digunakan sebagai indikator dalam melakukan analisis
fundamental untuk memprediksi pergerakan harga saham syariah
yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index.
Dalam jangka pendek variabel PDB juga dapat digunakan sebagai
indikator
dalam
melakukan
analisis
fundamental
untuk
memprediksi pergerakan harga saham syariah yang terdaftar dalam
JII.
2. Bagi peneliti berikutnya agar periode penelitian dapat diperpanjang
serta menggunakan variabel pengujian yang lebih banyak,
sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
Daftar Pustaka
Al Quran Al Karim
Bank Indonesia, Indikator Ekonomi Makro 2003-2009.
.
Bursa Efek Indonesia, JSX Statistic Report 2003-2009.
Chapra, M. Umer. ”Sistem Moneter Islam”. Gema Insani Press: Jakarta. 2006
Edwin Nasution, Mustafa dkk. “Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam”. Kencana:
Jakarta. 2007
Estu Nurpramana, Dwitya. Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Imbal Hasil
Saham-Saham Jakarta Islamic Index, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli –
September 2006.
Gujarati, D, N. “Basic Econometric” edisi 4. McGraw Hill, Inc. Erlangga: Jakarta.
2006
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah: Jakarta. 2009
Hamja, Yahya, Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hamja, Yahya, Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution, dkk. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan
Teoritis”, Kencana Presada Media Group: Jakarta. 2008
Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah”
edisi revisi. Kencana Persada Media Group: Jakarta. 2008
Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi
ketiga. Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta: 1998
Insukindro. Modul Pelatihan Ekonometrika. Universitas Gadjah Mada: 2003
Jatiningsih, Oksiana, Musdholifah. “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi
Manajemen. 2007
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam”. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
2008
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro”. IIIt
Indonesia: Jakarta. 2008
Khalwaty, Tajul. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pusaka Utama: Jakarta.
2000
Komariyah, Oom. Analisis Pengukuran Risiko Harga Saham Syariah Dengan
Pendekatan Model Variance Covariance dan Historical Simulation, Jurnal
Eksis. 2006
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana
meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga: Jakarta. 2003
Maghayereh, Aktham. Causal Relation among Stock Prices and Macroeconomic
Variabels in the Small, Open Economy of Jordan, SSRN. 2004
Maharani, Reni. Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham
Syariah Jakarta Islamic Index, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli –
September 2006.
Mankiw, N. Gregory. “Principle of Economics” edisi 3, Thomson, Edisi
Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2002
Mankiw, N. Gregory. “Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi
Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2003
Mochamad Aziz, Roikhan. “Jejak Islam yang Hilang”. Sinlammim. Jakarta. 2007
Mochamad Aziz, Roikhan. “Sinlammim Kode Tuhan”. Esa Alam: Jakarta. 2008
Nachorawi, D. Nachorawi. Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Lembaga Penerbit FE UI: Jakarta. 2006
Nopirin. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”, edisi pertama. BPFE:
Yogyakarta. 2001
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta: Ciputat.
2009.
Rodoni, Ahmad. “Analisis Tehnikal dan Analisis Fundamental Pada Pasar
Modal”. Center for Social Economics Studies (CSES) Press: Jakarta. 2005
Sholahuddin, Muhammad, Lukman Hakim. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan
Syariah Kontemporer”. Muhammadiyah University Press: Surakarta. 2008
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Ekonomi Makro. PT. Grafindo Persada:
Jakarta. 2004
Tandelilin, Eduardus. “Portfolio dan Investasi”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis:
Yogyakarta. 2001
Todaro, Michalle P, Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi, Edisi 9. Erlangga:
Jakarta. 2006
Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”. Ekonisia FE UII: Yogyakarta. 2007
Zubaidah, Siti. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs
Terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan yang Terdaftar Di
Jakarta Islamic Index. 2005
Lampiran 1
Tabel
Data Variabel Penelitian
Obs
2003.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2003.12
2004.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2004.12
2005.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kurs
8876
8905
8908
8675
8279
8285
8505
8535
8389
8495
8537
8465
8441
8447
8587
8661
9210
9415
9168
9328
9170
9090
9018
9290
9165
9260
9480
9570
9495
9713
9819
10240
10310
10090
10035
M2
873683
881215
877776
882808
893029
894213
901711
905498
911224
926325
944647
955692
947277
935745
935247
930831
952961
975166
975091
980223
986806
995935
1000338
1033527
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
INF
8.68
7.60
7.17
7.62
7.15
6.98
6.27
6.51
6.33
6.48
5.53
5.16
4.82
4.6
5.11
5.92
6.47
6.83
7.2
6.67
6.27
6.22
6.18
6.4
7.32
7.15
8.81
8.12
7.4
7.42
7.84
8.33
9.06
17.89
18.38
PDB
380341
384151
387962
390056
392150
394245
397733
401222
404711
400688
396665
392642
395958
399274
402591
405666
408741
411816
416009
420202
424393
422271
420149
418026
421018
424010
427003
430039
433075
436110
440237
444364
448493
445346
442199
JII
62347
64143
63703
72957
81065
81375
80417
83148
92860
102573
102845
118952
126355
128253
124748
130482
121325
123329
126869
125371
133894
141252
162948
164029
174187
171834
169334
161002
178201
187884
198242
178261
183731
181422
188836
2005.12
2006.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2006.12
2007.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2007.12
2008.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2008.12
2009.1
2
3
4
9830
9395
9230
9075
8775
9220
9300
9070
9100
9235
9110
9165
9020
9090
9160
9118
9083
8828
9054
9186
9410
9137
9103
9376
9419
9291
9051
9217
9234
9318
9225
9118
9153
9378
10995
12151
10950
11355
11980
11575
10713
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
1472952
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1588962
1596090
1586795
1608874
1636383
1699480
1679020
1675431
1768250
1802932
1841163
1883851
1874145
1900208
1916752
1912623
17.11
17.03
17.92
15.74
15.4
15.6
15.53
15.15
14.9
14.55
6.29
5.27
6.6
6.26
6.3
6.52
6.29
6.01
5.77
6.06
6.51
6.95
6.88
6.71
6.59
7.36
7.4
8.17
8.96
10.38
11.03
11.9
11.85
12.14
11.77
11.68
11.06
9.17
8.6
7.92
7.31
439051
442201
445351
448501
451592
454683
457775
463533
469291
475049
472025
469001
465977
469162
472347
475533
466344
457195
448025
467406
486787
506168
501901
497634
493365
497309
501253
505198
509855
514512
519170
525646
532122
538599
532182
525765
519349
522255
525161
528066
532165
199749
215357
218261
233821
260193
237238
233272
239301
251352
263497
268992
295497
311281
296958
294062
315245
344963
245580
356853
388630
368153
399747
463055
483964
493014
476969
508945
448424
428093
441664
430291
387806
356095
286391
193683
195691
216189
213634
214121
236786
279869
5
6
7
8
9
10
11
2009.12
10340
10225
9920
10060
9681
9545
9480
9400
1927070
1977533
1963180
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
6.04
3.65
2.71
2.75
2.83
2.57
2.41
2.78
536264
540364
547244
554124
561003
556516
552029
547543
307138
321457
385216
380655
401528
383665
397893
417182
Lampiran 2
Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level
Null Hypothesis: LNJII has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.888230
-3.511262
-2.896779
-2.585626
0.3363
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.009398
0.012004
Lampiran 3
Uji Stasioneritas LNJII 1’st difference
Null Hypothesis: D(LNJII) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-8.546684
-3.512290
-2.897223
-2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.009910
0.011904
Lampiran 4
Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level
Null Hypothesis: LNKURS has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.225343
-3.511262
-2.896779
-2.585626
0.1991
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001043
0.001307
Lampiran 5
Uji Stasioneritas LNKURS 1’st Difference
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.528366
-3.512290
-2.897223
-2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001080
0.000949
Lampiran 6
Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level
Null Hypothesis: LNM2 has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
1.617294
-3.511262
-2.896779
-2.585626
0.9995
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000224
0.000146
Lampiran 7
Uji Stasioneritas LNM2 1’st Difference
Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.725288
-3.512290
-2.897223
-2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000229
0.000191
Lampiran 8
Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level
Null Hypothesis: LNINF has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.415470
-3.511262
-2.896779
-2.585626
0.5710
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024409
0.039151
Lampiran 9
Uji Stasioneritas LNINF 1’st Difference
Null Hypothesis: D(LNINF) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-6.774664
-3.512290
-2.897223
-2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.022965
0.023019
Lampiran 10
Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level
Null Hypothesis: LNPDB has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.258919
-3.511262
-2.896779
-2.585626
0.0201
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.118668
0.079949
Lampiran 11
Uji Stasineritas LNPDB 1’st Difference
Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-17.11301
-3.512290
-2.897223
-2.585861
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.110987
0.061218
Lampiran 12
Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: None
Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.331104
-2.593121
-1.944762
-1.614204
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024671
0.024113
Lampiran 13
Uji Lagrange Multiple Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
2.712758
Prob. F(2,71)
0.0732
Obs*R-squared
5.892245
Prob. Chi-Square(2)
0.0525
Lampiran 15
Uji White Heteroskedasticity
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
1.852626
Prob. F(49,33)
0.0320
Obs*R-squared
60.87179
Prob. Chi-Square(49)
0.1189
Scaled explained SS
242.2688
Prob. Chi-Square(49)
0.0000
Lampiran 16
Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic
2.593573
Probability
0.111674
Log likelihood ratio
2.937229
Probability
0.086559
Lampiran 17
Hasil Regresi Error Correction Model
Dependent Variable: D(LNJII)
Method: Least Squares
Date: 11/05/10 Time: 11:36
Sample (adjusted): 2003M02 2009M12
Included observations: 83 after adjustments
Variable
Coefficient
C
D(LNKURS)
D(LNM2)
D(LNINF)
D(LNPDB)
LNKURS(-1)
LNM2(-1)
LNINF(-1)
LNPDB(-1)
ECT
-2.440266
-0.687146
0.580448
0.040312
0.130313
0.930888
-0.225998
0.116944
0.086278
0.163735
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.390954
0.315866
0.082470
0.496495
94.66757
5.206612
0.000019
Std. Error
t-Statistic
1.306429 -1.867890
0.360579 -1.905673
0.630315 0.920885
0.070642 0.570649
0.048237 2.701496
0.266762 3.489582
0.063844 -3.539849
0.054366 2.151036
0.036414 2.369367
0.050748 3.226443
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.0658
0.0606
0.3601
0.5700
0.0086
0.0008
0.0007
0.0348
0.0205
0.0019
0.022901
0.099707
-2.040182
-1.748756
-1.923104
2.411765
Download