Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas

advertisement
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas
Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan
Maria Tuntun, Misbahul Huda
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang
Abstrak
Sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan dari kerak bumi setelah mengalami pemanasan geotermal.
Sumber air panas merupakan media pertumbuhan yang cocok bagi bakteri termofilik. Bakteri termofilik
merupakan kelompok bakteri yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang bersuhu tinggi, yaitu dengan
suhu berkisar 45°- 90°C. Habitat alami bakteri termofilik tersebar luas di seluruh permukaan bumi, diantaranya
pada sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi atau daerah vulkanik (Labeda, 1990 dalam Martharina,
2010). Tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya bakteri termofilik serta melakukan isolasi dan identifikasi
karakteristik bakteri termofilik yang berasal dari sumber air panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan.
Metode penelitian ini adalah eksploratif. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap, tahap pertama menumbuhkan
bakteri pada media yang sesuai, tahap kedua melakukan isolasi dan tahap ketiga melakukan identifikasi untuk
mengetahui karakteristik bakteri termofilik meliputi morfologi secara mikroskopi, morfologi koloni dan sifatsifat biokimia. Hasil penelitian diperoleh 7 isolat bakteri termofilik, masuk kedalam genus Bacillus berdasarkan
karakteristik fenotipik. Sehingga perlu dilakukan identifikasi secara taksonomi numerik atau taksonomi genetik
untuk mengetahui kesamaan genus atau spesies bakteri.
Kata kunci: sumber air panas, bakteri termofilik
Isolation and identification of thermophilic bacteria from Hot Springs
Way Panas Bumi Natar, South Lampung
Abstract
Hot springs are springs produced from the earth's crust after a geothermal heating. Source of hot water is a
suitable medium for the growth of thermophilic bacteria. Thermophilic bacteria are a group of bacteria that adapt
to the environmental conditions of high temperature, ie a temperature range of 45 ° - 90 ° C. The natural habitat
of thermophilic bacteria spread throughout the surface of the earth, including the sources of hot water, volcanic
craters or volcanic areas (Labeda, 1990 in Martharina, 2010). The purpose of research is to know the existence of
thermophilic bacteria and isolation and identification of the characteristics of thermophilic bacteria from hot
springs Way Panas Bumi Natar South Lampung. The method of this study is exploratory. The study was
conducted with three stages, the first stage of growing the bacteria on a suitable medium, the second phase of the
third stage of isolation and identification to determine the characteristics of thermophilic bacteria include
microscopy morphology, colony morphology and biochemical tes. The results were obtained 7 isolates of
thermophilic bacteria, into the genus Bacillus based on phenotypic characteristics. So it is necessary to identify
taxonomically numerical or genetic taxonomy to determine the similarity of the genus or species of bacteria.
Keywords: hot springs, thermophilic bacteria
Korespondensi: Maria Tuntun S, S.Pd.,M.Biomed, Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Tanjungkarang, Jalan Soekarno-Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung, mobile 085279583168, e-mail
[email protected]
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
297
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan
Pendahuluan
Sumber air panas atau mata air panas
adalah mata air yang dihasilkan akibat
keluarnya air tanah dari kerak bumi setelah
mengalami pemanasan geotermal. Indonesia
adalah salah satu kawasan tektonik yang paling
aktif di dunia dengan lebih dari 70 gunung
merapi yang masih aktif, dan memiliki banyak
daerah geotermal (Ahmaloka, 2006).
Sumber air panas merupakan media
pertumbuhan yang cocok bagi bakteri
termofilik. Bakteri termofilik merupakan
kelompok bakteri yang beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang bersuhu tinggi, yaitu
dengan suhu berkisar 45°- 90°C. Habitat alami
bakteri termofilik tersebar luas di seluruh
permukaan bumi, diantaranya pada sumbersumber air panas, kawah gunung berapi atau
daerah vulkanik (Labeda, 1990 dalam
Martharina, 2010).
Salah satu sumber air panas yang terdapat
di provinsi Lampung adalah Way Panas Bumi,
yang terletak di kecamatan Natar kabupaten
Lampung Selatan. Way Panas Bumi merupakan
tempat pemandian air panas, yang mempunyai
suhu antara 45° – 60°C.
Penelitian terhadap bakteri termofilik yang
terdapat pada sumber air panas telah banyak
dilakukan, diantaranya Muharni (2010) telah
menemukan bakteri Bacillus sp dari air panas
Danau Ranau Sumatera Selatan. Kurniawan
(2011) telah menemukan bakteri Bacillus sp
dari sumber air panas Semurup Kabupaten
Kerinci, Jambi. Asnawi (2006) telah berhasil
mengisolasi beberapa genus bakteri termofilik
dari air panas Pacet, Jawa Timur, yaitu Bacillus
sp, Thermus sp, Acetogenium sp, Pseudomonas
sp. Irena (2010) telah berhasil mengisolasi
bakteri termofilik penghasil enzim protease dari
air panas Tangkuban Perahu, sedangkan
Pakpahan (2009) telah berhasil mengisolasi
bakteri termofilik penghasil enzim protease dari
air panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera
Utara. Dewi (2008) telah berhasil mengisolasi
bakteri termofilik penghasil enzim kitinase dari
sumber air panas Tinggi Raja, Simalungun,
Sumatera Utara.
Keunggulan bakteri termofilik yaitu dapat
menghasilkan enzim yang tahan pada suhu
tinggi/ enzim termostabil. Enzim-enzim
tersebut mampu bertahan dan aktif pada
temperatur yang tinggi. Sifat seperti ini sangat
dibutuhkan oleh industri-industri berbasis
enzim. Penggunaan enzim yang mampu
bertahan pada suhu tinggi dalam bidang
bioteknologi dapat menurunkan biaya operasi
298
dan meningkatkan kecepatan reaksi, seperti
penggunaan enzim dari bakteri Thermus
aquaticus pada proses PCR (Irena, 2010).
Pada saat ini bakteri termofilik dipelajari
dan diteliti secara intensif karena alasan
pengembangan penelitian dasar dan aplikasi
bioteknologi. Bakteri termofilik berpotensi
menghasilkan enzim yang tahan
panas/
termostabil dan dapat digunakan pada industri,
proses pengolahan limbah maupun pelapukan
mineral (Brock 1986).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
bakteri termofilik yang telah dilakukan pada
sumber-sumber air panas di beberapa daerah
Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian
terhadap bakteri termofilik pada sumber air
panas Way Panas Bumi Natar Lampung
Selatan, karena sumber air panas ini memenuhi
kriteria sebagai tempat pertumbuhan bakteri
termofilik, yaitu mempunyai suhu sekitar 40° –
60°C, dan pH sekitar 7. Pendekatan ini
merupakan langkah untuk mengungkap
biodiversitas komunitas bakteri termofilik di
Indonesia.
Penelitian terhadap bakteri termofilik
dilakukan dengan cara mengeksplorasi adanya
bakteri tersebut pada sumber air panas Way
Panas Bumi Natar Lampung Selatan, yaitu
dengan cara menumbuhkan bakteri pada media
yang
sesuai,
lalu
mengisolasi
dan
mengidentifikasi karakteristik bakteri termofilik
dengan
melihat
sifat-sifatnya
secara
mikroskopis, makroskopis, biokimia dan
fermentasi gula-gula.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
eksploratif yang dilakukan dengan 3 tahap,
yaitu tahap pertama menumbuhkan bakteri pada
media yang sesuai, tahap kedua melakukan
isolasi dan tahap ketiga melakukan identifikasi
untuk
mengetahui
karakteristik
bakteri
termofilik
meliputi
morfologi
secara
mikroskopi, morfologi koloni dan sifat-sifat
biokimia.
Subjek penelitian adalah seluruh air panas
pada sumber air panas Way Panas Bumi Natar
Lampung Selatan, yang diambil dari 5 sumber
air panas Way Panas Bumi Natar Lampung
Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada
sumber air panas dengan menggunakan botol
gelas steril sebanyak 100 ml dari masingmasing sumber air panas. Pemeriksaan
dilakukan di laboratorium Bakteriologi Jurusan
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar
Tanjungkarang, pada bulan Juli - September
2013.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah botol sampel, autoclaf, hot plate,
laminar air flow, jarum ose, inkubator, freezer,
termometer, petridish, batang gelas bengkok,
lampu spiritus, pipet ukur 1 ml, 2 ml, 5 ml dan
10 ml, beker glass, pipet tetes, erlenmeyer,
tabung reaksi panjang, tabung reaksi pendek,
objek glass, rak pewarnaan, mikroskop.
Bahan-bahan yang dipakai, meliputi kapas,
alkohol 70%, spiritus, minyak anisol, kertas
lensa, spidol permanent, aquades, aluminium
foil, benang kasur, tissue, sarung tangan,
masker, korek api, kertas pH, NaCl 0,8%,
Gram A, B, C, D, reagen kovac (tes indol),
reagen VP 1, Vp 2, reagen MR, malachite
green, larutan safranin.
PCA (Plate Count Agar), BAP, MC agar,
SS agar, Endo agar, EMB agar, gula-gula
(glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan
sukrosa), media TSIA, media SIM, media SC,
media MR-VP.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi
pengambilan sampel air panas, melakukan
isolasi bakteri termofilik, dan melakukan
identifikasi
bakteri
termofilik.
Dalam
mengidentifikasi bakteri termofilik dilakukan
secara makroskopis, secara mikroskopis,
dengan uji biokimia dan gula-gula dan uji
kimia.
Pengambilan sampel air panas dilakukan
dengan menggunakan botol sampel yang steril
sebanyak 100 ml dari masing-masing sumber
air panas kemudian dimasukan dalam thermos
untuk menjaga suhunya tetap panas.
Tahapan isolasi bertujuan memperoleh
bakteri dalam koloni tunggal dari campuran
populasi bakteri termofilik yang berasal dari
sumber air panas Way Panas Bumi. Isolasi
bakteri termofilik menurut Irena (2010), yaitu
dengan menginkubasi sampel pada suhu 50°C
selama 48 jam. Sampel air panas diinokulasi
pada media PCA (Plate Count Agar) dengan
metode cawan tuang untuk menumbuhkan
bakteri termofilik, inkubasi pada suhu 50°C
selama 48 jam. Koloni bakteri yang tumbuh,
diisolasi dan dikultur kembali dengan media
PCA untuk mendapatkan koloni tunggal, lalu
dilanjutkan
identifikasi
bakteri
untuk
mengetahui karakteristik dari masing-masing
koloni bakteri tersebut. Stok bakteri (koloni
tunggal) ditumbuhkan pada media agar miring
PCA dan diinkubasi pada suhu 50°C selama 48
jam, setelah tumbuh, disimpan pada suhu ruang.
Koloni bakteri yang tumbuh diidentifikasi
secara makroskopis atau visual, yaitu
mengamati ukuran, bentuk, warna, permukaan,
dan sifat koloni, lalu dilanjutkan identifikasi
bakteri secara mikroskopis, yaitu mengamati
bentuk, warna, sifat pengecatan dan susunan
bakteri dengan melakukan pengecatan Gram.
Identifikasi bakteri secara biokimia dilakukan
dengan mengamati sifat-sifat bakteri termofilik
dengan menggunakan media gula-gula, media
biokimia dan uji kimia. Media gula-gula yang
dipakai: glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan
sukrosa, dan media biokimia yang digunakan:
TSIA, SIM, SC, MR-VP, serta tes kimia yang
meliputi tes indol, tes MR, tes VP.
Hasil
Dalam penelitian ini diperoleh 7 isolat
bakteri termofilik yang berasal dari 5 sumber
air panas Way Panas Bumi Natar Lampung
Selatan. Isolat-isolat bakteri termofilik ini
diidentifikasi secara mikroskopis dengan
pewarnaan gram dan pewarnaan spora, dan
dilakukan penilaian secara makroskopis
terhadap koloni bakteri yang tumbuh pada
media padat (media PCA). Hasilnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 1. Karakteristik morfologi bakteri termofilik secara mikroskopis
(pewarnaan Gram dan pewarnaan spora)
S1a
Morfologi bakteri secara mikroskopis (pewarnaan Gram)
Bentuk
Gram
Warna
Susunan
bakteri
Basil panjang
negatif
merah
Menyebar, berantai
Tidak ada spora
S1b
Basil panjang
positif
ungu
menyebar
Ada spora
S2a
Basil pendek
negatif
merah
Menyebar, berantai
Tidak ada spora
S2b
Basil pendek
negatif
merah
menyebar
Tidak ada spora
S3
Basil panjang
positif
ungu
menyebar
Ada spora
S4
Basil pendek
negatif
merah
menyebar
Tidak ada spora
S5
Basil pendek
negatif
merah
menyebar
Tidak ada spora
Kode
Isolat
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Pewarnaan
Spora
299
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan
Keterangan tabel 1:
Isolat S1a dan S1b berasal dari air panas
sumber S1, isolat S2a dan S2b berasal dari air
panas sumber S2, isolat S3 berasal dari air
panas sumber S3, isolat S4 berasal dari air
panas sumber S4 dan isolat S5 berasal dari air
panas sumber S5.
Pengamatan secara mikroskopis dengan
pewarnaan gram dan spora didapatkan bahwa
isolat bakteri termofilik dalam penelitian ini ada
yang mempunyai spora (isolat S1b dan S3) dan
tidak berspora (isolat S1a, S2a, S2b, S4 dan
S5). Isolat bakteri termofilik S1b dan S3
bersifat Gram positif (berwarna ungu), dan
isolat S1a, S2a, S2b, S4 dan S5 bersifat Gram
negatif (berwarna merah). Perbedaan warna
Gram menunjukkan perbedaan struktur dinding
sel bakteri. Bakteri Gram negatif yaitu bakteri
yang mempunyai dinding sel dengan
kandungan lipid yang tinggi. Lipid larut oleh
aseton alkohol sehingga kompleks warna kristal
violet pada dinding sel tidak dapat
dipertahankan dan bakteri mengikat warna
safranin yang berwarna merah. Pada bakteri
Gram positif, dinding selnya terdiri dari
peptidoglikan yang tidak larut oleh asam
alkohol. Warna zat kristal violet yang terikat
oleh dinding sel bakteri akan tetap
dipertahankan, sehingga bakteri Gram positif
berwarna ungu (Lay, 1994)
A
B
Gambar 2.
Isolat bakteri termofilik secara mikroskopis
dengan pewarnaan Gram, terlihat bentuk basil,
Gram positif berwarna ungu (gambar A), dan
Gram negatif berwarna merah (gambar B).
Pengamatan secara makroskopis terhadap
koloni bakteri pada media padat meliputi
bentuk, warna, tepi, elevasi (permukaan
koloni). Terdapat perbedaan bentuk koloni dari
masing-masing isolat bakteri termofilik seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Karakteristik morfologi bakteri termofilik secara makroskopis pada
media PCA
Morfologi koloni pada media PCA
Kode
Isolat
Bentuk koloni
Warna
Tepi
Elevasi
S1a
Bulat, kecil-besar
Abu-abu
Ireguler
pipih
S1b
Bulat, kecil-sedang
Abu-abu
rata
cembung
S2a
Bulat, kecil-kecil
Putih Abu-abu
Ireguler
cembung
S2b
Bulat, kecil-besar
Abu-abu
Ireguler
cembung
S3
Bulat, kecil-sedang
Abu-abu
Bergelombang
cembung
S4
Bulat, kecil-sedang
Kuning
rata
cembung
S5
Bulat, sedang-besar
Kuning muda
Ireguer
cembung
Untuk identifikasi sifat-sifat bakteri
termofilik dilakukan uji biokimia dan gula-gula,
hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Sifat-sifat bakteri termofilik pada uji biokimia dan gula-gula
300
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar
SC
Isolat
S1a
m/k, g (-)
, H2S (-)
-
Isolat
S1b
k/k, g (-),
H2S (-)
-
Isolat
S2a
k/k, g (-)
, H2S (-)
-
Isolat
S2b
m/k, g (-)
, H2S (-)
-
m/m, g (-)
, H2S (-)
-
Isolat
S4
k/k, g (-)
, H2S (-)
-
SIM
-/-/+
-/-/-
-/-/-
-/-/-
-/+/+
-/-/-
-/-/-
Glukosa
+, g (+)
+, g (+)
+, g (+)
-, g (+)
-, g (+)
+, g (+)
-, g (+)
Laktosa
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
Maltosa
+, g (-)
+, g (-)
+, g (-)
+, g (-)
+, g (-)
+, g (-)
-, g (-)
Manitol
+, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
-, g (-)
Sukrosa
+, g (+)
-, g (-)
-, g (-)
+, g (+)
-, g (-)
+, g (+)
-, g (-)
MRVP
-
-
-
-
-
-
-
Nama uji
TSIA
Isolat S3
Isolat S5
m/k, g (-),
H2S (-)
+
Keterangan:
- : negatif, + : positif, g : gas, m/k : merah/ kuning, TSIA: Triple Sugar Iron Agar, SC: Simmon Citrat,
SIM: Sulfur Indol Motility, MR: Methyl Red, VP: Voges Proskouer
Isolat bakteri termofilik diidentifikasi
dengan menginokulasikannya pada media
diferensial, media selektif dan media diperkaya
(enrichment media) untuk melihat sifatsifatnya. Media yang digunakan antara lain:
BAP (Blood Agar Plate), SS (Salmonella
shigella) agar, Endo agar, MC (Mac Concey)
agar, dan EMB (Eosin Methylen Blue) agar.
Sifat-sifat bakteri termofilik dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4. Pertumbuhan bakteri pada media agar enrichment, selektif dan diferensial
Kode
Isolat
BAP
SS Agar
Endo Agar
EMB Agar
MC agar
S1a
Koloni kecil, abu-abu
α hemolisis
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Koloni kecil,
merah muda
Tidak
tumbuh
S1b
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
S2a
Koloni kecil-sedang,
abu-abu
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
S2b
Koloni kecil-sedang,
abu-abu, α hemolisis
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
Koloni kecil, abu-abu
α hemolisis
Koloni sedang-besar,
abu-abu tua, α
hemolisis
Koloni sedang,
kehitam-hitaman, α
hemolisis
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Tidak tumbuh
Tidak
tumbuh
Tidak
tumbuh
Koloni kecil,
hijau metalik
Koloni kecil,
merah muda
Tidak
tumbuh
S3
S4
S5
Keterangan
BAP : blood agar plate, SS agar: salmonella shigella agar, EMB agar: eosin methylene blue agar, MC
agar: mac concey agar
Pembahasan
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
301
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan
Sampel air panas dalam penelitian ini
diambil dari 5 sumber air panas yang
mempunyai suhu yang berkisar antara 450 600C, dengan pH 7. Pada penelitian ini suhu
inkubasi yang digunakan adalah 500C, hal ini
sesuai dengan penelitian Irena (2010), yaitu
menggunakan suhu 500C untuk bakteri
termofilik yang berasal dari sumber air panas
Sipoholon dan Tangkuban Perahu dengan suhu
berkisar 450 - 700C.
Isolasi bakteri termofilik dari sumber air
panas Way Panas Bumi Natar menggunakan
media PCA (Plate Count Agar) yang memenuhi
unsur-unsur yang dibutuhkan bakteri untuk
tumbuh dan berkembang biak, dan diinkubasi
pada suhu 500C. Isolat bakteri termofilik yang
tumbuh pada media PCA dimurnikan untuk
mendapatkan isolat tunggal, dengan cara
menginokulasikan kembali pada media PCA
yang baru. Isolat tunggal/isolat murni diuji
secara biokimia, gula-gula dan diinokulasi pada
media diferensial, selektif dan media diperkaya
untuk
melihat
karakteristiknya.
Dalam
penelitian ini didapatkan 7 isolat bakteri
termofilik (isolat S1a, S1b, S2a, S2b, S3, S4
dan S5).
Identifikasi dilakukan untuk melihat sifatsifat bakteri termofilik, seperti pada uji TSIA
didapatkan satu isolat (S3) yang tidak dapat
memfermentasikan ke tiga jenis gula (glukosa,
laktosa dan sukrosa), sedangkan isolat lainnya
memperlihatkan slant dan butt yang berwarna
merah atau kuning. Hal ini menunjukkan
kemampuan bakteri dalam memfermentasikan
karbohidrat dalam media TSIA tersebut.
Hasil uji SC (Simon Citrat) menunjukkan
hanya satu isolat (S5) yang menggunakan citrat
sebagai sumber karbon untuk energi, yaitu
ditandai dengan perubahan warna media SC
dari hijau menjadi biru karena penghilangan
asam dan peningkatan pH pada media.
Sedangkan 6 isolat lainnya menunjukkan hasil
negatif.
Seluruh isolat bakteri termofilik tidak
memproduksi sulfur (gas H2S) pada uji SIM,
tetapi ada 2 isolat (isolat S1a dan S3) yang
mempunyai motilitas dan
1 (isolat S3) yang
memproduksi indol.
Pada uji gula-gula (glukosa, laktosa,
manitol, maltosa dan sukrosa), didapatkan
beberapa isolat bakteri termofilik mampu
memfermentasikan karbohidrat yang ditandai
dengan berubahnya media dari biru menjadi
berwarna kuning
Pada uji Voges Proskauer semua isolat
bakteri
termofilik
tidak
dapat
memfermentasikan butanadiol atau uji VP
302
negatif, demikian juga dengan uji Metil Red
didapatkan hasil negatif.
Semua isolat bakteri termofilik dalam
penelitian ini tidak ada yang tumbuh pada
media SS agar dan MC agar, hal ini disebabkan
pada media SS agar dan MC agar termasuk
media selektif, yang hanya dapat ditumbuhi
oleh bakteri golongan enterik. Pada media endo
agar terdapat pertumbuhan dari dua isolat
bakteri termofilik ini, namun terlihat tidak
subur. Demikian juga pada media EMB agar,
walapun ada pertumbuhan bakteri, namun tidak
menunjukkan koloni yang subur. Media BAP
yang diperkaya oleh darah menjadi media yang
ditumbuhi oleh semua isolat bakteri termofilik
dan terjadi hemolisis parsial, hal ini sesuai
dengan penjelasan dalam Bergey Manual of
Systematic Bacteriology Second Edition Volume
Three bahwa bakteri termofilik mampu
menghemolisis darah yang ada dalam media
tersebut.
Identifikasi dalam penelitian ini dilakukan
secara fenotifik, yaitu berdasarkan Bergey
Manual of Systematic Bacteriology Second
Edition Volume Three dengan melihat data-data
hasil karakterisasi isolat bakteri termofilik
secara mikroskopis, makroskopis dan sifat-sifat
biokimia maka disimpulkan ke tujuh isolat
bakteri termofilik ini termasuk kedalam genus
Bacillus. Untuk kepastian hasil yang lebih baik
dalam mengidentifikasi perlu dilakukan secara
molekuler atau taksonomi numerik.
Bakteri termofilik genus Bacillus juga
didapatkan dari penelitian Kurniawan (2011)
dari sumber air panas Semurup Kabupaten
Kerinci Jambi, yang mempunyai suhu 600 –
800C dengan pH 7. Selain itu Muharni (2010)
juga mendapatkan bakteri termofilik genus
Bacillus dalam sampel air panas Danau Ranau
Sumatera Selatan yang bersuhu 37,30 – 63,70C.
Morfologi bakteri genus Bacillus secara
mikroskopis bentuknya basil/ batang tunggal
atau berpasangan atau menyusun seperti
filamen, diameter sel berkisar 0,4-1,8
mikronmeter
dan panjang dari 0,9-10,0
mikronmeter, ada yang Gram positif dan ada
yang Gram negatif. Motil dan non motil.
Beberapa spesies Bacillus dapat menghasilkan
spora jika dikultur pada media dengan unsur
hara yang sesuai, dan jika tidak maka sporulasi
tidak akan terbentuk. Dapat atau tidak
memfermentasi karbohidrat seperti glukosa,
laktosa, maltosa, mannitol atau sukrosa.
Menurut Aono, et al (1993) asam teicoat
pada dinding sel Bacillus menyebabkan bakteri
ini tidak dapat tumbuh pada media dengan pH
yang tinggi. Bacillus mudah tumbuh pada
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar
media rutin atau media diperkaya dengan
karakteristik yang bervariasi mulai dari bentuk
koloni besar, melingkar tidak teratur dengan
tepi berombak, keriput atau bergelombang dan
tekstur koloni yang halus dan kadang-kadang
lembab, berlendir atau ada yang mengkilap.
Warna koloni mulai dari abu-abu, putih, atau
krem. Beberapa spesies Bacillus dapat
menghasilkan pigmentasi seperti pigmen
kuning, merah muda, coklat, hitam atau orange.
Pada media agar darah dapat terjadi hemolisis
parsial atau lengkap (Paul, 2009).
Kemampuan bakteri termofilik dalam
menghemolisis darah secara parsial pada media
BAP ditunjukkan oleh isolat S1a, S2b, S3, S4
dan S5 menghasilkan α hemolisis.
Beberapa spesies Bacillus yang merupakan
bakteri termofilik seperti, Bacillus coagulans,
Bacillus fumarioli, Bacillus infernus, Bacillus
methanolicus, Bacillus okuhidensis, Bacillus
smithii, Bacillus thermoamylovorans dan
Bacillus tusciae , memiliki suhu pertumbuhan
mulai dari 40 ° hingga 55 ° C. Bacillus aeolius,
Bacillus fumarioli,Bacillus infernus, Bacillus
methanolicus, Bacillus schlegelii, Bacillus
thermoamylovorans, Bacillus thermocloacae,
dan Bacillus tusciae dapat tumbuh pada suhu
55° - 75°C. Bakteri termofilik ini tumbuh pada
suhu optimum 50°C dengan pH 7.
Hasil penelitian yang berupa isolat bakteri
termofilik genus Bacillus ini perlu dilanjutkan
penelitiannya
untuk
mengetahui
kemampuannya dalam memproduksi enzim
yang berguna dalam dunia industri. Enzim yang
berasal dari bakteri berupa protein dan tidak
bersifat toksik, dan dapat mengalami denaturasi
secara alami, sehingga tidak menimbulkan
bahaya apapun bagi lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Agustini, Rudiana. 2006. Pemanfaatan
Protease Termofil yang Hidup di Sumber
Air Panas Cangar Batu Malang. Indo. J.
Chem., 2006, 6 (2), 205 – 211.
2. Ahmaloka, A. Suharto, S, Nurbaiti , I N.
Tika dan F.M. Warganegara, 2006.
Ribotyping Identification of Thermophilic
Bacterium from Papandayan Crater.
Proceeding of ITB Engineering Science.
Vol. 38 B(1):1-10.
3. Asnawi,
Abdul
Hafid.
2006.
Keanekaragaman bakteri termofilik yang
terdapat dalam sumber air panas di Taman
Wisata Padusan Pacet, Kabupaten
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Mojokerto Jawa Timur Pacet, Kabupaten
Mojokerto
Jawa
Timur.
Skripsi.
Universitas Negeri Malang.
4. Cappuccino, J.G., Sherman N. 1986.
Microbiology a Laboratory Manual. 4th ed.
Menlo Park: Addison-Wesley Publ.
Company, Inc.
5. Dewi, Iche Marina. 2008. Isolasi bakteri
dan uji aktivitas kitinase termofilik kasar
dari sumber air panas tinggi raja
simalungun sumatera utara. Tesis. Sekolah
Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara.
6. Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.
7. Farid. 2010. Penemu Way Panas Bumi,
Natar Lampung Selatan. Diunduh dari
www.http://waypanas.blogspot.com/2010/0
5/penemu-sumber-air-panas.html. Tanggal
23 Februari 2013
8. Hartiko, H. (1992). Biologi ikroorganisme
Termofilik. Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Biotek UGM
9. Indrajaya, W.FM, Ahmaloka. 2003.
Isolation and Identification of Thermophilic
Microorganism from Wayang Crater. J.
Microbiol. 8:53-56.
10. Irianto,
Koes.
2007.
Mikrobiologi,
Menguak Dunia Mikroorganisma. CV.
Yrama Widya. Bandung.
11. Pakpahan, Rosliana. 2009. Isolasi Bakteri
Dan Uji Aktivitas Protease Termofilik Dari
Sumber Air Panas Sipoholon Tapanuli
Utara Sumatera Utara. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
12. Irena, Amelinda. 2010. Isolasi Dan
Optimasi Protease Bakteri Termofilik Dari
Sumber Air Panas Tangkuban Perahu
Bandung. Skripsi. IPB. Bogor
13. Kurniawati, Dwi Heni. 2012. Seleksi,
Karakterisasi, Dan Identifikasi Isolat
BakteriTermofilik Pasca Erupsi Merapi
Sebagai Penghasil Enzim Protease.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
14. Kurniawan, Hafiz Muchti. 2011. Isolasi
dan
Optimasi
Ekstrinsik
Bakteri
Termoproteolitik Isolat Sumber Air Panas
Semurup Kabupaten Kerinci, Jambi. Tesis.
Pascasarjana Universitas Andalas. Padang
303
Maria Tuntun: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan
15. Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di
Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
16. Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J.
Parker. 1999. Biology of Microorganisms.
10th ed. New York: Prentice Hall
International.
17. Martharina, Dini. 2010.
Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat Termofilik Dari
Kawah Putih Gunung Pancar Bogor.
Skripsi.IPB. Bogor.
18. Muharni . 2010. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Penghasil Kitinase dari Sumber
Air Panas Danau Ranau Sumatera
Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Edisi
Khusus Juni 2010 (D) 0:06-09.
19. Paul De Vos, George M. Garrity, Dorothy
Jones, Noel R. Krieg, Wolfgang Ludwig,
Fred A. Rainey, et al. 2009. BERGEY’S
MANUAL OF Systematic Bacteriology
Second Edition Volume Three The
Firmicutes. University of Georgia Athens,
GA 30602-2605. USA
20. Pelczar, M.J.Jr, and E. Chan.1988. DasarDasar Mikrobiologi. Penerbit UI Press.
Jakarta.
21. Prescott. 2008. Microbiology 7th edition.
USA: McGraw-Hill Book Company.
22. Sanifitri, E.H. 2007. Amplifikasi gen
16SrRNA Bakteri Termofilik Dari Sumber
Air Panas, Gunung Pancar Bogor. Skripsi.
FMIPA IPB.
23. Utari, Indah Budi. 2011.
Identifikasi
Bakteri Termofilik Amilolitik Dari Mata Air
Panas Ciengang Dan Gunung Darajat,
Garut. Skripsi UPI. Diunduh dari
repository.upi.
edu/
skripsiview.php.
Tanggal 3 Maret 2013.
24. Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi
Dasar, Edisi 5 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
25. Zubaidah, Siti. (2000). Bakteri: Kajian
Tentang
Beberapa
Aspek
Biologis.
Universitas Negeri Malang. Malang.
304
Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret 2014
Download