“与癌共存”:思路的历程

advertisement
2017年1月25日 (星期三)
Wednesday,January 25, 2017
与癌共存
印华日报
B5/13
“与癌共存”:思路的历程
喧闹的世界,苦累的人生。十载探索,祈求命运淡定。
丹麦女士的故事
胰腺癌患者生存超过8年,故事一定很
多。丹麦的郭林女士, 一位风采依然的
退休女教师,将中国当成她的家,每年必
然回 “家”……
(故事2015)“与癌共存”让我活下来
2015年8月3日,上班后我早早赶到
4区25床。郭林一见我,就从床上
跳下
来,紧紧地拥抱我,我也紧紧拥抱她,我
们彼此对视着。她问:“你 好吗?”我
说:“非常好,你呢?”她说:“你看
好不好?”她面色红 润,透着一股“神
气”。那神态,绝对不像一个病人。
这次是她第八次来中国,同来的还有
她17岁的孙子。她说要让她的孙辈感受一
下“中国家”。
当天上午郭林接受了CT复查。下午,
我迫不及待来到放射科,CT结果 显示郭
林胰腺区仅有碘粒子残迹,未见肿瘤,
肝内有5块低密度区。我告诉 郭林这一结
果,她笑着说:“早已如此了。这不就
是‘与癌共存’吗?”
“与癌共存”是一种观念。这种观念让
身患被戏称为“癌王”的胰 腺癌患者郭
林勇敢地活下来,我感到欣慰。
癌症是什么?有位韩国学者写了一本书
《不要和癌症抗争:要跟它 做朋友》。这一
说法是否恰当?大家的看法不一定相同,但
有一点是肯定 的:癌症不是“外敌入侵”。
与细菌侵入人体,引起伤寒、败血症等感染
广州复大肿瘤医院雅加达咨询服务处
地址电话网站
Kantor Fuda di Jakarta:
Komplek Ruko Apartemen Gading Mediterania Blok RK 01A.
Jln. Boulevard Bukit Gading Raya Kelapa
Gading, Jakarta Utara,14240 Indonesia
Tlp Kantor: 021-30034221.
Fax: 021-30041014.
Hp : 081385488989.
081386600112.
Website: www.fudahospital.com
FB: FUDA Hospital indonesia
Email: [email protected]
[email protected]
KISAH SEORANG WANITA DARI DENMARK
性疾病不同,癌细胞是正常细胞发生“错
误”演变而来的。我们人体的细 胞,无时无
刻都在复制。一个变两个,两个变四个……
细胞复制的本质是 核内DNA 复制,DNA 上
布满基因,而基因是由四种碱基组合起来
的。人 体内有40万亿~60万亿个细胞,基
因有3万多个,每个基因则含有碱基对 几千
个。在DNA复制中,只要一个碱基复制错
误,或者掉了一个,或者换 了一个,则复
制的细胞就突变为异常细胞。
细胞内有两类与癌相关的基因,一类叫
癌基因,一类叫抑癌基因, 分别相当于
汽车的发动机和刹车。正常情况下,这两
类基因规规矩矩,相 互制约,共同维护细
胞的正常功能。但如果在复制中癌基因变
异,驱动细 胞加速复制,或者抑癌基因变
异,不能管制住细胞,其结果就是细胞无
限 制增殖,从而形成癌症。(十三)
Pasien kanker pankreas bertahan hidup
selama 8 tahun, banyak kisah pastinya.
Ms. Gurli, pasien kanker dari Denmark,
seorang pensiunan guru yang ingin
menjadikan Tiongkok sebagai rumahnya
dan setiap tahun ditakdirkan harus pulang
ke “rumah” nya.
“HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN
KANKER” MEMBUAT SAYA BERTAHAN
HIDUP (KISAH TAHUN 2015)
Pada tanggal 3 Agustus 2015, saya
berangkat kerja lebih awal kemudian saya
datang ke kamar 425 bangsal 4. Ms. Gurli
melihat saya, ia langsung dengan cepat turun
dari tempat tidurnya untuk memeluk saya dan
saya memeluk dia. Dia bertanya, “Ni Hao Ma?/
Apa kabar?” saya menjawab: “Wo Fei Chang
Hao, Ni Ne?/Saya sangat baik, dan anda?”
Dian menjawab, “Ni Kan Hao Bu Hao?/ Anda
lihat baik atau tidak?” Kulit dia terlihat segar
kemerahan, dia sama sekali tidak terlihat seperti
selayaknya seorang pasien kanker.
Ini adalah kedelapan kalinya dia datang
ke Tiongkok, bersama dengan cucunya yang
sudah berusia 17 tahun. Dia mengatakan,
ingin membuat cucunya merasakan rumahnya
di Tiongkok.
Hari itu, Ms. Gurlin dipagi hari
menerima hasil CT scan. Sore hari,
saya tidak sabar untuk ke ruangan
radiologi, hasil CT menunjukan daerah
pankreas Ms. Gurlin hanya ada partikel
yodium dan tidak ada tumor, di dalam
hatinya ada 5 titik low-density. Saya
memberitahu ke Ms. Gurlin sebuah hasil
lalu dia tersenyum dan berkata: “Sudah
beginilah. Bukankah ini adalah “Hidup
berdampingan dengan kanker?”
“Hidup berdampingan dengan kanker”
merupakan sebuah konsep. Konsep ini
memungkinkan penderita seperti Ms. Gurli
dengan kanker pankreas yang dijuluki “Raja
kanker” gagah berani bertahan hidup, saya
merasa sangat senang.
Apa itu kanker? Salah satu cendikiawan
dari Korea Selatan menulis sebuah buku,
“Jangan melawan kanker: hendaknya
jadikan dia teman”. Ini sebuah pernyataan
tepat? Pandangan kita belum tentu
sama, tapi ada satu hal yang pasti:
kanker bukanlah “serangan musuh dari
luar”. Dengan bakteri menyerang tubuh
menyebabkan demam tifoid, berbeda
dengan sepsis (Suatu keadaan di mana
tubuh bereaksi hebat terhadap bakteria atau
mikroorganisme lain) dan penyakit menular
lainnya, sel-sel kanker merupakan sel-sel
normal yang terjadi karena “kesalahan”
saat berkembang. Sel-sel di tubuh kita
mereplikasi sepanjang waktu. Satu menjadi
dua, dua menjadi empat…. Sifat replikasi
sel merupakan replikasi DNA nucleus, DNA
tertutup gen dan gen merupakan terdiri dari
gabungan empat jenis basa. Dalam tubuh
manusia memiliki 40 triliun - 60 triliun sel,
ada lebih dari 30.000 gen, masing-masing
gen berisi ribuan pasang basa. Dalam
replikasi DNA, kesalahan dalam replikasi,
hilang atau rusak kemudian sel replikasi
bermutasi menjadi sel yang abnormal.
Di dalam sel ada dua jenis gen yang
berdampingan dengan kanker. Pertama,
disebut onkogen dan kedua disebut gen
supresor tumor, semuanya seperti mesin
dan rem dalm mobil. Dalam keadaan
normal, kedua gen tersebut berperilaku
saling menahan diri untuk bersama-sama
memelihara fungsi sel normal. Akan tetapi jika
mutasi replikasi gen kanker, pengemudinya
mempercepat replikasi gen kanker, atau tumor
gen supresor mutasi, tidak bisa mengendalikan
sel hidup maka hasilnya adalah tak terbatasnya
sel proliferasi sehingga membentuk penyakit
kanker. (13)
Ms. Gurli, 68 tahun pasien kanker
dari Denmark
我患舌癌获得了上帝甜蜜的指导
Machditiari 勇敢战胜舌癌
她疗法成功。她那些问题使我一个一个
地扔了负能量。我慢慢地学习接受在我舌头
上有癌症的存在。如果我被选择为面对癌
症,我想使用我最好的能力面对它。
我然后觉得在舌头上的癌症是上帝的准
备方法、上帝想我很健康地离开这个世界。
上帝想我到那个美好的地方跟患一个疾病也
没有。所以,我应该做治疗到恢复!
通过诚意的种子,我砍掉了所有恐怖的
感觉。‘上帝,为了我不谎言,能不能我向
您交我所有的生活。’
我决定做第二次化疗,这次我的心理开
始良好。在这次的化疗,我和我双生兄弟
Machdutiara(Tara)陪我去。
但刚才学习诚意,我直接受到试图。化
疗药物进入我的身体没到两个小时,突然我
感觉要呕吐。我受不了地在卫生间呕吐了出
来。好像没办法停止它,我一直呕吐。
由于此,Tara在我床方边放了很多塑料
袋。当我感觉呕吐时,她就拿塑料袋。甚至
看她带白水时,我自动地感觉呕吐。‘上
帝,给我力量。’
我真向Tara感觉好意思,因为她要把干
净那些塑料袋。“没关系,我不厌恶,”她
一边说一边尝试了解我想的事。“最重要是
你精神,快地恢复。”虽然她在我前面不
哭,但是我能知道,他在忍住她的眼泪为不
落到她脸颊上。
当呕吐强度减少,我经常让Tara拥抱着
我到睡觉。在她的拥抱中,我要求上帝不给
她像我患的疾病一样。
做化疗后我真想回家。当我在想象我的
家时,突然Zeng教授进来我的房间。恩 可
能是因为我要回家了,所以他来为我鼓励。
每次回家之前,FUDA医生和护士肯定向患
者们做这个。我很快乐地欢迎他。
“您不要化疗因为你的‘长肉’已经变
小了...”教授还没说完,我就表出了很大地
微笑。“但直接做手术。怎么样?”
“什么?手术?你们不是说没切割我
的舌头吧?”我直接生气。看到我的反
应,Tara也很吃惊。
“这样,您可以到六次做化疗,但那
个‘长肉’仍然存在。我们不切割您的舌
头,而且只削掉一点。然后做检查,看它蔓
延了没有。没有的话,治疗就完成了并不需
要做化疗了。”
到高峰的情绪将我耳朵只听到‘切割’
的词并没有听所有教授的解释。“反正我不
想切割!”
Tara靠近教授和翻译者。他们在外房间商
量。我的情绪变为像准备泼的开水同样。她
一进来,我就哭起来。“姐,我不要我舌头
切割。这样的话,我们干嘛飞到这里来。”
Tara拥抱并安慰我。“我们听教授的话
哈,他不可能把他的患者的状况更加严重。
此外医生没有说切割舌头,并且只削掉一点
而已。你舌头仍然安全。”我感觉我得到的
信息不完全。“我再叫教授过来呀。”(四)
Kanker Lidahku adalah Hidayah Termanis dari Allah
Terapinya berhasil. Pertanyaan-pertanyaan itu
rupanya bisa membuatku menanggalkan energi
negatif satu per satu. Aku belajar menerima
ada kanker bersarang di lidahku. Jika memang
aku dipilih untuk menghadapi ini aku ingin
menjalaninya dengan kemampuan terbaikku.
Aku kemudian melihat kanker di lidah ini
sebagai cara Allah mempersiapkan kepulanganku
ke rumah-Nya dengan kondisi bersih. Allah ingin
aku menuju tempat yang indah itu tanpa ada
penyakit yang menggerogoti tubunku. Jadi, aku
harus berobat sampai sembuh!
Aku menebang habis rasa takut dengan menebar
bibit-bibit keikhlasan. Mampukan aku terus
berserab pada-Mu ya Allah agar tak ada nikmat-Mu
yang kudustakan.
Maka berangkat kemoterapi lokal kedua,
mentalku mulai tertata. Keberangkatanku kali ini
ditemani kakak kembarku, Machditiara.
Tapi baru sala belajar ikhlas, aku langsung
diuji. Belum ada dua jam setelah obat kemoterapi
sukses masuk ke tubuh, tiba-tiba aku merasa mual.
Dorongan muntan seolah tak sabar menungguku
yang coba berlari ke kamar mandi. Aku muntah
sejadi-jadinya. Seolah tak ada tombol yang dapat
menghentikan semua ini.
Tara sampai menjejerkan kantong kantong
plastik di sepajang yang tempat tidur. Begitu aku
menunjukkan gelagat muntah, dia tinggal menarik
plastiknya. Bahkan melihat air putih yang dibawakan
Tara saja langsung membuat refleks otakku
menciptakan rasa mual. Ya Allah, kuatkanlahaku.
Aku sampai tak enak dengan Tara karena harus
membersih- kan kantong - kantong penampung
muntah itu. "Tidak apa-apa. Aku tidak jijik kok,"
ucapnya seperti membaca pikiranku. "Yang pening
kamu semangat biar cepat sembuh ya." Meski dia
berusaha sekuat tenaga tidak menangis di hadapanku,
sesekali aku menangkap matanya berkilatan menahan
air mata agar tidak jatuh ke pipinya.
Ketika intensitas muntah berkurang, sering aku
meminta Tara memelukku sampai tertidur. Dalam
pelukannya aku meminta pada Allah agar tidak
memberikan penyakit ini pada saudara kembarku.
Selesai kemoterapi aku selalu tak sabar segera
pulang. Saat sedang asik membayangkan rumah, tiba-
tiba Prof. Zeng mengetuk pintu kamarku. Ah biasanya
dia pasti mau menyemangati aku sebelum pulang.
Dokter dan perawat FUDA melakukan itu setiap kali
pasiennya mau pulang. Aku sumringan menyambutnya.
"Anda tidak perlu dikemoterapi karena
benjolannya sudah mengecil..." Belum selesai Profesor
menyelesaikan kalimatnya, aku sudah tersenyurn
lebar. "Tapi langsung dioperasi. Bagaimana?"
"Apa dioperasi? Kalian bilang tidak ada potongpotong lidah?" Emosiku langsung memuncak. Tara
ikut kaget melihat reaksiku.
"Jadi begini, Anda bisa saja dikemoterapi sampai
enam kali tapi benjolannya tetap terasa. Lidahnya tidak
akan dipotong hanya dikikis untuk dibuang benjolannya
saja. Lalu diperiksa apkah ada penyebaran atau tidak.
Kalau tidak ada, berarti pengobatannya sudan selesai dan
Anda tidak perlu dikemoterapi lagi."
Emosi yang memuncak membuat telingaku
hanya menangkap kata "dipotong" tanpa
mendengarkan penjelasan Profesor secara utuh.
"Pokoknya aku tidak mau dipotong!"
Tara mendekati Profesor dan Penerjemah.
Mereka bicara di luar kamar. Aku tak tahu apa yang
dibicarakan. Emosi ini sudah jadi air mendidih yang
siap tumpah. Begitu Tara masuk, tangisanku pun
pecah. "Aku nggak mau lidahku dipotong, Mbak.
Ngapain terbang jauh-jauh kalau lidahnya dipotong."
Tara memeluk dan mengusap punggungku. "Kita
turutin saja apa kata Profesor. Tidak mungkin dia
menjebloskan pasiennya ke kondisi buruk. Lagian
dokternya tidak bilang potong lidah, melainkan hanya
dikikis benjolannya. Lidahmu tetap aman. Aku mulai
merasa informasi yang kuterima tidak komplit. "Coba
kupanggil Profesor lagi." (4)
Machditiari
Download