filsafat manusia - Universitas Mercu Buana

advertisement
Modul ke:
FILSAFAT MANUSIA
Historisitas Manusia
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
Psikologi
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Alamsyah, MA.
Historisitas Manusia
Dunia manusia, bukan sekedar suatu dunia vital seperti pada hewanhewan. Manusia tidak identik dengan sebuah organisme.
Kehidupannya lebih dari sekedar peristiwa biologis semata. Berbeda
dengan kehidupan hewan, manusia menghayati hidup ini sebagai
“hidupku” dan “hidupmu”- sebagai tugas bagi sang ‘aku’ dalam
masyarakat tertentu pada kurun sejarah tertentu. Keunikan hidup
manusia ini tercermin dalam keunikan setiap biografi dan sejarahnya
kemudian menyadari kesejarahannya itu. Dimensi kesejarahan ini
bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk historis,
makhluk yang mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini,
dan mampu membuat rencana-rencana kegiatan-kegiatan di masa
yang akan datang. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang
menyejarah.
Kemewaktuan sebagai Dimensi Historisitas Manusia
Historisitas manusia dalam refleksi filsafati
dipahami sebagai gerak perubahan manusia dalam
kemewaktuannya. Manusia senantiasa mewaktu,
diantara dulu, kini dan masadepan, yang dulu tak
pernah bisa diabaikan, sedang masa depan adalah
harapan, tinggallah kini kesadaran. Historisitas
manusia tak bisa dilepaskan dalam
kemewaktuannya. Manusia itu mewaktu.
Kemewaktuan manusia yang bukan sekedar
dipahami sebagai waktu-waktu bagi manusia,
melainkan waktu itu adalah manusia itu sendiri.
Waktu dalam historisitas manusia
Historisitas manusia sebagai manusia yang
mewaktu selalu berada dalam momen waktuwaktu masa lampau, sekarang dan masa
depan. Waktu pada historisitas manusia ini
bukan sekedar waktu diluar sana (logis), juga
bukan di dalam sini (psikis), melainkan struktur
dasar manusia dalam penyingkapan sejarah
keberadaan manusia (momen eksistensi).
Perkembangan manusia; Intrinsik Terarah
– Cyclical: manusia hidup dalam 1 siklus: dari sorga (ide
Plato) atau Allah (Kitab Suci) melalui hidup fana dan
kembali ke asal usulnya di alam baka. Atau lebih dari 1
siklus: lahir kembali/karma.
– Pemuncakan linear/berhaluan lurus: Deterministis
(tanpa akhir jelas, holistis), Evolutif (humanisme baru:
berkembang ke arah kepenuhan manusia, Bergson:
manusia hidup dalam waktu/durasi, de Chardin:
Manusia berkembang dan menghasilkan semua
makhluk bertaraf-taraf sampai dengan taraf manusia.
4 Teori Bentuk Gerak sejarah Manusia
•
•
•
•
Teori Siklus. Teori Siklus berpendapat bahwa sejarah itu bergerak melingkar.
Setiap peristiwa historis manusia akan selalu berulang kembali.
Teori Linier. Teori Linier berasal dari pemikiran antroposentris tentang
sejarah, bahwa segala peristiwa di dunia dipandang sebagai berpusat pada
manusia. Awal dari akhir peristiwa historis dihubungkan oleh suatu rentetan
peristiwa yang einmalig. Sejarah digambarkan sebagai proses perkembangan
dari kurang sempurna menuju kesempurnaan sebagai garis lurus.
Teori Spiral-Dialektik. Teori spiral dapat dikatakan sebagai perpaduan antara
teori siklus dan linier. Bahwa sejarah itu memang berulang terus, tapi
perulangan itu dalam lingkaran spiral yang meningkat dan menaik ke arah
kemajuan dan kesempurnaan. Sejarah dipandang sebagai garis lurus menuju
progres dan proyeksi dialektika dari tesis-antitesis-sintesis, mengalami
perulangan dimana sisntesis menjadi tesis baru.
Teori Einmalig. Teori ini beranggapan bahwa Sejarah itu berjalan sekali saja.
Apa yang terjadi dimasa lampau tidak akan terulang lagi, baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang.
3 Unsur Struktur Kemewaktuan
‰Sekarang (Aktual)
‰Masa Lampau (Histori)
‰Masa Depan (Potensi, Proyeksi)
Analis Statis Kemewaktuan
•
•
•
Sekarang: Aku sadar diri dalam korelasi dengan yang lain. Kesadaran bersifat
aktual, kini disini. Tidak ada realitas di luar sekarang. Aku selalu hidup dalam
sekarang, tidak tebal, tidak dpt diparuh, garis belaka antara yang sudah lalu dan
yang belum hadir. Walau demikian, sekarang tak kosong. Muatannya ialah Aku
sejauh ada dan sadar akan adaku bersama yang lain. Sekarangku bersifat
tertentu, pribadi. Aku yang sedang sedang belajar, sedang mendengar, sedang
duduk dll.
Masa Lalu: Aku alami sekarangku sebagai faktisitas, kenyataan terberi. Ia tak
tergantung di udara tapi punya asal-usul. Masa lalu merupakan warisan yang tak
dapat ditolak. Semua aspek konkrit dalam diriku saya terima sebagai endapan
sejarah panjang. Contoh: kursi, meja yang saya pakai, bahasa yang saya pakai.
Semua sejarah itu meruncing pada sekarangku: kristalisasi masa laluku. Saya
merupakan sudah yang tak terelakkan.
Masa depan: Aku siap terlempar ke masa depan. Tapi bukan nasib buta/arah
yang fatal. Sekarangku merupakan suatu keterbukaan. Masa depan itu suatu
janji, belum yang mengundang saya. Saya rasa diri tertarik/terhisap oleh yang
belum itu, saya tak mampu bela/tahan diri. Sekarangku sekaligus memuat
rencana/proyek. Saya menyusun rencana untuk masa depan. Bahasaku sekarang
menunjuk pertemuan baru, relasi dengan orang lain mengandung janji baru. Aku
atasi situasiku dan menghadapi yang baru.
Posisi ‘Sekarang’ dalam Kemewaktuan
• Sekarang: ‘sudah’ dan ‘belum’ ada sekaligus
dalam ‘sekarang’, manusia itu pemberian dan
sekaligus tugas, situasi dan nubuat, jawaban
dan pertanyaan, penyelesaian dan proyek, titik
akhir dan titik awal, telah dan belum
memanusia. Lalu dan nanti jatuh bersama
dalam sekarang. Utk 100 % aku kumpulkan
masa lampau dan 100 % terbuka menantikan
masa depan.
Posisi ‘Masa lalu’ dalam Kemewaktuan
• Masa Lalu: Yang sudah/lalu seluruhnya
termuat dalam sekarang. Di luar sekarang
masa lalu tak ada lagi. Sekarang jadi puncak
masa laluku. Masa lalu mengendap dalam
sekarang.
Posisi ‘Masa depan’ dalam Kemewaktuan
• Masa depan: Masa depan bukan kosong
yg perlu diisi. Masa depan itu janji yang
termuat dalam sekarang. Di luar sekarang
tidak ada masa depan. Masa depan itu
benih yang termuat dalam sekarang. Aku
bukan memiliki masa depan, tapi aku
adalah masa depanku sendiri.
Situasi dan Kondisi Kemewaktuan Manusia
• Saling menentukan: Karena masa lalu dan masa depan
bersatu dalam sekarang, mereka saling tentukan. Masa
lalu arahkan proyek dan beri rel kepadanya, masa
depan buka masa lalu sebagai hasil sekarang. Tak ada
yang mendahului, mereka tak terpikir lepas 1 sama
lain.
• Sama luas: kutub masa lalu dan masa depan tak lebih
luas dari sekarang. Tak boleh dipikirkan sebagai 1 garis
lurus/jarak geometris/bukan panjangnya waktu karena
mereka bukan jangka waktu tapi isi/muatan. Mereka
sama luas, sama dengan sekarangku hanya dipandang
dari 2 sudut beda. Aku sekarang sama dengan masa
laluku dan masa depanku.
CONCLUSI ; Kemewaktuan Manusia
Sebagai makhluk historis, manusia menyejarah
dalam proses kemewaktuannya diantara ‘sekarang’,
‘masa lalu’ dan ‘masa depan’ dengan korelasi;
• Berkembang terus menerus
• Sama dan baru
• Irreversibilis (tak dapat di ubah) dan memuncak
(pengendapan jalan terus tiada henti, tahap
demi tahap, up and down, disintegrasi dan
integrasi).
Daftar Pustaka
•
•
•
•
•
•
•
Bakker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Kanisius, Yogyakarta.
Drijarkara, N, 1969, Filsafat Manusia, Penerbit Jajasan Kanisius:
Yogyakarta
Heidegger, Martin, 1962,. Being and Time (terj. John Macquarrie &
Edward Robinson), Harper & Row Publishers: New York
Hidayat, Komaruddin, 2006, Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan
Menjadi optimisme, Hikmah Kelompok Mizan: Bandung.
Leahy, Louis, S.J., 2001, Siapakah Manusia? Sintesis Filosofis tentang
Manusia, Kanisius, Yogyakarta.
Schneider, Susan, 2009, Science Fiction and Philosophy; From Time
Travel to Superintelligence, Blackwell Publishing Ltd: United Kingdom.
http://www.iep.utm.edu/, -Internet encyclopedia of philosophy (IEP)-
Terima Kasih
Firman Alamsyah, MA
Download