Profil forUM CSr-PKBl - Website Pemerintah Kabupaten Muara Enim

advertisement
Profil
FORUM CSR-PKBL
Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan
aftar Isi
5
Sinergi CSR dalam Pembangunan Daerah melalui Pembentukan
Forum CSR Kabupaten Muara Enim
10
Pengertian CSR
12
Model dan Alasan Pelaksanaan CSR
16
Manfaat Melakukan CSR
18
Sinergisitas CSR Dalam Pembangunan Daerah
20 Pembentukan Forum CSR Kabupaten Muara Enim (Forum
CSR-ME)
24
Penutup
26Referensi
27Lampiran
SINERGI CSR DALAM
PEMBANGUNAN DAERAH
MELALUI PEMBENTUKAN
FORUM CSR KABUPATEN
MUARA ENIM
Bappeda Kabupaten Muara Enim
Corporate Social Responsibility (CSR) sudah
muncul sejak tahun 1933, A Berte dan G Means,
dalam bukunya mengemukakan bahwa korporasi
modern seharusnya mentransformasi diri menjadi
institusi sosial, daripada institusi ekonomi yang
semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini
dipertajam oleh Peter F Druker pada tahun 1946
yang menegaskan tentang peran manajemen.
“Management has become a major leadership group in
industrial society and as such have great responsibilities
5
to their own profession, to the enterprise and to the
people they manage, and to their economy and society”
Wacana CSR terus berkembang hingga munculnya­
KTT Bumi di Rio tahun 1992 yang menegaskan
konsep sustainability development (pembangunan
berkelanjutan) yang harus diperhatikan oleh negara
dan korporasi.
Terobosan besar dalam konteks CSR dilakukan
John Elkington pada tahun 1997 yang
mengemukakan bahwa perusahaan yang ingin
terus mengembangkan dan melanjutkan usahanya
harus memperhatikan 3 P yaitu profit, people, dan
plannet. Perusahaan yang menjalankan usahanya
tidak dibenarkan hanya mengejar keuntungan
semata (profit), tapi juga harus terlibat pada
pemenuhan kesejaheraan masyarakat (people),
dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (plannet), sebagaimana disajikan dalam
gambar berikut.
Sejak cetusan Elkington ini, CSR mulai bergulir
kencang ditingkat global. Dan kian mendapat
perhatian serius setelah World Summit di
Johanesburg tahun 2002, yang menekankan
pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.
6
Terlebih lagi setelah disepakatinya ISO 26000,
sebagai petunjuk tanggung jawab sosial oleh 93
% Negara anggota International Organisation for
Standardization (ISO) tahun 2010, maka CSR
menjadi suatu keniscayaan yang mengikat dalam
aktivitas suatu perusahaan.
Salah satu yang juga penting dilihat adalah
pelaporan CSR akan berkembang dimasa
mendatang, dengan terbentuknya International
Integrated Reporting Committee (IIRC) yang
bermisi menyatukan laporan tahunan dengan
laporan keberlanjutan. Inisiatif ini akan
diluncurkan secara resmi pada pertemuan G20, dan
Indonesia menjadi anggotanya.
7
Perkembangan CSR di Indonesia mulai hangat
dibicarakan pada tahun 2001. Mulai saat itu
banyak perusahaan yang melaksanakan CSR
untuk pemberdayaan masyarakat disekitarnya.
Beberapa perusahaan juga melaksanakan CSR
untuk pemberian beasiswa, bantuan langsung
dalam korban bencana alam, pemberian modal
usaha, sampai pada pembangunan infrastruktur
yang dibutuhkan masyarakat. Debut CSR ini
semakin menguat setelah dinyatakan dengan
tegas dalam Undang Undang Perseroan
Terbatas No. 40 Tahun 2007. Peraturan lain
8
Profit
(Keuntungan Ekonomi)
Plannet
(Keberlanjutan
Lingkungan Hidup)
People
(Kesejahteraan
Masyarakat)
Gambar 2. Triple Bottom Lines CSR
yang menyentuh CSR adalah UU No.25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b)
menyatakan bahwa; “Setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan “. Selain itu peraturan tentang
CSR yang relatif lebih terperinci adalah Undang
Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
UU ini kemudian dijabarkan lebih jauh oleh
Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun
2007 yang mengatur mulai besaran dana hingga
tatacara pelaksanaan CSR.
9
Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility adalah operasi­
bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara
financial, melainkan pula untuk pembangunan
sosial ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. World Bisnis
Council for Sustainable Development (WBCD)
menyatakan bahwa CSR merupakan suatu
komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan konstribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan
peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh
keluarga. CSR juga dimaknai sebagai sebuah
pendekat­an dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis me­reka dan
dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip
kesukarelaan dan kemitraan. Adapun pengertian
CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan
dioperasionalkan sebagaimana dikemukakan di atas
adalah dengan mengembangkan konsep Tripple
Bottom Lines (profit, planet, dan people) yang
digagas oleh Elkington. Sedangkan Suharto (2008)
menambahkannya dengan satu line tambahan,
10
yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah
“Kepedulian perusahaan yang menyisihkan
sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan
secara berkelanjutan (plannet) berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan profesional”.
11
Model dan Alasan Pelaksanaan CSR
Dalam melaksanakan program CSR, minimal ada
empat model yang umum digunakan perusahaan di
Indonesia, yaitu:
1. Terlibat langsung.
Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan
melakukannya sendiri tanpa melalui perantara
atau pihak lain.
2. Melalui Organisasi Sosial Perusahaan atau Yayasan.
Perusahaan mendirikan organisasi sosial atau
yayasan dibawah perusahaan atau groupnya.
Pada model ini biasanya perusahaan sudah
menyediakan dana khusus untuk digunakan
secara teratur dalam yayasan ini. Contohnya :
Sampoer­na Foundation, Danamon Peduli, dll.
3. Bermitra dengan Pihak Lain.
Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin
kerjasama dengan pihak lain seperti lembaga
sosial non pemerintah, lembaga pemerintah,
media massa, dll.
4. Mendukung atau Bergabung dalam suatu
Konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota
atau mendukung lembaga sosial yang didirikan
untuk tujuan sosial tertentu.
12
Sedangkan tentang alasan perusahaan melaksanakan
program CSR, minimal ada tiga yaitu:
1. Alasan Sosial
Perusahaan melakukan CSR untuk memenuhi
tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah
orang lain perusahaan harus memperhatikan
masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus
ikut serta menjaga kesejaheraan ekonomi
masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari
kerusakan yang ditimbulkan.
2. Alasan Ekonomi
Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap
berujung kepada keuntungan. Perusahaan
13
melakukan program CSR untuk menarik simpati
masyarakat dengan membangun image positif
bagi perusahaan yang tujuan akhirnya tetap
pada peningkatan profit.
3. Alasan Hukum
Alasan hukum yang membuat perusahaan me­
lakukan program CSR hanya karena adanya
peraturan pemerintah. CSR dilakukan karena
ada tuntutan atau sanksi bila tidak dijalankan
dan bukan karena kesadaran perusahaan untuk
ikut serta menjaga lingkungan. Akibatnya ada
perusahaan yang melakukan program CSR
hanya ikut-ikutan atau untuk menghindari
sanksi dari Pemerintah. UU PT No.40/2007
Pasal 74 yang isinya mewajibkn pelaksanaan
CSR bagi perusahaan yang terkait terhadap SDA
dan yang menghasilkan limbah. Adapun isi dari
pasal tersebut adalah:
Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan
atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
14
Ayat 2, dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan
lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
de­ngan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Ayat 3, menggariskan perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal
1 dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
15
Manfaat Melakukan CSR
Apapun alasan perusahaan melakukan program
CSR, yang pasti CSR merupakan tabungan masa
depan bagi perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Bukan sekedar keuntungan ekonomi
tapi lebih dari itu yaitu keuntungan secara sosial
dan lingkungan bagi keberlanjutan perusahaan.
Beberapa perusahaan di Kabupaten Muara Enim
yang telah melaksanakan program CSR nya
antara lain adalah PT. Bukit Asam (pesero) Tbk,
Pertamina, Medco, MHP, PT.TEL, Perusahaan
bidang perkebunan, dll.
Hasil survey yang dilakukan Environic
International (Toronto), Conference Board (New
York) dan Princes of Wales Business Leader
(London) dimana dari 25 000 responden di 23
16
negara menunjukkan bahwa dalam membentuk
opini perusahaan, 60 % mengatakan bahwa etika
bisnis, perlakuan terhadap karyawan, dam­pak
terhadap lingkungan, tanggung jawab perusahaan
yang akan paling berperan, sedangkan 40 %
menyatakan citra perusahaan dan brand image
yang paling mempengaruhi kesan mereka.
Di Indonesia, data riset majalah SWA terhadap 45
perusahaan menunjukkan bahwa CSR bermanfaat
dalam memelihara dan meningkatkan citra
perusahaan (37,38 %), hubungan baik dengan
masyarakat (16,82 %), dan mendukung operasional
perusahaan (10,28 %).
17
Sinergisitas CSR Dalam
Pembangunan Daerah
Pembangunan di tanah air ini bukan semata-mata
menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah saja
tapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab dunia
usaha dan masyarakat. Keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki Pemerintah memerlukan adanya
kebersamaan dan dukungan dari dunia usaha dan
masyarakat yang secara bersinergis melaksanakan
pembangunan. Untuk mencapai optimalisasi
dalam sinergisitas ini diperlukan pengaturan,
penyelarasan, dan pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas antara satu dan lainnya.
Untuk mengatur, menyelaraskan, mensinergiskan
tugas dan tanggung jawab tersebut, maka diperlukan
suatu wadah bersama yang dibentuk oleh, dari, dan
untuk pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
pembangunan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
pembangunan diperlukan sumberdaya yang memadai
untuk melaksanakannya. Salah satu sumberdaya yang
cukup potensial dan legal adalah sumberdaya dari
dunia usaha dalam bentuk CSR.
Selama ini dunia usaha juga sudah melakukan
program CSR nya dengan kemampuan, ukuran,
cara dan pertimbangan masing-masing. Mengingat
18
di Kabupaten Muara Enim terdapat sekitar 9
BUMN, 60 BUMS, dan 3 BUMD maka diperlukan
suatu wadah kordinasi, konsultasi, integrasi,
dan sinkronisasi yang efektif dan efisien dalam
mengoptimalkan pelaksanaan program CSR,
sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat. Untuk itulah, maka
perlu dibentuk Forum CSR Kabupaten Muara
Enim yang disingkat Forum CSR-ME.
19
Pembentukan Forum CSR-PKBL
Kabupaten Muara Enim
(Forum CSR-PKBL ME)
1. Latar Belakang Lahirnya Forum CSR-PKBL ME
• Adanya ketidakpuasan masyarakat
• Tumpang tindih program antar perusahaan
dan dengan pemerintah
• Monitoring dan evaluasi pelaksanaan CSR
masih sepihak oleh korporasi
• Usulan masyarakat yang tidak ditindaklanjuti
tanpa ada penjelasan
• Terjadi saling lempar tanggung jawab antara
korporasi, pemerintah, dan masyarakat
• Pembangunan masyarakat dan lingkungan
juga menjadi tanggung jawab perusahaan.
2. Maksud dan tujuan Forum CSR-PKBL ME
• Dimaksudkan sebagai suatu wadah yang
mempersatukan berbagai pihak yang
berkepentingan untuk kordinasi,konsultasi,
integrasi, sinkronisasi, dan bertindak
bersama-sama dalam implementasikan CSR
agar dapat memberikan manfaat yang besar
bagi pembangunan Kabupaten Muara Enim
• Bertujuan menyelaraskan, mensinergiskan
dan memberikan masukan, serta mendukung
20
perbaikan implementasi CSR dari aspek
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan
evaluasinya agar memberikan hasil yang yang
lebih optimal dan akuntabel.
3. Peran Forum CSR-PKBL ME
• Sebagai konselor, fasilitator, mediator,
pemberdaya, sekaligus pendamping
• Menyelaraskan dan mensinergiskan antar
program CSR dan dengan program pemerintah
• Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksa­
naan program CSR di Kabupaten Muara Enim.
21
4. Kepengurusan Forum CSR-PKBL ME
• Kepengurusan dan anggota Forum terdiri
atas Pejabat Eksekutif, legislatif, Pejabat
korporasi, LSM, dan Tokoh Masyarakat
• Ketua Forum dari salah satu BUMN/
BUMS, sedangkan Sekretaris dari Pejabat
eksekutif
• Forum CSR-ME akan dibantu oleh Forum
Kordinasi tingkat kecamatan.
22
Penutup
CSR adalah salah satu potensi sumberdaya
pembangunan yang perlu dioptimalkan dan
disinergiskan dengan program pembangunan
daerah untuk mencapai manfaat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat dan para pemangku
kepentingan.
Pelaksanaan program CSR perlu diatur,
diselaraskan, dan disinergikan dalam suatu wadah
bersama untuk kordinasi, konsultasi, integrasi,
dan sinkronisasi mulai dari tahapan perencanaan,
pelaksana­an, monitoring sampai evaluasi program,
sehingga dapat lebih efisien, efektif, dan akuntabel
dalam mencapai sasaran program.
Untuk itu maka perlu dibentuk Forum CSR
Kabupa­ten Muara Enim yang disingkat Forum
CSR-ME yang terdiri dari wakil berbagai pemangku
kepen­tingan dalam pembangunan di Bumi Serasan
Sekundang, Kabupaten Muara Enim tercinta ini.(ans)
24
Referensi
Arif Budimanta dkk, 2004. Corporate Social Responsibility:
Jawaban Bagi Pembangunan Indonesia Masa Kini,
Jakarta : ICSD.
Chairil N Siregar, 2007. Analisis Sosiologis Terhadap
Implementasi CSR pada Masyarakat Indonesia,
Jurnal Sosioteknologi Edisi 12 Tahun 6, Desember
2007.
Edi Suharto, 2008. Corporate Social Responsibility, Konsep
dan Perkembangan Pemikiran, Makalah Workshop
di Jogjakarta.
Kristanto Hartadi, 2006. CSR Perlu untuk Pengentasan
Kemiskinan. www.sinarharapan.co.id
Lingkar Studi CSR, 2011. Mempersoalkan Pengumpulan
Dana CSR oleh Pemda. Bogor.
------, 2011. Konstribusi Perusahaan dalam Penanganan
Kemiskinan, Bogor.
------, 2011. Memahami Corporate Social Responsibility
sebagai Wujud Investasi Perusahaan, Bogor.
Pemkab. Kutai Timur, 2010. Keberadaan Forum Multi
Stakeholder Dalam Implementasi CSR di Kab. Kuatai
Timut. Paparan.
Perbup. Kutai Timur, 2006. Pedoman Penerapan CSR
Kabupaten Kutai Timur. Sangatta.
26
Lampiran
45
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Download