BAB III

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru
1. Pengertian Sertifikasi Guru
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dan dosen.1 Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi
didalam dokumen itu benar adanya.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru yang telah memenuhi standar kompetensi.2 Sertifikat adalah dokumen
resmi yang menyatakan informasi didalam dokumen itu benar adanya.
Guru yang telah mendapat sertifikasi berarti telah mempunyai kualifikasi
mengajar seperti yang dijelaskan di dalam sertifikat itu.
Secara umum, sertifikasi guru dapat dianggap sebagai amanah dari
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara
khusus, sertifikasi guru dilakukan dengan mengacu ke UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005, terutama Pasal 8 dan 11.
1
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra
Umbara, 2006), hal. 4
2
Suyatno, Panduan Sertifikasi Guru, (Jakarta: Indeks, 2008), hal. 26
12
13
Pedoman operasional sertifikasi guru mengacu ke Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan yang ditetapkan tanggal 4 Mei 2007.3
Jadi yang dimaksud dengan sertifikasi guru adalah proses pemberian
sertifikat kepada guru sebagai tenaga profesional yang telah memenuhi
standar profesi guru.
2. Prinsip-Prinsip Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru memiliki beberapa prinsip, adapun prinsip-prinsip
sertifikasi guru adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan secara objektif, transparan dan akuntabel
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat
pendidikan yang impartial, tindak diskriminatif, dan memenuhi standar
pendidikan nasional.
Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang
memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan
untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi.
Akuntabel
merupakan
proses
sertifikasi
yang
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan
secara administratif, finasial, dan akademik.
2. Berujung
pada
peningkatan
mutu
pendidikan
peningkatan guru dan kesejahteraan guru.
3
Ibid., hal. 4 – 5
nasional
melalui
14
Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan
mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru
yang lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji pokok. Sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteran guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus
non-Pegawai Negeri Sipil (non-PNS/Swasta). Dengan meningkatkan
mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
3. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional,
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif
dan efisien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi
mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru.
Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar
kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian
15
dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan
guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru,
perlu dilakukan uji kompentensi melalui penilaian portofolio.
5. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru
serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan
profesi dan uji kompetensi tiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka
disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Propinsi
dan Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut
didasarkan atas jumlah data individu per-Kabupaten/Kota yang masuk di
pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.4
3. Tujuan Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru memiliki beberapa tujuan diantaranya seperti
dijelaskan berikut ini:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan nasional pendidikan.
Agen pembelajaran berarti pelaku proses pembelajaran, bukan
broker pembelajaran. Bila belum layak, guru perlu mengikuti
pendidikan formal tambahan atau pelatihan profesional tertentu.
4
Ibid., hal. 27 – 29
16
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
Mutu siswa sebagai hasil proses pendidikan akan sangat
ditentukan
oleh
kecerdasan,
minat,
dan
upaya
siswa
yang
bersangkutan. Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru dan mutu
proses pembelajaran, baik proses pembelajaran di lingkup sekolah
maupun lingkup nasional.
c. Meningkatkan martabat guru.
Dengan segala pendidikan formal dan pelatihan yang telah
diikuti, diharapkan guru mampu “memberi” lebih banyak kepada
kemajuan siswa. Dengan memberi banyak, martabat kita sebagai guru
akan meningkat.
d. Meningkatkan profesional guru.
Mutu profesionalitas guru banyak ditentukan oleh pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan diri lain oleh guru yang bersangkutan.
Sertifikasi guru hendaknya dapat kita jadikan sebagai langkah awal
menuju guru yang profesional.5
4. Manfaat Sertifikasi Guru
Manfaat sertifikasi guru juga banyak. Manfaat sertifikasi guru yang
utama adalah:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
5
Ibid., hal. 2-3
17
Saat ini guru dituntut untuk menerapkan teori dan praktik
kependidikan yang telah teruji ke dalam pembelajaran di kelas.
Misalnya, untuk mendisiplinkan siswa, guru lebih memilih cara-cara
pendisiplinan menurut teori kependidikan dan psikologi utama., bukan
dengan memukul siswa atau mengancam siswa.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
Mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh mutu guru dan
mutu proses pembelajaran di kelas. Melalui sertifikasi, masyarakat
akan menilai sekolah tertentu berdasarkan mutu kedua faktor ini,
bukan berdasar promosi yang gencar yang dilakukan oleh sekolah
bersangkutan.
c. Meningkatkan Kesejahteraan Guru.
Hasil
sertifikasi
guru
dengan
mudah
digunakan
untuk
menentukan besarnya imbalan yang pantas diberikan kepada masingmasing guru. Dengan sertifikasi guru, dapat terhindar dari guru hebat
ternyata hanya mendapat imbalan kecil. Sebaliknya, dapat pula
terhindar guru ecek-ecek mendapat imbalan besar. 6
6
Ibid., hal. 3 – 4
18
B. Tinjauan Tentang Profesionalitas Guru PAI
1.
Pengertian Profesionalitas Guru PAI
Profesionalitas berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.7 Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya).8 Profesi juga artinya sebagai suatu jembatan
atau
pekerjaan
tertentu
yang
mengisyaratkan
pengetahuan
dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang
intensif.9 Profesi bisanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, profesi guru adalah
keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran
dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan.10 Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang
7
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 45
8
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hal. 15
9
Kunandar, Guru Profesional..., hal. 45
10
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.15
19
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.11
Profesional adalah bersangkutan dengan profesi dan memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya.12 Profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta
memerlukan pendidikan.13 Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang
berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan
kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai keahlian khusus.14
Sementara itu, yang dimaksud profesionalitas adalah suatu usaha
dinamis dalam
rangka pengoptimalan penerapan tugas agar menjadi
profesional dengan meningkatkan kualitas unsur kompetensi.15 Profesional
guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara
itu, guru yang profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya
11
Kunandar, Guru Profesional..., hal. 45
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional..., hal. 15
13
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), hal.14
14
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 14
15
Ibid., hal. 4
12
20
sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari.16 Guru profesional adalah
guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan
tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial
maupun akademis.17 Guru yang profesional adalah guru yang memiliki visi
yang tepat dan berbagai aksi motivasi. Visi tanpa aksi adalah bagaikan
sebuah impian, aksi tanpa visi adalah bagaikan perjalanan tanpa tujuan
dan membuang-buang waktu saja; Visi dengan aksi dapat mengubah
dunia.18 Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal guru yang profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.19
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalitas guru
adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Sebagai guru profesional, guru harus
16
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Kerangka Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 5
17
Kunandar, Guru Profesional..., hal. 46
18
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru..., hal. 6
19
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hal. 15
21
mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan harus memiliki
kemampuan yang profesional.
2. Karakteristik Guru Profesional
Guru merupakan jabatan profesional yang memerlukan berbagai
keahlian khusus. Adapun syarat-syarat guru profesional meliputi syarat
fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan, dan keterampilan.
1) Fisik
- Sehat jasmani
- Tidak
mempunyai
cacat
tubuh
yang
bisa
menimbulkan
ejekan/cemoohan atau rasa kasihan pada anak didik
2) Mental
- Berkepribadian / berjiwa pancasila
- Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada
anak didik
- Berbudi pekerti luhur
- Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara
maksimal.
- Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
- Mampu mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab yang besar
akan tugasnya.
- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
- Bersifat terbuka, peka dan inovatif.
22
- Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
- Ketaatannya akan disiplin.
- Memiliki sense of humor.
3) Keilmiahan/Pengetahuan
- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan
dalam tugasnya sebagai pendidik.
- Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan
yang
akan diajarkan.
- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
- Senang membaca buku-buku ilmiah.
- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi.
- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
4) Keterampilan
- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar
- Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar
yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
- Mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan dan pendidikan
luar sekolah.
23
- Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar
sekolah.20
Selain memiliki kriteria sebagaimana uraian di atas, guru profesional
juga memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Ahli bidang teori dan praktek.
Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan
yang diajarkan, dan ahli dalam menyampaikannya, dengan kata lain
mampu membelajarkan terhadap peserta didik tentang pengetahuan
yang dikuaasainnya dengan baik. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.21
b. Senang memasuki organisasi profesi keguruan.
Suatu pekerjaan dikatakan sebagai jabatan profesi salah satu
syaratnya adalah pekerjaan itu memiliki organisasi profesi dan anggotaangotanya senang memasuki organisasi tersebut. Guru sebgai jabatan
profesional seharusnya memiliki organisasi ini. Fungsi organisasi selain
untuk melindungi kepentingan anggotanya juga sebagai dinamisator
dan motifator anggota untuk mencapai karir yang memadai.
20
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hal. 36-38
21
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hal. 15
24
Bentuk-bentuk kegiatan profesi guru:
1. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok beberapa orang membahas sesuai masalah
yang sudah di tulis (disiapkan terlebih dahulu). Dengan dikusi
semacam ini merangsang para anggota untuk belajar lebih lanjut.
2. Ceramah Ilmiah
Ceramah ilmiah dapat diselenggarakan secara periodik, judul atau
masalah yang disiapkan dapat ditentukan oleh pimpinan organisasi
atau atas usul para anggotanya.
3. Karya Wisata
Organisasi dapat merencanakan dan menyelenggarakan karya wisata
ke suatu obyek pendidikan tertentu yang mengandung masalah dan
menambah informasi pengetahuhan kepada guru. Disamping itu
obyek-obyek lain yang menunjang materi pelajaran dapat pula
menjadi obyek karya wisata.
4. Bulletin Organisasi
Biasanya suatu organisasi profesi menerbitkan bulletin secara
periodik untuk disebarkan pada para anggotanya.22
c. Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai.
Ijazah bukan semat-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pegetahuan dan kesanggupan
22
Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 99
25
tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Gurupun harus
mempunyai ijazah supaya ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang
jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang
untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi
dalam keadaan normal dan patokan bahwa makin tinggi pendidikan
guru makin baik mutu pendidikan dan pada giliranya makain tinggi pula
derajat derajat masyarakat.23
d. Melaksanakan kode etik guru.
Sebagai jabatan profesional guru dituntut untuk memiliki kode
etik. Kode etik yaitu norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationships) antara guru dan anak didik,
orangtua anak didik, koleganya, serta dengan atasannya. Suatu jabatan
yang melayani orang selalu memerlukan kode etik, demikian pula
jabatan guru mempunyai kode etik tertentu yang harus dikenal dan
dilaksanakan oleh setiap guru.
Al-Ghazali merumuskan kode etik dengan 17 bagian yaitu :
1.
Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
23
2.
Bersikap penyantun dan penyayang.
3.
Sehat jasmani dan rohani.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 41
26
4.
Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
5.
Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesama.
6.
Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.
7.
Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan sia-sia.
8.
Bersifat lemah lembut dalam menghadapi anak didik yang rendah
tingkat IQ nya, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.
9.
Meninggalkan sifat marah.
10. Memperbaiki sikap anak didiknya, dan bersikap lemah lembut
terhadap anak didik yang kurang lancar berbicaranya.
11. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum
mengerti atau mengetahui.
12. Berusaha
memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan
anak
didik
walaupun pertanyaanya tidak bermutu.
13. Menerima kebenaran dari anak didik yang membantahnya.
14. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun
kebenaran itu datangnya dari anak didik.
15. Mencegah anak didik mempelajari ilmu yang membahayakan.
16. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, serta terus menerus
mencari informasi guna disampaikan pada anak didiknya yang
akhirnya mencapai tingkat taqarruf kepada allah SWT.
27
17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan kepada anak
didik.24
e. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab
Otonomi dalam artian dapat mengatur diri sendiri, guru harus
memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Kemandirian
seorang guru dicirikan dengan dimilikinya kemampuan untuk membuat
pilihan nilai, dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan
dapat mempertanggung jawabkan keputusan yang dipilihnya.
f. Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat.
Pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun masyarakat
untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki
peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut.
Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada
masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik.
f. Bekerja atas panggilan hati nurani.
Dalam
melaksanakan
tugas
pengabdian
pada
masyarakat
hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga
guru
akan
merasa
senang
dalam
melaksanakan
tugas
berat
mencerdaskan anak didik. Guru pula yang memberi dorongan agar
pesert didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk
24
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 69-70
28
bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya, yang kesemuanya itu
sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
g. Memiliki keteladanan untuk diikuti atau dijadikan teladan.
Seorang guru harus bisa menjadi contoh yang baik bagi yang
lainnya, baik dalam perkataan maupun perbuatannya..25
3. Kiat-kiat Meningkatkan Profesionalitas Guru
Adapun kiat-kiat dalam meningkatkan profesionalitas guru adalah:
1. Manajemen Guru di Lembaga Formal
Manajemen guru dapat diartikan sebagai keseluruhan proses
kerjasama
dalam
menyelesaikan
masalah
guru
dalam
rangka
pencapaian tujuan pendidikan. Manajemen guru disekolah merupakan
manajemen yang menangani tugas-tugas yang berkenaan dengan
pengelolaan guru. Dengan definisi yang sederhana tersebut ada dua hal
yang perlu digaris bawahi berkaitan dengan manajemem guru :
a. Manajemen guru itu merupakan keseluhan proses kerja sama dalam
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan guru. Sebagai
proses kerja sama berarti manajemen guru di sekolah merupakan
tugas yang harus diselesaikan bersama. Secara formal penyelesaian
manajemen guru di sekolah merupakan tanggung jawab kepala
Muhammad Jameel Zeeno, Nida’ Ilal Murabbiyin Wal Murabbiyat (Resep Menjadi
Pendidik Sukses Berdasarkan Petunjuk Al Quran & Teladan Nabi Muhammad), terj. Syarif Hade
Masyah, (Jakarta: Hikmah, 2005), hal. 47
25
29
sekolah. Walaupun demikian, dalam penyelesaiannya kepala sekolah
dapat meminta seorang guru atau lebih yang dipimpinnya.
b. Masalah-masalah yang dipecahkan dalam manajemen guru berupa
bagaimana mendapatkan personel yang profesional bagi sekolah dan
mendayagunakannya secara efektif dan efisien dalam rangka
menyelelenggarakan pendidikan sekolah. Dengan kata lain, bidang
garapan
manajemen
guru
di
sekolah,
antara
lain
berupa
mengupayakan adanya guru yang profesional melalui pengajuan
usulan tambahan guru kepada pemerintah daerah atau melalui seleksi
sendiri,
menempatkan
guru
sesuai
dengan
kemampuannya,
mengarahkan dan mendorong semua guru agar bekerja sesuai
dengan tugasnya masing-masing, membina semua guru agar semakin
profesional, membina kesejahteraan semua guru, dan mengurus
semua hal yang berkaitan dengan mutasi, pemberhentian semua
guru.
2. Rekrutmen dan Pemberdayaan Guru
Rekrutmen guru dilakukan untuk mendapatkan guru yang
profesional, sedangkan pemberdayaan guru dapat dilakukan dengan
peningkatan kemampuan guru, motivasi kerja dan performa guru.26
Upaya
pemberdayaan
guru
dapat
dilakukan
pendekatan dan langkah-langkah
26
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru..., hal. 8-10
dengan
beberapa
30
1. Pendekatan pemberdayaan guru
Ada tiga pendekatan pemberdayaan guru:
a. Pendekatan personal lebih menekankan pada aspek-aspek seperti
efektifitas mengajar, pengembangan profesional, pertumbuhan
pribadi serta peningkatan kemampuan teknik dan ketrampilan
mengajar.
b. Pendekatan intruksional ditekankan pada perbaikan pengajaran
(intruksional) seperti: pengembangan kurikulun, desain dan
sistem pembelajaran, bahan-bahan pelajaran, pengembangan teori
kearah
efektifitas
belajar
siswa,
media
dan
teknologi
pembelajaran.
c. Pendekatan organisasional memfokuskan pada lingkungan dan
suasana dimana para komunitas sekolah (guru, murid, pimpinan
dan karyawan) berada.27
2. Langkah-langkah pemberdayaan guru
Adapun langkah-langkah pemberdayaan guru antara lain
sebagai berikut:
a. Peningkatan Kesejahteraan Guru
Peningkatan kesejahteraan dapat berupa gaji yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik (fisiologis). Seandainya kemampuan
27
Tobroni, Pendidikan Islam Paradigma Teologis Filosofis dan Spiritualitas, (Malang:
UMM Press, 2008), hal. 118
31
lembaga terbatas untuk memberikan gaji yang memadai,
lembaga dapat melakukan cara-cara lain dalam rangka
memenuhi
kebutuhan
manusia
lainnya
seperti:
jaminan
keamanan (fisik dan emosional), sosial (kasih sayang, dan
persahabatan), penghargaan, dan prestasi.
b.
Pengembangan Karier Guru
Pengembangan karier antara lain dapat dilakukan dengan
sistem promosi terbuka dan jujur sehingga membuka peluang
untuk berkompetisi secara fair diantara sesama guru. Berbagai
jenis lomba dan penhargaan bagi guru berprestasi perlu
dibudayakan.
c. Peningkatan Kemampuan Para Guru
Peningkatan kemampuan profesional guru dapat dilakukan
berbagai cara seperti: pendidikan lanjutan dalam jabatan,
pembentukan wadah-wadah peningkatan kualitas guru seperti,
pemantapan kerja guru (PKG), dan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP).28
Adapun Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Profesional Guru:
1. Peningkatan kemampuan profesional guru itu merupakan upaya
membantu guru yang belum profesional menjadi profesional.
28
Marno dan Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 29-31
32
Jadi, peningkatan kemampuan profesional guru itu merupakan
bantuan profesional.
2. Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar bilamana
hanya diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai. Prinsip
dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama di atas
bahwa tujuan akhir pembinaan pegawai adalah bertumbuh
kembangnya profesionalitas.29
4. Bentuk-Bentuk Peningkatan Profesionalitas Guru
Peningkatan profesionalitas guru merupakan upaya untuk membantu
guru yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional.
Dengan adanya sertifikasi guru maka dituntut untuk meningkatkan
profesionalitasnya, bentuk peningkatan tersebut adalah:
1. Program Peningkatan Kualifikasi Guru
Dalam upaya meningkatkan mutu guru yang profesional, guru
dalam jabatan direncanakan mendapat fasilitas pembiayaan atau
beasiswa dalam rangka memenuhi kualifikasi akademiknya. Guru
dalam jabatan yang mendapat beasiswa atau bantuan biaya pendidikan
tetap memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan
fungsional jika yang bersangkutan melaksanakan tugasnya sebagai
guru. Guru harus meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
29
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru..., hal. 44
33
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Tunjangan Profesi
Dalam UU RI No. 14/2005 Pasal 16 disebutkan bahwa
pemerintah akan memberikan tunjangan profesi kepada guru yang
besarnya setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja
dan kualifikasi yang sama. Tunjangan profesi sebesar 1 (satu) kali gaji
pokok ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan guru.30
C. Peran Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru PAI
Bidang Perencanaan, Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Siswa, dan
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas.
1. Perencanaan Pembelajaran
a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri dari
atas dua kata, yakni kata perencanaan dan kata pembelajaran. Pertama,
perencanaan berasal dari kata rencan yaitu pengambilan keputusan
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Kedua, arti pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
30
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru Apa, Mengapa, dan Bagaimana, (Bandung: Yrama
Widya, 2008), hal. 35-37
34
potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam
diri siswa itu sendiri seperti: minat, bakat, dan kemampuan dasar yang
dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri
siswa seperti: lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya
untuk mencapai tujuan belajar.31
Dari kedua makna tentang konsep perencanaan dan konsep
pembelajaran,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara
rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni
perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
sebagai upaya pencapaiantujuan tersebut dengan memanfaatkan segala
potensi dan sumber belajar yang ada.
b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa manfaat diantaranya
sebagai berikut:
a). Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari
keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Perencanaan yang
matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar
keberhasilan yang akan kita capai.
31
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media,
2009), hal. 23-26
35
b). Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Dengan perencanaan yang
matang guru akan dengan mudah mengantisipati berbagai masalah
yang muncul.
c). Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Melalui
perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang
dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
d). Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara
sistematis (terarah dan terorganisir). Dengan demikian, guru dapat
menggunakan waktu sefektif mungkin untuk keberhasilan proses
pembelajaran.32
c. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya
seperti dijelaskan berikut ini:
a). Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang,
akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan
berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah guru
secara kreatif dapat meningkatkan dan memperbaiki program dengan
baik.
32
Ibid., hal. 33-34
36
b). Fungsi Inovatif
Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita
memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan itu hanya mungkin didapat, manakala kita memahami
proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang
sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam
kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c). Fungsi Selektif
Fungsi selektif ini berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran
yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses
perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan
materi mana yang tidak sesuai.
d). Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan
kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, dan
kepala sekolah.
e). Fungsi Prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat
mengambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment
sesuai dengan program yang disusun.
37
f). Fungsi Akurasi
Kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang
telah disampaikan dan dipahami oleh siswa. Sehingga melalui proses
perencanaan guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu.
g). Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah sekadar menyampaikan materi, akan tetapi
membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh akan berkembang
dalam aspek intelektual, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian
pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil
belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi
pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.
h) Fungsi Kontrol
Mengontrol
keberhasilan
siswa
dalam
mencapai
tujuan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses
pembelajaran. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana
materi pelajaran sudah dipahami oleh siswa dan materi mana yang
belum dipahami oleh siswa.33
33
Ibid., hal. 35-37
38
d. Langkah-langkah Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses menyusun langkah-langkah yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Langkahlangkah yang ada dalam perencanaan proses pembelajaran meliputi:
a) Penentuan Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus
dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran akhir dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan
instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai oleh siswa
pada tingkat kompetensi tertentu.
Secara umum tujuan instruksional dibedakan menjadi dua yang
sampai sekarang masih dianut oleh sebagian besar guru sebagai berikut:
a. Tujuan instruksional umum adalah perilaku akhir yang diharapkan
dapat diperoleh dari proses belajar, latihan atau proses pendidikan.
b. Tujuan instruksional khusus adalah perilaku yang ingin dicapai oleh
siswa pada waktu proses belajar mengajar sedang dilakukan.
b) Penentuan bahan atau materi pembelajaran
Bahan merupakan sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar
(pengajaran) merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar karena tanpa bahan pengajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Melalui bahan pelajaran inilah siswa
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran.
39
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi
adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian, kondisi lingkungan
masyarakat, tingkat perkembangan siswa, dan fasilitas.
c) Penentuan metode dan media pembelajaran
Penentuan
metode
dan
media
pembelajaran
sangat
erat
hubungannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang paling
efisien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang
diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar. Dalam kegiatan
pembelajaran guru menggunakan berbagai variasi metode untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru diharapkan dapat
memilih dan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas siswa.
d) Penentuan alokasi waktu
Alokasi merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu yang didasarkan pada
minggu efektif dan alokasi mata pelajaran per minggu dan
pertimbangan jumlah kompetensi dasar.
40
e) Proses penentuan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, obyek dan bahan yang digerakkan
untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak, nara sumber
serta lingkungan fisik, alam sosial, dan budaya.34
2. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Siswa
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Siswa
Pembelajaran berbasis siswa (PBS) adalah proses pembelajaran
yang ditekankan pada keaktifan siswa yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dalam pembelajaran pada dasarnya untuk
membelajarkan siswa. Dengan demikian maka, dalam pembelajaran
siswa harus ditempatkan sebagai faktor utama, dengan kata lain
menempatkan siswa dalam proses pembelajaran sebagai subyek belajar
yang memiliki potensi dan proses pembelajaran, seharusnya diarahkan
untuk memberikan pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap siswa harus
memiliki pengalaman belajar secara optimal. Dengan kata lain
pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.35
Jadi yang dimaksud pelaksanaan pembelajaran berbasis siswa
adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk membelajarkan siswa
34
35
Kunandar, Guru Profesional..., hal. 257-259
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain..., hal. 178
41
dan menjadikan siswa sebagai pusat dari segala kegiatan pembelajaran
dengan mengembangkan aktifitas dan kreatifitas siswa.
b. Tujuan Pembelajaran Berbasis Siswa
Pembelajaran berbasis siswa dipandang sebagai sustu pembelajaran
yang menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal untuk
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara seimbang.
Adapun tujuan pembelajaran berbasis siswa adalah sebagai berikut:
1. Dari Sisi Proses Pembelajaran
Pembelajaran berbasis siswa lebih menekankan kepada aktifitas
siswa secara optimal, artinya pembelajaran berbasis siswa lebih
menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental termasuk
emosional
dan
aktifitas
intelektual.
Oleh
karena
itu
kadar
pembelajaran berbasis siswa tidak hanya dapat dilihat dari aktifitas
fisik saja, akan tetapi juga aktifitas mental dan intelektual.
2. Dari Sisi Hasil Belajar
Pembelajaran berbasis siswa menghendaki hasil belajar yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap
(afektif),
dan
keterampilan
pembelajaran berbasis
(psikomotorik).
Artinya,
dalam
siswa pembentukan siwa secara utuh
merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran.
42
Pembelajaran berbasis siswa tidak menghendaki pembentukan
siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan
keterampilan. Akan tetapi dalam pembelajaran berbasis siswa
intelektual bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa
yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil. 36
c. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Siswa
Pelaksanaan pembelajaran memiliki beberapa langkah-langkah,
adapun langkah-langkah tersebut adalah:
1. Pembukaan
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru
untuk memulai atau membuka pelajaran. Membuka pelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri
sepenuhnya untuk belajar.
a. Pembinaan Keakraban
Pembinaan
keakraban
merupakan
upaya
yang
harus
dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaranyang
kondusif
dan
mempersiapkan
siswa
memasuki
proses
pembelajaran. Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan
yang harmonis antara guru dan dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa.
36
Ibid., hal. 179-180
43
b. Pretes
Pretes adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagai
penjajakan terhadap kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
2. Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi siswa merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang
materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk
membentuk kompetensi siswa, serta melakukan tukar pengalaman dan
pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah
yang dihadapi bersama. Adapun bentuk-bentuk soal penilaian
kemampuan siswa meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yakni yang berhubungan dengan intelektual dan
kemampuan berfikir seperti mengingat dan memecahkan masalah.
a. Pertanyaan Lisan
Pertanyaan lisan merupakan pertanyaan yang diajukan secara
langsung oleh guru. Pertanyaan lisan digunakan untuk mengetahui
pencapaian siswa dri kompetensi dasar tertentu.
44
b. Tes Obyektif
Tes ini biasa menggunakan tes berbentuk pilihan ganda. Tes
obyektif dapat mencakup banyak materi, penskorannya obyektif,
dan dapat dikoreksi oleh komputer maupun orang lain yang bukan
bidangnya.
c. Soal Uraian
Soal uraian adalah soal yang menuntut siswa untuk
menguraikan guna memperoleh jawaban atas soal. Agar obyektif,
diperlukan pedoman penskoran. Penskoran dilakukan secara
analitis, dan setiap langkah pengerjaan diberi skor.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi.
Dua komponen afektif yang penting untuk diukur adalah minat dan
sikap.
a. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan untuk memberikan
perhatian dan bertindak dengan perasaan senang terhadap sesuatu
mata pelajaran obyek yang disenangi oleh siswa.
b. Sikap
Sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu bisa positif,
negatif, maupun netral. Guru perlu mengetahui siswa agar dapat
45
mengubah sikap siswa dari negatif menjadi sikap positif terhadap
mata pelajaran tertentu.
3. Ranah Psikomotorik
Tes psikomotorik berguna untuk mengukur keterampilan siswa
dalam pembelajaran. Tes pada ranah psikomotorik dapat berupa:
a.
Tes Tulis (paper and pencil test), misalnya untuk membuat
desain, sketsa dan sejenisnya.
b. Tes Simulasi (simulation test), misalnya tes simulasi untuk
memeragakan tugas tertentu, seperti: wudlu,tayamum,sholat, dan
sebagainya.
c. Tes Contoh Kerja (work sample), yakni unjuk kerja secara sampel
dari suatu kegiatan tertentu.37
3. Penutup
Penutup merupakan bagian yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus
berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian
tujuan pembelajaran, serta pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran.
37
109-112
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal.
46
a. Meninjau Kembali
Meninjau kembali pembelajaran yang telah disampaikan
dapat dilakukan dengan cara merangkum materi pokok atau
menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar
atau tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk
memantapkan pokok-pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan
merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh siswa
di bawah bimbingan guru.
b. Mengevaluasi
Evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui
keefektifan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta
untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan
yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh siswa melalui
pembelajaran. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap siswa dan juga sebagai balikan untuk
memperbaiki program pembelajaran. Seperti: ulangan harian,
postes, remidial dan pengayaan.
c. Tindak Lanjut
Tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi
pemantapan pada diri siswa terhadap pembentukan kompetensi
47
dasar
dan
pencapaian
tujuan
pembelajaran
yang
telah
dirumuskan.38
3. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas
a. Pengertian Evaluasi Berbasis Kelas
Evaluasi berbasis kelas adalah proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, buktibukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.39
Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses
pembelajaran yang dilakukan sebagai proses pengumpulan dan
pemanfaatan informasi yang menyeluruh tentang hasi belajar yang
diperoleh siswa untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
kompetensi seperti yang ditentukan dalam kurikulum dan sebagai umpan
balik perbaikan proses pembelajaran.40
Adapun ciri-ciri evaluasi berbasis kelas:
a) Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
b) Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara
autentik.
38
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan
Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 181-187
39
Ibid., hal. 101
40
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 183-184
48
c) Penilaiannya menggunakan acuan patokan/kriteria. Hal ini dilakukan
karena untuk mengetahui ketercapaian kompetensi siswa.
d) Memanfaatkan berbagai jenis informasi.
e) Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian.
f) Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi.
g) Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai
informasi.
h) Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa.
i) Bersifat holistik, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.41
Selain ciri-ciri diatas, juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan evaluasi berbasis kelas diantaranya,
a) Lihatlah kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum
b) Ketika penilaian berlangsung, pertimbangkan kondisi anak.
c) Penilaian dilakukan secara terpadu dengan KBM.
d) Lakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui: pemberian tugas, PR,
ulangan, pengamatan dan sebagainya.42
Jadi evaluasi berbasis kelas adalah evaluasi yang dilakukan oleh
guru untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
menerima materi/penjelasan dari guru dan hasil belajar siswa, sehingga
41
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hal. 79
42
Ibid., hal. 80
49
dari evaluasi ini dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
Dan dari evaluasi kelas inilah guru dapat mengetahui apa saja kesulitankesulitan belajar yang dialami oleh para siswanya. Dari kesulitan belajar
siswa inilah digunakan oleh guru sebagai umpan balik untuk
memperbaiki
proses
pembelajaran.
Dengan
perbaikan
proses
pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa secara maksimal.
b. Tujuan Evaluasi Berbasis Kelas
Tujuan evaluasi kelas yakni untuk mengetahui kemampuan siswa
dan hasil belajar siswa. Adapun tujuan evaluasi kelas, hendaknya guru
mengarahkan pada empat tujuan berikut yakni:
a) Penelusuran (keeping track).
Yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran siswa tetap
sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang
semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas
agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh
siswa.
b) Pengecekan (checking-up).
Yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran. Melalui penilain kelas, baik
yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan
50
kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa yang
belum dikuasai.
c) Pencarian (finding-out).
Yaitu
untuk
mencari
dan
menemukan
hal-hal
yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil
penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
d) Penyimpulan (summing-up).
Yaitu untuk menyimpulkan apakah siswa telah menguasai
seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususunya pada saat
guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar siswa kepada orang
tua, sekolah atau pihak lain seperti diakhir semester atau akhir tahun
ajaran baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk-bentuk lainnya.43
c. Fungsi Evaluasi Berbasis Kelas
Agar pelaksanaan evaluasi kelas berjalan lancar tanpa hambatan,
maka evaluasi kelas harus disusun secara berencana dan sistematis oleh
guru sehingga evaluasi berbasis kelas memiliki fungsi sebagai berikut:
43
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 187-188
51
a) Fungsi Motivasi
Evaluasi yang dilakukan oleh guru dikelas harus mendorong
motivasi siswa untuk belajar. Latihan tugas, dan ulangan yang
diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
b) Fungsi Belajar Tuntas
Penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan
belajar siswa. Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam
perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru melakukan
penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai siswa, penilaian
harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian
besar siswa telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian
harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai
siswa pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan
yang telah ditetapkan.
c) Fungsi Sebagai Indikator Efektifitas Pengajaran
Disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian
kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar
mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua siswa
telah menguasai sebagian besar atau semua kemampuan yang telah
diajarkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa
52
hanya sebagian siswa saja yang menguasai kemampuan yang
ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal
ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk
meningkatkan efektifitas pengajaran.
d) Fungsi Umpan Balik
Hasil penilaian harus dianalisi oleh guru sebagai bahan umpan
balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian
harus sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan
yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan
siswa diminta melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu
baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Analisis hasil
penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar.44
Selain fungsi diatas, juga terdapat fungsi evaluasi berbasis kelas
bagi siswa dan guru adalah :
1. Membantu siswa mewujudkan dirinya dengan
mengubah dan
mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju.
2. Membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang
telah
dikerjakannya.
3. Membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang
digunakannya telah memadai atau tidak.
44
Ibid., hal. 188-189
53
4.
Membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan
administrasi.45
d. Prinsip-Prinsip Evaluasi Berbasis Kelas
Pada dasarnya pelaksanaan evaluasi berbasis kelas tidak bisa
terhindar dari prinsip-prinsip, sehingga pelaksanaan evaluasi harus
mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Berorientasi Pada Kompetensi
Penilaian mengacu pada kompetensi yang dimuat dalam
kurikulum. Semua kompetensi yang ditumbuh-kembangkan pada diri
peserta didik mendapat peluang yang sama untuk dinilai.
2. Mengacu Pada Patokan
Penilaian, mengacu pada hasil belajar sebagai kriteria yang telah
ditetapkan. Sekolah menetapkan kriteria sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan.
3. Ketuntasan Belajar
Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat
pencapaian
kompetensi
yang
memadai
dan
dapat
dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi
lebih lanjut. Sekolah dapat menetapkan tingkat ketuntasan belajar
sesuai kondisi dan kebutuhan.
45
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar..., hal. 103
54
4. Menggunakan Berbagai Cara
Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara untuk
memantau kemajuan dan hasil belajar siswa. Tes maupun non-tes
digunakan untuk mengumpulkan informasi.
5. Valid, adil dan obyektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan
bermakna.
Evaluasi memberikan informasi yang akurat tentang hasil
belajar siswa dengan berlaku adil terhadap semua siswa dan tidak
membeda-bedakan latar belakang siswa. Penilaian juga harus terbuka
bagi semua pihak dan dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan
terus-menerus, serta mudah dipahami untuk memperoleh gambaran
tentang
perkembangan
belajar
siswa
sebagai
hasil
kegiatan
belajarnya.46
e. Bentuk-Bentuk Evaluasi Berbasis Kelas
Adapun bentuk-bentuk evaluasi berbasis kelas meliputi evaluasi
harian, ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan
evaluasi kenaikan kelas adalah sebagai berikut:
a) Penilaian Harian
Penilaian harian sering disebut juga ulangan harian dilakukan
setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.
Penilaian harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab
46
Ibid., hal. 103-105
55
siswa dan tugas-tugas tersruktur yang berkaitan dengan konsep dan
kompetensi dasar yang sedang dibahas. Penilaian harian minimal
dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Penilaian harian digunakan
untuk memberikan nilai bagi siswa seperti: kuis, PR, hasil tes tulis,
tanya jawab, dan keaktifan siswa.
b) Ujian Tengah Semester (UTS)
Ujian tengah semester dilakukan setelah pembelajaran mencapai
beberapa standar kompetensi tertentu (50%). UTS dilakukan satu kali
dalam setiap semester. Nilai UTS digunakan sebagai bahan
pertimbangan kenaikan kelas.
c) Ujian Akhir Semester (UAS)
UAS dilaksanakan secara bersama-sama. Adapun materi UAS
yakni standar kompetensi dan kopetensi dasar semester pertama dan
penekanan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar semester
dua.
d) Penilaian Kenaikan Kelas
Penilaian kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap.
Penilaian kenaikan kelas sama dengan Ujian Akhir Semester Genap.
Penilaian kenaikan kelas dilakukan untuk menentukan siswa yang
56
berhak pindah atau naik kelas berikutnya (misalnya dari kelas satu ke
kelas dua, dan dari kelas dua ke kelas tiga).47
D.
Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Peran Sertifikasi Guru dalam
Meningkatkan Profesionalitas Guru PAI di MAN 2 Tulungagung” ini,
penulis bermaksud ingin mengetahui pengaruh yang dihasilkan dari guru
yang sudah sertifikasi, yakni di MAN 2 Tulungagung terhadap
peningkatan profesionalitas guru PAI di bidang pembelajaran.
Penerapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI khususnya
yang sudah sertifikasi di MAN 2 Tulungagung terutama dalam bidang
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran berbasis siswa, dan
evaluasi pembelajaran berbasis kelas sangat berperan penting dalam
pencapaian mutu pembelajaran serta mampu meningkatkan kualitas
pendidikan sehingga bisa menghasilkan output yang berkualitas yang
mampu menjawab tuntutan zaman.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konseptual penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
47
Mulyasa, Implementasi Kurikulum..., hal. 209-211
57
Perencanaan
Pembelajaran
Sertifikasi
Guru
Peningkatan
profesionalita
s Guru PAI
Pelaksanaan
pembelajaran
berbasis
siswa
Evaluasi
pembelajaran
berbasis kelas
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
Pencapaian mutu
pembelajaran serta
mampu
meningkatkan
kualitas
pendidikan
sehingga bisa
menghasilkan
output yang
berkualitas yang
mampu menjawab
tuntutan zaman
Download