4163 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DENGAN PERILAKU
PENYALAHGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN PADA MAHASISWA PSIK
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN KECAMATAN UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
Ulul Azmi Waris
Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
Adolescence period is identical with great curiosity which can bring the teenagers into the
behavior of drug abuse, alcoholism or premarital sex. One of the affecting factor is the living
environment. The purpose of this study was to determine the relationship between neighborhood with
the behavior of antidepressant drug abuse in the nursing students at Ngudi Waluyo School Of Health
Ungaran, Ungaran District, Semarang Regency.
The design in this study used descriptive correlation, and cross-sectional approach. The total
population was 166 students with the samples of 62. The sampling used quota Sampling and data
collecting used the questionnaires. Statistic analysis used Chi -square.
The results showed that the nonsupportive neighborhood factor was in 35 nursing students
(56.5 %), and most of the respondents were not included in the behavior of antidepressant drug abuse,
namely 47 nursing students (75.8 %). There was a significant relationship between neighborhood with
the behavior of antidepressant drug abuse in the nursing students, with p value of 0.016 ( α = 0.05 ) .
It expects the students to be more careful toward the adverse effects of antidepressant drug
abuse that can be generated from the friends and relationships .
Keywords: neighborhood, the Behavior of Antidepressant Drug Abuse
PENDAHULUAN
Remaja merupakan kelompok penduduk
yang
perlu
mendapatkan
perhatian,
berdasarkan sensus penduduk BPS (Biro Pusat
Statistik) pada tahun 2011, jumlah remaja
sebanyak 237 juta jiwa. Besarnya jumlah
kelompok usia remaja jelas memerlukan
perhatian dan penanganan serius dari seluruh
pihak. Apalagi bila dikaitkan dengan derasnya
arus kemajuan teknologi informasi globalisasi
saat ini, remaja dengan mudah mengakses
materi produk yang belum sepantasnya mereka
konsumsi, dari sumber yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Dampak negatif yang
menimpa kaum remaja akibat pergaulan bebas
dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan obatobat terlarang, alkoholisme, dan kekerasan,
sampai dengan penularan HIV/AIDS di
kalangan usia muda, juga menjadi akses atau
dampak lanjutan dari akar permasalahan
remaja (BKKBN,2010).
Di Indonesia dilihat dari tahun ke tahun,
penyalahgunaan obat anti depresan terus
meningkat. Penyalahgunaan obat menjadi
ancaman serius terhadap masa depan
masyarakat Indonesia, khususnya generasi
muda. Angka penyalahgunaan obat penenang
di kalangan pelajar dan mahasiswa, menurut
hasil survei 2006 menunjukkan peningkatan
dibanding tahun- tahun sebelumnya. Survei
nasional yang dilakukan BNN tahun 2006
tentang penyalahgunaan obat pada 13,710
siswa dan mahasiswa dari 30 provinsi
menunjukkan bahwa 5,8% pernah memakai
obat penenang dan 3,9% atau 4 dari 100
responden memakai obat penenang.
Masa remaja memang identik dengan rasa
keingintahuan yang besar, yang akhirnya
membuat penasaran dan akhirnya menjadikan
mereka mencoba- coba, namun bila tidak
dikelola dengan baik maka rasa keingintahuan
tersebut bisa menimbulkan masalah dan akan
menjerumuskan mereka ke dalam hal- hal yang
tidak baik. Rasa ingin tahu yang membawa
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
1
remaja pada tindakan coba- coba rupanya juga
menjadi salah satu alasan yang mendasari
remaja melakukan penyalahgunaan obat- obat
terlarang, minum-minuman keras, sampai
melakukan hubungan seksual pranikah
(Sarwono, 2012).
Penyalahgunaan obat adalah penggunaan
senyawa apapun yang dikontrol secara
internasional di luar kepentingan medis dan
sains, termasuk penggunaan obat tanpa resep,
dalam jumlah yang berlebihan dan dalam
jangka waktu yang tidak dapat ditentukan
(Betram, 2007). Salah satu obat yang sering di
salahgunakan di antaranya adalah obat
antidepresan. Obat anti depresan adalah zat-zat
yang menyebabkan timbulnya efek perilaku
tenang (sedatif). Termasuk didalamnya antara
lain alkohol, obat- obatan sedatif, hipnotik dan
anxiolytics dari kelompok barbiturates dan
benzodiazepines (Fitri, 2005). Meskipun
semua orang mengetahui tentang bahaya yang
ditimbulkan akibat penyalahgunaan obat
antidepresan, tetapi hal ini tidak pernah surut
dan sudah wajar dipandang oleh para remaja,
khususnya remaja laki-laki (Susilo, 2009).
Dampak
jangka
panjang
dari
penyalahgunaan obat antidepresan adalah
gangguan pada sistem saraf (neurologis)
seperti: kejang- kejang, gangguan kesadaran,
dan kerusakan sistem saraf tepi, gangguan
pada
jantung
dan
pembuluh
darah
(kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah, gangguan
pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan
(abses), alergi, gangguan pada paru-paru
(pulmoner)
seperti:
penekanan
fungsi
pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan
jaringan paru-paru (Iskandar, 2008).
Fenomena perilaku penyalahgunaan obat
di lingkungan mahasiswa juga merupakan
fenomena sosial yang sering kita jumpai.
Lingkungan universitas merupakan tempat
berkumpulnya individu dari berbagai daerah
dengan keunikan sendiri dan tipe kepribadian
yang berbeda. Cara individu dalam lingkungan
sosialisasi, penyesuaian baru serta stress yang
dialaminya berbeda satu sama lain. Menurut
Theodonus dkk (1998) penyalahgunaan obat
Penenang berkaitan dengan riwayat pemakaian
obat pada keluarga. Tergambar bahwa
pengguna obat lebih banyak terjadi dikalangan
remaja yang mempunyai kakak, ayah dan ibu
yang menggunakan obat-obat antidepresan.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat
2
antidepresan pada seseorang diantaranya
pengaruh keluarga, pengaruh teman, faktor
kepribadian, dan pengaruh lingkungan.
Pengaruh keluarga, salah satu temuan tentang
remaja yang menyalahgunakan obat adalah
bahwa anak- anak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
orang tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras, lebih mudah untuk menjadi pecandu
obat dibanding anak- anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
Pengaruh
teman,
berbagai
fakta
mengungkapkan bahwa bila semakin banyak
remaja yang mengkonsumsi obat, maka
semakin besar kemungkinan teman- temannya
adalah pecandu obat dan demikian sebaliknya.
Faktor kepribadian, orang mencoba untuk
menggunakan obat karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik
atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan. Pengaruh lingkungan tempat
tinggal sangat berpengaruh terhadap perilaku
atau sikap remaja dimana dilihat dari
lingkungan tempat tinggal seseorang yang baik
maka pergaulannya juga akan baik, dan begitu
juga sebaliknya dan faktor lingkungan sering
merupakan faktor dominan yang mewarnai
perilaku seseorang (Poltekes Depkes, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
peneliti lakukan dengan mahasiswa pada
tanggal 15 Oktober 2014 di STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran, hasil wawancara delapan
mahasiswa terdapat tujuh orang mahasiswa
menggunakan obat antidepresan dan satu
mahasiswa
tidak
menggunakan
obat
antidepresan. Diantara tujuh mahasiswa yang
menggunakan
obat
antidepresan,
dua
mahasiswa mengatakan bahwa dia tinggal di
lingkungan yang tidak ada seorangpun
temannya menggunakan obat anti depresan,
tetapi mengatakan bahwa dia sendiri
menggunakan obat anti depresan dengan
alasan untuk menghilangkan stres ketika dia
lagi ada masalah dan banyak tugas. Tiga
diantaranya mengatakan mereka menggunakan
obat anti depresan dan di lingkungan mereka
banyak teman-temannya yang menggunakan
obat anti depresan dengan alasan ingin cobacoba, untuk mencari sensasi dan mencoba hal
baru, mereka juga mengatakan bahwa orang
tua mereka tidak mengetahui kalau mereka
menggunakan obat anti depresan. Dua
mahasiswa mengatakan mereka menggunakan
obat anti depresan ketika berada di tempat
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
hiburan saja. Sedangkan satu mahasiswa
mengatakan bahwa dia tinggal di lingkungan
yang teman-temannya ada yang menggunakan
obat anti depresan tetapi dia tidak
menggunakan obat anti depresan ketika
mengalami stres dan menghilangkan stres,
meskipun mereka yang tinggal bersama
seorang pengguna lebih beresiko dari pada
orang yang tempat tinggalnya di lingkungan
yang tidak menggunakan obat antidepresan.
Dari keterangan- keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat mahasiswa yang
menyalahgunakan obat anti depresan dari
bermacam-macam alasan. Dari masalah yang
muncul diatas peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Hubungan Faktor Lingkungan Tempat
Tinggal dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat
Anti Depresan Pada Mahasiswa Program Studi
Keperawatan
STIKES
Ngudi
Waluyo
Ungaran”.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah: 1) Mahasiswa PSIK yang bersedia
menjadi responden; 2) Mahasiswa termasuk
dalam usia remaja akhir 18-21 tahun.
Sedangkan
kriteria
eksklusinya
yaitu
tesponden yang memenuhi kriteria inklusi
namun tidak bersedia berpartisifasi dalam
penelitian atau menolak menjadi responden.
Jumlah sampel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah 62 responden. Dalam
pengambilan sampel digunakan teknik Non
probability sampling yaitu cara pengambilan
sampel
yang
tidak
didasarkan
atas
kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tapi
semata-mata hanya berdasarkan kepada segisegi kepraktisan belaka.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2729 Januari 2015 pada mahasiswa laki-laki di
Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelasi yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan antar variabel.
Desain ini dipilih karena peneliti mencoba
untuk menyelidiki hubungan faktor lingkungan
tempat
tinggal
terhadap
perilaku
penyalahgunaan obat antidepresan pada
Mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo. Pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode
pendekatan waktu Cross Sectional, yaitu suatu
metode pengambilan data yang dilakukan pada
satu waktu yang sama dengan subyek yang
berbeda.
Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan data skunder. Data primer dalam
penelitian ini didapat dengan cara memberikan
kuesioner tentang faktor penyebab perilaku
penyalahgunaan obat anti depresan dan
kejadian perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan yang terjadi pada mahasiswa di
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Adapun data sekunder pada penelitian ini
adalah data jumlah mahasiswa di STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2014/2015.
Alat untuk mengumpulkan data berupa
kuesioner tentang faktor lingkungan tempat
tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat
anti depresan.
Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling
Analisa Data
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswa laki-laki di program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
dari semester 1-7 yang berjumlah 166 orang
pada tahun 2014/2015.
Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan faktor lingkungan tempat
tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan pada mahasiswa di Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.
Analisis ini akan menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari penyalahgunaan
obat antidepresan pada mahasiswa.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian populasi mahasiswa di program Studi
keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memiliki kriteria eksklusi.
Analisis Bivariat
Analisa
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahui adanya hubungan atau korelasi
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
3
antara faktor lingkungan tempat tinggal
terhadap perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan pada mahasiswa. Analisa ini
menggunakan program SPSS versi 16.0
dengan uji Chi square.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel 1.
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal
Mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2015
Lingkungan
Frekuensi Persentase
Tempat Tinggal
(%)
Tidak mendukung
35
56,5
Mendukung
27
43,5
Jumlah
62
100,0
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
bahwa dari 62 responden mahasiswa Program
Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran, sebagian besar tinggal di lingkungan
tempat tinggal yang tidak mendukung yaitu
sejumlah 35 Mahasiswa (56,5%), sedangkan
responden yang tinggal di lingkungan tempat
tinggal yang mendukung yaitu sejumlah 27
Mahasiswa (43,5%).
Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Tabel 2.
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Perilaku Penyalahgunaan
Obat Antidepresan pada Mahasiswa
Program Studi Keperawatan STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran, 2015
Perilaku
f
Persentase
Penyalahgunaan
(%)
Obat Antidepresan
Tidak perilaku
47
75,8
penyalahgunaan
obat antidepresan
Perilaku
15
24,2
penyalahgunaan
obat antidepresan
Jumlah
62
100,0
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden di Program
Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran
tidak
termasuk
perilaku
penyalahgunaan obat antidepresan, yaitu
sejumlah 47 responden (75,8%), sedangkan
responden di Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang
termasuk perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan, yaitu sejumlah 15 responden
(24,2%).
Analisis Bivariat
Tabel 3.
Hubungan Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Perilaku penyalahgunaan obat antidepresan
Tidak Perilaku
Perilaku
Total
Lingkungan penyalahgunaan obat
penyalahgunaan
p-value
tempat tinggal
antidepresan
Obat Antidepresan
Persentase
Persentase
Persentase
F
F
F
(%)
(%)
(%)
Tidak mendukung
22
62,9
13
37,1
35
100
0,016
Mendukung
25
92,6
2
7,4
27
100
Jumlah
47
75,8
15
24,2
62
100
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh pvalue 0,016. Oleh karena p-value 0,016 < α
(0,05), maka H0 ditolak, dan disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
lingkungan tempat tinggal dengan perilaku
penyalahgunaan obat antidepresan pada
Mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
4
PEMBAHASAN
Lingkungan tempat tinggal
Dari hasil kuesioner yang di isi oleh
responden yaitu 15 responden (24,2%)
mengatakan di lingkungannya
ada yang
menggunakan obat antidepresan, 13 responden
(20,9%) tinggal di lingkungan orang yang
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
menggunakan obat antidepresan, 11 responden
(17,7%) mengatakan akrab dengan teman yang
menggunakan obat antidepresan, 10 responden
(16,1%) sering kumpul-kumpul dengan teman
yang menggunakan obat antidepresan, 8
responden (12,9%) mengisi kusioner pernah di
tawarkan
untuk
menggunakan
obat
antidepresan oleh teman di lingkungan tempat
tinggal, 6 responden (9,6%) mengatakan
bahwa teman sering main ke kos untuk
menyalahgunakan obat antidepresan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa dari 62 responden mahasiswa di
Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran sebagian besar tinggal di
lingkungan yang tidak mendukung yaitu
sejumlah 35 (56,5%) responden, dan
responden yang tinggal di lingkungan yang
mendukung sebanyak 27 (43,5%).
Pada saat ini lingkungan keluarga
merupakan faktor utama dalam menghadapi
anak remaja yang sedang bergejolak. Apabila
orang tua kurang memperhatikan dan kurang
memberi arahan serta pengawasan pada anak
yang dapat mengakibatkan ikatan orang tua
terhadap si anak akan semakin renggang,
sehingga anak tersebut mencari kesibukan di
luar rumah. Di tambah lagi kurangnya
komunikasi antara anak dengan orang tua yang
mengakibatkan orang tua akan ketinggalan
informasi tentang keadaan anak tersebut. Hal
ini dapat disebabkan oleh kesibukan orang tua
dalam berbagai aktivitas dalam upaya
pemenuhan hidupnya, sehingga perhatian
terhadap anak-anaknya menjadi terabaikan.
Lingkungan dalam penelitian ini adalah
lingkungan kos dimana lingkungan seperti ini
merupakan lingkungan yang tidak menetap
dari responden sehingga dalam hal ini dari
lingkungan sebelumnya yang di tempati oleh
responden dapat di katakan sebagai lingkungan
yang mendukung dan tidak mendukung.
Perilaku penyalahgunaan obat antidepresan
Kuesioner yang diisi oleh 62 responden
menunjukkan sebanyak 47 (75,8%) responden
mengatakan mereka tidak mengkonsumsi obat
antidepresan, Sebaliknya pada 15 responden
(24,2%) mengatakan mereka mengkonsumsi
obat antidepresan.
Hasil dari kuesioner sebanyak 12,9%
responden mengkonsumsi obat antidepresan
ketika lagi ada masalah, hal ini sesuai dengan
pendapat psikiater Dr. Graham Blaine
mengemukakan bahwa biasanya seorang
remaja menyalahgunakan obat dengan
beberapa sebab di antaranya adalah untuk
menghilangkan
kegelisahan,
mengisi
kekosongan, menumbuhkan rasa percaya diri,
frustasi dan problem dalam hidup.
Sebanyak 11,2% responden mengatakan
mereka mengkonsumsi obat antidepresan
awalnya ingin coba-coba, menurut Achmad
(2014) penyalahgunaan obat antidepresan
menggunakan obat antidepresan secara cobacoba atau penggunaan yang di lakukan secara
rekreasional atau penggunaan yang bersifat
situasional termasuk perilaku penyalahgunaan
obat antidepresan tingkat ringan.
Sejumlah 9,6% responden mengkonsumsi
obat antidepresan ketika lagi tegang, sesuai
dengan apa yang di kutip oleh Iskandar (2008)
alasan seseorang menyalahgunakan obat yakni
untuk mengatasi stres dalam hal ini pemakaian
obat memberikan perasaan santai sehingga
dapat melupakan masalah yang di hadapi,
mereka memakai obat agar mereka rileks atau
tenang dari situasi yang menegangkan, dengan
memakai obat dapat menghindari rasa sedih,
tertekan atau marah dan memakai obat juga di
jadikan sebagai cara meredakan rasa takut dan
tidak percaya diri. Dan 9,6% responden
mengatakan mengkonsumsi obat antidepresan
ketika lagi ada masalah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dari 62 responden mahasiswa di Program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
sebagian besar responden tidak termasuk
perilaku penyalahgunaan obat antidepresan
sejumlah 47 (75,8%), sedangkan responden
yang termasuk dalam perilaku penyalahgunaan
obat antidepresan sebanyak 15 responden
(24,2%).
Tanda-tanda perilaku penyalahgunaan
obat antidepresan tersebut sesuai dengan teori
yang disebutkan oleh Daryo (2004) yang
menyebutkan bahwa yang dinamakan perilaku
penyalahgunaan obat ialah mereka yang dalam
hidupnya, memang memiliki masalah dengan
obat-obatan dan alkohol, yakni baik secara
fisik, mental, emosional, maupun spiritual.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka telah
terkondisikan sedemikian rupa, sehingga
mereka menggunakan obat/alkohol. Mungkin
mereka hanya menggunakan obat/alkohol satu
kali dalam sebulan atau seminggu sekali,
namun mereka tidak bisa menghentikan
kebiasaan itu. Mereka secara kognitif, tahu
bahwa obat-obatan atau alkohol itu dapat
menyebabkan suatu masalah dalam kehidupan,
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
5
namun mereka tidak mampu mengontrol diri
untuk tidak menggunakannya. Karena itu,
mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang
tidak menggunakan obat/alkohol. Biasanya
pergaualan mereka pun bersama dengan
penggunaan obat/alkohol.
Secara
subjektif
individual,
penyalahgunaan obat oleh kaum remaja
sebagai salah satu akselerasi upaya
individual/subyek agar dapat mengungkap dan
menangkap kepuasan yang belum pernah di
rasakan dalam kehidupan keluarga yang
hakikatnya menjadi kebutuhan primer dan
fundamental bagi setiap individu, terutama
bagi anak remaja yang sedaang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupannya.
Secara
obyektif
penyalahgunaan
obat
merupakan visualisasi dari proses isolasi yang
pasti membebani fisik dan mental sehingga
dapat menghambat pertumbuhan yang sehat
(Sudarsono, 2012).
Penyalahgunaan
obat
(Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah
satu
dari
perilaku
resiko
tinggi,
Penyalahgunaan
obat
antidepresan
menimbulkan perasaan enak, nikmat, senang,
bahagia, tenang dan nyaman, tetapi
ketergantungan pada obat antidepresan dapat
juga mengakibatkan dampak negatif dan
berbahaya, baik secara fisik, psikologis, dan
sosial (Saputro, 2011). Di Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir penyalahgunaan obat
meningkat pesat. Jumlah tersangka meningkat
dari 4.924 orang tahun 2001 menjadi
31.635 orang tahun 2006 (Mabes Polri,
2007). Angka-angka yang dilaporkan ini
hanya puncak gunung es dari masalah
penyalahgunaan obat yang jauh lebih besar
(BNN, 2008). Hasil Penelitian yang dilakukan
oleh BNN pada tahun 2010 di Indonesia
Menyatakan angka prevalensi penyalahgunaan
obat semakin meningkat dari angka 1,55%
menjadi 1,99% dari jumlah penduduk
Indonesia (3,6 Juta orang) dan pada tahun
2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8%
(5,1 Juta orang).
Menurut
Firmansyah
(2011)
mengemukakan
bahwa
remaja
yang
menyalahgunakan obat dikarenakan pengaruh
lingkungan. Faktor
lingkungan
sangat
berpengaruh terhadap penyalahgunaan obat ,
baik lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat. Karena ketiga lingkungan
tersebut adalah lingkungan dimana remaja
selalu berinteraksi. Remaja adalah suatu
6
tahapan
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan manusia yang selalu ingin
mencoba hal-hal baru, lingkungan yang buruk
selalu menawarkan hal-hal yang buruk pula,
dengan rasa ingin tau yang tinggi remeka
sering menerima apapun yang ditawarkan,
termasuk
obat. Mereka
ini rata-rata
menjadikan obat atau alkohol sebagai sebuah
pelarian dari masalah yang tengah mereka
hadapi. Masalah ini bisa berasal dari
keluarga yang tidak haromonis atau bahkan
teman-teman sendiri. Untuk itu mulailah
lebih peduli dengan teman-teman kalian,
karena bisa saja kalian menjadi sumber
penyebab mengapa mereka menyalahgunakan
obat.
Hubungan faktor lingkungan tempat
tinggal dengan perilaku penyalahgunaan
obat
antidepresan
pada
mahasiswa
Program Studi Keperawatan STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh pvalue 0,016. Oleh karena p-value 0,016 < α
(0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara lingkungan tempat
tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan pada Mahasiswa Program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo,
Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.
Dari hasil penelitian dapat di ketahui
bahwa dari hasil kuesioner yang di isi oleh
responden pada mahasiswa Program Studi
Keperawatan
STIKES
Ngudi
Waluyo
Ungaran, jumlah responden yang tidak
berperilaku
menyalahgunakan
obat
antidepresan di lingkungan yang tidak
mendukung sebanyak 22 (62,9%), sedangkan
responden yang tidak berperilaku di
lingkungan yang mendukung sebanyak 25
(92,6%) dari hasil penelitian ini dapat di
simpulkan bahwa sebagian besar responden
pada mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebagian
besar tidak berperilaku menyalahgunakan obat
antidepresan di lingkungan yang mendukung
sedangkan responden yang berperilaku
menyalahgunakan obat antidepresan di
lingkungan yang tidak mendukung sebanyak
13 (37,1%) dan responden yang berperilaku
menyalahgunakan obat antidepresan di
lingkungan yang mendukung sebanyak 2
(7,4%) responden, dan dapat di simpulkan
bahwa responden pada mahasiswa Program
Studi Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
Ungaran sebagian besar tidak berperilaku
menyalahgunakan obat antidepresan baik di
lingkungan yang mendukung dan tidak
mendukung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang di lakukan oleh M. Mashuri
pada tahun 2012 tentang Hubungan teman
sebaya terhadap penggunaan NAPZA dengan
hasil dari 120 responden pada pelajar di DKI
jakarta terdapat 34 (28,3%) responden
menggunakan NAPZA di karenakan dari
teman sebaya. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nusiriska Prisaria (2012), ada
hubungan positif antara pengaruh teman
sebaya terhadap penggunakan NAPZA
(p=0,028 : r=0,226).
Menurut Triswanto (2007) ada beberapa
faktor yang menyebabkan para remaja
menyalahgunakan obat di antaranya seperti: 1).
pengaruh orang tua (keluarga), golongan usia
remaja rentan terpengaruh untuk berperilaku
menyalahgunakan obat salah satunya adalah
berasal dari suasana rumah tangga yang kurang
bahagia
dimana
orang
tua
kurang
memperhatikan
anak-anaknya
karena
kesibukan orang tua dalam berbagai aktivitas
apabila orang tua kurang memperhatikan dan
kurang memberikan arahan serta pengawasan
shingga komunikasi dan hubungan antara anak
dan orang tua menjadi renggang. 2). Pengaruh
teman, dari lingkungan pergaulan antara teman
atau kelompok teman sebaya, para remaja
mengenal
obat
antidepresan
termasuk
pergaulan dari luar. 3). Faktor kepribadian,
pada
faktor
ini
orang
biasanya
menyalahgunakan karena rasa ingin tau,
mudah menerima segala sesuatu yang masuk
pada dirinya. 4). Lingkungan, lingkungan
merupakan dimana di dalamnya terjadi proses
interaksi
antara
masyarakat
dengan
lingkungan. 5). Faktor nilai-nilai keyakinan,
agama merupakan bagian yang cukup penting
dalam jiwa
remaja,
sebagian
orang
berpendapat bahwa nilai moral dan religi bisa
mengendalikan tingkah laku anak yang sedang
beranjak dewasa sehingga tidak melakukan
hal-hal yang merugikan atau bertentangan
dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Di sisi lain tiadanya nilai moral dan keyakinan
ini sering di tuding sebagai faktor penyebab
remaja melakukan perbuatan-perbuatan negatif
(Sarlito W. Sarwono, 2004).
Semua lingkungan masyarakat berbeda
antara satu dengan yang lain, misalnya di
pengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan
fisik, ekonomi, sosial budaya. Lingkungan
yang tidak baik dapat mempengaruhi
seseorang untuk melanggar norma-norma yang
ada di dalam masyarakat, perilaku terhadap
kebiasaan kurang baik yang di terimanya
dalam interaksi menjadi hal yang biasa bagi
individu. Pada saat ini usia remaja memang
masa yang penuh dengan bergaul, remaja
biasanya lebih suka dengan pergaulan yang
bebas baik di dalam dan di luar lingkungan
tempat tinggal mereka. Dari hasil penelitian
yang di lakukan responden yang tinggal di
lingkungan yang mendukung sebanyak 27
(43,5%) artinya mereka yang tinggal bersama
di lingkungan yang mendukung atau yang
menggunakan obat antidepresan lebih beresiko
untuk berperilaku menyalahgunakan obat
antidepresan, karena individu akan berinteraksi
dengan antara satu dengan lainnya atau teman
yang ada di lingkungannya.
Aspek lingkungan pergaulan remaja
menurut Hadi (2005). Lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Dalam penelitian ini lingkungan tempat tinggal
sangat berpengaruh terhadap perkembangan
remaja dimana selain lingkungan merupakan
menjadi tempat berinteraksi dari beberapa
individu lingkungan juga merupakan indikator
suatu kelompok atau masyarakat dalam
berperilaku baik atau buruk terhadap suatu
tindakan maupun perkataan seseorang, jikalau
lingkungan tempat tinggalnya baik maka
individu atau seseorang tersebut akan lebih
mudah untuk berperilaku baik tanpa ada
hambatan atau kendala yang menjadi pemicu
bergesernya nilai-nilai budi pekerti yang di
miliki, seseorang akan lebih sulit untuk
berperilaku menyimpang karena di lingkungan
sekitar tidak ada yang berperilaku seperti itu.
Begitu sebaliknya jika di suatu lingkungan
tersebut buruk maka individu memiliki
kesempatan untuk berperilaku menyimpang di
suatu lingkungan tersebut, dimana indivdu
dapat beranggapan bahwa melakukan perilaku
menyimpang itu menjadi hal yang biasa karena
di lingkungannya juga ada yang seperti itu
(berperilaku menyimpang).
Menurut Notoatmodjo (2010) adapun
faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku antara lain: Pengetahuan, Sikap,
Kepercayaan, Faktor prndukung, faktor
pendukung dalam hal ini faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi untuk
terjadinya perilaku atau tindakan yang
terwujud seperti dari hasil penelitian ini tinggal
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
7
di lingkungan yang mendukung atau
menggunakan obat antidepresan dimana
lingkungan dapat menjadi media untuk
berperilaku
menyalahgunakan
obat
antidepresan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menganalisa tentang
perilaku penyalahgunaan obat antidepresan
dan faktor lingkungan tempat tinggal saja yang
mempengaruhi
penyalahgunakan
obat
antidepresan di Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, karena
masih banyak faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan tetapi tidak di teliti seperti faktor
orang tua
(keluarga), teman,
faktor
kepribadian, nilai-nilai keyakinan (agama).
KESIMPULAN
Sebagian besar responden mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan yang tinggal
di lingkungan kampus STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran tinggal di lingkungan tempat tinggal
yang tidak mendukung, yaitu berjumlah 35
Mahasiswa Program Studi Keperawatan
(56,5%).
Sebagian besar responden mahasiswa
yang tinggal di lingkungan kampus STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran tidak termasuk
perilaku penyalahgunaan obat antidepresan,
yaitu sejumlah 47 mahasiswa PSIK (75.8%).
Ada hubungan yang signifikan antara
lingkungan tempat tinggal dengan perilaku
penyalahgunaan obat antidepresan pada
Mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran dengan hasil
(p-value = 0,016<α (0,05).
SARAN
Bagi tenaga kesehatan, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
informasi untuk menambah pengetahuan para
tenaga
kesehatan
dalam
memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien baik
dalam lingkup lingkungan tempat tinggal
ataupun lingkungan pelajar, agar dapat
mengontrol kebiasaan buruk tersebut yang
dapat mengganggu kesehatan pasien.
Bagi masyarakat/lingkungan, diharapkan
meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak
buruk dari perilaku penyalahgunaan obat
antidepresan pada kalangan pelajar atau
8
mahasiswa agar dapat menjadi renungan dan
evaluasi masyarakat tentang perhatian akan
bahaya yang ditimbulkan dari perilaku
penyalahgunaan obat antidepresan.
Bagi mahasiswa dan pelajar, mahasiswa
atau pelajar agar lebih berhati-hati dan
waspada
terhadap
pengaruh
buruk
penyalahgunaan obat antidepresan yang bisa
ditimbulkan dari lingkungan, dan teman
pergaulan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. PT
Rineka Cipta: Jakarta.
[2] Ahmadi,A dan Uhbiyati, N .2005. Ilmu
Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
[3] Ali, M. & Asrori, M. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Pontianak : Bumi Aksara. Jakarta :
Salemba, Medika.
[4] Al. Bachri. 2005. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta.
[5] Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi
Remaja. Bandung : Pustaka Setia.
[6] Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta,
Rineka Cipta.
[7] BKKBN. 2010. Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan. Tahun 20082014. Jakarta: Salemba Medika.
[8] Darmono. 2011. Toksikologi Narkoba dan
Alkohol. Jakarta: UI.
[9] Dariyo.
A.
2004.
Psikologi
Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia.
[10] Depkes RI. 2010. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan. Tahun 20102014. Jakarta : Salemba Medika
[11] Depkes RI. 2004. Kesehatan Remaja
Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba
Medika.
[12] Desmita.
(2006).
Psikologi
Perkembangan
Remaja.
Bandung.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
[13] Dewi, (2012). Perlindungan Hukum
Terhadap
Korban
Penyalahguna
Narkotika. Jurnal Hukum Universitas
Udayana.
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
[14] Fausiah. F. 2008. Psikologi Abnormal
Klinis Dewasa. Jakarta: UI.
[15] Firmansyah. 2011. Mengatasi Narkoba
Dengan
Welas
Asih. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
[16] Hartadi, (2008), Penyalahgunaan Obat
Terlarang Di Kalangan Remaja/Pelajar,
Http://
Www.Kiis-Jakarta.Org/Files/
303009napza
[17] Hawari, D. (2004). Manajemen Stres
Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
[18] Hurlock,
E.
(2004).
Psikologi
Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
[19] Hidayat. A. A. (2011). Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
[20] Irfan. 2008. ‘Hipertensi : Faktor Resiko
dan Penatalaksanaannya’, Pusat Jantung.
Nasional Harapan Kita, [online], dari :
http//PJNHK.go.id.[18 april 2013].
[29] Putera,
D,
P.
2008
Hubungan
Kepribadian dan Lingkungan Pergaulan
dengan PrestasiBelajar Siswa, FKIP UNS
Surakarta, Skripsi
[30] R. Betram., G.Katzung. 2007. Basic and
Clinical Pharmacology. 9th Edition. Mc
Graw Hill. USA.
[31] Saputro, Eko. 2011. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Napza
Dengan Sikap Dalam Penyalahgunaan
Napza Pada Siswa Di Sma Al-Islam 3
Surakarta.
Diambil
Dari
Etd.Eprints.Ums.Ac.Id
Tanggal
20
Februari 2011.
[32] Sari, EN. 2009. Diskresi Kepolisian RI
dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkoba yang dilakukan oleh Anak.
Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
[33] Sarwono. 2012. NAPZA dan Tubuh Kita.
Jakarta: Jendela.
[21] Iskandar, Anang. 2008. Anti Drugs
Campaign Goes To School. Jakarta:
BNN.
[34] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung. Alfabeta.
[22] Joewana, (2005). Dukungan Psikososial
Keluarga dalam Penyembuhan Pasien
NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah
Provinsi
Sumatra
Utara.
Jurnal
Keperawatan Jiwa USU
[35] Sujanto, Agus. 2005. Psikologi Umum.
Pustaka Bani Quaraisy: Bandung.
[23] Kartono. 2003. Patologi Sosial, jilid I.
Rajawali, Jakarta.
[24] Nevid, A., Tomb. (2007). Buku Saku
Psikiatri. Jakarta: EGC.
[25] Ngalim, P. 2004. Psikologi Pendidikan.
Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
[26] Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
[27] Notoatmodjo, S (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
[28] Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktek. Alih Bahasa,
Yasmin Asih. Ed.4. Jakarta : EGC.
[36] Sudarsono. 2012. Kenakalan Remaja.
Jakarta: Renika Cipta.
[37] Suhartini.
2010.
Perilaku
Sosial
Keagaman Pengguna Narkoba Dan
Minuman Keras. Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta.
[38] Sunaryo.
2004.
Psikologi
Keperawatan. Jakarta: EGC.
untuk
[39] Walgio. 2004. Kenali Narkoba dan
Musuhi Penyalahgunaannya. Bandung:
Erlangga.
[40] Winarto. 2007. Ada Apa dengan Obatobatan. Semarang: Aneka Ilmu.
[41] Yunita. 2009. Toksikologi Narkoba Dan
Alkohol (Pengaruh Neorotoksisitasnya
Pada Saraf Otak). UI-Press: Jakarta.
Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan
Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
9
Download