PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim

advertisement
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Perubahan Iklim
!
Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah
keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata
perubahan yang terjadi atau faktor-faktor yang memengaruhinya. Perubahan iklim
dapat terjadi dalam sebuah dekade atau lebih (IPCC 2007). Adapun faktor-faktor
yang memengaruhi iklim menurut IPCC (2007) terbagi menjadi dua, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal pada perubahan iklim adalah proses alami
yang terjadi pada atmosfer hingga ke biosfer. Sementara faktor eksternal dari
perubahan iklim adalah pengaruh dari aktivitas makhluk hidup, khususnya
manusia terhadap iklim. Perubahan iklim dapat memberikan pengaruh langsung
atau tidak langsung pada aktivitas manusia (UNFCCC 2000).
Menurut Diposaptono (2011), perubahan iklim dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya keadaan iklim yang ekstrim, sehingga memunculkan
banyak peristiwa alam, seperti badai, kekeringan, banjir, dan lain-lain. Selain itu,
perubahan iklim dapat meningkatkan suhu permukaan air laut. Sekitar 80% suhu
udara diserap oleh laut. Peningkatan suhu permukaan air laut dapat memengaruhi
pada keberadaan organisme laut. Perpindahan hewan karena ketidaksesuaian
kondisi tempat hidupnya yang berubah, seperti halnya pada ikan. Pola migrasi
ikan akan berubah seiring dengan terjadinya kenaikan suhu permukaan air laut
(Patriana 2011).
Menurut IPCC (2007) perubahan iklim diperlihatkan dengan peningkatan
suhu global yang disertai dengan kenaikan permukaan air laut antara 15-95 cm.
Kejadian ini terjadi bersamaan dengan mengembangnya volume air dan
mencairnya es di kedua kutub bumi. Meningkatnya permukaan air laut dapat
menenggelamkan beberapa gugus pulau karang, selain itu dapat mengubah
keberadaan lingkungan pantai (Muhammad et.al. 2009).
Perubahan iklim di Indonesia sangat terkait dengan fenomena seperti
kemarau panjang, angin kencang, iklim ekstrim, dan gelombang besar yang
semakin sering terjadi (Boer et.al. 2010 dalam Kementrian Kehutanan 2013). Hal
lainnya yang menjadi bentuk perubahan iklim di Indonesia adalah perubahan pola
musim hujan dan kemarau. Fenomena tersebut ditandai dengan pergeseran awal
musim hujan dan perubahan pola hujan. Di wilayah selatan Jawa dan Bali
intensitas curah hujan cenderung meningkat dengan periode yang lebih singkat
(Kementrian Pertanian 2011).
Sebagai salah satu bentuk perubahan iklim, kenaikan permukaan laut
tentunya dapat memberikan dampak bagi lingkungan. Kenaikan permukaan laut
dapat memberikan dampak berupa erosi pantai. Erosi merupakan terkikisnya
tanah atau pasir oleh ombak. Hal tersebut dapat berdampak pada tebing yang
rentan terhadap erosi, terumbu karang, serta pantai berpasir dan pantai berlumpur .
Pada penelitian Surmaini, et al. (2010) dikatakan bahwa dampak perubahan iklim
di wilayah Indonesia salah satunya adalah perubahan pola hujan. Hal tersebut
6
!
terlihat dari awal musim hujan yang mundur ataupun maju di beberapa wilayah di
Indonesia.
Perubahan iklim memberikan dampak yang serius bagi beberapa sektor.
Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan iklim paling parah adalah
sektor pantai dan laut (UNFCCC 2007). Pertumbuhan dan perkembangan sektor
pantai dan laut sangat bergantung pada keberadaan iklim. Keragaman suhu,
kelembaban udara, dan curah hujan dapat memengaruhi produksi ikan (Aphunu
dan Nwabeze 2012). Keragaman tersebut menentukan distribusi, migrasi, dan
kelimpahan populasi ikan (Zhang et.al. 2012). Adapun dampak perubahan iklim
yang dapat dirasakan oleh nelayan adalah berubahnya pola melaut, tingginya
intensitas badai, dan ketidakpastian cuaca (Lekatompessy et al 2013)
Pemanasan global merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim.
Pemanasan global merupakan peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan. Radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi diserap oleh
permukaan bumi dan atmosfer. Dengan begitu, iklim di bumi semakin panas.
IPCC (2007) dalam Aphunu dan Nwabeze (2012) menyatakan bahwa aktivitas
manusia merupakan hal yang paling mungkin menjadi penyebab perubahan iklim.
Beberapa aktivitas manusia yang menjadi penyebab perubahan iklim adalah
pembakaran minyak, batu bara, dan gas alam. Hal tersebut yang membuat
terjadinya efek rumah kaca, akhirnya menyebabkan pemanasan global.
Persepsi
!
Menurut Baron dan Byrne (2004) persepsi adalah suatu proses memilih,
mengorganisir, dan menginterpretasi informasi dikumpulkan oleh pengertian
seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Sementara menurut
Mulyana (2010) dalam Purnamasari (2012) persepsi manusia terbagi menjadi dua,
yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia.
Persepsi dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan
objek dan orang.
Myers (2012) mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah arahan
seseorang untuk berperilaku. Persepsi dapat menjadi panduan atas tindakan
berdasarkan makna yang diberikan pada stimulus yang dirasakan. Pengertian ini
didasarkan pada saat terdapat suatu stimulus yang menarik perhatiannya, maka
yang akan terjadi adalah suatu proses perceiving dan meaning. selain itu, terdapat
pula interpretasi terhadap simbol-simbol yang ada pada stimulus tersebut. Proses
persepsi tersebut dipengaruhi oleh konteks dimana individu tersebut berada.
Selain dari hal yang telah disebutkan, kemampuan persepsi seseorang
dapat pula dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor internal (Myers 2012).
Faktor lingkungan terdiri intensitas terjadinya sebuah stimulus, ukuran sebuah
stimulus, pengulangan stimulus yang sama, kemudahan untuk dicermati, gerakan
yang diberikan oleh stimulus, serta keberadaan objek pada sebuah situasi.
Sementara itu, yang dimaksud dengan faktor internal terdiri atas faktor fisiologis
dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang didasari pada
hasil penerimaan kelima indra manusia. Faktor psikologis dapat meliputi,
motivasi, pengalaman, dan pengetahuan sebagai hasil pembelajaran di masa lalu.
Persepsi juga didefinisikan sebagai sebuah proses saat individu
mengorganisasikan serta menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan
!
7
makna pada lingkungan mereka Robbins (2001) dalam Purnamasari (2012).
Dalam sumber yang sama terdapat faktor-faktor yang dapat memengaruhi
persepsi seseorang, yaitu
1. Individu
Seorang individu dapat dipengaruhi oleh karakteristik individualnya
dalam proses persepsi. Karakteristik individu tersebut meliputi sikap,
motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapan.
2. Obyek persepsi
Obyek persepsi dalam hal ini dapat berupa manusia, benda, maupun
peristiwa. Karakteristik obyek persepsi dapat memengaruhi persepsi.
Obyek persepsi tidak dapat dipersepsikan sendiri, tetapi dilihat
keterkaitannya antara obyek persepsi dengan lingkungan sekitarnya.
3. Situasi
Persepsi dapat dilihat secarah menyeluruh, maksudnya situasi yang
terjadi pada saat proses persepsi terjadi juga perlu mendapatkan
perhatian. Faktor-faktor situasi ini meliputi waktu, kondisi sebuah
lokasi, dan keadaan sosial.
Persepsi yang selektif dapat merupakan salah satu kunci dalam
menentukan sikap serta perilaku. Persepsi memahami objek dan kemudian
menginterpretasikannya menjadi sebuah perilaku. Pemaknaan suatu objek dapat
bergantung pada perseptornya. Proses memahami lingkungan juga menjadi
penting dalam upaya menentukan perilaku yang akan dilakukan olehnya. (Ross
dan Nisbett 1991).
Dalam Borberg (2009) terdapat faktor-faktor yang membuat seseorang
mau melakukan sebuah tindakan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Persepsi seseorang terhadap resiko yang diberikan perubahan iklim merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan. Persepsi terhadap
resiko yang dimiliki dapat terbentuk dari pengetahuan mereka sehari-hari dan
pengalaman. Pengalaman dapat memengaruhi seorang nelayan untuk bertindak
terhadap perubahan iklim.
Nelayan dan Adaptasi
!
Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan,
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Dalam penelitian lain disebutkan bahwa nelayan adalah orang yang secara aktif
melakukan pekerjaan dalam penangkapan ikan atau binatang air (Ditjen Perikanan
Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 dalam Patriana 2011). Dalam
penelitian tersebut dijelaskan bahwa pekerja yang membuat jaring, pengangkut
alat penangkapan ke dalam perahu tidak diartikan sebagai nelayan.
Karakteristik masyarakat pesisir merupakan sebuah representasi komunitas
desa-pantai yang dapat dilihat dari berbagai aspek menurut Satria (2002) dalam
Helmi (2011). Aspek-aspek tersebut meliputi sistem pengetahuan, sistem
kepercayaan, peran wanita, struktur sosial, dan posisi sosial nelayan. Pada
penelitian Patriana (2011) dijelaskan bahwa ciri-ciri nelayan yang dapat diamati
meliputi umur, pendidikan, lama tinggal di wilayah pesisir, pengalaman nelayan,
serta klasifikasi nelayan.
8
!
Menurut penelitian Sumarti dan Saharudin (2003) dalam Helmi (2011),
klasifikasi nelayan didasarkan pula pada kepemilikan perahu, alat tangkap, dan
etnis. Lapisan atas memiliki kriteria perahu berkapasitas besar dan jenis alat
tangkap yang bervariasi, lapisan kedua memiliki kriteria perahu yang dimiliki
adalah jenis pompong dan rubin serta memiliki lahan secukupnya untuk
digunakan sebagai pertanian sawah, lapisan ketiga adalah nelayan dengan kriteria
perahu dan alat tangkap yang dimilikinya adalah hasil warisan generasi
sebelumnya.
Penyesuaian diri terhadap perubahan iklim memerlukan penanganan yang
tepat untuk dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim dengan
melakukan tindakan yang tepat. Berbagai tindakan dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk menghadapi perubahaan iklim yang terjadi di setiap daerah.
Terdapat dua tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi
perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi (Tauli-Corpuz et al 2008). Menurut
Diposaptono (2011) mitigasi perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dari sumbernya atau dengan meningkatkan
kemampuan alam dalam menyerap emisi tersebut. Langkah mitigasi yang dinilai
paling baik adalah perubahan gaya hidup individu maupun kolektif, serta
mengubah arah pembangunan ke arah sistem yang berkelanjutan serta rendah
karbon (Baldo-Soriano et al 2010).
Adaptasi perubahan iklim merupakan upaya untuk mengatasi dampak
perubahan iklim baik yang bersifat reaktif maupun antisipatif (Diposaptono
2011). Dalam hal ini, upaya adaptasi yang dapat dilakukan dalam menanggulangi
perubahan iklim di pesisir adalah membuat penahan gelombang, diversifikasi alat
tangkap, mengadopsi teknologi dan metode tangkap baru, serta mencari alternatif
lain dalam menambah penghasilan (Patriana 2011).
Lekatompessy (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa adaptasi
terhadap lingkungan dibentuk berdasarkan tindakan yang berulang-ulang dan
merupakan bentuk penyesuaian terhadap lingkungan. Adapun bentuk adaptasi
nelayan di Pulau Badi dapat melakukan lebih dari satu bentuk adaptasi. Adapun
bentuk adaptasi yang dilakukan oleh nelayan Pulau Badi dan Pulau Pajenekang
yaitu, melakukan penganekaragaman alat dan teknik penangkapan, memperluas
daerah penangkapan, menganekaragamkan sumber pendapatan, memobilisasi
anggota rumah tangga, dan memanfaatkan hubungan sosial dengan pihak lain.
Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengetahui pola
adaptasi yang tepat yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu persepsi terhadap
perubahan iklim, pengukuran adaptasi yang akan dilakukan, dan faktor-faktor
terhadap adaptasi perubahan iklim (Benedicta et al 2010 dalam Ajibefun dan
Fatuase 2012). Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi seseorang dalam
melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Beberapa faktor yang dapat
memengaruhi adaptasi perubahan iklim adalah umur, pendidikan, pengalaman
sebelumnya terhadap perubahan iklim, dan ilmu pengetahuan (Nguyen et al
2012).
Dalam penelitian Wiyono (2008) disebutkan bahwa terdapat hal-hal yang
membedakan adaptasi dalam lingkungan nelayan, yaitu tingkat pendidikan dan
orientasi ekonomi. Orientasi ekonomi seorang nelayan adalah memenuhi
kebutuhan keluarga dengan menangkap ikan, sehingga cenderung untuk tetap
melaut. Perekonomian nelayan yang dilihat berdasarkan kekayaan atau
!
9
kepemilikan perahu dan alat tangkap dapat menjadi indikator dalam pelapisan
nelayan (Helmi 2011).
Sebuah penelitian di Oregon menyatakan bahwa memiliki informasi
mengenai perubahan iklim sangat penting untuk dapat menunjukkan perilakunya
terhadap perubahan iklim. Faktor lainnya yang dapat memengaruhi perilaku
dalam menghadapi perubahan iklim adalah niat seseorang untuk menanggapi
perubahan iklim, persepsi terhadap perubahan iklim, perasaan bertanggung jawab
untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, dan norma-norma mengenai
perubahan iklim (Borberg 2009).
Download