persetujuan tentang pertanian

advertisement
PERSETUJUAN TENTANG PERTANIAN
Para Anggota,
Memutuskan menyusun sebuah dasar untuk memprakarsai suatu proses
perbaikan dalam perdagangan di bidang pertanian sejalan dengan tujuan perundingan
yang telah dikemukakan pada deklarasi di Punta del Este.
Mengingat bahwa tujuan jangka panjang sebagaimana yang disetujui pada
tinjauan paruh masa (Mid-Term Review) Putaran Uruguay adalah untuk membentuk
suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan berorientasi pasar, dan bahwa
proses perbaikan harus diprakasai melalui suatu komitmen perundingan di bidang
bantuan dan perlindungan serta dengan memperkuat keberadaan dan lebih
mengefektifkan operasionalisasi peraturan dan disiplin PUTP.
Mengingat lebih lanjut bahwa tujuan jangka panjang di atas adalah untuk
menetapkan suatu pengurangan bentuk bantuan dan perlindungan di bidang pertanian
yang cukup besar dan progresif, terus menerus selama jangka waktu yang telah
disetujui, yang pada akhirnya dapat mencegah dan memperbaiki pembatas dan
distorsi dalam pasar pertanian dunia.
Menjanjikan untuk mencapai komitmen ikatan khusus (specific binding
commitments) dalam setiap area sebagai berikut: akses pasar; bantuan dalam negeri;
kompetisi ekspor; dan untuk menjangkau persetujuan dalam isu sanitari dan
phitosanitari (sanitary and phytosanitary).
Menyetujui bahwa dalam mengimplementasikan komitmen akses pasar, negara
anggota dari negara maju akan mempertimbangkan secara penuh terhadap kebutuhan
mendasar dan kondisi negara anggota dari negara berkembang, dengan menyediakan
kesempatan perbaikan yang lebih besar dan dalam bentuk akses produk pertanian
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh negara berkembang, termasuk liberalisasi
perdagangan secara utuh dalam perdagangan produk pertanian tropis sebagaimana
yang disepakati pada tinjauan paruh masa (Mid-Term Review) Uruguay Round, dan
untuk produk khusus yang berupa bahan pengganti produksi untuk mencegah
meluasnya tanaman narkotik secara gelap.
Memperhatikan bahwa komitmen yang termasuk dalam program perbaikan
harus dibuat melalui kesamaan pendapat diantara semua anggota; mempertimbangkan


kepada kepentingan non perdagangan; termasuk keamanan pangan dan kebutuhan
untuk perlindungan lingkungan; mempertimbangkan kepada Persetujuan bahwa
perlakuan khusus dan berbeda untuk negara berkembang adalah suatu elemen terpadu
pada negosiasi, dan dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya pengaruh
negatif dari penerapan program perbaikan kepada negara belum berkembang yang
sangat tergantung kepada impor.
Dengan ini disetujui hal-hal sebagai berikut :
BAGIAN I
Pasal 1
Definisi Peristilahan
Dalam Persetujuan ini, kecuali dalam konteksnya memerlukan yang lain daripada itu:
(a)
"Aggregate Measurement of Support" (AMS) adalah tingkat bantuan setiap
tahun, dinyatakan dalam istilah moneter, yang disediakan untuk produk
pertanian untuk kepentingan produsen dari produk pertanian dasar atau
bantuan non-produk spesifik yang disediakan untuk kepentingan produsen
pertanian secara umum, selain dari bantuan berupa program yang ditetapkan
dengan kualifikasi dibebaskan dari pengurangan sebagaimana Lampiran 2 dari
Persetujuan ini, terdiri dari :
(i)
dalam kaitannya dengan bantuan yang ditetapkan selama periode
dasar, sesuai spesifikasi pada tabel yang bersangkutan, berupa materi
tambahan yang tergabung pada Bagian IV dari skedul masing-masing
negara anggota; dan
(ii)
dalam kaitannya dengan bantuan yang ditetapkan selama periode
implementasi dan seterusnya diperhitungkan sejalan dengan
ketentuan-ketentuan pada Lampiran 3 Persetujuan ini, serta dengan
memperhitungkan data pokok dan metodologi yang dipakai yang
tersaji pada tabel materi tambahan yang tergabung pada Bagian IV dari
skedul masing-masing negara anggota;
(b)

produk pertanian pokok dalam kaitannya dengan komitmen bantuan dalam
negeri didefinisikan sebagai produk yang diprioritaskan sebagai andalan dalam

penjualan sebagaimana dimaksud pada skedul masing-masing negara anggota
dan materi tambahan yang bersangkutan;
(c)
pembiayaan yang di anggarkan (budgetary outlays) atau pembiayaan (outlays)
lainnya termasuk pendapatan yang telah ada;
(d)
"Equivalent Measurement of Support" (EMS) adalah tingkat bantuan setiap
tahun yang dinyatakan dengan satuan moneter, disediakan untuk produsen
produk pertanian pokok yang penerapannya melalui satu atau lebih
kebijaksanaan, yang dalam hal ini tidak dapat memakai perhitungan
metodologi AMS, dibebaskan dari pengurangan sebagaimana tercakup pada
Lampiran 2 sebagai berikut :
(i)
(ii)
dalam kaitannya dengan bantuan yang ditetapkan selama periode
dasar, sesuai spesifikasi pada tabel yang bersangkutan, berupa materi
tambahan yang tegabung pada Bagian IV dari skedul masing-masing
negara anggota; dan
dalam kaitannya dengan bantuan yang ditetapkan selama periode
implementasi dan seterusnya, diperhitungkan sejalan dengan
ketentuan-ketentuan pada Lampiran 3 (tiga) Persetujuan ini, serta
dengan memperhitungkan data pokok dan metodologi yang dipakai
yang tersaji pada tabel materi tambahan yang tergabung pada Bagian
IV dari skedul masing-masing negara anggota;
(e)
subsidi ekspor adalah perangkat subsidi untuk mendayagunakan ekspor,
termasuk subsidi ekspor yang terdaftar pada Pasal 9 dari Persetujuan ini;
(f)
periode implementasi adalah selama 6 (enam) tahunan terhitung mulai tahun
1995, kecuali untuk hal yang dimaksud pada Pasal 13, untuk hal tersebut
berlaku 9 (sembilan) tahunan terhitung mulai tahun 1995;
konsesi akses pasar mencakup semua komitmen akses pasar yang disepakati
dalam Persetujuan ini;
(g)
(h)

"Total Aggregate Measurement of Support" (Total AMS) adalah jumlah dari
semua bantuan dalam negeri yang disediakan untuk kepentingan produsen
pertanian, dihitung sebagai penjumlahan dari semua "AMS" untuk produk
pertanian pokok, semua "AMS" non-produk yang spesifik dan semua bentuk
bantuan yang dapat disetarakan untuk produk pertanian; dalam hal ini adalah:

(i)
(ii)
(iii)
dalam kaitannya dengan bantuan yang diberikan selama periode dasar
(sebagai "Base Total AMS") dan bantuan maksimum yang diizinkan
untuk disediakan selama periode implementasi atau setelah itu (sebagai
"Annual and Final Bound Commitment Levels") sebagaimana
tercantum pada Bagian IV dari skedul masing-masing negara anggota;
dan
dalam kaitannya dengan tingkat bantuan yang benar-benar ditetapkan
selama periode implementasi dan setelah itu (sebagai "Current Total
AMS"), dihitung sejalan dengan ketentuan-ketentuan pada Persetujuan
ini, termasuk Pasal 6, dan dengan data pokok dan metodologi yang
digunakan seperti tersaji pada tabel materi tambahan yang tergabung
pada Bagian IV dari skedul masing-masing negara anggota.
tahun yang dimaksud pada point (f) diatas dan dalam kaitannya dengan
komitmen khusus negara anggota adalah tahun kalender, tahun
anggaran atau tahun pemasaran sebagaimana yang dijelaskan dalam
skedul masing-masing negara anggota yang bersangkutan.
Pasal 2
Cakupan Produk
Persetujuan ini berlaku untuk produk-produk yang terdaftar pada Lampiran 1
dari Persetujuan ini, dalam hal ini produk-produk pertanian.
BAGIAN II
Pasal 3
Hal yang Menyangkut Konsesi dan Komitmen
1.
Bantuan dalam negeri dan komitmen subsidi ekspor pada Bagian IV dari
masing-masing skedul negara anggota merupakan komitmen pembatasan
bentuk subsidi dan disini dijadikan bagian integral dari PUTP 1994.
2.
Subjek dari ketentuan pada Pasal 6, suatu negara anggota tidak akan
menyediakan bantuan kepada produsen dalam negeri dengan melebihi tingkat
komitmen sesuai spesifikasi pada Bab I dari Bagian IV dari masing-masing
skedul.


3.
Subjek dari ketentuan pada alinea 2 (b) dan 4 dari Pasal 9,suatu negara
anggota tidak akan menyediakan subsidi ekspor sebagaimana terdaftar pada
alinea 1 Pasal 9 dalam kaitannya dengan produk pertanian atau sekelompok
produk yang dispesifikasikan pada Bab II dari Bagian IV masing-masing
skedul, yang melebihi pengeluaran anggaran dan tingkat komitmen jumlah
sebagaimana spesifikasinya, dan tidak akan menyediakan subsidi demikian
untuk produk pertanian manapun yang tidak dispesifikasikan pada skedulnya.
BAGIAN III
Pasal 4
Akses Pasar
1.
Konsesi Akses Pasar (Market Acces) berisi skedul yang berkaitan dengan
pengikatan dan pengurangan (bindings andreductions) tarip dan komitmen
akses pasar lainnya sesuai dengan spesifikasinya.
2.
Negara anggota tidak diperkenankan mempertahankan, terpaksa atau kembali
kepada berbagai jenis kebijaksanaan yang diwajibkan untuk dikonversikan
kepada tarip1 kecuali untuk beberapa hal yang sesuai dengan Pasal 5 dan
Lampiran 5.
Pasal 5
Ketentuan Pengamanan Khusus
1.
Meskipun terdapat ketentuan pada alinea 1 (b) Pasal II PUTP 1994, suatu
negara dapat mengambil jalan lain dari alinea 4 dan 5 di bawah dalam kaitannya
dengan produk pertanian, dalam hal ini kebijakan-kebijakan (measures) sebagaimana
tersebut pada alinea 2 Pasal 4 dari Persetujuan ini telah dikonversikan kepada bentuk
tarip, dan hal itu ditunjukan pada skedulnya dengan simbol "SSG" sebagai subyek
suatu konsensi yang mana ketentuan dari Pasal ini dapat diajukan, apabila:
(a)
Volume impor produk yang bersangkutan memasuki wilayah pabean
suatu negara anggota yang mengakui ketentuan, selama beberapa tahun
melebihi tingkat batas tertentu (triggers levels) sehubungan dengan
1
Kebijaksanaan tersebut meliputi import restrictions, variable import levies, minimum import price,
discretionary import licencing, serta kebijaksanaan non-tarip melalui state trading enterprises, valuntary export
restraints, dan kebijaksanaan border lainnya selain tarip, baik kebijaksanaan tersebut dilakukan maupun tidak
melalui negara khusus yang dikeluarkan dari ketentuan GATT 1947, tetapi bukan kebijaksanaan yang dikelola
sesuai ketentuan balance of payments atau kebijaksanaan umum lainnya, ketentuan khusus non-pertanian GATT
1994 atau Persetujuan Perdagangan Multilateral lainnya pada lampiran IA Persetujuan OPD.


peluang akses pasar yang berlaku sebagaimana ditetapkan pada aline 4;
atau tetapi tidak bersamaan;
(b)
Harga produk impor yang masuk wilayah pabean suatu negara anggota
yang mengakui ketentuan, berdasarkan harga import CIF dari
pengapalan yang dinyatakan dalam mata uang dalam negeri yang
bersangkutan, berada dibawah trigger price yaitu rata-rata harga2
selama periode 1986-1988 dari produk yang bersangkutan.
2.
Impor dibawah komitmen akses sekarang (Current Access) dan akses
minimum (Minimum Access) diberlakukan sebagai bagian dari konsesi pada alinea 1
diatas, dapat diperhitungkan untuk menghitung volume impor yang dibutuhkan untuk
pengajuan sesuai ketentuan sub-alinea 1 (a) dan alinea 4, tetapi impor yang sesuai
komitmen tersebut tidak dapat diganggu oleh tambahan tarip yang diberlakukan
sebagaimana sub-alinea 1 (a) lainnya dan alinea 4 atau sub-alinea 1 (b) dan alinea 5
dibawah.
3.
Setiap supply produk dalam tanda tanya, yang masih dalam perjalanan
berdasarkan kontrak yang ditetapkan sebelum tambahan tarip diberlakukan, sesuai
sub-alinea 1 (a) dan alinea 4, dapat dikecualikan dari tambahan tarip seperti itu,
ditetapkan bahwa hal itu dapat diperhitungkan dalam volume impor produk dalam
tanda tanya selama tahun berikutnya untuk tujuan pembatasan ketentuan sub-alinea 1
(a) tahun itu.
4.
Setiap tambahan tarip yang diberlakukan sesuai sub-alinea 1 (a) hanya dapat
dipertahankan sampai akhir tahun dimana tarip tersebut diberlakukan, dan mungkin
hanya dipungut pada suatu tingkat yang tidak dapat melebihi 1/3 dari tingkat tarip
yang berlaku yang mempengaruhi pada tahun dimana tambahan tarip tersebut
diambil. Suatu tingkat batas tertentu (The Trigger Level) dapat disusun berdasarkan
skedul berikut berdasarkan kepada peluang akses pasar didefinisikan sebagai impor,
adalah suatu prosentase konsumsi dalam negeri3 selama tiga tahun sebelumnya sesuai
data yang tersedia:
2
Harga yang direferensikan yang biasa digunakan untuk meminta ketentuan pada sub- alinea ini, pada
dasarnya akan berupa rata-rata CIF nilai unit produk yang bersangkutan, atau sebaliknya akan berupa harga yang
cocok dengan kualitas produk dan tingkat pengolahannya.
3
Apabila konsumsi DN tidak diperhitungkan, dipakai "The Base Trigger Level" sesuai sub-alinea 4 (a).


(a)
apabila peluang akses pasar untuk suatu produk lebih kecil dari atau
sama dengan 10%, tingkat batas dasarnya (trigger levels) sebesar
125%;
(b)
apabila peluang akses pasar untuk suatu produk lebih dari 10%, tetapi
lebih kecil dari atau sama dengan 30%, tingkat batas dasarnya sebesar
110%;
(c)
apabila peluang akses pasar untuk suatu produk lebih besar dari 30%,
tingkat batas dasarnya sebesar 105%.
Apabila tarip tambahan yang diberlakukan suatu tahun dimana volume absolut
impor produk tersebut memasuki wilayah pabean negara anggota yang mengakui
ketentuan, melebihi jumlah (X) tingkat batas dasarnya yang ditetapkan diatas
dikalikan dengan rata-rata jumlah impor selama tiga tahun sebelumnya sesuai data
yang tersedia dan (Y) perubahan volume absolut pada konsumsi dalam negeri dari
produk tersebut pada tahun paling akhir dimana data sudah tersedia dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, ditetapkan bahwa tingkat batas harus tidak kurang dari
105% dari rata-rata jumlah impor dalam (X) diatas.
5.
Tarip tambahan yang diberlakuan sesuai sub-alinea 1 (b) harus disusun
berdasarkan kepada skedul sebagai berikut :
(a)
apabila perbedaan antara harga impor CIF dari pengapalan yang
dinyatakan dalam mata uang dalam negeri (selanjutnya dinyatakan
sebagai harga impor) dengan harga batas (trigger price) sebagaimana
di definisikan pada sub-alineanya adalah lebih kecil dari atau sama
dengan 10% dari harga batas, tidak diberlakukan tarip tambahan.
(b)
apabila perbedaan antara harga impor dengan harga batas (selanjutnya
dinyatakan sebagai perbedaan) adalah lebih besar dari 10% tetapi
kurang dari atau sama dengan 40% dari harga batas, tarip tambahan
harus sama dengan 30% untuk jumlah yang perbedaannya melebihi
10%;
(c)

apabila perbedaannya adalah lebih besar dari 40% tetapi kurang dari
atau sama dengan 60% dari harga batas, tarip tambahan harus sama
dengan 50% untuk jumlah yang perbedaannya melebihi 40%, ditambah
tarip tambahan sebagaimana tersebut point (b);

(d)
apabila perbedaannya adalah lebih besar dari 60% tetapi kurang dari
atau sama dengan 75%, tarip tambahan harus sama dengan 70% untuk
jumlah yang perbedaannya melebihi 60% dari harga batas, ditambah
tarip tambahan sebagaimana tersebut point (b) dan (c);
(e)
apabila perbedaannya adalah lebih besar dari 75% dari harga batas,
tarip tambahan harus sama dengan 90% untuk jumlah yang
perbedaannya melebihi 75% ditambah tarip tambahan yang
diperbolehkan pada point (b), (c) dan d.
6.
Untuk produk yang mudah rusak dan musiman, kondisi sebagaimana uraian
diatas dapat diterapkan sebegitu rupa sebagai hal yang diperhitungkan untuk
karakteristik produk khusus demikian. Pada keadaan tertentu, periode yang lebih
pendek sesuai sub-alinea 1 (a) dan aline 4 mungkin digunakan untuk periode yang
bersangkutan pada periode dasar, dan perbedaan harga yang direferensikan untuk
periode yang berbeda mungkin digunakan sesuai sub-alinea 1 (b).
7.
Operasionalisasi perlindungan khusus (special safeguard) perlu dilakukan
dengan cara yang transparant. Suatu negara anggota yang mengambil kebijaksanaan
sesuai sub-alinea 1 (a) diatas perlu memberikan laporan tertulis, termasuk data yang
relevan kepada Komisi Pertanian secepat mungkin dan dilaksanakan pada setiap
kesempatan dalam 10 hari dari mulai diterapkannya perlindungan tersebut. Apabila
dimana perubahan volume konsumsi harus dialokasikan kepada bentuk tarip individu
sebagai subjek tindakan sesuai alinea 4, data yang relevan harus mencakup informasi
dan metode yang digunakan untuk mengalokasikan perubahan tersebut. Suatu negara
anggota yang mengambil kebijaksanaan sesuai alinea 4 harus memberi kesempatan
kepada negara lain yang berkepentingan untuk berkonsultasi sehubungan dengan
implementasinya penerapan hal tersebut.
Suatu negara yang mengambil
kebijaksanaan sesuai sub-alinea 1 (b) diatas perlu memberikan laporan tertulis,
termasuk data yang relevan, kepada Komisi Pertanian dalam 10 hari setelah
penerapan langkah tersebut atau, untuk produk yang mudah rusak dan musiman, pada
kesempatan pertama setiap periode pelaksanaan. Negara anggota yang melakukan,
sejauh dapat dipraktekan, tidak mengambil jalan lain dari ketentuan pada sub-alinea 1
(b) apabila volume impor produk yang bersangkutan menurun. Dalam kasus suatu
negara anggota mengambil kebijaksanaan tersebut, perlu memberikan kesempatan
berkonsultasi kepada negara anggota lain yang berkepentingan sehubungan dengan
penerapan kebijaksanaannya.


8.
Dimana kebijakan-kebijakan yang diambil adalah sebagai konfirmasi dengan
alinea 1 sampai 7 diatas, negara anggota tersebut tidak harus mengambil jalan lain
dari ketentuan alinea 1 (a) dan 3 dari Pasal XIX PUTP 1994 atau alinea 2 Pasal 8 dari
Persetujuan Perlindungan, yang berkaitan dengan kebijaksanaan tersebut.
9.
Ketentuan Pasal ini perlu ditetapkan untuk memperkokoh selama proses
perbaikan sebagaimana diuraikan pada Pasal 20.
BAGIAN IV
Pasal 6
Komitmen Bantuan Dalam Negeri
1.
Komitmen pengurangan bantuan dalam negeri masing-masing negara anggota
yang termuat pada Bagian IV dari skedulnya, akan meliputi semua kebijaksanaan
bantuan dalam negeri yang diberikan kepada produsen pertanian dengan pengecualian
untuk kebijaksanaan dalam negeri yang bukan subjek untuk dikurangi sebagaimana
kriteria yang disusun pada Pasal ini dan pada lampiran 2 dari Persetujuan ini.
Komitmen dieksprisikan dalam bentuk "Total Agregate Measurement of Support" dan
Annual and Final Bound Commitment Levels".
2.
Sehubungan dengan Persetujuan "Mid-Term Review" bahwa kebijaksanaan
bantuan Pemerintah (Government Measures of Assistance), baik secara langsung atau
tidak langsung, untuk mendorong pertanian dan pembangunan pedesaan adalah
bagian integral dari program pembangunan negara berkembang, subsidi investasi
yang pada umumnya disediakan untuk pertanian negara anggota dari negara
berkembang dan subsidi input pertanian yang umumnya disediakan untuk produsen
pendapatan rendah atau produsen lemah permodalan di negara anggota dari negara
berkembang, akan dikecualikan dari komitmen pengurangan bantuan dalam negeri
yang mungkin sebaliknya perlu diterapkan, selama bantuan dalam negeri kepada
produsen di negara anggota yang sedang berkembang menguntungkan diversifikasi
dari perkembangan tanaman narkotik secara ilegal. Bantuan dalam negeri yang sesuai
dengan kriteria pada alinea ini tidak akan perlu dicantumkan pada kalkulasi negara
anggota mengenai Total AMS-nya.
3.
Suatu negara anggota dapat dipertimbangkan untuk pemenuhan komitmen
pengurangan bantuan dalam negerinya pada suatu tahun dimana bantuan dalam negeri
yang berkaitan dengan produsen pertanian yang diekspresikan dalam bentuk Total


AMS saat itu tidak melebihi komitmen tahunan-nya atau komitmen tingkat batas
akhir (Final Bound) sebagaimana spesifikasi pada Bagian IV dari skedul negara
anggota.
4.
(a)
Suatu negara anggota tidak perlu mencantumkan dalam kalkulasi
Current Total AMS-nya dan tidak perlu mengurangi :
(i)
bantuan dalam negeri untuk produk khusus, atau bahkan
sebaliknya perlu dicantumkan dalam kalkulasi current AMS
negara anggota apabila bantuan tersebut tidak melebihi 5% dari
total nilai produksi produk pertanian pokok negara anggota
tersebut selama tahun yang relevan; dan
(ii)
5.
bantuan dalam negeri untuk non produk khusus atau bahkan
sebaliknya perlu dicantumkan dalam kalkulasi current AMS
negara anggota apabila bantuan tersebut tidak melebihi 5% dari
total nilai produksi produk pertanian negara anggota yang
bersangkutan.
(b)
Untuk negara anggota dari negara berkembang,
"de-minimis" di dalam alinea ini akan sebesar 10%.
prosentase
(a)
Pembayaran langsung dalam program pembatasan produksi tidak akan
dijadikan subjek komitmen pengurangan bantuan dalam negeri apabila;
(i)
pembayaran didasarkan kepada areal dan produktivitas yang
pasti; atau
(ii)
pembayaran dilakukan 85% atau kurang dari tingkat produksi
dasar; atau
(iii)
pembayaran kepada peternakan dilakukan untuk jumlah ternak
yang pasti.
(b)

Pengecualian dari komitmen pengurangan untuk pembayaran langsung
yang sesuai kriteria diatas, akan direfleksikan dengan pengeluaran nilai
pembayaran langsung pada kalkulasi Current Total AMS negara
anggota.

Pasal 7
Disiplin Umum Bantuan Dalam Negeri
1.
Setiap negara anggota dapat menetapkan bahwa kebijaksanaan bantuan dalam
negeri untuk produsen pertanian yang mana bukan subjek komitmen
pengurangan,karena kualifikasinya sesuai dengan kriteria yang disusun pada lampiran
(2) dari Persetujuan ini dipertahankan selama proses penyesuaian.
2.
(a)
Segala bantuan dalam negeri yang berkaitan untuk produsen pertanian,
termasuk segala modifikasinya, dan semua kebijaksanaan yang telah
diintroduksikan tidak dapat memuaskan sesuai kriteria lampiran (2)
Persetujuan ini, atau dikecualikan dari pengurangan dengan alasan
ketentuan lainnya dari Persetujuan ini, akan dimasukan ke dalam
kalkulasi Current Total AMS negara anggota.
(b)
Apabila tidak ada komitmen Total AMS pada Bagian IV dari skedul
negara anggota, negara anggota tidak akan menyediakan bantuan
kepada produsen pertanian yang melebihi tingkat "de-minimis" yang
relevan sesuai disusun pada alinea 4 Pasal 6.
BAGIAN V
Pasal 8
Komitmen Kompetisi Ekspor
Setiap negara anggota yang menjalankan tidak menyediakan subsidi ekspor
kecuali untuk penyesuaian dengan Persetujuan ini dan dengan komitmen sebagaimana
spesifikasi pada skedul negara anggota yang bersangkutan.
Pasal 9
Komitmen Subsidi Ekspor
1.
Subsidi ekspor sebagai berikut adalah subjek komitmen pengurangan pada
Persetujuan ini:
(a)

Ketentuan subsidi langsung oleh Pemerintah atau lembaganya,
termasuk pembayaran setimpal, kepada suatu perusahaan, suatu
industri, produsen produk pertanian, suatu koperasi atau asosiasi

produsen lainnya, atau kepada badan pemasaran, yang tergantung
kepada dayaguna ekspor.
(b)
Penjualan atau pembagian untuk ekspor oleh Pemerintah atau
lembaganya untuk stock non-komersial produk pertanian dengan harga
yang lebih rendah daripada harga yang dibebankan untuk produk yang
sama kepada pembeli di pasar dalam negeri.
(c)
Pembayaran untuk ekspor produk pertanian yang dibiayai berdasarkan
atas tindakan Pemerintah, baik membebani maupun tidak membebani
keuangan publik, termasuk pembayaran yang dibiayai oleh pendapatan
dari pajak/ retribusi yang diberlakukan kepada produk pertanian
tersebut atau kepada suatu produk pertanian sebagai bahan baku
produk pertanian yang diekspor tersebut.
(d)
Ketentuan subsidi untuk mengurangi biaya pemasaran ekspor produk
pertanian (disamping kemungkinan perluasan promosi ekspor dan jasa
konsultasi) termasuk penanganan, perbaikan mutu dan biaya prosesing
lainnya; serta biaya transport internasional dan pemuatan.
(e)
Transport lokal dan pemuatan yang dibebankan kepada pengapalan
ekspor, disedikan atau diserahkan oleh Pemerintah, dalam bentuk yang
lebih menguntungkan dibanding pengapalan untuk dalam negeri.
2.
(f)
Subsidi produk pertanian yang tergantung kepada penggabungannya
dengan produk yang di ekspor.
(a)
Kecuali sebagaimana disajikan pada sub-alinea (b), komitmen tingkat
subsidi ekspor untuk setiap tahun dalam periode implementasi,
sebagaimana spesifikasinya pada skedul negara anggota, menunjukan
berkaitan dengan subsidi ekspor sebagaimana terdaftar pada alinea 1
Pasal ini.
(i)

dalam hal komitmen pengurangan pembayaran anggaran,
tingkat maksimum pengeluaran untuk subsidi tersebut yang
mungkin dialokasikan atau terjadi pada tahun itu dalam
kaitannya dengan produk pertanian, atau sekelompok produk
yang dimaksud; dan

(ii)
dalam hal komitmen pengurangan jumlah ekspor, jumlah
maksimum produk pertanian, atau sekelompok produk, dalam
kaitannya dengan subsidi ekspor yang dimaksud yang mungkin
diberikan pada tahun itu.
(b)
Pada tahun kedua dan seterusnya selama lima tahun periode
implementasi, suatu negara anggota mungkin menyediakan subsidi
ekspor sebagaimana alinea 1 diatas pada tahun tertentu, lebih dari
tingkat komitmen tahunan sesuai dengan produk atau sekelompok
produk menurut spesifikasi pada Bagian IV skedul negara anggota,
ditetapkan bahwa:
(i)
jumlah kumulatif pengeluaran anggaran untuk subsidi yang
dimaksud, dari mulai periode implementasi sampai dengan
tahun dalam tanda tanya, tidak melebihi jumlah kumulatif yang
harus dihasilkan dari pemenuhan komitmen tingkat jumlah
tahunan yang relevan, sebagaimana spesifikasi skedul negara
anggota yang melebihi 3% dari tingkat pengeluaran anggaran
pada periode dasar.
(ii)
jumlah kumulatif yang di ekspor dengan keuntungan subsidi
ekspor tersebut, dari mulai periode implementasi sampai
dengan tahun dalam tanda tanya, tidak melebihi jumlah
kumulatif yang harus dihasilkan dari pemenuhan komitmen
tingkat jumlah tahunan yang relevan, sebagaimana spesifikasi
pada skedul negara anggota yang melebihi 1,75% dari jumlah
pada periode dasar.
(iii)
total jumlah kumulatif pengeluaran anggaran untuk subsidi
yang dimaksud,dan jumlah yang mendapat keuntungan dari
subsidi ekspor setelah periode implementasi, adalah tidak lebih
besar dari total yang dapat dihasilkan dari pemenuhan tingkat
komitmen tahunan yang relevan sesuai spesifikasi pada skedul
negara anggota; dan
(iv)

pengeluaran anggaran negara anggota untuk subsidi ekspor, dan
jumlah yang mendapat keuntungan dari subsidi yang dimaksud
pada akhir periode implementasi, adalah tidak lebih besar dari

64% dan 79% dari tingkat periode dasar 1986-1990. Untuk
negara anggota yang sedang berkembang prosentase tersebut
berturut-turut dapat 76% dan 86%.
3.
Komitmen yang berhubungan dengan pembatasan pada perluasan cakupan
subsidi ekspor adalah sebagaimana spesifikasi pada jadwal.
4.
Selama periode implementasi, negara anggota dari negara berkembang tidak
diwajibkan untuk memenuhi komitmen subsidi ekspor sesuai sub-alinea (d)
dan (e) pada alinea 1 diatas, ditetapkan bahwa hal itu tidak dipakai sebagai
cara mengelakan komitmen pengurangan.
Pasal 10
Pencegahan Terhadap Pengelakan Subsidi Ekspor
1.
Subsidi ekspor yang tidak terdaftar pada alinea 1 Pasal 9 tidak akan
dilaksanakan dengan cara dimana hasilnya, atau dimana mengancam kepada,
pengelakan terhadap komitmen subsidi ekspor; maupun transaksi
non-komersil yang digunakan untuk mengelakan komitmen tersebut.
2.
Negara anggota menjamin untuk bekerja kearah disiplin pembangunan
internasional yang disetujui untuk mengarahkan ketentuan kredit ekspor,
jaminan kredit ekspor atau program asuransi dan, setelah persetujuan disiplin
tersebut, untuk menetapkan kredit ekspor, jaminan kredit ekspor atau program
asuransi hanya untuk penyesuaian dengan itu.
3.
Suatu negara yang meng-klaim bahwa terdapat jumlah ekspor yang yang tidak
disubsidi melebihi komitmen tingkat pengurangan, harus membuktikan bahwa
untuk jumlah ekspor diatas tidak disubsidi, baik terdapat maupun tidak pada
Pasal 9, harus dijamin kaitannya dengan jumlah ekspor dalam tanda tanya.
4.
Negara anggota sebagai donor bantuan pangan internasional akan menjamin:
(a)

bahwa ketentuan bantuan pangan internasional tidak terkait langsung
atau tidak langsung dengan ekspor komersial dari produk pertanian
kepada negara-negara penerima;

(b)
bahwa transaksi bantuan pangan internasional, termasuk bantuan
pangan bilateral yang dibiayai, akan diselesaikan sesuai dengan
prinsip-prinsip "Surplus Disposal dan Consultative Obligations" FAO,
termasuk, apabila sesuai dengan sistem "Usual Marketing
Requirements (UMRs)"; dan
(c)
bahwa bantuan tersebut akan disediakan sejauh mungkin dalam bentuk
bantuan penuh atau dalam bentuk yang tidak kurang longgar
sebagaimana yang ditetapkan pada Pasal IV dari "Food Aid
Convention 19
Pasal 11
Produk Tergabung
Samasekali tidak diperkenankan pembayaran subsidi per unit kepada suatu
produk pertanian pokok yang tergabung, melebihi subsidi ekspor per unit yang
mungkin dibayarkan kepada ekspor produk pokoknya sendiri.
BAGIAN VI
Pasal 12
Disiplin dalam Larangan dan Pembatasan Ekspor
1.
Apabila suatu negara anggota mengadakan suatu larangan atau pembatasan
yang baru terhadap ekspor bahan pangan pokok sesuai alinea 2 (a) dari pasal XI
PUTP 1994, negara anggota akan menjalankan ketentuan sebagai berikut:
(a)
negara anggota yang mengadakan larangan dan pembatasan ekspor
akan mempertimbangkan dengan baik akibat larangan atau pembatasan
tersebut terhadap keamanan pangan di negara anggota pengimpor.
(b)
sebelum suatu negara anggota mengadakan larangan atau pembatasan
ekspor, terlebih dahulu negara tersebut akan memberitahukan secara
tertulis kepada Komisi Pertanian, terdiri dari wujud dan lamanya
kebijaksanaan serta akan berkonsultasi dan memohon kepada negara
anggota lain yang mempunyai kepentingan substansial sebagai
importir,dalam kaitannya dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebijaksanaan dalam tanda tanya. Negara anggota yang
mengadakan larangan atau pembatasan ekspor demikian akan


menetapkan, memohon, negara anggota lain yang bersangkutan untuk
memberikan informasi yang diperlukan.
2.
Ketentuan pada pasal ini tidak akan diberlakukan kepada negara anggota dari
negara berkembang, kecuali kebijaksanaan tersebut diambil oleh negara anggota dari
negara berkembang sebagai net-eksportir bahan pangan pokok tertentu.
BAGIAN VII
Pasal 13
Hak Pembelaan
Selama periode implementasi, meskipun terdapat ketentuan PUTP 1994 serta
Persetujuan Subsidi dan Kebijaksanaan Countervailing (sebagaimana pada pasal ini
dan Persetujuan Subsidi):
(a)
Kebijaksanaan bantuan dalam negeri yang sepenuhnya sesuai dengan ketentun
pada lampiran 2 dari Persetujuan ini berupa:
(i)
Subsidi yang tidak reaktif untuk tujuan Countervailing Duties; 4
(ii)
Dibebaskan dari tindakan berdasarkan kepada pasal XIV dari PUTP
1994 dan bagian III dari Persetujuan Subsidi; dan
(iii)
Dibebaskan dari tindakan berdasarkan penghapusan non-pelanggaran
atau perusakan keuntungan dari ketentuan tarip kepada negara anggota
lain sebagaimana pasal II PUTP 1994, selaras dengan alinea 1 (b) pasal
XXIII PUTP 1994;
(b)
Kebijaksanaan bantuan dalam negeri yang sepenuhnya sesuai ketentuan Pasal
6 Persetujuan ini termasuk pembayaran langsung sesuai persyaratan alinea 5,
sebagaimana direfleksikan pada masing-masing skedul negara anggota, sama
seperti bantuan dalam negeri pada tingkat de-minimis dan sesuai alinea 2 Pasal
6, dapat berupa:
(i)
Dibebaskan dari pembebanan countervailing duties kecuali kalau
penentuan kerugian atau ancamannya dibuat berhubungan dengan
Pasal VI PUTP 1994 dan Bagian V dari Persetujuan Subsidi, dan hak
4
"Countervailing Duties" yang dimaksud Persetujuan ini adalah sesuai Pasal VI PUTP 1994 dan
Bagian V Persetujuan Subsidi dan Kebijaksanaan "Countervailing".


pembelaan dapat diperlihatkan untuk memprakarsai penyelidikan
countervailing duties;
(ii)
Dibebaskan dari tindakan berdasarkan alinea 1 pasal XVI PUTP 1994
atau pasal 5 dan 6 Persetujuan Subsidi, ditetapkan bahwa
kebijaksanaan tersebut tidak menjamin bantuan untuk komoditi khusus
lebih dari yang diputuskan selama tahun pemasaran 1992;
(iii)
Dibebaskan dari tindakan berdasarkan kepada penghapusan
non-pelanggaran atau perusakan keuntungan dari ketentuan tarip
kepada negara anggota lain sesuai pasal II PUTP 1994, selaras dengan
alinea 1 (b) pasal XXIII PUTP 1994, ditetapkan bahwa kebijaksanaan
demikian tidak menjamin bantuan untuk komoditi khusus lebih dari
yang diputuskan yaitu selama tahun pemasaran 1992;
(c)
Subsidi ekspor yang sepenuhnya sesuai dengan ketentuan dari bagian V
perjanijian ini, sebagaimana direfleksikan pada skedul masing-masing negara
anggota, dapat berupa:
(i)
Sasaran kewajiban countervailing hanya selama penentuan kerugian
atau ancaman dari padanya berdasarkan kepada volume, pengaruhnya
terhadap harga, atau konsekuensinya sehubungan dengan pasal VI
PUTP 1994 dan bagian V Persetujuan subsidi, dan hak pembelaan
dapat diperlihatkan untuk memulai penyelidikan kewajiban
countervailing, dan
(ii)
Dibebaskan dari tindakan berdasarkan pasal XVI PUTP 1994 atau
pasal 3, 5 dan 6 Persetujuan Subsidi.
BAGIAN VIII
Pasal 14
Kebijaksanaan Sanitari dan Phitosanitari
Negara anggota menyetujui berlakunya persetujuan tentang aplikasi
Kebijaksanaan Kebersihan dan Kesehatan.
BAGIAN IX
Pasal 15


Perlakuan Khusus dan Berbeda
1.
Sesuai dengan pengakuan bahwa perlakuan yang berbeda dan lebih
menguntungkan negara anggota dari negara berkembang adalah bagian integral dari
negosiasi, pelakuan khusus dan berbeda yang sesuai dengan komitmennya dapat
ditetapkan sebagaimana dikemukakan pada ketentuan yang sejalan dengan itu pada
Persetujuan ini, serta melekat pada skedul konsesi dan komitmen.
2.
Negara anggota dari negara berkembang memiliki fleksibilitas dalam
mengimplementasikan komitmen pengurangan selama periode sampai dengan 10
tahun. Komitmen pengurangan tidak perlu dilaksanakan oleh negara yang belum
berkembang.
BAGIAN X
Pasal 16
Negara Belum Berkembang dan
Negara Berkembang Sebagai Net-Importir Pangan
1.
Negara anggota yang sudah maju dapat mengambil kebijaksanaan
sebagaimana ditetapkan dalam kerangka Keputusan Kebijaksanaan yang menyangkut
Kemungkinan Pengaruh Negatip dari program perbaikan terhadap negara yang belum
berkembang dan negara-negara berkembang sebagai net-importir pangan.
2.
Komisi Pertanian dapat memonitor setepat-tepatnya, dari tindak lanjut
keputusan ini.
BAGIAN XI
Pasal 17
Komisi Pertanian
Komisi Pertanian dengan dinyatakan berdiri.
Pasal 18
Peninjauan Implementasi dari Komitmen
1.
Perkembangan implementasi yang dinegosiasikan dalam program perbaikan
dari Putaran Uruguay akan diteliti oleh Komisi Pertanian.


2.
Proses peninjauan akan ditetapkan dengan dasar notifikasi yang diajukan oleh
negara-negara anggota mengenai suatu masalah dan dalam jangka waktu tertentu
seperti yang akan ditentukan, juga didasarkan atas suatu dokumentasi yang
disyaratkan oleh Sekretariat untuk digunakan dalam proses peninjauan.
3.
Sebagai tambahan atas notifikasi yang diajukan dibawah alinea 2, setiap
kebijaksanaan dalam negeri, atau penyesuaian kebijaksanaan yang sedang berlaku,
yang merupakan pengecualian dari pengurangan yang dituntut harus dinotifikasikan
dengan segera. Notifikasi ini harus mengandung rincian dari kebijaksanaan yang baru
atau penyesuaian dan bersesuaian dengan kriteria yang telah disepakati sebagaimana
tercantum pada salah satu pasal 6 atau lampiran 2.
4.
Dalam proses penyelidikan, negara anggota akan memberikan hak
pertimbangan terhadap pengaruh tingkat inflasi sesuai kemampuan dari negara
anggota yang tunduk kepada komitmen bantuan dalam negeri.
5.
Negara anggota setuju untuk berkonsultasi setiap tahun dengan Komisi
Pertanian, dalam kaitannya dengan peran serta mereka pada situasi pertumbuhan
normal dan perdagangan hasil-hasil pertanian dunia, dalam kerangka komitmen
subsidi ekspor pada persetujuan ini.
6.
Proses peninjauan akan ditetapkan negara anggota setiap saat, untuk
meningkatkan setiap permasalahan yang berkaitan dengan implementasi atas
komitmen dibawah program perbaikan seperti yang dimaksud pada persetujuan ini.
7.
Setiap negara anggota boleh meminta perhatian dari Komisi Pertanian untuk
setiap penjelasan yang dapat dipertimbangkan,yang seharusnya dinotifikasikan oleh
negara anggota lainnya.
Pasal 19
Konsultasi dan Penyelesaian Sengketa
Ketetapan dari pasal XXII dan XXIII PUTP 1994, seperti yang dijabarkan dan
dipakai dalam Kesepakatan Penyelesaian atas Sengketa, akan dipakai untuk konsultasi
dan penyelesaian dari sengketa dibawah Persetujuan ini.
BAGIAN XII


Pasal 20
Kelanjutan dari Proses Perbaikan
Menyadari bahwa tujuan jangka panjang dari pengurangan secara progresip
terhadap dan perlindungan dan bantuan untuk menghasilkan perbaikan yang mendasar
merupakan proses yang berkesinambungan. Negara-negara anggota setuju bahwa
perundingan untuk melanjutkan proses akan dilaksanakan 1 tahun sebelum periode
akhir implementasi, dengan memperhitungkan:
(a)
pengalaman sampai saat itu dari implementasi komitmen pengurangan;
(b)
pengaruh komitmen pengurangan terhadap perdagangan pertanian
dunia;
(c)
sehubungan dengan non-perdagangan, perlakuan khusus dan berbeda
kepada negara anggota yang sudah berkembang,dan tujuan untuk
membentuk suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan
berorientasi pasar, dan tujuan lainnya yang bersangkutan sebagaimana
disebutkan dalam pembukaan Persetujuan ini; dan
(d)
komitmen lebih lanjut diperlukan untuk mencapai tujuan jangka
panjang sebagaimana tersebut di atas.
BAGIAN XIII
Pasal 21
Ketentuan Final
1.
Ketentuan PUTP 1994 dan Persetujuan Perdagangan Multilateral lainya dalam
lampiran 1 A Persetujuan OPD dapat dipakai sebagai ketentuan Persetujuan ini.
2.
Lampiran-lampiran Persetujuan ini dengan ini dibuat sebagai bagian integral
dari Persetujuan ini.
Lampiran
Cakupan Produk
1.
Persetujuan ini mencakup produk-produk sebagai berikut :
i.

Kode pos tarif (HS) Bab I sampai 24 kecuali produk- produk ikan dan
hasilnya, ditambah

ii.
2.

Kode HS. 29.05.43
(manitol)
Kode HS. 29.05.44
(sorbitol)
HS 33.01
(minyak-minyak esensial)
HS 35.01 sampai 35.05
(albuminoidal
substance,
modified starches, glues)
Kode HS 38.09.10
(finishing agents)
Kode HS 38.23.00
(sorbitol n.e.p)
HS 41.01 sampai 41.03
(hides and stins)
HS 50.01 sampai 50.03
(baku sutera dan limbah sutera)
HS 51.01 hingga 51.03
(wool dan rambut binatang)
HS 52.01 hingga 52.03
(bahan baku dan limbah kapas
serta kapas yang disisir)
HS 52.01
(bahan baku rami)
HS 53.02
( raw hemp )
Terlebih dahulu seharusnya tidak dibatasi cakupan produknya untuk perjanjian
kebijaksanaan Sanitasi dan Phitosanitasi.

Lampiran 2
Bantuan Dalam Negeri: Dasar-Dasar Pengecualian dari
Komitmen Pengurangan
1.
Kebijaksanaan bantuan dalam negeri yang dikecualikan dari komitmen
pengurangan seharusnya memenuhi persyaratan pokok, yakni kebijaksanaan yang tidak
atau paling minimal besar distorsinya atas perdagangan atau dampaknya atas produksi.
Dengan demikian, semua kebijaksanaan yang dituntut untuk dikecualikan seharusnya
memenuhi kreteria-kreteria pokok sebagai berikut:
i.
Kebijaksanaan bantuan yang dituntut seharusnya diberikan melalui
program-program pemerintah yang didanai masyarakat yang tidak
termasuk transfer dari konsumen; dan
ii.
Kebijaksanaan bantuan yang dituntut seharusnya tidak berdampak
terhadap tersedianya bantuan harga pada produsen ditambah kreteria dan
kondisi khusus seperti dibawah ini.
Kebijaksanaan Program Pelayanan Pemerintah.
2.
Pelayanan Umum.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam kategori ini termasuk pengeluaran yang
berkaitan dengan program penyediaan pelayan atau keuntungan kepada sektor pertanian
atau masyarakat pedesaan. Kebijaksanaan tersebut seharusnya tidak termasuk
pembayaran langsung kepada produsen atau pengolah hasil pertanian. Program-program
seperti itu yang termasuk, akan tetapi tidak dilarang adalah sebagai berikut: seharusnya
memenuhi kreteria dalam alinea/di atas dan bilamana kebijaksanaan tersebut memenuhi
kondisi khusus yang tercantum di bawah:
(a)
Penelitian, termasuk penelitian umum, penelitian yang berhubungan
dengan program lingkungan, dan program-program penelitian yang
berkaitan dengan produk-produk tertentu;
(b)
Pengendalian hama dan penyakit, termasuk kebijaksanaan pengendalian
hama dan penyakit produk khusus, seperti sistim peringatan awal,
karantina dan pemberantasan;
(c)
Pelayanan kursus, termasuk fasilitas kursus spesialis maupun umum;
(d)
Pelayanan penyuluhan dan penasehat termasuk peraturan sebagai bekal
transfer informasi dan hasil penelitian kepada konsumen dan produsen;


3.
(e)
Pelayanan inspeksi, termasuk pelayanan inspeksi umum dan inspeksi
produk-produk tertentu untuk tujuan kesehatan/keamanan dan
standardisasi;
(f)
Pelayanan pasar dan promosi, termasuk informasi pasar, penasehat dan
promosi yang berkitan dengan produk-produk tertentu tetapi di luar
pengeluaran untuk tujuan-tujuan yang tidak mengurangi harga
penjualannya atau memberikan keuntungan ekonomi langsung kepada
pembeli; dan
(g)
Pelayanan infrastruktur, termasuk retikulasi yang berkaitan dengan
perlistrikan, jalan dan alat angkutan lainnya, fasilitas pasar dan pelabuhan,
fasilitas pemasok air, shema bendungan dan drainase dan
pekerjaan-pekerjaan lingkungan. Dalam segala hal pengeluaran
seharusnya ditujukan pada kebutuhan atau konstruksi pada pekerjaan pusat
dan seharusnya tidak termasuk ketentuan subsidi pada fasilitas di luar
pertanian selain daripada yang diperuntukan retikulasi yang disediakan
untuk manfaat umum. Hal itu, seharusnya tidak termasuk subsidi input
atau biaya operasi atau pungutan-pungutan preferensi pengguna.
Penimbunan stok masyarakat untuk tujuan keamanan pangan5.
Pengeluaran yang berkaitan dengan penimbunan stok produk yang
merupakan bagian integral dari program food security diidentifikasi dalam
Undang-undang nasional. Hal ini mungkin termasuk bantuan pemerintah kepada
cadangan produk swasta sebagai bagian integral dari program seperti itu.
Kuantitas dan akumulasi stok seperti itu seharusnya sesuai dengan jatah
yang ditentukan sebelumnya yang semata-mata berhubungan dengan food
security. Proses akumulasi stok dan penyelesaiannya seharusnya transparant
dalam pendanaannya.
Pembelian pangan oleh pemerintah seharusnya dibuat pada harga pasar
kini dan penjualan dari stok food security seharusnya dibuat pada tingkat di
bawah harga pasar dalam negeri saat ini untuk produk dan kualitas yang belum
pasti.
4.
Bantuan Pangan Domestik. 6
5
Untuk tujuan alinea 3 di dalam lampiran ini, program-program penimbunan stok pemerintah untuk
maksud food security di negara-negara sedang berkembang yang dioperasikan secara transparan dan
dilaksanakan berhubungan dengan kriteria-kriteria objektif yang secara resmi dikeluarkan atau garis-garis
besar harusdipertimbangkan yang sejalan dengan ketentuan-ketentuan alinea ini, termasuk programprogram dimana stok bahan pangan dilepas pada harga yang ditentukan, diberikan bahwa perbedaan harga
yang diperoleh dan harga luar sebagai preferensi dihitung dalam AMS.
6
Untuk tujuan alinea 3 dan 4 lampiran ini, ketentuan bahan pangan pada harga yang disbusidi dengan
tujuan memenuhi persyaratan pangan untuk masyarakat pedesaan yang miskin dn masyarakat kota di


Pengeluaran yang berhubungan dengan ketentuan bantuan pangan dalam negeri
kepada golongan masyarakat yang memerlukan.
Sifat-sifat yang memenuhi syarat untuk menerima bantuan pangan akan
dijabarkan secara jelas kreterianya yang berhubungan dengan tujuan-tujuan
masalah nutrisi. Bantuan seperti itu seharusnya dalam bentuk provisi langsung
bahan pangan pada yang bersangkutan atau provisi sebagai alat untuk
mengijinkan penerima bantuan pangan guna membeli bahan pangan di pasar atau
pada harga-harga yang disubsidi. Pembelian bahan pangan oleh pemerintah
seharusnya dibuat dalam harga pasar kini, dan administrasi maupun pembayaran
bantuan pangan tersebut seharusnya di buat transparan.
5.Pembayaran langsung kepada produsen.
Bantuan yang disajikan melalui pembayaran langsung kepada produsen yang
mana komitmen pengecualian pengurangannya dituntut harus memenuhi kriteria dasar
yang dijabarkan dalam alinea di atas ditambah kriteria khusus yang diterapkan untuk
pembayaran langsung pada macam-macam individu sebagai yang dijalankan dalam
alinea 6 hingga 13 di bawah. Bilamana pengecualian dari pengurangan dituntut untuk
macam apapun pembayaran langsung selain dari pada yang dijabarkan dalam alinea 6 s/d
13, hal itu seharusnya memenuhi kriteria (b) s/d (e) alinea 6 sebagai tambahan kriteria
umum yang dijabarkan dalam alinea 1.
6.
Bantuan pendapatan pada petani yang tidak mempengaruhi produksi.
(a)
Syarat pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan dengan kreteria yang
dijabarkan secara jelas seperti pendapatan, status sebagai pemelik tunah
atau sebagai produser, faktor yang digunakan atau tingkat produksi yang
ditentukan dan periode dasar yang tetap;
(b)
Jumlah pembayaran seperti itu yang diberikan kapanpun seharusnya tidak
berkaitan dengan atau didasarkan pada macam atau kuantitas produksi
yang diupayakan kapanpun oleh produsen setelah periode dasar;
(c)
Pembayaran seperti itu yang diberikan kapanpun seharusnya tidak
berkaitan dengan atau didasarkan pada harga dalam negeri atau
internasional, yang diterapkan pada produksi yang diupayakan kapanpun
setelah tahun dasar;
(d)
Jumlah pembayaran seperti itu yang diberikan kapanpun seharusnya tidak
berkaitan dengan atau didasarkan pada faktor-faktor produksi pekerja
kapanpun setelah periode dasar;
negara-negara berkembang pada dasar yang layak seharusnya dipertimbangkan agar sejalan dengan
ketentuan pada alinea ini.


(e)
Tidak ada produksi yang harus disyaratkan dalam upaya memeproleh
pembayaran seperti itu.
7.
Partisipasi Pemerintah dalam masalah keuangan pada program-program
asuransi pendapatan dan program jaminan pendapatan:
(a)
Syarat pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan dengan hilangnya
pendapatan dengan hanya memperhatikan pendapatan yang diperoleh dari
pertanian, yang melebihi 30 persen dari rata-rata pendapatan kotor atau
pendapatan bersih yang setara (diluar pembayaran-pembayaran dari shema
yang sama atau lainnya) dalam periode 3 tahun sebelumnya atau tiga
tahun rata-rata yang didasarkan pada periode lima tahun sebelumnya, di
luar pemasukan yang tertinggi maupun yang terendah. Produsen yang
memenuhi kondisi ini seharusnya dimungkinkan untuk dapat menerima
pembayaran;
(b)
Jumlah pembayaran seperti itu harus menggantikan lebih kurang 70 persen
dari kehilangan pendapatan produsen dalam tahun itu, produsen menjadi
dimungkinkan untuk menerima bantuan ini;
(c)
Jumlah pembayaran seperti itu seharusnya hanya dikaitkan dengan
pendapatan. Hal itu seharusnya tidak dikaitkan dengan jenis atau kuantitas
produksi (termasuk unit ternak) yang diupayakan oleh produsen atau pada
harga dalam negeri atau internasional yang diterapkan pada produksi
seperti itu atau pada faktor-faktor produksi yang dilibatkan;
(d)
Bilamana suatu produsen menerima pembayaran dalam tahun yang sama
sesuai alinea ini dan sesuai alinea 8 di bawah (upaya mengurangi bencana
alam), jumlah pembayaran seperti itu seharusnya kurang dari 100 persen
dari total kehilangan produsen.
8.
Pembayaran (dibayarkan baik langsung atau melalui partisipasi pemerintah
dalam pendanaan pada shema asuransi tanaman) untuk pertolongan bencana alam.
(a)
Persyaratan pembayaran seperti itu seharusnya hanya ditegakkan
mengikuti pengaturan formal dari pihak pemerintah yang berwenang,
bahwa bencana alam atau bencana serupa (termasuk ledakan penyakit,
gangguan hama, kecelakaan nuklir, dan perang dalam wilayah suatu
negara anggota tertentu) telah terjadi atau sedang terjadi, dan seharusnya
ditentukan dengan kehilangan produksi yang melebihi 30 persen dari
rata-rata produksi dalam periode tiga tahun sebelumnya atau rata-rata tiga
tahun didasarkan pada periode lima tahun sebelumnya, di luar pemasukan
tertinggi dan terendah.
(b)
Pembayaran dibuat dalam kaitannya dengan bencana-bencana seharusnya
hanya diterapkan dalam kaitannya dengan kehilangan pendapatan,


(c)
peternakan (termasuk pembayaran dalam hubungannya dengan perlakuan
vetenetri binatang), tanah atau faktor-faktor produksi lainnya oleh karena
bencana alam yang tidak tentu.
Pembayaran yang harus digantikan tidak melebihi dari pada penggantian
total kehilangan seperti itu dan harus tidak disyaratkan atau ditentukan
jenis dan kuantitas produksinya mendatang;
(d)
Pembayaran yang dibuat selama bencana seharusnya tidak melebihi
tingkat yang dipersyaratkan untuk mencegah atau mengurangi kehilangan
selanjutnya seperti yang ditentukan dalam kreteria (ii) di atas;
(e)
Bilamana produsen menerima pembayaran dalam tahun yang sama sesuai
alinea ini dan sesuai alinea 7 di atas (program asuransi pendapatan dan
program jaminan pendapatan bersih), jumlah pembayaran seperti itu
seharusnya kurang dari 100 persen dari total kehilangan produsen.
9.
Bantuan penyesuaian struktural yang diberikan melalui program-program
pensiunan produsen.
(a)
Persyaratan pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan dengan
referensi kreteria yang ditentukan secara jelas dalam program-program
yang dirancang untuk membahas orang-orang yang pensiun yang
berkecimpung dalam pemasaran produk-produk pertanian atau pergerakan
mereka menuju aktifitas di luar pertanian;
(b)
Pembayaran seharusnya kondisional atas penerimaan total pensiunan tetap
dari pemasaran produk pertanian.
10.
Bantuan penyesuaian struktural yang disajikan melalui program-program
pensiunan sumber daya.
(a)
Persyaratan pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan dengan
referensi kreteria yang jelas dalam program yang dirancang untuk
mengganti tanah atau sumber daya lainnya, termasuk peternakan dan
produk-produk pertanian yang dapat dipasarkan;
(b)
Pembayaran seharusnya kondisional atas tanah yang dipensiunkan dari
produksi pertanian yang dapat dipasarkan untuk minimal 3 tahun, dan
dalam kasus peternakan yakni pada pemotongan ternak atau pembuangan
yang pasti permanen;
(c)
Pembayaran seharusnya tidak mensyaratkan atau menentukan pilihan
apapun yang digunakan untuk tanah seperti itu atau sumber daya lainnya
yang melibatkan produksi pada produk-produk pertanian yang dapat
dipasarkan;


(d)
11.
12.
Pembayaran seharusnya dikaitkan baik dengan jenis atau kuantitas
produksi atau pada harga dalam negeri ataupun internasional yang
diterapkan pada produksi yang diupayakan untuk menggunakan tanah atau
sumber daya lainnya yang tersisa dalam produksi;
Bantuan penyesuaian struktural yang didasarkan melalui bantuan investasi.
(a)
Persyaratan pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan dengan
referensi kreteria yang jelas dalam program-program pemerintah yang
dirancang untuk membantu pembayaran restrukturisasi fisik pada operasi
produksi dalam tanggapannya secara obyektif atas ketidak untungan
struktural yang tampak. Persyaratan pembayaran seperti itu mungkin juga
didasarkan pada program-program pemerintah yang ditentukan dengan
jelas untuk swastanisasi tanah-tanah pertanian;
(b)
Jumlah pembayaran seperti itu dalam tahun kapanpun seharusnya tidak
dikaitkan dengan atau didasarkan pada jenis dan kuantitas produksi
(termasuk unit ternak) yang diupayakan oleh produsen dalam tahun
kapanpun setelah periode dasar selain dari pada sebagaimana yang
diberikan pada butir (v) di bawah;
(c)
Jumlah pembayaran seperti itu kapanpun seharusnya tidak dihubungkan
atau didasarkan pada harga dalam negeri atau internasional yang
diterapkan untuk produk apa saja yang dilaksanakan kapanpun setelah
periode dasar;
(d)
Pembayaran seharusnya diberikan hanya untuk periode waktu tertentu
untuk realisasi investasi dalam kaitannya dengan pembayaran yang
dipersiapkan;
(e)
Pembayaran seharusnya tidak berupa perintah atau dalam bentuk petunjuk
bagi penerima untuk memproduksi produk-produk pertanian kecuali
mensyaratkan mereka untuk tidak memproduk produk tertentu;
(f)
Pembayaran seharusnya tidak dibatasi pada persyaratan jumlah untuk
mengkompensasi ketidak untungan struktural.
Pembayaran Program-program lingkungan.
(a)
Persyaratan untuk pembayaran seperti itu seharusnya ditentukan sebagai
bagian dari program pemerintah di bidang konservasi atau program
lingkungan pemerintah yang ditentukan dengan jelas dan tergantung pada
pemenuhan kondisi khusus atas program-program pemerintah, termasuk
kondisi yang berkaitan dengan metode produksi atau input.


(b)
13.
Jumlah pembayaran seharusnya dibatasi untuk biaya yang hilang atau
biaya ekstra atau pendapatan yang hilang menurut program-program
pemerintah.
Pembayaran Program-program bantuan regional.
(a)
(b)
Persyaratan pembayaran seperti itu seharusnya dibatasi pada produsen
dalam wilayah yang tidak menguntungkan. Setiap wilayah seperti itu
harus dengan jelas ditentukan batasan daerah geografinya dengan
perekonomian tertentu dan identitas administrasi, pertimbangan seperti
ketidakuntungan pada dasar-dasar netral dan kreteria objektif yang secara
jelas tersirat dalam hukum atau peraturan dan mengindikasikan bahwa
kesulitan wilayah yang ada melebihi keadaan temporer;
Jumlah pembayaran seperti itu kapanpun seharusnya tidak berhubungan
dengan atau didasarkan pada harga dalam negeri atau internsional,
diterapkan kepada produksi apa saja, yang dilaksanakan dalam tahun
setelah periode dasar selain dari pengurangan produksi itu;
(c)
Jumlah pembayaran seperti itu kapanpun seharusnya tidak dihubungkan
dengan, atau didasarkan pada harga dalam negeri atau internsional yang
diterapkan pada produksi yang dilaksanakan kapanpun setelah periode
dasar;
(d)
Pembayaran seharusnya hanya tersedia untuk produsen dalam wilayah
yang memenuhi syarat, tetapi secara umum tersedia untuk semua produsen
dalam wilayah seperti itu;
(e)
Dimana berkaitan dengan faktor-faktor produksi, pembayaran seharusnya
dibuat pada garis degresif di atas tingkat ambang pada faktor dimaksud;
(f)
Pembayaran seharusnya dibatasi pada biaya ekstra atau keterlibatan
pendapatan yang hilang dalam mengupayakan produksi pertanian pada
wilayah yang dijabarkan.


lampiran 3
Bantuan Domestik : Kalkulasi Kebijaksanaan
Bantuan Keseluruhan (AMS)
1.
Berkenaan dengan ketentuan pasal 6, AMS seharusnya dihitung pada produk
khusus untuk setiap produk dasar (didefinisikan sebagai produk yang paling dekat dengan
praktek penjualan tahap awal) yang mendapat bantuan harga pasar, pembayaran langsung
yang tidak merupakan perkecualian atau subsidi lainnya yang tidak dikecualikan dari
komitmen pengurangan (kebijaksanaan selain yang tidak dikecualikan). Bantuan yang
tidak pada produk khusus seharusnya dijumlahkan ke dalam AMS untuk produk yang
tidak khusus dalam total uang.
2.
Subsidi dalam alinea 1 seharusnya termasuk baik anggaran belanja dan
pendapatan negara yang terdahulu oleh pemerintah atau agennya.
3.
Bantuan baik pada tingkat nasional maupun sub nasional seharusnya dimasukkan.
4.
Pungutan pertanian yang khusus atau pungutan yang dibayar produsen harus
dikurangkan dari AMS.
5.
Kalkulasi AMS seperti yang dijabarkan di bawah untuk periode dasar harus
merupakan tingkat dasar untuk pelaksanaan komitmen pengurangan pada bantuan dalam
negeri.
6.
Untuk setiap produk dasar AMS tertentu harus diwujudkan, dijabarkan dalam
total nilai uang.
7.
AMS yang harus dikalkulasi adalah produk-produk dalam tahap penjualan awal.
Kebijaksanaan yang diarahkan pada pengolah hasil pertanian seharusnya dimasukkan
manakala kebijaksanaan seperti itu menguntungkan produsen pada produk dasar.
8.
Dukungan Harga Pasar: Dukungan harga pasar harus dihitung menggunakan batas
antara harga luar yang tetap dan harga yang ditentukan dikalikan kuantitas produksi yang
memenuhi syarat untuk menerima harga yang ditentukan. Pembayaran anggaran belanja
dibuat untuk menegakkan batas ini, seperti pembelian borongan atau biaya cadangan,
tidak dimasukkan dalam AMS.
9.
Harga eksternal yang tetap harus didasarkan pada rata-rata tahun 1986-88 dan
umumnya harus rata-rata nilai FOB untuk produk dimaksud pada negara pengekspor dan
rata-rata C.I.F. untuk produk dimaksud pada negara pengimpor; harga referensi tetap itu
dapat disesuaikan seperlunya untuk perbedaan kualitas.
10.
Pembayaran langsung yang tidak dikecualikan: Pembayaran langsung yang tidak
dikecualikan yang tergantung harga batas harus dihitung baik menggunakan batas antara
harga tetap dan harga tetap yang ditentukan, dikalikan dengan kuantitas produksi yang


memenuhi syarat menerima harga yang ditentukan, atau menggunakan anggaran belanja
negara.
11.
Harga referensi tetap seharusnya menggunakan rata-rata tahun 1986/1988 sebagai
tahun dasar dan seharusnya harga aktual yang digunakan untuk mendeterminasi tingkat
pembayaran.
12.
Pembayaran langsung yang tidak dikecualikan yang didasarkan pada faktor-faktor
di luar harga seharusnya dihitung menggunakan angggaran belanja negara.
13.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan lainnya yang tidak dikecualikan, termasuk subsidi
input dan kebijaksanaan lainnya seperti tindakan pengurangan biaya pemasaran, nilai
kebijaksanaan seperti itu seharusnya dihitung menggunakan anggaran belanja negara atau
bilamana penggunaan anggaran belanja negara tidak menggambarkan penerapan subsidi
dimaksud secara jelas, maka perhitungan subsidi tersebut harus didasarkan pada
perbedaan antara harga barang atau jasa yang disubsidi dan harga pasar yang mewakili
untuk barang atau jasa yang serupa dikalikan dengan kuantitas barang atau jasa.
Lampiran 4
Bantuan Domestik : Perhitungan Kebijaksanaan
Bantuan Yang Setara
1.
Berkenaan dengan ketentuan pasal 6, kebijaksanaan bantuan yang setara harus
dihitung sehubungan dengan produk-produk dimana terdapat bantuan harga pasar seperti
yang didefinisikan dalam lampiran 3 tetapi kalkulasi dengan menggunakan AMS tidak
dapat dilakukan untuk produk-produk seperti itu dan tingkat dasar untuk pelaksanaan
komitmen pengurangan bantuan dalam negeri harus mencakup komponen bantuan harga
pasar yang dijabarkan dalam bentuk tindakan bantuan yang setara seperti yang sirat
dalam alinea 2 di bawah, juga untuk pembayaran langsung yang bukan merupakan
perkecualian dan bantuan lainnya yang bukan merupakan perkecualian, harus dievaluasi
sesuai dengan yang digariskan dalam alinea 3 di bawah. Bantuan baik pada tingkat
nasional maupun sub-nasional harus dimasukkan.
2.
Kebijaksanaan Bantuan Setara yang disajikan dalam alinea 1 harus dikalkulasi
pada dasar produk khusus untuk seluruh produk-produk yang di pasarkan pada tahap
pertama (produk dasar) yang memperoleh bantuan harga pasar dan yang mana komponen
bantuan harga pasar tidak dapat dihitung dengan AMS. Untuk produk-produk dasar itu,
bantuan tindakan harga pasar yang setara harus dihitung menggunakan harga yang
ditentukan dan kuantitas produksi yang memenuhi syarat menerima harga tersebut atau
bilamana hal ini tidak dapat diterapkan, maka anggaran belanja negara digunakan untuk
menetapkan harga produsen.
3.
Bilamana produk-produk sesuai dengan alinea 1 di atas, maka pembayaran
langsung yang tidak dikecualikan atau subsidi lainnya pada produk khusus yang tidak


dikecualikan dari komitmen pengurangan, dasar untuk bantuan tindakan setara
sehubungan dengan tindakan ini harus dikalkulasi sesuai dengan komponen AMS (dirinci
dalam alinea 10 s/d 13 pada lampiran 3).
4.
Bantuan tindakan setara harus dikalkulasi pada jumlah subsidi untuk produk yang
paling dekat dengan penjualan tahap awal. Kebijaksanaan yang ditujukan pada
pemproses produk pertanian harus dimasukan dalam batasan dimana kebijaksanaan
seperti itu menguntungkan produsen untuk produk dasar. Pungutan-pungutan pertanian
khusus atau pungutan yang dibayar produsen harus dikurangkan dari total bantuan
tindakan yang setara.
Lampiran 5
Perlakuan Khusus pasal 4 ayat 2
Seksi A
1.
Ketentuan pada pasal 4 ayat 2 dari perjanjian ini harus tidak diterapkan terhadap
mulai berlakunya perjanjian ini untuk produk-produk pertanian primer dan
produk-produk pertanian bahan jadi yang berkaitan dengan menurut kondisi (kemudian
disebut perlakuan khusus) sebagai berikut:
(a)
Impor produk-produk dimaksud kurang dari 3 persennya rata-rata
konsumsi dalam negeri pada tahun 1986-1988;
(b)
Tidak ada subsidi ekspor yang telah diimplementasikan sejak awal tahun
dasar pada produk-produk dimaksud;
(c)
Tindakan efektif yang menghambat produksi diterapkan pada produk
pertanian primer;
(d)
Produk-produk seperti itu ditandai dengan kode "ST" pada lampiran 5
seksi 1B pada Bagian I jadwal anggota yang terlampir dalam protokol
Putaran Uruguay (1994) sebagai pokok perlakuan khusus yang
merefleksikan faktor-faktor yang berhubungan dengan keperluan di luar
perdagangan seperti food security dan proteksi lingkungan, dan
(e)
Peluang akses pasar minimum berkaitan dengan produk-produk dimaksud
seperti yang tersirat dalam seksi B dari Bagian I jadwal anggota tertentu,
hingga mencapai 4 persen dari konsumsi dalam negeri pada tahun dasar
untuk produk-produk dimaksud, mulai dari tahun pertama periode
pelaksanaan dan setelahnya ditingkatkan 0,8 persen dari rata-rata
konsumsi dalam negeri pada tahun dasar setiap tahunnya dan seterusnya
untuk sisa waktu periode pelaksanaannya.


2.
Pada awal tahun periode pelaksanaan negara anggota mungkin menghentikan
pelaksana perlakuan khusus sehubungan dengan produk-produk dimaksud mengikuti
ketentuan alinea 6 di bawah. Dalam hal ini, negara anggota tersebut harus menegakkan
peluang akses pasar minimum yang telah berpengaruh pada saat itu dan meningkatkan
peluang akses pasar sebesar 0,4 persen dari rata-rata konsumsi dalam negeri pada periode
tahun dasar untuk sisa periode pelaksanaan. Setelah itu, tingkat akses pasar minimum
yang dihasilkan dari formula ini dalam tahun akhir periode pelaksanaan harus ditegakkan
dalam jadwal negara yang bersangkutan.
3.
Dalam perundingan mengenai pertanyaan apakah dapat dilanjutkan perlakuan
khusus seperti yang tersirat dalam alinea 1 di atas setelah akhir dari periode pelaksanaan
harus dilengkapi dalam kerangka waktu periode pelaksanaan tersebut sebagai bagian dari
perundingan yang dirakit dalam pasal 20 dari perundingan ini, dengan memperhatikan
faktor-faktor di luar kepentingan perdagangan.
4.
Sebagaimana yang disetujui, sebagai hasil dari perundingan sehubungan dengan
alinea 3 di atas bahwa anggota mungkin melanjutkan untuk menerapkan perlakukan
khusus, anggota seperti itu harus merundingkan konsesi tambahan yang diterima seperti
yang ditentukan dalam perundingan.
5.
Bilamana perlakuan khusus tidak dilanjutkan pada akhir dari periode pelaksanaan,
negara anggota dimaksud harus melaksanakan ketentuan dalam alinea 6 di bawah. Dalam
hal seperti ini, setelah akhir periode pelaksanaan, peluang akses minimum untuk produk
dimaksud harus dipertahankan pada tingkat 8 persen dari rata-rata konsumsi dalam negeri
pada periode tahun dasar dalam jadwal negara tersebut.
6.
Hambatan selain tarif yang ditegakkan sehubungan dengan produk tersebut harus
menjadi sasaran dari ketentuan pasal 4:2 perjanjian ini yang berpengaruh mulai tahun
dimana perlakuan khusus dihentikan pelaksanaannya. Produk seperti itu harus menjadi
sasaran tarif yang diikat dalam jadwal negara tersebut dan diberlakukan, dari tahun awal
dimana perlakuan khusus dihentikan dan setelah itu, pada tingkat seperti itu yang telah
diadakan pengurangan 15 persen telah dilaksanakan dalam periode pelaksanaan setiap
tahunnya secara berimbang. Bea masuk ini harus ditegakkan dengan dasar tarif ekuivalen
yang dikalkulasi menurut garis-garis besar yang dijabarkan dalam bagian di dalamnya.
Seksi B
7.
Ketentuan pasal 4:2 dari perjanjian ini harus tidak juga diterapkan terhadap
berlakunya perundingan ini atas produk-produk pertanian primer yang merupakan bahan
pangan pokok dalam tradisi bahan makanan di anggota negara berkembang dan dalam
hubungan dengan kondisi, sebagai tambahan pada yang disebutkan dalam alinea 1 (a)
hingga 1 (d) di atas seperti yang diterapkan untuk produk-produk tersebut adalah menurut
:
(a)
Peluang akses pasar minimum sehubungan dengan produk dimaksud,
seperti yang disebut dalam seksi 2 B dari Bagian I jadwal negara-negara


berkembang dimaksud, memenuhi hingga 1 persen dari konsumsi dalam
negeri mulai tahun pertama dalam periode pelaksanaan dan ditingkatkan
secara seiring setiap tahunnya hingga 2 persen dari konsumsi dalam negeri
dalam periode dasar pada awal mulai tahun
ke lima periode
pelaksanaan. Awal tahun kelima pelaksanaan peluang kases pasar
minimum sehubungan dengan produk dimaksud mencapai 2 persen dari
konsumsi dalam negeri dalam tahun dasar dan ditingkatkan secara serasi
hingga 4 persennya konsumsi dalam negeri dalam periode dasar sampai
awal tahun ke sepuluh. Setelah itu, tingkat peluang akses minimum yang
dihasilkan dari formula ini dalam tahun kesepuluh harus ditegakkan dalam
jadwal negara anggota negara berkembang dimaksud;
(b)
Peluang akses pasar yang layak untuk produk-produk lainnya telah
disediakan dalam perjanjian ini.
8.
Perundingan mengenai apakah suatu negara berkembang dapat melanjutkan
perlakuan khusus yang tersirat dalam alinea 7 di atas setalah akhir dari sepuluh tahun
pelaksanaan, dengan mengikuti awal periode pelaksanaan yang harus dilengkapi dalam
kerangka waktu 10 tahun.
9.
Sebagaimana yang disetujui, sebagai hasil dari perundingan sehubungan dengan
alinea 8 di atas, bahwa negara anggota mungkin melanjutkan untuk menerapkan
perlakuan khusus, anggota seperti itu harus memenuhi konsesi tambahan dan dapat
diterima seperti yang ditentukan dalam perundingan itu.
10.
Dalam kasus perlakuan khusus pada alinea 7 di atas tidak dilanjutkan kurang dari
10 tahun dari awal periode pelaksanaan, produk dimaksud harus dikonversikan dalam
bentuk tarif menurut kalkulasi tarif ekuivalen dengan garis-garis besar kalkulasi
terlampir, yang mana harus diikat dalam jadwal negara tersebut. Dalam kasus lainnya,
ketentuan alinea 6 di atas harus diterapkan sesuai modifikasi perlakuan khusus dan
berbeda yang relevan bagi negara-negara berkembang sesuai dengan perjanjian ini.
Tambahan lampiran 5
Garis-garis besar kalkulasi tarif ekuivalen untuk tujuan khusus yang
dinyatakan dalam alinea 6 dan 10 pada lampiran ini.
1.
Kalkulasi tarif ekuivalen, baik yang dinyatakan dalam ad valorem atau-pun
spesifik harus dihitung menggunakan perbedaan aktual antara harga internal maupun
eksternal secara transparan. Data yang digunakan seharusnya data tahun 1986 s/d 1988.
Tarif ekuivalensi:
(a)
Terutama seharusnya diwujudkan pada produk dasar atau HS empat
angka;
(b)
Harus diwujudkan pada produk dengan enam angka atau pada tingkat
yang lebih rinci bilamana mungkin;


(c)
Pada umumnya harus diwujudkan untuk produk-produk hasil olahan
dengan mengalikan tarif spesifik yang setara untuk produk-produk
pertanian primer dengan proporsi nilai atau phisik produk-produk
pertanian primer hasil olahan, dan memperhatikan bilamana perlu unsur
tambahan sebagai perlindungan hasil industri.
2.
Harga eksternal pada umumnya seharusnya rata-rata aktual nilai c.i.f. untuk
negara importir. Manakala rata-rata nilai c.i.f. tidak tersedia atau tepat. Harga eksternal
dapat juga:
(a)
Rata-rata nilai c.i.f. dari negara terdekat, atau
(b)
Estimasi dari rata-rata nilai FOB pada negara-negara eksportir utama
disesuaikan dengan menambah estimasi biaya asuransi, pengapalan dan
biaya-biaya yang relevan lainnya menuju negara pengimpor.
3.
Harga-harga eksternal umumnya harus dikonversilkan ke dalam mata uang dalam
negeri menggunakan rata-rata tahunan pasar mata uang, bilamana data yang layak tidak
tersedia.
4.
Harga internal pada umumnya harus berupa harga pedagang besar yang mewakili
yang berlaku di pasar dalam negeri atau estimasi harga itu, bilamana data yang layak
tidak tersedia.
5.
Tarif ekuivalen awal, bilamana diperlukan dapat disesuaikan dengan
memperhatikan perbedaan kuantitas atau varietas dengan menggunakan koefisien yang
tepat.
6.
Bilamana tarif ekuivalensi yang dihasilkan dari garis-garis besar ini negatif atau
lebih rendah dari tarif yang diikat pada saat ini, maka tarif ekuivalensi yang diwujudkan
dapat berupa tarif yang diikat pada saat ini atau berdasarkan tawaran negara yang
bersangkutan.
7.
Bilamana penyesuaian dilakukan pada tingkat tarif yang setara yang dihasilkan
dari garis-garis besar di atas, negara yang bersangkutan harus mengupayakan kesempatan
penuh untuk konsultasi dengan maksud menghasilkan hasil perundingan yang layak.


Download