HAKIKAT BISNIS_bab2.

advertisement
BAB 2
HAKIKAT BISNIS
A. HAKIKAT BISNIS
Seseorang melakukan bsnis pada hakekatnya bukanlah mencari keuntungan
sebesar-besarnya, tetapi untuk memenuhi kebutuhan manusia ( produk atau
jasa ) yang bermanfaat bagi masyarakat. Businessman (Seorang pebisnis)
akan selalu melihat adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba
untuk melayani secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan senang.
Dari kepuasan masyarakat itulah si pebisnis akan mendapatkan keuntungan
dan pengembangan usahanya.
Bahkan dengan berjalannya waktu seringkali pebisnis dihadapkan pada
proses pengidentifikasian potensi bisnis di masa yang akan datang,
kemudian dihadapkan juga dengan pesaing yang menjual kebutuhan sejenis.
Disinilah pebisnis harus berpikir bahgaimana sumber daya serta sumber dana
digunakan sebaik-baiknya agar mampu memproduksi produk yang lebih baik
dari pesaing. Kelebihan dari sumber dana yang digunakan ini yang akan
menghasilkan
laba.
B. Pengertian
BISNIS
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang
atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba.
Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu "business" , dari
kata dasar "busy" yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
1. Menurut Machfoedz
Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan
menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
2. Menurut
Steinford
"Business is all those activities involved in providing the goods and service
needed or desired by people". Dalam pengertian ini bisnis sebagai
aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau
diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan
yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha,
maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan
usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak memiliki Surat Izin
Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan serta usaha
informal lainnya.
1
C. PROFESI BISNIS
Istilah Profesi, profesional dan profesionalisme sudah sangat sering
dipergunakan dalam percakapan sehari hari maupun dalam berbagai tuLisan
di media masa, jurnal ilmiah atau buku teks.untuk memahami berbagai
pengertian profesi tersebut .
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan sbb :
Profesi

Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu.
Profesional  Bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya,mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.
Profesionalisme  Ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Ciri-ciri Profesi
 Profesi adalah suatu pekerjaan mulia
 Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan tinggi.
 Memerlukan komitmen moral (kode etika) yang ketat.
 Profesi berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
 Profesi mampu memberikan penghasilan bagi penyandang profesi untuk
hidup layak.
D. TUJUAN PERUSAHAAN
Perusahaan memiliki tujuan utama
memaksimalkan kesejahteraan
pemegang
saham,
dengan
cara
memaksimalkan
nilai
saham
perusahaan.
Memaksimalkan kesejahteraan lebih penting dari sekedar maksimalisasi
keuntungan
Maksimalisasi Keuntungan
• Dalam ekonomi mikro, maksimalisasi keuntungan sering disebut sebagai
tujuan
perusahaan.
• Menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien.
• Tidak mengaitkan secara khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan
terhadap
nilai waktu perolehannya. Apakah untuk tahun ini atau untuk tahun yang
lebih panjang?
2
• Keuntungan sesaat bisa dinaikkan dengan menekan biaya, misal riset,
pengembangan dan pemeliharaan rutin. Namun untuk jangka panjang hal
ini tidak menguntungkan.
• Keuntungan perhitungan akuntansi mengabaikan beban modal yang harus
dipikul pemegang saham.
Maksimalisasi Kesejahteraan Pemegang Saham
• Memodifikasi
tujuan
memaksimalkan
keuntungan
agar
mampu
menghadapi perubahan lingkungan operasi yang kompleks.
• Memaksimalkan nilai pasar saham karena seluruh keputusan keuangan
akan terefleksi di dalamnya.
• Keputusan yang baik adalah keputusan yang mampu menciptakan
kesejahteraan para pemegang saham.
E. PERGESERAN PARADIGMA STOCKHOLDER DAN STAKEHOLDERS
Perusahaan mulai menggeser paradigma yang selama ini berlaku, yaitu dari
stockholder paradigm ke stakeholder paradigm. Paradigma Stockholder
berorientasi pada pemegang saham, dimana pemegang saham adalah
segala-galanya bagi manajemen. Sedangkan Paradigma Stakeholder
(pemangku kepentingan), manajemen dihadapkan pada banyak pihak yang
perlu diperhatikan, bukan hanya sekedar pemegang saham. Stakeholder
merupakan semua kelompok yang dapat dipengaruhi atau yang dapat
mempengaruhi keputusan, kebijakan, dan kegiatan suatu organisasi yang
merupakan lingkungan di mana perusahaan harus berinteraksi.
Stakeholder primer: pemegang saham, pekerja, kreditor, pemasok,
pelanggan, pesaing, penyalur,.
Stakeholder sekunder: masyarakat, pemerintah, aktivis sosial, media
massa, pendukung bisnis, pendapat umum.
F. Manfaat Etika Bisnis bagi Perusahaan :
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu
sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan
terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mengambil
kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang
etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
3
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
Etika bisnis perusahan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi. Untuk itu
diperlukan suatu landasan yang kokoh ayng dimulai dari perencanaan strategis,
organisasi yang baik, system prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan
dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang
sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu
manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku
mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan
tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan
bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam
perusahaan bertindak secara bermoral. Etika bisnis mempunyai prinsip dalam
kaitan ini berhubungan dengan berbagai upaya untuk menggabungkan berbagai
nilai-nilai dasar (basic values) dalam perusahaan, agar berbagai aktivitas yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan. Secara lebih jelas, mekanismenya
berjalan sebagai berikut.
“Memaksimumkan kesejahteraan si pemilik dalam jangka panjang”,
berhubungan dengan dimensi waktu yang relatif panjang serta menyangkut
sustainability. Hal ini membutuhkan adanya “kepercayaan” atau “saling
mempercayai” (trust) dari berbagai pihak yang berhubungan dengan
perusahaan (stakeholders). Kalimat “kesejahteraan pemilik” merupakan derivasi
dan perwujudan dari “hak kepemilikan” (ownership) yang muncul dari adanya
penghargaan (respect) terhadap “kepemilikan pribadi” (property rights).
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka panjang maupun jangka
menengah karena :
 Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi,
baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
 Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
 Melindungi prinsip kebebasan berniaga
 Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
4
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan
akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan
sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan
beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Pertanyaan-pertanyaan :

Bagaimana dampak negative bila pengusaha tidak menjalankan usaha sesuai
dengan etika bisnis? Berikan contoh pada pengusaha dan perusahaan yang
saudara pilih!
Praktik bisnis yang tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi para
stakeholders, karena tidak akan menumbuh kembangkan profesionalisme bisnis
dan etos kerja yang tinggi, melainkan justru akan menggerogoti ketahanan bisnis
dari dalam, sehingga menjadikan pilar-pilar ekonomi semakin rapuh. Dan juga
mempengaruhi citra perusahaan itu sendiri.

Jelaskan yang dimaksud dengan tanggung jawab social!
Apakah perusahaan saudara menjalankan tanggung jawab social? Jelaskan!
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (disingkat
CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen , karyawan,
pemegang saham , komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan. CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di
mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan,
misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Bagaimana strategi bentuk tanggung jawab social?
Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan
CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang
berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang
dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan
balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi.
5
Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder
karena tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada
didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan manajemen.

Bagaimana hubungan antara etika bisnis dan keputusan bisnis? Berikan contoh
pada pengusaha dan perusahaan yang saudara pilih!
Dua hal yang perlu dicatat
Pertama, etika bisnis bukanlah suatu jenis lain etika; ia adalah etika dalam konteks
bisnis; memfokuskan pada apa yang merupakan perilaku yang benar atau salah di
ranah bisnis dan bagaimana prinsip-prinsip moral diterapkan oleh para pelaku
bisnis pada situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka di
lingkungan pekerjaan.
Kedua, para pelaku bisnis tidak perlu mengadopsi seperangkat prinsip etika untuk
memandu mereka dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis dan seperangkat
prinsip lain untuk memandu kehidupan pribadi mereka.
Dimensi Moral dalam Pengambilan Keputusan Bisnis
Terlepas dari rumitnya hubungan etika bisnis dengan ekonomi dan hukum, bisnis
adalah organisasi ekonomi yang tidak hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan
aturan-aturan hukum yang berlaku, tetapi juga norma-norma etika yang berlaku di
masyarakat. Bahkan dapat dikatakan, bahwa seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab sosial,
etika merupakan dimensi sangat penting yang harus selalu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan bisnis.
Cakupan Etika Bisnis
Isu-isu yang dicakup oleh etika bisnis meliputi topik-topik yang luas. Isu-isu ini
dapat dikelompokkan ke dalam 3 dimensi atau jenjang, yaitu: (1) sistemik, (2)
organisasi, dan (3) individu. Isu-isu sistemik dalam etika bisnis berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul mengenai lingkungan dan sistem yang
menjadi tempat beroperasinya suatu bisnis atau perusahaan: ekonomi, politik,
hukum, dan sistem-sistem sosial lainnya. Isu-isu organisasi dalam etika bisnis
berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan etika tentang perusahaan tertentu.

Jelaskan tantangan pelaksanaan tanggung jawab sosial! Berikan contoh pada
pengusaha dan perusahaan yang saudara pilih!
6
1. BENTURAN DENGAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
Proses produksi seringkali menyebabkan benturan kepentingan (masyarakat
dengan perusahaan). Benturan ini terjadi kerap kali karena perusahaan
menimbulkan polusi.
2. Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di tuntut untuk mengindahkan etika bisnis. Hal-hal pendorong
dilaksanakannya etika bisnis :
- Dorongan dari pihak luar, dari lingkungan masyarakat.
Peningkatan moral kerja karyawan yang berakibat membaikny semangat dan
produktivitas kerja.
- Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga
tercipta kondisi manajemen Partisipatif
- Penurunan absen karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai
hasil hubungan kerja yang menyenangkan dan baik.
- Peningkatan mutu produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa
percaya diri karyawan.
- Kepercayaan konsumen yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi
perkembangan - Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme
pebisnis yang melibatkan rasa, karsa, dan karya yang ikut mendorong
diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur.
DORONGAN
TANGGUNG
JAWAB
SOSIAL
Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial
pada sebuah bisnis sebagai berikut:
A. Penerapan
Manajemen
Orientasi
Kemanusiaan
Kegiatan intern yang muncul bersifat sangat kaku, keras, zakeliyk (saklek),
birokratik, dan otoriter.
B. Manfaat Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
selanjutnya dari perusahaan
B. Ekologi dan gerakan pelestarian lingkungan
Ekologi yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam
lingkungannya banyak di pengaruhi oleh proses produksi.
C. Penghematan energi
Pengurasan secara besar-besaran energi yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti batubara, minyak, dan gas telah banyak terjadi.
Kesadaran bahw sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui telah mendorong
dilaksanakannya proses efisiensi serta mencari pengganti sumber daya tersebut.
D. Partisipasi pembangunan bangsa
Kesadaran masyarakat pebisnis terhadap suksesnya pembangunan sangat
diperlukan. Karena dengan adanya kesadaran tersebut, akan membantu
7
pemerintah menangani masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan
penggunaan tenaga kerja yang ada.
 Berikan etika bisnis yang diterapkan untuk usaha yang saudara jalankan!
Penerapan etika bisnis di perusahaan kami adalah dengan tidak memaksakan
konsumen untuk membeli produk yang kami tawarkan dan tetap membangun
hubungan yang sehat antar direktur dan juga konsumen.
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain adalah:
1.
2.
3.
Pengendalian diri
Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin meluas di masyarakat yang
sebelumnya hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas sampai ke daerah-daerah,
dan meminjam istilah guru bangsa yakni Gus Dur, korupsi yang sebelumnya di
bawah meja, sekarang sampai ke meja-mejanya dikorupsi adalah bentuk moral
hazard di kalangan ekit politik dan elit birokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa di
sebagian masyarakat kita telah terjadi krisis moral dengan menghalalkan segala
mecam cara untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu memperkaya diri sendiri
maupun tujuan kelompok untuk eksistensi keberlanjutan kelompok. Terapi ini
semua adalah pemahaman, implementasi dan investasi etika dan nilai-nilai moral
8
bagi para pelaku bisnis dan para elit politik. Dalam kaitan dengan etika bisnis,
terutama bisnis berbasis syariah, pemahaman para pelaku usaha terhadap ekonomi
syariah selama ini masih cenderung pada sisi “emosional” saja dan terkadang
mengkesampingkan konteks bisnis itu sendiri. Padahal segmen pasar dari ekonomi
syariah cukup luas, baik itu untuk usaha perbankan maupun asuransi syariah.
Dicontohkan, segmen pasar konvensional, meski tidak “mengenal” sistem syariah,
namun potensinya cukup tinggi. Mengenai implementasi etika bisnis tersebut,
Rukmana mengakui beberapa pelaku usaha memang sudah ada yang mampu
menerapkan etika bisnis tersebut. Namun, karena pemahaman dari masing-masing
pelaku usaha mengenai etika bisnis berbeda-beda selama ini, maka
implementasinyapun berbeda pula, Keberadaan etika dan moral pada diri
seseorang atau sekelompok orang sangat tergantung pada kualitas sistem
kemasyarakatan yang melingkupinya. Walaupun seseorang atau sekelompok orang
dapat mencoba mengendalikan kualitas etika dan moral mereka, tetapi sebagai
sebuah variabel yang sangat rentan terhadap pengaruh kualitas sistem
kemasyarakatan, kualitas etika dan moral seseorang atau sekelompok orang
sewaktu-waktu dapat berubah.
Baswir (2004) berpendapat bahwa pembicaraan mengenai etika dan moral bisnis
sesungguhnya tidak terlalu relevan bagi Indonesia. Jangankan masalah etika dan
moral, masalah tertib hukum pun masih belum banyak mendapat perhatian.
Sebaliknya, justru sangat lumrah di negeri ini untuk menyimpulkan bahwa berbisnis
sama artinya dengan menyiasati hukum. Akibatnya, para pebisnis di Indonesia
tidak dapat lagi membedakan antara batas wilayah etika dan moral dengan wilayah
hukum. Wilayah etika dan moral adalah sebuah wilayah pertanggungjawaban
pribadi. Sedangkan wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan pengadilan.
Akan tetapi memang itulah kesalahan kedua dalam memahami masalah etika dan
moral di Indonesia. Pencampuradukan antara wilayah etika dan moral dengan
wilayah hukum seringkali menyebabkan kebanyakan orang Indonesia tidak bisa
membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan kaidahkaidah etik dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori perbuatan
melanggar hukum. Sebagai misal, sama sekali tidak dapat dibenarkan bila masalah
korupsi masih didekati dari sudut etika dan moral. Karena masalah korupsi sudah
jelas dasar hukumnya, maka masalah itu haruslah didekati secara hukum.
Demikian halnya dengan masalah penggelapan pajak, pencemaran lingkungan, dan
pelanggaran hak asasi manusia.
Contoh Kasus :
9
Sebagai Pelaku Bisnis. Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah diingat yaitu
Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat bagus dan pada saat itu
perusahaan dapat menikmati booming industri energi dan saat itulah Enron sukses
memasok enegrgi ke pangsa pasar yang bergitu besar dan memiliki jaringan yang
luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya
untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang ada dari skilus bisnisnya, Enron
memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring dengan booming indutri
energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants dan bahkan Enron
disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah anggota pasar yang
baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan sebagaimana mestinya. Pada
akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan reputasinya baik tersebut, karena
melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke
delapan, Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.
Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis
1. Situasi Dahulu. Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf
Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia
bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an. Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan
otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis),
penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian
pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan
mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik
yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an. Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia
bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an. Di Eropa Barat, etika bisnis
sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat
forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang
disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an. Tidak terbatas lagi
pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah
didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada
25-28 Juli 1996 di Tokyo.
TUGAS KE-1
10
HUBUNGAN ETIKA BISNIS DAN KEJAHATAN PERUSAHAAN  Row 2
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia
bisnis ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin
kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan,
juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan.
Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan
menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan
melakukan ‘apa yang benar’ dan ‘baik’ untuk menentang apa yang ‘salah’ dan
‘buruk’. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik
kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan.
Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua
individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan. Ada dua jenis pemilik kepentingan yang berpengaruh terhadap
perusahaan, yaitu pemilik kepentingan internal dan eksternal. Investor, karyawan,
manajemen, dan pimpinan perusahaan merupakan pemilik kepentingan internal,
sedangkan pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah,
masyarakat umum, kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan
merupakan pemilik kepentingan eksternal. Pihak-pihak ini sangat menentukan
keputusan dan keberhasilan perusahaan. Yang termasuk kelompok pemilik
kepentingan
yang
memengaruhi
keputusan
bisnis
adalah:
(1)
Para
pengusaha/mitra usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku, (3) Organisasi
pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat umum, serta (8)
Pelanggan dan konsumen.
Selain kelompok-kelompok tersebut di atas, beberapa kelompok lain yang berperan
dalam perusahaan adalah para pemilik kepentingan kunci (key stakeholders)
seperti manajer, direktur, dan kelompok khusus.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas pemilik kepentingan sangat
tergantung pada kepuasan yang mereka peroleh.. Oleh karena loyalitas dapat
mendorong deferensiasi, maka loyalitas pemilik kepentingan akan menjadi
hambatan bagi para pesaing.” Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian dari
strategi generik untuk memenangkan persaingan .
Selain etika dan perilaku, yang tidak kalah penting dalam bisnis adalah norma
etika. Ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
11
(1) Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar
perilaku minimum.
(2) Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap
orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-hari. Parakaryawan
akan bekerja sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan/organisasi.
(3) Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi suatu
keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental
individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagaiman lain
yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu,
mengurangi, dan mempertinggi pemahaman tentang etika perilaku.
Siapakah pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan?
Pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena
itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:
(1) Manajemen Tidak bermoral. Manajemen tidak bermoral didorong oleh
kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan
yang menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu
berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral
merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha
yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan
yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang
memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan
sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough,Entrepreneurship and
The New Ventura Formation, 1996, hal. 21).
(2) Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, akan
tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang
membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau
norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam
mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam
mengambil keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah
penggunaan uji kejujuran detektor bagi calon karyawan.
(3) Manajemen Bermoral. Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih
keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku.
Menurut pendapat Michael Josephson, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu:
(1) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terusterang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
(2) Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat
jahat, dan dapat dipercaya.
12
(3) Memeliharan janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen,
patuh, tidak menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalitas
dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga
dalam suatu konteks profesional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat
keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas
serta konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui
kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual
dan toleran terhadap perbedaa, serta tidak bertindak melampaui batas atau
mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang
lain.
(6) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan,
tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan
dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak
merendahkan dan mempermalukan martabat orang lain.
(8) Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum/aturan,
penuh kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.
(9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan pesonal maupun pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab
atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
Stansar Etika dapat dipertahankan melalui:
(1) Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi
pemilik kepentingan.
(2) Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
(3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang
melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
(4) Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
bergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan
nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari
13
penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus memiliki:
(a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan
kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
(5) Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran para karyawan.
(6) Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan
suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
(7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi,
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang
mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa
pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika
tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
(8) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari
atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
(9) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi
dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita
hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
(10) Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para
karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Eika sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individual. Tanggung
jawab sosial mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu
lingkungan sosial, seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor.
Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda.
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:
(1) Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan,
artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur
ulang limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok
masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
(2) Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen sumber daya
manusia seperti peneriman karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan
kompensasi merupakan tanggung jawaab perusahaan terhadap karyawan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
(b) Meminta input kepada karyawan.
14
(c) Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
(d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
(e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan.
(f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
(g) Memberi kepercayaan kepada karyawan.
(3) Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1)
Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk
dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk
melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya, ada empat hak pelanggan, yaitu:
(a) Hak mendapatkan produk yang aman.
(b) Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.
(c) Hak untuk didengar.
(d) Hak memilih apa yang akan dibeli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi
meliputi:
(a) Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
(b) Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang
mereka beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
(c) Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk
menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan
berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
(d) Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya pendidikan
tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus
menyediakan program pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi barang
dan jasa yang akan dibelinya.
(e) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberikan hak
untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undangundang antimonopoli (antitrust).
(4) Tanggung jawab terhadap investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap
investor adalah menyediakan pengembalian investasi yang menarik, seperti
memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk
melaporkan kinerja keuangan kepada investor seakurat mungkin.
Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung
jawab terhadap masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan
dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap masyarakat yang
berada di sekitar lokasi perusahaan tersebut berada
15
16
Download