Sejarah Perkembangan Filsafat dari Zaman Yunani Kuno Hingga

advertisement
Sejarah Perkembangan Filsafat dari Zaman Yunani Kuno Hingga Masa Kini
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam istilah bahasa Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal
dari kata Yunani yaitu “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa
tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman
Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan.
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna
(hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca
indera manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara
keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia
hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Metode filsafat adalah metode
bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya adalah
semua yang ada.
Karena filsafat bukanlah suatu disiplin ilmu maka sesuai dengan definisinya,
sejarah dan perkembangan filsafat tidak akan pernah habis untuk dibahas. Dalam
perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari
Zaman Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad 12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M),
Zaman awal Modern dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 1819) hingga saat ini. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas mengenai sejarah dan
perkembangan filsafat dari Zaman Yunani Kuno hingga saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Zaman Yunani Kuno
Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah
peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola
pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena
biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan
kepalanya.
Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul
alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam
adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat
berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga
berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada selalu
berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari
alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan
kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah
sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa
yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor
dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena
api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya,
api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai
simbol perubahan itu sendiri.
Selain Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di kota Elea. Ia
merupakan ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada.
Menurut pendapat Permenides apa ang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak
dan perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak
ada adalah tidak ada sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan
hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian,
yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi yang
ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai
pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322
SM). Sokrates
merupakan anak dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya
bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe
yang terkenal galak dan keras.
Socrates
adalah
seorang
guru.
Setiap
kali
socrates
mengajarkan
pengetahuannya, Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada muridmuridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya memberikan ajaran baru
yang merusak moral dan menentang kepercayaan negara kepada para pemuda.
Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati dengan minum racun pada umur 70
tahun yakni pada tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia
secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah
yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal
tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari
Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya,
ia mencoba menyelesaikan permasalahan
lama yakni mana yang benar yang
berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang
diperoleh lewat indera disebutnya sebagai pengetahuan indera dan pengetahuan
yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal. Plato menerangkan
bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman
yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang
sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide.
Menurut Plato ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas jika
manusia tidak mengetahuinya, masalah tersebut adalah:
a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak
dan lain-laian.
d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi
mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang
tertera dalam polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates
yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being).
Menurut Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:
a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).
b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).
c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).
Plato mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah mencipta
keselarasan
semua
keahlian
dalam
negara
(polis)
sehingga
mewujudkan
keseluruhan yang harmonis. Apabila suatu negara telah mempunyai undangundang dasar maka bentuk pemerintahan yang tepat adalah monarki. Sementara itu,
apabila
suatu
negara
belum
mempunyai
undang-undang
dasar,
bentuk
pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi.
Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan
itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia “ide”
yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri.
Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi,
antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.
Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak
setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir
di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide” bukanlah
terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi
justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda
mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan
bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan
atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk.
Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk
memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari
materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi,
ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi. Pemikiran-pemikirannya yang
sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
a. Ajarannya tentang logika
Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi dan aksidensia. Dan
dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Substansi (manusia, binatang).
Kuantitas (dua, tiga).
Kualitas (merah, baik).
Relasi (rangkap, separuh).
Tempat (di rumah, di pasar).
Waktu (sekarang, besok).
Keadaan (duduk, berjalan).
Mempunyai (berpakaian, bersuami).
Berbuat (memmbaca, menulis).
Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai
Bapak logika tradisional.
b. Ajaranya tentang sillogisme.
c.
Ajarannya
tentang
pengelompokkan
ilmu
pengetahuan.
Aritoteles
mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan.
d. Ajarannya tentang potensia dan dinamika. Hule adalah suatu unsur yang menjadi
permacaman. Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan.
e. Ajarannya tentang pengenalan.
f. Ajarannya tentang etika.
g. Ajarannya tentang negara.
2. Jaman Kegelapan (Abad 12-13 M)
Jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan. Filsafat pada jaman ini dikuasai
oleh pemikiran keagamaan yaitu Kristiani. Puncak dari filsafat Kristiani adalah
Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik. Skolastik Patristik
dibagi menjadi dua yaitu Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin
(Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani antara lain Clemens dari Alexandria
(150-215), Origenes (185-254). Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379).
Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397),
Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran dari para Bapa Gereja ini
adalah falsafi-teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari
plotinos.
Pada jaman Skolastik pengaruh Ploinus diambil alaih oleh Aristoteles. Pada
masa ini, pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali dikenal dalam karya beberapa
filsuf Yahudi maupun Islam yaitu melalui Avicena Ibn. Sina, 980-1037), Averroes
(Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles sangatlah
besar sehingga ia disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak
membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”. Pertemuan
pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian
ordo Dominikan dan Fransiskan.
3. Jaman Pencerahan (Abad 14-15 M)
Pada Abad Petengahan ini muncullah seorang astronom berkebangsaan
Polandia. Astronom tersebut bernama N. Copernicus. Pada saat itu, N. Copernicus
mengemukakan temuannya bahwa pusat peredaran benda-benda angkasa adalah
matahari (Heleosentrisme). Namun temuan N. Copernicus ini tidak disambut baik
oleh otoritas Gereja sebab mereka menganggap bahwa teori yang dikemukakan oleh
N. Copernicus bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat
peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus. Oleh karena
itulah, N. Copernicus dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja.
Galilieo Galilei adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan.
Ia mnemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak
parabola, bukan gerak horisontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia
menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan telekospnya,
ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari
bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri.
Karena pandangannya yang bertentangan dengan tokoh Gereja akhirnya di hukum
mati.
4. Jaman Awal Modern (Abad 16 M)
Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran
mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Pada
masa ini muncullah berbagai pemikiran Yunani antara lain rasionalisme,
empirisrme, dan kritisme. Selain itu, masa ini juga memunculkan seorang intelektual
yang bernama Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, “The canon of
medicine”. Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan
realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa saat itu.
Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa.
Masa ini juga menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik
dan Protestan. Pada masa ini, para filsuf jaman modern menegaskan bahwa
pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari
penguasa, tetapi dari diri mereka sendiri. Kemudian, terjadilah perbedaan pendapat
dalam memahami aspek tersebut. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda dengan
aliran rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah sumber
pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Kemudian, muncullah
aliran kritisisme yang mencoba untuk memadukan kedua pendapat tersebut. Aliran
rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discouse
de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai
dasar yang kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya
secara metodis. Pelopr kaum rasionalis disebut Descartes. Kaum rasionalis ini
percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Sedangkan pelopor aliran empirisme adalah David Hume (1711-1776). David
Hume memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan sebab pengalaman
dapat bersifat lahiriyah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang
menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan
bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Hume merupakan pelopor para
empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari
indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana
kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Adapun aliran kritisisme di pelopori oleh Imanuel Kant (1724-1804). Imanuel
Kant mencoba untuk mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang
betentangan tersebut. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar
separuh dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal
dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan
bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam
manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Menurut Kant, ada
dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia.
Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat
kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu
adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan.
Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses
yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan.
5. Jaman Modern (Abad 17-18 M)
Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Filsuf-filsuf
pada jaman ini disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih menekankan
bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi
manusia. Para empirikus besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley
(1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Perancis JJ.Rousseau (1712-1778) dan di
Jerman Immanuel Kant (1724-1804).
Immanuel Kant dalam karyanya yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing.
Critique of Pure Reason) yang terbit tahun 1781, memberi arah baru mengenai filsafat
pengetahuan. Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru
tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan
yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila
masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak
pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang pengetahuan dihimpun setelah
melalui (aposteriori) sistem penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa
pikiran murni (a priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan
dari rasio manusia. Menurut Kant, empirisme mengandung kelemahan karena
anggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia hanya lah rekaman kesankesan (impresi) dari pengalamannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia
merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan
pikiran manusia) dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang
terpenting bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa yang
direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu tampil sebagai benda itu
sendiri.
6. Jaman Pos Modern (Abad 18-19 M)
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran
filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme
dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan
dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad
kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru
dalam filsafat antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme,
neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. Berkaitan dengan filosofi penelitian
Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh
filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi
kedalam tiga tahap, yaitu
1
. teologis.
2
. Metafisis.
3
. Positif-ilmiah.
Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan
menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar
secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran
yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian
Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas
olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai
“Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences)
sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan metodemetode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences)
yang berkembang sesudahnya.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di
atas
munculah
aliran-aliran
filsafat,
misalnya
:
“Strukturalisme”
dan
“Postmodernisme”. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi-Strauss,
J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J.
Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan)
dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih
sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain),
sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of
Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa
kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research).
Pada periode ini juga muuncul aliran “Pragmatisme”. Pragmatisme berasal
dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang
benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibatakibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di
New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli
dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
Selain itu juga muncullah filsafat analitis. Tokoh aliran ini adalah Ludwig
Josef Johan Wittgenstein (1889-1951). Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu
penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam. Filsafat
analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini
membahas mengenai analisis bahasa dan anlisis konsep-konsep.
BAB III
PENUTUP
Filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam di Zaman Yunani Kuno
adalah Thales (624-546 SM). Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur
terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas
seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Selain
Thales, terdapat pula beberapa ahli filsuf yang lain diantaranya adalah Heracleitos,
Permenides, Plato dan lain-lain. Puncak keemasaan pada masa Yunani Kuno dicapai
pada masa Sokrates dan Aristoteles.
Jaman kegelapan di mulai dari abad 12-13 M. Pada masa ini terjadi
pertentangan antara gereja yang diwakili oleh pastur dan para raja yang pro dengan
para ulama filsafat. Pada masa ini filsafat mengalami kemunduran. Para raja
membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah mati. Ilmu menjadi beku,
kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja lah yang berhak
mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.
Pada
zaman
modern,perkembangan
filsafat
mulai
ditandai
dengan
munculnya berbagai pemikiran-pemikiran yaitu rasionalisme, empirisme, dan
kritisme. Aliran rasionalisme di pimpin oleh Rene Descartes dan aliran empirisme
dipimpin oleh David Hume. Sedangkan alira kritisme dipimpin oleh Imannuel Kant.
Kemudian, perkembangan filsafat tidak berhenti pada zaman modern namun
filsafat berkembang hingga zaman post modern. Zaman Post Modern ini terjadi
pada abad 18-19 M. Pada abad ini banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam
filsafat antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme,
neo-tomisme fenomenologi, Hedonisme dan Capitalism . Tokoh-tokoh filsafatyang terlahir
di zaman ini antara lain: A. Comte, William James, Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M.
Faoucault dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Sejarah Filsafat. http://gezafa.blogspot.com.
Billy Yanuar Wijaya. 2010. Sejarah dan Perkembangan Filsafat dari Masa ke Masa.
[online].
Budi Setiawan. Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat : Suatu Pengantar ke Arah
Filsafat Ilmu. [online]
PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO
Wednesday, 13 February 20130 komentar
Filfafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal munculnya
filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM di wilayah Yunani muncul pemikirpemikir yang disebut filsof alam. Dinamakan demikian karena objek yang
dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filsof mereka
adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang
menjadi
sentral
persoalan
bagi
mereka.
Pemikiran yang demikian waktu itu merupakan pemikiran yang sangat maju,
rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima
begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan inderanya,
tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas
menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang, mythe,
legenda
atau
gugon
tuhon.
Para filsuf alam tersebut tidak mempercayai cerita-cerita yang demikian, dan
menganggapnya sebagai tahkayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka
berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya
pikirnya sendiri. Maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang
radikal, karena pemikiran mereka samapi pada akar (radik=akar) dari alam yang
dipersoalkan.
1.
Thales
(625-545
SM)
Apakah muasal segala sesuatu? Inilah pertanyaan pertama yang muncul dalam
sejarah filsafat. Ini pertanyaan kuno. Ya kuno, karena kini kita sudah memiliki
banyak teori ilmu alam yang menceritakan banyak jawaban yang lebih terbukti.
Tetapi itulah pertanyaan pertama dalam filsafat, setidaknya demikianlah yang
terjadi di Yunani Kuno pada abad ke-6 SM. Pertanyaan-pertanyaan ini demikian
memperkaya kesadaran manusia sendiri, lebih dari itu menumbuhkan
kemampuan
manusia
untuk
ngendalikan
kekuatan
alam.
Dengan jalan berpikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang
senantiasa mengikat perhatian : Apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab
penghabisan
dari
pada
segala
yang
ada?
Thales memberikan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari air, ia juga
menyatakan bahwa bumi terapung dia tas air. Pernyataan ini tentu saja menolak
kepercayaan mistis yang mengasalkan segala sesuatu dari dewa-dewa. Namun
pada sisi lain, Thales juga menyatakan bahwa “Segala sesuatu sesungguhnya
penuh dengan dewa-dewa”. Pernyataan kedua ini merupakan rumusan dalam
pengarus dunia mistis, namun sebuah rumusan yang sebelumnya didahuli oleh
pengamatan
realitas
bukan
rumusan
yang
diterima
begitu
saja
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi,
tetapi juga akhir dari segala yang ada yang jadi itu. Di awal air di ujung air. Air
sebab yang penghabisan! Asal air pulang ke air. Air yang satu itu adalah bingkai
dan pula isi. Atau dengan kata lain, filosof air adalah subtrat (bingkai) dan
subtansi
(isi)
kedua-duanya
2.
Anaximander
(610-547
SM)
“Bukan air”, kata Anaximander, Tetapi Yang Tak Terbatas”. Anaximander
berkesimpulan bahwa hanya ada satu asal mula, yaitu Yang Tak Terbatas. Ia ada
dari semua keabadiaan, lingkupnya tak terbatas, dan ia dapat bergerak.Materi
kasar ini tidak dapat dilihat atau dirasakan dengan pencerapan, tetapi hanya
dapat
diketahui
dengan
pikiraan.
Argumennya adalah jika sekiranya semua benda adalah air, tentu sudah lama
segala berubah menjadi air. Lagi pula bagaimaaana air bisa berubah bentuk
menjadi lawan beratnya, api? Bagaimana suatu kualitas dapat menimbulkan
lawannya? Tidak! Bagi Anaximander, benda hakiki (the ultimate stuff) di balik
empat unsur itu tidak mungkin dengan sendirinyaa salah satu dari empat unsur
tersebut. Itu mesti sesuatu di luar yang empat tadi. Apakah itu? Anaximader
berpikir lebih lanjut. Unsur hakiki itu mesti sesuata yang tidak bisa diamati tidak
bisa diatur dan tidak tetap. Ia hanya bisa menyebutnya Yang tak Terbatas (The
Unlimeted). Tentu jawaban ini tidak memuaskan bahkan dikalangan murid-murid
anaximander sendiri. Apa gunanya sesuatu yang tak terbatas, yang tak
tertentukan, yang lain dari yang lain dengan sesuatu yang sama sekali memang
tidak ada? Kebanyakn menyimpulkan ya tidak lebih baik bahkan sebagian
menyatakan keduanya sama kerena Ex Nihilo Nihil ( tidak ada yang timbul dari
yang
tidak
ada).
Menyadari
hal
ini
mereka
terus
mencari.
Yang tak terbatas itu oleh dia dinamakan Apeiron. Apeiron adalah Zat yang tak
terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya
dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya
dengan pancaindra kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga.
Sebab itu barang asal, yang tiada berhingga, dan tidak berkeputusan, mustahil
salah
satu
dari
barang
yang
berakhir
iu.
3.
Anaximenes
(585
–
494
SM)
Begitulah jawaban Anaximander, namun jawaban ini disanggah oleh Anaximenes
”Tak mungkin yang tak terbatas menjadi asal dunia”, demikian ajar Anaximenes.
Udara adalah asal muasal itu. Bukankah udara meliputi seluruh jagat raya?
Bukankah udara yang menyebabkan manusia dapat hidup? Seperti halnya jiwa
manusia yang berbentuk hawa yang dengannya seluruh organ manusia
tersatukan, alam semesta pun berasal dan dipersatukan oleh udara. Bagaimana
kejadiannya? Begini, menurut Anaximenes. Pada mulanya adalah udara,
kemudian ada pemadatan dan pengenceran. Udara yang memadat menjadikan
angin,
air,
tanah
dan
batu.
Udara
yang
mengencer
menjadi
api.
Sebagai kesimpulan ajarannya disebut : "Sebagai mana jiwa kita, yang tidak lain
dari pada udara, menyatakan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini
jadi satu". Disini buat pertama kali pengertian jiwa masuk kedalam pandangan
filosofi. Hanya Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal
penghidupan
jiwa.
Ketiga filosof pertama ini – Thales, Anaximander dan Anaximenes—dikenal
sebagai The Milesians karena mereka ketiganya berasal dari daerah koloni
Yunani Miletus, dan kerena mereka membentuk mazhab filsafat yang pertama.
Meskipun ada perbedaan hasil pemikiran mereka, mereka memiliki sejumlah ciri
yang sama sebagian di antaranya nantinya akan menjadi bagian dari tradisi
keilmuan Barat – yakni keinginan untuk penjelasan sederhana, penekanan atas
pengamatan untuk mendukung teori keterikatan pada naturalisme (pandangan
bahwa fenomena alaaam harus dijelaskan dengan fenomena alam yang lain),
dan monisme (pandangan bahwa hakekatnya terdapat hanya satu jenis unsur
dasar). Mazhab Miletus berakhir ketika suasana damai antara Yunani dan Persia
runtuh, dan Persia mengobrak-abrik Kota Miletus ini. Tetapi pemikirannyaa tetap
diingat dan kemudiaan dikembangkan. (Nur Ahmad Fadhil Lubis, 2001 : 98)
Pemikiran dari Miletus ini memberikan dasar bagi filsuf kemudian, tentang (1)
pemahaman yang berdasarkan hasil pengamatan. (2) asal muasal segala
sesuatu terdiri dari satu hal yang tuggal. Observasi, pengamatan yang teliti
terhadap apa yang ada (alam sekitar), bagi filsuf Miletus, menjadi dasar dri
penemuan
kearifan.
(Bambang
Q-Anees,
2003
:103)
4.
Pythagoras
(sekitar
572-500
SM)
Masih di sekitar negeri Yunani tepatnya di kepulauan Samos terdapat ahli pikir
yang terkenal yaitu Pythagoras. Dari alam pikiran orang Militos ke kepulauan
Samos seolah-olah kita harus meninggalkan dunia kebendaan (this material
word)
ke
dunia
khayal
dan
cipta
(the
world
mind)
Pythagoras adalah filsuf selanjutnya yang melanjutkan pemikiran Milesia.
Pernahkan Anda mendengar nama ini? bagi yang pernah belajar Aljabar dan
Matematika kemungkinan besar pernah mendengar nama pemikir besar ini. Apa
rupanya sumbangan pemikirannya? Berbeda dengan mazhab Miletus Pythagoras
tidak mencari hakikat benda dalam unsur meterial tertentu, tetapi ia
memperpegangi pandangan yang menarik bahwa segala sesuatunya ini
hakikatnya adalah angka. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia
angka-angka. Ia beranggapan bahwa kahikat dari segala sesuatu adalah angka.
Benda dari benda lain dibatasi oleh angka, kita menentukan segala sesuatu
dengan bilangan. Batas, bentuk, dan angka dalam pengertian Pythagoras adalah
sesuatu yang sama. Lebih lanjut Pythagoras mengutarakan bahwa suatu
penggambaran yang tepat tentang realita haruslah diungkapkan dengan angka
dan
dalam
peristilahan
rumus
matematis.
Lebih lanjut, ia mengantisipasi karya tulis Euclid (yang lahir jauh lebih
belakangan) tentang geometri, dan menemukan rasio kesejajaran (the ratios of
Cocord) antara nada musik angka. Dari sini, ia menyimpulkan keharmonisan
matimatis diseluruh jaugat raya suatu pandangan yang mengiring kepada
doktrin "The music of the Spheres". Pengaruh Pythagoras begitu besar sehingga
mazhab Pythagoras bertahan selama 400 tahun. Pengaruhnya terhadap Plato
saja, filosuf besar pada zaman berikutnya, sudah cukup untuk menjamin bahwa
Pythagoras dan pemikirannya mendapatkan tempat permanen dalam sejarah
filsafat.
Bukan hanya itu saja pemikiran Pythagoras. Ajaran tokoh yang satu ini
mempunyai sisi lain yang menarik. Ia adalah pemimpin sebuah aliran
keagamaan yang anggota-anggotanya harus mematuhi sejumlah peraturanyang
berdasarkan kezuhudan (asceticiam). Numerologi (kepercayaan bahwa angka
memiliki makna dan mampu mengungkapkan rahasia alam) dan vegetarianisme
(aliran yang menolak memakan yang bernyawa). Meskipun mereka vegetarian,
pengikut Pythagoras mengharamkan memakan biji kacang. Kenapa? Karena
memakan biji kacang adalah suatu bentuk kanibalisme (memakan jenis sendiri).
Coba perhatikan dengan cermat, biji kacang tersebut jika dibuka kedua
kelopaknya akan terlihat bahwa masing-masing berisikan cikal-bakal embrio
mirip manusia. Apakah Pythagoras menyakini bahwa manusia berasal dari bijih
kacang?
5.
Heraclitos
(sekitar
470
SM)
Heraclitos memiliki pandangan yang baru. Thales memberikan jawaban berdasar
pengamatan, sedangkan Anaximander pengarahkan cara jawaban dengan
pikiran. Pertanyaan Thales dan Anaximander kemudian diperbaharui oleh
Heraclitos. Heraclitos menerima kepercayaan bahwa akal budi dapat mengetahui
hal-hal yang mendasari kesatuan dunia, tetapi ia bertanya, bagaimanakah
kesatuan ini dapat diselaraskan dengan kenyataan adanya perubahan?
Heraclitos menentang pengasalan segala sesuatu dari sesuatu yang tunggal, ia
mengajukan kenyataan bahwa kita hidup di antara keragaman dan perubahanperubahan; kita tak pernah melihat air asal muasal itu apalagi itu apalagi Yang
Tak
Terbatas
itu?
Jawaban Heraclitos menghadapkan kita pada suatu masalah, yaitu hubungan
antara yang terus berubah (sebagaimana diserap mata dan telinga) dengan
yang tetap (sebagaimana dipikirkan). Kenyataan seakan tersusun dari satu
bongkahan benda yang tak bergerak namun menampakkan diri sebagai yang
terus menerus berubah. Segala sesuatu menjadi berbeda, namun sekaligus juga
segala sesuatu harus memiliki hal yang tetap sama. Maka Heraclitos mengajukan
jawaban
lain,
bahwa
terbuatnya
dunia
bukan
air
tapi
api.
Ada sesuatu tentang hakikat api yang menjelaskan gambaran yang tetap
(contohnya bentuk lanya api yang tetap) dan kenyataan perubahan. Yang
terakhir ini lebih mudah dipahami : di dalam api semuanya berubah. Heraclitos
menarik beberapa kesimpulan yang mengejutkan dari pandangan ini. Realitas
bukanlah terdiri dari sejumlah sesuatu/benda, tetapi merupakan suatu proses
dari penciptaan dan pemusnahan yang terus menerus. Menurut Heraclitos , Anda
tidak mungkin melangkah pada sungai yang tidak dua kali (you can't step in the
same river Twicw). Semuanya berubah kecuali perubahan itu sendiri (everything
changes
but
changes
itself).
Heraclios memberikan sumbangan pemikiran bahwa dunia harus ditafsirkan
berdasarkan prosesnya, bukan bendanya. Segala sesuatu memiliki prosesnya.
Lalu bagaimana benda-benda yang tanpa diam, stabil? Stabilitas, demikian
ungkap Heraclitos, terjadi ketika ada keseimbangan dalam benda itu. Seperti
kekuatan nyala api yang sanggup melawan hembusan angin, sehingga nyala api
tanpa diam tak bergerak. Di dalam unsur-unsur penyusunannya, ketika
keseimbangan ini tercapai benda-benda tampak sebagai stabil. Unsur
penyusunan setiap hal, bagi Heraklitos, berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan perjuangan. Ketika ada kebutuhan akan sesuatu, benda-benda akan
berjuang (bergerak) untuk mencapai kebutuhan tersebut, dan pergerakan itu
akan berhenti (tampak stabil) begitu kebutuhan telah tercapai, begitu
seterusnya.
Sumbangan Heraclitos juga tentang adanya Logos. Menurutnya ada logos yang
tidak bisa diamati. Suatu logika yang mengatur perubahan yang membuat
perubahan itu suatu fenomena yang rasional (maksudnya dapat dipahami akal),
bukannya perubahan yang arbiter seenaknya. Doktrin Logos ini sangat dalam
pengaruhnya bagi Plato, dan pada gilirannya menjadi dasar dari pemahaman
hukum alam (natural law).
Nah, sampai bagian ini kita telah melangkah jauh. Kita menemukan alur
perubahan pertanyaan. Pertanyaan "terdiri dari apakah dunia ini?" ternyata telah
melahirkan pertanyaan "bagaimanakah dunia ini berubah?" menggeluti satu
pertanyaan ternyata menghasilkan pertanyaan lain, yang baru, dan memperluas
cakrawala
pemahaman
kita
atas
kenyataan.
6.
Parmenedes
Gagasan Heraclitos kemudian ditentang oleh Permenides dari elia (515-440 SM).
Ia menyatakan tak ada hal-hal yang berubah. Jika indera dapat membuktikan
keberubahan, berarti indera menipu. Perubahan hanyalah ilusi. Karena seluruh
perubahan berada dalam kepastian yang tetap. Ia berkata bahwa Anda untuk
melangkah ke sungai yang sama satu kali sajapun tidak mungkin. Permenides
melihat realitas sebagai suatu plenum yang absolut. Ada yang penuh. thesis
dasarnya adalah sederhana sekali. Ada adalah ada. Tidak ada adalah tidak ada
(Being Is Not Being is Not). Pernyataan ini memang sederhana, tetapi juga tidak
bercerita banyak. Mari kita lihat penjelasannya lebih lanjut. Ada tidaklah
diciptakan, tak dapat dimusnahkan, kekal. tak bisa dipisahkan, dan sama
nyatanya disegala arah. Ada tidak memiliki lubang vacum. Karena ada memang
ada, oleh karenanya tidak mungkin ada suatu tempat yang ada itu tidak ada.
Berdasarkan hal ini lebih lanjut disimpulkan bergerak (motion) adalah mustahil
karena gerak melibatkan Ada beranjak dari mana Ada itu Ada ke mana Ada itu
tidak ada, sedangkan sudah dinyatakan di atas, tidak mungkin suatu tempat
dimana Ada itu tidak ada. Bagi Parmenides, perubahan pasti merupakan
penampakan dari segala sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak ada
sebelumnya; hal yang tidak ada sebelumnya tentulah tak bisa dipikirkan, karena
itu
perubahan
tak
pernah
ada,
tak
pernah
bisa
dipikirkan.
Permenides rupanya sedang mengajukan kebenaran logika. Pernyataan kebaruan
dan perubahan tak ada karena (a) kebaruan berasal dari hal yang sebelumnya
tidak ada; (b) yang tidak ada tak bisa dicerap; (c) kerena itu kebaruan tak
mungkin bisa dicerap indera dan pikiran; adalah logika. Temuan logika ini
menjadi embrio bagi cara berpikir yang mengandalkan logika, seperti yang
digunakan kaum rasionalis. Inilah lawan dari filsuf lain dari Ionia (Heraclitos)
yang menjadikan pengalaman indera sebagai dasar pemahaman. Heraclitos bisa
dikatakan
sebagai
embrio
pemahaman
empiris
Temuan logika ini mengarah pada pertanyaan baru: hingga sejauh mana logika
murni dapat memberikan informasi kepada kita tentang dunia? Parmeneides
yang dengan tegas menolak pengalaman dan memilih menggunakan logika
telah memberikan dasar pencerapan realitas berdasar logika. Ia mengajukan
gugatan akan keabsahan pengalaman, meskipun ia belum sanggup memberikan
pemecahan atas persoalan bahwa pada kenyataannya segala sesuatu memang
berubah.
sesuatu yang diwarisi dari Parmeneides oleh filsafat berikutnya hingga zaman
modern adalah konsep subtansi. Walaupun belum terumus dalam bentuk definisi
yang tegas, konsep subtansi dapat ditemukan dalam keseluruhan pemikiran
Permaneides. yaitu bahwa subtansi merupakan subyek tetap dari berbagai
predikat. Bahwa kalaupun kita mengamati keberubahan matahari (dari barat ke
timur) namun ia tetap bisa dikenali kerena ada satyu hal yang tetap, yaitu
matahari itu sendiri. Jika Heraclitos menawarkan cara pandang terhadap proses,
Parmaneides menawarkan cara pengamatan agar kita tidak dibingungkan oleh
perubahan yang terus- menerus. Sekali lagi, bagi Parmeneides di antara yang
terus bergerak itu sebenarnya ada yang tetap. Hal kedua yang diwariskan
Parmaneides pada filsuf sesudahnya adalah bahwa "engkau tak bisa menemukan
pikiran tanpa sesuatu yang ada"; atau "apa yang dapat dipikirkan adalah apa
yang ada dalam realitas". Ada adalah sejauh ia dapat dipikirkan
7.
Demokritos
Sekali lagi, terdapat dari apakah dunia ini? Dari atom, kata Leucippus. Atom
adalah pertikel kecil materi yang dipisahkan satu sama lainnya lain oleh
kehampaan, atom-atom bergerak oleh keniscayaan. Jadi, sesuatu yang misterius
di balik yang tampak adalah adalah sejumlah atom yang tak terbatas. Atomatom yang tidak dapat ditembus dan tidak adapat berubah komposisinya. Atom
hanya berbeda dalam bentuk dan susunan. Semua perubahan yang dilihat
indera
disebabkan
oleh
pengelompokan
atom-atom
primer.
Democritos dari Abdera (420 SM) menyempurnakan pendapat Leucippus. Oleh
karena itu mereka dikenal sebagai atomist. Mereka melihat dunia sebagai
tersusun dari benda-benda yang juga tersusun dari sekelompok atom.
Ia memulai dengan pertanyaan: apa yang dimaksud dengan keniscayaan pada
gerak atom? Apakah yang menentukan sususnan atom-atom yang teratur?
Dimanakah tempat atom-atom tersebut di dalam dunia? Jika semua hal terdiri
dari atom, pikiran dan benda-benda pastilah sama dari atom, bagaimana
keduanya
bisa
sama?
Democritos setuju dengan Heraclitos dan Anaxagoras, namun ada perbedaan
argumen. Ia setuju pada Heraclitos bahwa alam ini terus berubah dan tak
mungkin disebabkan oleh apapun. Ia setuju dengan Anaxagoras bahwa alam ini
terdiri partikel-partikel yang sangat kecil yang tak dapat dilihat mata serta
jumlahnya tak terbatas, dan Democritos menamainya sebagai atom. Atom, dari
kata a-toms: "tak dapat dibagi" (indivisible). Democritos membayangkan ada
unsur penyusunan alam semesta yang tetap, tak terbagi, dan abadi. Atom
dianggap sebagai asal, dan tak mungkin ada asal lain selain atom
Lalu bagaimana atom-atom itu bisa menyatu membentuk mawar atau kupukupu? Democritos menyakini bahwa atom itu selain jumlahnya tak terbatas, juga
memiliki bentuk yang beranika ragam. Sebagian bulat mulus, sebagian lagi tak
beraturan dan bergigi. Keberbedaan ini membuat mereka satu sama lain saling
terkait dan menghasilkan bentuk tertentu, mawar atau kupu-kupu misalnya.
Jika sebuah benda mati atau hancur, atom-atomnya terurai dan dapat digunakan
lagi untuk membentuk benda-benda lain. Atom-atom itu bergerak bebas
diangkasa, dan oleh suatu kebetulan mereka saling kait dan membentuk bendabenda baru. Kebetulan, barangkali, inilah yang tepat dikatakan sebagai sumber
kekuatan penyatu bagi Democritos. Karena ia tidak percaya ada kekuatan atau
jiwa yang ikut campur dalam proses asal mula. baginya tak ada desain,
semuanya terjadi begitu saja. Ia memang menyebutkan "ruang kosong" sebagai
lawan dari "atom", namun "ruang kososng" ini adalah istilah yang ia gunakan
untuk menerangkan terjadinya gerak. Bahwa atom-atom itu akan tersedot
masuk kedalam ruang kosong dan pada saat irulah terjadi gerak.
lalu bagaimana dengan jiwa atau pikiran, apakah ia juga terdiri dari atom? Ya,
keduanya terdiri dari atom-atom. Jiwa terdiri dari atom yang paling halus dan
bundar, yang tidak dapat mengait atom lain. Jiwa dan pikiran dapat memahami
realitas kerena setiap benda yang diamati melepaskan gambar (dalam bentuk
atom-atom) yang bentuknya sama dengan bendanya. Oleh karena itu, pada
tahun 370 SM, filsafat Yunani telah dipandu ke arah materialisme penuh dan
determinisme yang keras. Tidak ada yang lain dari di dunia ini kecuali bendabenda
material,
dan
tidak
ada
kebebasan
hanya
keteraturan.
Apakah yang telah dicapai oleh para filosuf pra-Socrates? Dengan pemikiran
mereka, sejenis pemikiran khusus telah membebaskan dari kungkungan
mitologis dan agama asalnya,mengembangkan metode dan isinya sendiri –suatu
jenis pemikiran yang segera meningkat hingga apa yang sekarang dikenal
sebagai sains dan filsafat. Menelusuri zaman Yunani Kuno kita melihat garis
keturunan langsung anatara filosuf-filosuf itu dengan pemikir-pemikir terkemuka
pada zaman kita sekarang. Dikotomi antara akal dan indera yang akan
diselesaikan oleh Kant pada abad ke-18 pertama sekali diangkat oleh filosuf
zaman klasik ini, suatu upaya pertama untuk merumuskan teori evolusi dibuat
oleh mereka, dan upaya pertama untuk memecahkan teka-teki bagaimana
angka-angka matematis mengikat pilihan-pilihan realitas. Semua ini dapat dilihat
sebagai garis silsilah keturunan dari zaman mereka ini ke zaman modern
sekarang. Meskipun demikian, bagi orang-orang Yunani pada abad ke-5 SM, para
filsuf
Yunani
Kuno
telah
mewariskan
gelombang
kebingungan.
BAHAN
BACAAN
1.
Fadhil Lubis, Nur Ahmad, Pengantar Filsafat Umum, Medan: IAIN Press
Medan,
2001
2.
3.
Hatta, Muhammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1980
Syadali,
Ahmad,
Filsafat
Umum,
Bandung:
Pustaka
Setia,
4.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum "Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra",
Bandung:
Remaja
Rosdakarya,
2005
5.
Q-Anees, Bambang dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk Umum,
Jakarta: Prenada Media, 2003
Read more: http://syafieh.blogspot.com/2013/02/perkembangan-filsafat-padamasa-yunani.html#ixzz2UUZnCqOf
Sejarah Filsafat Yunani Kuno
Jumat, 08 Juli 2011
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembimbing ke filsafat tak akan lengkap tanpa sepatah kata tentang
perkembangan filsafat sepanjang sejarah. Sejarah filsafat ialah penyelidikan
ilmiah mengenai perkembangan filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam
sejarah. Jadi, sejarah filsafat itu belumlah “filsafat”, sejarah filsafat hanyalah
“sejarahnya” Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan
yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah
filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat,
karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada
pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya
alam
semesta
serta
dengan
penghuninya,
akan
tetapi
keterangan
ini
berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya.
Seringkali persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat
dari perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Thomas
Aquino, Immanuel Kant itu hanya dapat dimengerti dari aliran-aliran yang
mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya merupakan reaksi atau syintetis
dari aliran lain. Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa ini berasal
dari zaman
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui bagaiman Filsafat itu bisa lahir dan berkembang
hingga saat ini, alangkah baiknya kita mengetahui sejarah munculnya Filsafat
tersebut, Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa ini berasal dari
zaman Yunani Kuno, untuk itu kami mencoba mengkaji lebih dalam mengenai
sejarah Filsafat Yunani Kuno tersebut.
PEMBAHASAN
SEJARAH FILSAFAT YUNANI
Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem
kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang
bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat
akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal
pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara
murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat
dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.[1]
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara
akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat
kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah
kalah,
pernah
juga
kedua-duanya
sama
sama-sama
menang.
Diantara
keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam
mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal
itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan
hati
pada
dasarnya
menghasilkan
pengetahuan
supralogis yang
disebut
pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah
rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.[2]
Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal
sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan
keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah
intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah
mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti
mula, asal).[3]
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1.
Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos
tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan
rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya
Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2.
Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk
pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai
edukatif.
3.
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah
sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut
dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek
praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati
sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah
kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum
terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas
apa ynag ada di belakang semua materi itu.
1.
Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5
SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men
of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Filoshopy.juga menjadi
penasihat teknis ke-21 kota lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah
meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.[4]
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal
mula, sifat dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan
pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok
soal
fisika.
Juga
mengembangkan
astronomi
dan
matematika
dengan
mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya
matahari. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama
dan juga The Father of Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).
Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri
abstrak
yang
didasarkan
kepada
petunjuk
pengukur
banjir,
yang
implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya :
bahwa
kedua
sudut
alas
dari
suatu
segitiga
sama
kaki
adalah
sama
besarnya.Walaupun pandangan –pandangan Thales benyak yang kurang jelas,
akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sanagt
sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran)[5]
2.
Anaximandros (640-546 SM)
Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat
dalam
kesusastraan
Yunani
dan
berjasa
dalam
bidang
astronomi,
geografi,sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.ia
berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia,
Yuanani.
Anaximandros mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak
tertentu sifat-sifatnya, yang dinami to apeiron.adapun anaximenes (590-528)
mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama adalah udara.karena
udaralah ynag meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadikan dasar
hidup bagi manusia yang mat diperlukan oleh nafasnya.[6]
Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu
bersifat
kekal
dan
ada
dengan
sendirinya
(Mayer,1950:19).anaximander
menagatakan itu udara. Udara merupakan segala sumber kehidupan , demikian
alasannya.[7]
3.
Pythagoras (± 572-497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya , ia dilahirkan di pulau Samos, Lonia.tanggal
dan tahunnya tidak diketahui pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan
sehingga apa yang perlu diketahui Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.
Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota
kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang
bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun di
kroton, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.
Pemikirannya , substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala
gejala
alam
merupakan
pengungkapan
inderawi
dari
perbandingan-
perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat
benda
(Number
rules
the
universe
=
bilangan
memerintah
jagat
raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan
dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah
asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna.
Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik
dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa
tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.[8]
Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan
pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang
tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia
menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan
terkurung dalam badan. Maka dari itu , manusia harus membershkan diri untuk
melepaskan dirinya dari kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke
dalam kebahagiaan.
Pythagoras yang mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu
merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam
musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia
berpendapat bahwa keharmonisan dapt tercapai dengan menggabungkan hal-hal
yang berlawanan, seperti :

Terbatas – tak terbatas

Ganjil – genap

Satu – banyak

Laki-laki – perempuan

Diam – gerak

Dan lain-lain
menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja,
oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales,
akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian
istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah
cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis
dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau
kebijaksanaan (Love of Wisdom).
4.
Xenophanes (570 - ? SM)
Xenophanes lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia
mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagi penyair dari pada ahli
pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis yang
mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat tu. Namanya menjdai
terkenal arena untuk pertama kalinya ia melontarkan anggapan bahwa adanya
konflik antara pemikiran filsafat (rasional)dengan mitos.
Pendapatnya yan termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus,
ia membantah adanya antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan diganbarkan
sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan
berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan
tidak
mempunyai
permulaan.
Ia
juga
menolak
anggapan
bahwa
Tuhan
mempunyai jumlah yang banayk dan menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini
ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.[9]
5.
Heraclitos (535 – 475 SM)
Heraclitos lahir di Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan
merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia
mendapat julukan si gelap karena untuk menulusuri gerak pemikirannya sangat
sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya , ia mempunyai kesan hati
yang tinggi dan sombong , sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia
untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang –orang yang terkemuka
di Yunani.
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjdai. Ia mengemukakan
bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah.
Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden menci yang artinya
segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tudak satu orangpun yang
dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya, karena air sungai yang pertama telah
mengalir , berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga
dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya
dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya
dikatakan filsafat menjadi.[10]
Menurut Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah ,
sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi
dingin. Itu berarti kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita meati
menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah
berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu
menghasilkan perlawanan-perlawanan . itulah sebabnya ia sampai pada
kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam
semesta ini bukanlah baha
(stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh para filosof yang pertama itu,
melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Penyataan “semua mengalir” berarti
semua berubah bukanlah pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan
tersebut amat hebat. Dan tu mengandung pengertian bahwa kebenaran seallau
berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar
besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun besok dapat juga bukan empat. Pandangan ini
merupakan warna dasar flsafat sofisme.[11]
Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup
(seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . logos
inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu.
Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos[12].
6.
Parmenides (540-475 SM)
Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan,
Arena.
ia
di
lahirkan
di
Elea,
maka
penganutnya
disebut
kaum
Elea.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).
Parmanides
adalah salah seorang tokoh relativusme yang penting.
Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat
disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan
disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya, yang
menggunakan
parmenides
metode
itu.
Dan
intuisi.
Plato
Ternyata
lebih
plato
banyak
amat
menghargai
mengambil
dari
metode
Parmenides
dibandingkan dengan dari filosof yang lain pendahulunya.[13]
Ia berpendapat bahwa hanya pnegetahuan ynag tetap dan umum yang
mengenai yang satu sajlaah (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya.
Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia
dengan realitas. sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan
bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap. Realitas
bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat
Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
Dalam The way of Truth Parmanides bertanya: Apa standar kebenaran
dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? ia menjawab :
ukurannya ialah logika yang konsisten. Contoh. Ada 3 cara berfikir tentang Tuhan
: pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga ada dan tidak ada. Yang benar ialah
ada (1) tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena ayng
tidak ada pastilah tidak ada. Yang (3) tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan
itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur
dengan logika. Disinilah muncul masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah
bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.[14]
Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada,
dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak adalah tidak
ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan adalah hanyalah
yang ada saja sedangkan yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada
(being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang
ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak ada, dan itu tidak mungkin.yang
ada dijadikan dan tidak dapat musnah.yang ada di segala tempat, oleh
karenanya tidak ada ruangan yang kosong , maka di luar yang ada masih ada
sesuatu yang lain.
7.
Zeno (± 490-430 SM)
Zeno lahir di Elea , dan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan
gigih mepertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi
secara baik sehingga kemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar
dialektika.[15]
Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu
argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari
hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentangpenentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan
adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu
salah.
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan
gerak :
a.
Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak,
karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu.
Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang
lain dan seterusnya.. memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga
sampai pada yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya
merupakan kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b.
Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunanitdak dapat menang
melawan kura0kura, karena kura-kura berangat sebelum Achilles, sehingga
Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura
berada pada saat ia berangkat.setelah Archles berada pada suatu titik, kura-kura
tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan
kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak pernah habis.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara
logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian
limit dari seri tak terhingga.
8.
Empedocles (490-435 SM )
Lahir di Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum
Ptagorean dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran,
penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi ,
seperti Parmenides.
Dalam bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa
sebenarnya tak ada menjadi dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun
perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah daripada campuran dan
penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air. Udara. Api, dan atnah. Keempat
unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Prosese
penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu
cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempt unsur tersebut
tersusun dalam keseimbangan , adapun bencilah yang mencerai beraikan
keseimabangan
yang
mengembalikan
yang
semula
itu.
semula.tetapi
Cinta
lalu
dicerai
mengambil
beraikan
tindakan
lagi
oleh
dan
benci.
Penegtahuan tidak lain daripada proses pergabungan : karena tergabung dengan
tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air kta tahu akan air.
Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan
benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut
berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun
terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat
unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles
bahwa yang sama mengenal yang sama.
9.
Anaxagoras (±499-20 SM )
Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena
selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di
Athena
,
dimana
dikemudia
hari
Athena
inlah
menjadi
pusat
utana
perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM.
Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari
banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian
dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya
tidak terhingga.
Tentang terbentuknya dunia (kosmos),
atom-atom yang berbeda
bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin
banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom (atom yang
padat).yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu campuran yang
mengandung semua benih-benih . di dalam tiap benda mengandung benih.
Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnya. Hanya bisa
melihat benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas ( yang telihat emas,
karena warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti
perak, besi, tembaga terdapat didalamnya[16].
Pemikirannya
tentang
nus,
bahwa
apa
yang
dikemukakan
oleh
Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan
dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan benihbenih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur
dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya
tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal
adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.
10. Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal
dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke
Mesir dan negeri –negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan
sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi,
matematika, astronomi, logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga
ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak
unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian
materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai
atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak
dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas.[17]
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada
ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu
tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua,
yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong).
Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu
pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada
dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan
yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan,
penciuman, rasa”.[18]
PENUTUP
KESIMPULAN
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi,
yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini
menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Orang Yunani yang hidup
pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya
harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongengdongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai
pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam
pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam
semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan
kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari
keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya
apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal
kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan
gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang
merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
a)
Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng).
b)
Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
Yunani.
c)
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah
sungai Nil.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu:
1) Thales (625-545 SM)
8) Empledoces (490-435 SM)
2) Anaxagoras (±499-20 SM )
9) Anaximandros (640-546 SM)
3) Democritos (460-370 SM)
10) Zeno (490-430 SM)
4) Pythagoras (± 572-497 SM)
5) Xenophanes (570 - ? SM)
6) Heraclitos (535 – 475 SM)
7) Parmenides (540-475 SM)
DAFTAR PUSTAKA
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009).
I.R.Poedjawijatna,Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : PT
PEMBANGUNAN,1980).
Prof. DR. Akhmad Tafsir, FILSAFAT UMUM Akal dan Hati Sejak Thales sampai
Capra, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2000), Edisi Revisi, hlm. Prof. DR.
Akhmad Tafsir, FILSAFAT UMUM Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,
(Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA, 2000)
Gie, Liang, PENGANTAR FILSAFAT UMUM , (Yogyakarta: LIBERTY, 1999).
Drs. Mustansyir, Rizal, Drs. Munir, Misnal, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2003).
Adib, Muhammad, FILSAFAT ILMU ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN LOGIKA ILMU
PENGETAHUAN, (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR, 2010).
THE Liang Gie, Suatu Konsep
(Yogyakarta:Karya Kencana, 1979).
ke
Arah
Penertiban
Bidang
Filsafat,
Download