Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una

advertisement
BUPATI TOJO UNA-UNA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA
NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TOJO UNA-UNA,
Menimbang
:
a.
b.
c.
d.
Mengingat
:
1.
bahwa untuk menyikapi potensi peternakan yang ada di daerah Kabupaten Tojo
Una-Una maka salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam menggali sumber
pendapatan daerah melalui Retribusi Rumah Potong Hewan;
bahwa retribusi Rumah Potong Hewan merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah guna membiayai pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan daerah;
bahwa berdasarkan ketentuan pasal 127 huruf g Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Rumah
Potong Hewan merupakan salah satu jenis retribusi yang dapat dipungut oleh
Kabupaten sehingga perlu diatur dengan Peraturan Daerah;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Rumah
Potong Hewan;
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3029);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tojo
Una-Una di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4342);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata cara Pemberian dan
Pemanfaatan insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una (Lembaran Daerah
Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2008 Nomor 6);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 35 Tahun 2008 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una
(Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2008 Nomor 35);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN TOJO UNA-UNA
dan
BUPATI TOJO UNA-UNA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tojo Una-Una.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Tojo Una-Una.
4. Dinas adalah Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tojo
Una-Una.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten Tojo Una-Una.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan, Komanditer,
Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, lembaga, bentuk usaha
tetap serta bentuk badan lainnya.
7. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau
bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran dan pengusahaanya.
8. Kesehatan Hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan
hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan,
penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan
hewan serta keamanan pakan.
9. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di
darat, air dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya.
10. Hewan Peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau seluruhnya bergantung
pada manusia untuk maksud tertentu.
11. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan
baku industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
12. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tojo Una-Una.
13. Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
10. Jasa Usaha adalah Jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsipprinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
11. Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi tertentu.
12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD, adalah Surat ketetapan retribusi
yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah Surat
Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
14. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD, adalah Surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan Retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.
16. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Una-Una,
yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
PEMOTONGAN ATAS HEWAN TERNAK
Pasal 2
(1) Setiap Pemotongan atas Hewan ternak terlebih dahulu harus diperiksa kesehatannya.
(2) Pemeriksaan dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Petugas Dinas.
BAB III
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa
pelayanan fasilitas rumah potong hewan.
Pasal 4
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk
pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan,
dimiliki dan / atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan
penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
Pasal 5
(1) Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa Rumah Potong Hewan.
(2) Wajib Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi Rumah Potong Hewan.
BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi Rumah Potong Hewan termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan atas jenis pelayanan dan banyaknya jumlah
satuan hewan ternak yang dipotong.
BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi Rumah Potong Hewan didasarkan
pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh
apabila pelayanan tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 9
(1) Struktur dan besarnya tarif didasarkan atas penyelenggaraan pemotongan hewan ternak.
(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Pemotongan hewan ternak di Rumah Potong Hewan
dikenakan retribusi untuk :
- Sapi, Kerbau atau Kuda
Rp. 15.000,- Kambing / Domba
Rp. 10.000,b. Menggunakan kandang dikenakan retribusi :
- Sapi, Kerbau atau Kuda
Rp.
7.500,- Kambing/ Domba
Rp.
2.500,c. Menggunakan Tempat Penyimpanan Daging/ Kamar
Pendingin Daging dikenakan retribusi :
- Sapi, Kerbau atau Kuda
Rp.
5.000,- Kambing/ Domba
Rp.
2.500,d. Pemeriksaan Kesehatan Ternak:
- Sapi, Kerbau atau Kuda
Rp. 15.000,- Kambing/ Domba
Rp.
7.500,-
/ekor
/ekor
/ekor
/ekor
/hari
/hari
/ekor
/ekor
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah.
BAB IX
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata cara Pemungutan
Pasal 11
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis,
kupon dan kartu langganan.
(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Tata cara Pembayaran dan Penyetoran
Pasal 12
(1) Pembayaran Retribusi di lakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD.
(2) Apabila pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan retribusi
harus di setor ke kas daerah melalui bendahara khusus penerima dinas selambat-lambatnya 1 x
24 jam hari kerja.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur
retribusi terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut.
(4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib retribusi untuk menunda
pembayaran retribusi sampai batas waktu yang telah ditentukan.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di tetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Setiap Pembayaran Retribusi diberikan tanda bukti pembayaran.
(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Masa Retribusi dan saat Retribusi Terutang
Pasal 15
Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan.
Pasal 16
Retribusi terhutang pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 17
(1) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat
teguran.
BAB XI
PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Pengekuaran Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang.
(3) Suarat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(4) Tata cara penagihan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 19
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak
pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh jika:
a. Diterbitkan surat teguran;atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.
Pasal 20
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah
kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 21
(1) Berdasarkan permohonan wajib retribusi, Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan
pembebasan retribusi.
(2) Tata cara keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB XIV
KEBERATAN
Pasal 22
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk atas Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang
jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu yang paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat
Ketetapan Retribusi Daerah diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa
waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan
Retribusi.
Pasal 23
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan surat
keputusan keberatan.
(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak
memberi suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 24
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian Kepada Kepala Daerah.
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah
tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap
dikabulkan. SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua)
bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB XVI
INSETIF PEMUNGUTAN
Pasal 25
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian
kinerja tertentu.
(2) Pemberian insetif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan
dan Belnja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu
dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang
Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan Tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau
dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka/saksi;
j. Menghentikan penyidikan;dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang
Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat polisi Negara
Rebublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang hukum acara
pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali
jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini sudah ditetapkan paling lama 6 (enam)
bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan Pengundangan dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tojo
Una-Una.
Ditetapkan di Ampana
pada tanggal
BUPATI TOJO UNA-UNA,
DAMSIK LADJALANI
2012
Download