pengantar epidemiologi - universitas Esa Unggul

advertisement
Nama : Novi Riyanti
NIM : 2014 – 32 – 055
Sesi : 02
Data Perubahan Pola Penyakit ISPA dan Kematian di Indonesia
Epidemiologi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit ISPA serta
Faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit ISPA ada 3 ciri
variabel yang dapat dilihat yaitu variabel orang (person), variabel tempat (place), dan variabel
waktu (time).
a. Menurut Orang (person)
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Daya ahan tubuh anak
sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila di
dalam satu rumah ada anggota keluarga terkena pilek, anak-anak akan lebih mudah tertular.
Dengan kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. ISPA
merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita di Indonesia. Menurut para ahli
hampir semua kematian ISPA pada bayi dan balita umumya disebabkan oleh ISPA bawah.
Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah
kecil, tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media yang merupakan penyebab ketulian
sehingga dapat mengganggu aktifitas belajar pada anak.
Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa proporsi ISPA sebagai penyebab
kematian bayi < 1 tahun adalah 27,6% sedangkan proporsi ISPA sebagai penyebab kematian
anak balita 22,68%. 5
Hasil survei program P2ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat)
selama kurun waktu 2000-2002 prevalensi ISPA terlihat berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi
sebesar 30,1% (479.283 kasus), tahun 2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus) dan tahun
2002 pervalensi menjadi 22,1% (532.742 kasus)
b. Menurut Tempat (place)
ISPA masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara
berkembang. Dalam satu tahun rata-rata seorang anak di pedesaan dapat terserang ISPA tiga kali,
sedangkan daerah perkotaan sampai enam kali.
Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan ISPA di kota cenderung
lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal
dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.
Berdasarkan Data SKRT (1986-2001), bahwa proporsi kematian karena ISPA di
Indonesia pada bayi dan balita menunjukkan penurunan dan peningkatan yaitu pada bayi pada
tahun 1986 dengan PMR 18,85%, tahun 1992 PMR 36,40%, tahun 1995 PMR 32,10% dan tahun
2001 PMR 27,60%. Sementara pada balita pada tahun 1986 PMR 22,80%, tahun 1992 PMR
18,20%, tahun 1995 PMR 38,80% dan tahun 2001 PMR 22,80%.
berdasarkan Laporan Hasil Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, 2013 serta sedikit data
dari SUSENAS 2001.
Misalnya saja pada tahun 2000 terjadi perubahan penyakit penyebab kematian di
Indonesia yaitu dari penyakit infeksi menjadi penyakit sirkulasi ( jantung dan pembuluh darah
otak). penelitian dari SUSENAS 2001 menunjukkan bahwa jumlah kematian di Indonesia tahun
2000 sebanyak 3.322.
Penyebab kematian Utama
250
200
150
Penyebab kematian Utama
100
50
0
Penyakit
Sirkulasi
Penyakit infeksi
penyakit
pernapasan
Gambar 1 : Penyakit Penyebab utama kematian di Indonesia pada tahun 2000
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penyakit penyebab utama kematian di Indonesia tahun 200
adalah penyakit sirkulasi (jantung dan Pembuluh darah otak). penyakit sirkulasi ini termasuk
dalam klasifikasi penyakit tidak menular/non-infeksi. Jumlah kematian dengan penyebab
penyakit sirkulasi sebanyak 220 per 100.000, kemudian disusul dengan penyakit infeksi dengan
jumlah 174 per 100.000 penduduk, dan pada urutan ketiga ada penyakit pernapasan sebanyak 85
per 100.000 penduduk. Pada data tersebut, kita juga bisa melihat bahwa pemerintah Indonesia
dihadapkan dengan permasalah ganda, dimana penyakit infeksi belum sepenuhnya dicegah atau
dihilangkan tetapi penyakit non infeksi/tidak menular terus menerus bertambah.
Sebelum kita berbicara mengenai data yang lebih banyak mengenai perubahan pola penyakit dari
Penyakit Menular menjadi penyakit tidak menular dan data kematian di Indonesia. Hendaknya
kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dasar dari penyakit menular dan tidak menular serta
batasan penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah di Indonesia melalui Riset Kesehatan Dasar
maupun lainnya.
Penyakit menular lainnya yang termasuk dalam penyakit pernasafan, Infeksi saluran Pernafasan
Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat.
ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Neumonia
merupakan Penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di
indoensia, penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian
penyakit karena berdamapak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering
mengakibatkan kematian.
ISPA
Provinsi
Pneumonia
TB
Campak
Diagnosi Diagnosi Diagnosi Diagnosi Diagnosi Diagnosi Diagnosi
s
s dan
s
Gejala
s dan
s
Gejala
s dan
s dan
gejala
Gejala
NAD
11,98
36,64
1,44
3,87
0,73
1,45
1,06
Sumatera Utara
8,26
22,39
0,65
1,60
0,18
0,48
0,59
Sumatera Barat
8,98
26,38
0,80
2,49
0,37
1,03
1,90
Riau
6,28
22,87
0,42
1,61
0,42
1,00
0,72
Jambi
7,54
22,65
0,37
1,29
0,34
0,75
0,91
Sumatera Selatan
10,08
17,54
0,75
1,24
0,25
0,40
0,36
Bengkulu
14,50
29,84
0,73
2,04
0,33
0,86
0,54
Lampung
4,10
18,80
0,22
0,77
0,11
0,31
0,24
Bangka Belitung
10,38
30,32
0,43
1,29
0,12
0,49
0,32
Kepulauan Riau
9,88
25,78
0,39
1,22
0,38
0,83
0,50
DKI Jakarta
9,78
22,60
0,68
1,67
0,71
1,26
1,29
Jawa Barat
6,95
24,73
0,72
2,43
0,56
0,98
0,92
Jawa Tengah
8,74
29,08
0,53
2,12
0,63
1,47
0,70
DI Yogyakarta
8,22
22,65
0,44
1,81
0,36
1,58
0,37
Jawa Timur
6,38
20,55
0,36
1,06
0,24
0,54
0,41
Banten
7,98
28,39
0,56
2,36
1,13
2,01
1,01
Bali
5,64
21,49
0,42
1,76
0,29
0,53
0,26
Nusa Tenggara Bar
5,40
26,52
0,63
2,53
0,43
1,07
0,60
at
Nusa Tenggara Tim 12,04
41,36
0,84
4,41
0,40
2,05
0,43
5,94
17,97
0,37
1,10
0,43
0,82
0,50
Kalimantan Tengah 7,05
24,03
0,35
1,17
0,38
0,69
0,56
Kalimantan Selatan
5,06
27,06
0,47
2,28
0,47
1,36
0,61
Kalimantan Timur
12,19
27,52
0,66
1,42
0,34
1,02
0,56
Sulawesi Utara
2,59
20,52
0,10
0,95
0,21
0,62
0,39
Sulawesi Tengah
5,67
28,36
0,58
2,98
0,31
1,22
1,20
Sulawesi Selatan
4,20
22,90
0,47
2,92
0,23
1,03
0,58
Sulawesi Tenggara
6,73
22,75
0,78
2,45
0,31
1,00
0,33
Gorontalo
9,68
33,99
0,84
4,53
0,24
1,11
2,04
Sulawesi Barat
4,44
22,47
0,23
1,41
0,23
0,58
0,18
Maluku
9,80
30,40
0,31
2,07
0,15
0,47
0,37
Maluku Utara
6,90
25,20
0,50
2,40
0,19
0,47
0,27
Papua Barat
19,48
36,20
2,09
5,59
1,02
2,55
1,08
Papua
18,52
30,56
2,98
5,13
0,89
1,73
1,01
Indonesia
8,10
25,50
0,63
2,13
0,40
0,99
0,69
ur
Kalimantan Barat
Keterangan di atas adalah Prevalensi ISPA, pneumonia, TB dan Campak menurut provinsi pada
RISKESDAS 2007,
ISPA
Provinsi
Pneumonia
1-4
5-14
15-24
25-34
35-44
45-54
55-64
65-74
>75
Laki-laki
Perempuan
Perkotaan
Campak
Diagnosi
Diagnosi
Diagnosi
Diagnosi
Diagnosi
Diagnosi
Diagnosis
s
s dan
s
s dan
s
s dan
dan
gejala
Gejala
0,47
1,8
2,4
1
4
2,3
3,4
6
1
1,2
1,9
7
4
0,4
0,7
2
9
0,2
0,6
9
0
0,2
0,6
6
0
0,2
0,5
1
8
0,2
0,6
1
1
0,1
0,6
5
0
0,1
0,5
3
7
0,6
1,1
7
7
0,7
1,1
0
8
0,6
0,9
2
2
Gejala
<1
TB
14,9
16,1
9,2
5,6
6,1
6,6
7,0
7,7
8,4
9,0
8,06
8,04
8,13
35,92
42,53
28,89
19,91
20,71
21,51
23,26
25,77
28,30
30,17
25,57
25,49
23,30
Gejala
0,76
1,00
0,56
0,37
0,47
0,56
0,69
0,94
1,27
1,34
0,67
0,66
0,56
2,20
3,02
1,81
1,33
1,59
1,84
2,42
3,38
4,69
5,04
2,26
2,00
1,63
0,17
0,38
0,23
0,21
0,32
0,44
0,59
0,70
1,08
1,10
0,44
0,35
0,36
0,76
0,53
0,60
0,83
1,10
1,45
1,91
2,62
2,75
1,08
0,90
0,77
Perdesaan
Tidak sekolah
Tidak tamat S
8,00
7,79
7,40
26,87
27,60
26,07
0,67
1,14
0,69
2,43
4,26
2,70
0,42
0,88
0,53
1,12
2,42
1,46
D
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
Tidak kerja
Sekolah
Ibu RT
Pegawai
Wiraswasta
6,46
6,20
6,21
6,67
6,99
6,77
6,42
6,58
6,37
Petani/Nelayan 6,85
22,92
20,49
18,81
17,73
23,17
22,96
21,75
18,07
20,47
24,57
0,55
0,46
0,43
0,47
0,84
0,40
0,50
0,42
0,56
0,72
2,01
1,42
1,22
1,21
2,83
1,34
1,80
1,17
1,69
2,73
/
0,39
0,31
0,29
0,27
0,62
0,18
0,39
0,27
0,42
0,55
1,02
0,73
0,62
0,60
1,40
0,49
0,98
0,56
0,89
1,60
0,7
1,3
3
3
0,3
0,9
4
6
0,5
1,0
1
4
0,4
0,8
0
2
0,3
0,6
5
2
0,2
0,4
4
8
0,2
0,3
1
9
0,4
0,8
0
4
0,8
1,2
0
6
0,2
0,6
7
1
0,1
0,3
8
7
0,2
0,5
6
3
0,2
0,7
7
3
Keterangan table di atas adalah menunjukkan data prevalensi penyakit ISPA, Pneumonia, TB
dan Campak menurut karakteristik pada RISKESDAS 2007
Memacu dari data tersebut, dilihat bahwa empat belas dari 33 provinsi mempunyai prevalensi di
atas angka nasional. Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan prevalensi
pneumonia tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur, Nanggore Aceh Darussalam, Papua Barat,
Gorontalo dan Papua.
Prevalensi angka nasional untuk tuberculosis paru klinis sebesar 1,0%. Dua belas di antaranya
dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di Provinsi Papua Barat (2,5%) dan ternedah
di Provinsi Lampung (0,3%). Sedangkan Prevelensi campak di Indonesia adalah sebesar 1,2%.
Tertinggi di Provinsi Gorontalo (3,2%) dan terendah di provinsi Lampung dan Bali (0,4%)
Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15-24
tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara
laki-laki dan perempuan relative sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi ISPA
cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita
lebih rendah.
Untuk kasus pneumonia, kelompok umur >55 tahun (>3%) pneumonia lebih tinggi. Pneumonia
terdeteksi relative lebih tinggi pada laki-laki dan satu setengah kali lebih banyak di pedesaan
dibandingkan di perkotaan.
Prevalensi TB Paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi
pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB Paru 20% lebih tinggi daripada laki-laki
dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan dan empat
kali pada kelompok pendidikan rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi dan relative sama
menurut tingkat pengeluaran RT per kapita.
Daftar Pustaka :
http://herman-mamank.blogspot.co.id/2013/01/penyakit-ispa_9564.html
Depkes RI,1994. Pedoman Program P2 ISPA dan Penanggulangan Pneumonia Pada Balita.
Depkes RI: Jakarta.
Download