1 I. PENDAHULUAN Jamur makroskopis digolongkan menjadi 4

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
Jamur makroskopis digolongkan menjadi 4 kategori berdasarkan khasiatnya,
yaitu jamur yang dapat dimakan, jamur berkhasiat obat, jamur beracun dan jamur
yang belum diketahui khasiatnya. Salah satu contoh jamur yang berkhasiat obat
(medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan
sebagai obat di kawasan Timur sejak berabad-abad yang lalu. Isolat-isolat yang
digunakan dalam studi farmakologi dan kesehatan mencakup beberapa jenis
Ganoderma sp. termasuk G. lucidum yang senyawa aktifnya berbeda sehingga
disebut spesies kompleks ( Chang dan Miles 1992; Hseu et al., 1996).
Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki keragaman jenis jamur
yang masih perlu digali potensinya, termasuk Ganoderma sp. Eksplorasi yang
dilakukan telah terkoleksi 20 isolat Ganoderma sp asal Banyumas di antaranya
Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 (Ratnaningtyas dan Samiyarsih, 2009).
Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 ini memiliki senyawa bioaktif yang lebih baik
dibanding dengan G. lucidum yang ada di pasaran. Untuk mengetahui hal tersebut
perlu dilakukan penelitian mengenai Ganoderma sp. isolat Banyumas 1.
Aryantha (2005), menyatakan bahwa potensi dan kualitas jamur lokal tidak
kalah dengan jamur dari luar negeri. Salah satu jenis jamur yang potensial adalah
isolat lokal G. lucidum, jamur ini telah dibandingkan kandungan senyawa aktifnya
dengan jamur G. lucidum asal China. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat
lokal memiliki kadar senyawa yang tidak berbeda dengan G. lucidum isolat China,
bahkan untuk senyawa tertentu G. lucidum isolat lokal memiliki kandungan yang
cukup tinggi.
2
Beberapa senyawa bioaktif yang dimiliki Ganoderma sp. telah terbukti dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan sel kanker. Boh et al. (2000) menyatakan
bahwa senyawa tersebut meliputi ganoderik, lusiderik, ganodermik, ganoderenik,
ganolusidik, asam aplanosodik, polisakarida, protein, asam amino, nukleotida,
alkaloid, steroid, lakton, asam lemak dan enzim. Hidayati (2000) melakukan uji
kandungan senyawa melalui analisa fitokimia ekstrak n-heksan G. lucidum yang
menghasilkan bahwa G. lucidum memiliki kandungan senyawa seperti triterpenoid,
polisakarida, flavonoid, steroid, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut terdapat
pada keseluruhan bagian jamur tersebut, baik pada tubuh buah maupun pada
miseliumnya. Miseliumnya banyak digunakan daripada tubuh buahnya, hal ini
dikarenakan miselium dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang
cukup singkat.
Paterson (2006) menyatakan bahwa kandungan senyawa kimia tubuh buah
Ganoderma sp lebih kompleks daripada kultur miselium. Senyawa triterpenoid yang
telah teridentifikasi dari tubuh buah Ganoderma sp. meliputi ; 40 jenis asam
ganoderik, 14 jenis ganoderiols, 5 jenis asam ganolucidik dan 15 jenis asam
lucidenic. Hal tersebut berbeda-beda untuk setiap spesies Ganoderma. Tang et al.,
(2006) menyatakan bahwa dalam miselium Ganoderma sp juga terkandung senyawa
triterpenoid, namun tidak sebanyak yang ditemukan pada tubuh buahnya.
Senyawa antikanker Ganoderma sp. dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut. Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut (Hougton
dan Raman, 1998). Banyak sedikitnya senyawa yang terekstrak sangat dipengaruhi
oleh metode dan jenis pelarut yang digunakan. Metode yang banyak digunakan untuk
ekstraksi adalah metode maserasi. Maserasi adalah proses perendaman sampel
3
dengan menggunakan pelarut organik yang sesuai dengan senyawa yang akan
diekstraksi. Perendaman sampel dalam proses tersebut berfungsi untuk memecah
dinding dan membran sel karena adanya perbedaan konsentrasi dalam sitoplasma
yang akan terlarut dalam pelarut organik (Isherwood dan Niavis, 1956). Metode
maserasi ini memiliki kelebihan yaitu senyawa bioaktif yang terdapat dalam sampel
akan mudah larut. Sudarmadji et al. (1989), menyatakan bahwa dalam proses
ekstraksi hal yang harus diperhatikan di antaranya yaitu sifat kimia zat pelarut yang
akan digunakan harus sesuai dengan sifat kimia yang akan diekstrak, sehingga dapat
memberikan keefektifan yang tinggi terhadap kelarutan senyawa bioaktif dalam
larutan tersebut.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi senyawa antikanker pada ekstrak
miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 adalah n-heksan. N- heksan merupakan
pelarut nonpolar yang dapat melarutkan senyawa nonpolar. Penggunaan n-heksan
dalam penelitian ini bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terkandung
dalam miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 yang berpotensi sebagai
antikanker.
Medium yang umumnya sering dipakai untuk pertumbuhan miselium jamur
yaitu medium cair. Robert (2004), menyatakan dalam penelitiannya bahwa
pertumbuhan miselium G. lucidum dalam medium cair dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya jenis medium, lama inkubasi dan temperatur. Permana (2010)
telah melakukan penelitian tentang senyawa antitumor polisakarida ekstraseluler
miselium G. lucidum terhadap Arthemia salinae, polisakarida yang dihasilkan
G. lucidum yang ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Yeast Broth (PDYB),
Malt Extract Yeast Broth (MEPB), Malt Yeast Broth (MYB), Dog Food Broth (DFB)
4
dengan seri konsentrasi ekstrak sebesar 1000, 500, 250, 125 dan 62,5 ppm pada tiap
medium memiliki nilai LC50 yang beragam. Nilai LC50 berturut-turut pada medium
PDYB, MEYB, MYB, DFB adalah 891,25 ppm; 870,96 ppm; 549,54 ppm dan
1253,14 ppm.
Medium PDYB memiliki kandungan karbon dan nitrogen cukup tinggi,
sehingga medium ini banyak digunakan untuk produksi miselium. Nurhadi (2010),
menyatakan pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah
satunya adalah waktu inkubasi. Waktu inkubasi berpengaruh dalam hal pemanfaatan
medium pertumbuhan, jumlah miselium, dan senyawa bioaktif yang dihasilkan.
Lama waktu inkubasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap suatu
senyawa bioaktif. Semakin lama waktu inkubasi maka absorbsi nutrisi dan produksi
senyawa metaboliknya akan meningkat sampai batas tertentu. Meningkatnya
produksi senyawa bioaktif akan berpengaruh terhadap aktivitas antitumor.
Menurut Fardiaz (1992) jamur yang diinokulasikan ke dalam suatu medium
akan mengalami fase-fase sebagai berikut, fase awal jamur akan mengalami fase
adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan medium dan kondisi lingkungannya. Pada
fase adaptasi ini belum terjadi pembelahan sel, hal ini dikarenakan jamur belum
mensintesis enzim yang ada. Fase selanjutnya adalah pertumbuhan awal, sel mulai
mensintesis enzim yang ada sehingga terjadi pembelahan sel yang masih lambat, hal
ini dikarenakan sel masih menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Pertumbuhan logaritmik terjadi ketika inokulum mengalami pertumbuhan yang cepat
sampai dicapai pertumbuhan lambat. Pertumbuhan lambat disebabkan berkurangnya
zat nutrisi di dalam medium dan adanya hasil metabolisme yang dapat menghambat
pertumbuhan. Fase selanjutnya adalah pertumbuhan statis, jumlah sel pada fase ini
tetap. Bila inkubasi dilanjutkan pada fase ini tidak akan menambah jumlah sel,
5
melainkan jumlah sel hidup akan berkurang serta adanya lisis atau pecahnya sel
karena kerja suatu antibodi, yang menyebabkan massa sel menurun sampai terjadi
kematian.
Rahayu (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan miselium G. lucidum dan
produksi polisakarida ekstraseluler pada berbagai medium cair dengan lama inkubasi
yang berbeda akan sangat tergantung pada lama inkubasi di dalam medium pada saat
kultivasi jamur. Waktu inkubasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
produksi senyawa bioaktif polisakarida ekstraseluler miselium G. lucidum. Senyawa
bioaktif banyak diproduksi dalam hitungan menit, hal itu merupakan sebuah
keuntungan dari hasil manipulasi medium pertumbuhan yang menyebabkan kualitas
dan kuantitas senyawa bioaktif yang diproduksi sangat tinggi. Laju pertumbuhan
Ganoderma sp. juga ditentukan oleh lama inkubasi. Jamur membutuhkan waktu
tertentu untuk dapat memecah sumber-sumber nutrisi yang tersedia kemudian
menyerap serta menggunakannya untuk pembentukan miselium dan produksi
senyawanya. Fang dan Zhong (2002) juga menyatakan bahwa jamur membutuhkan
waktu tertentu untuk dapat memecah sumber-sumber nutrien yang tersedia,
kemudian menyerap serta menggunakannya untuk pembentukan miselium, energi,
pertumbuhan dan memproduksi metabolit sekunder. Semakin lama waktu inkubasi
maka pertumbuhan miseliumnya meningkat sampai batas tertentu sehingga produksi
metabolitnya juga tinggi.
Rahayu (2003) menyatakan bahwa produksi miselium G.lucidum pada kultur
cair yang diinkubasi selama 7, 14 dan 21 hari menghasilkan miselium terbaik pada
kultur medium PDB (Potato Dextrose Broth) dengan lama waktu inkubasi 21 hari.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu inkubasi maka
6
semakin banyak miselium yang dihasilkan begitu pula dengan polisakarida atau
senyawa bioaktif lainnya.
Kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak Ganoderma sp. diketahui
memiliki khasiat sebagai antikanker. Kanker payudara merupakan salah satu
penyakit yang sering diderita oleh kaum wanita dan dapat menyebabkan kematian.
Kanker payudara MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7) biasanya menyerang
wanita yang berumur memasuki masa menopause (Kaplan et al., 1993). Sel MCF-7
merupakan sel yang menyerupai sel epitel yang tumbuh secara monolayer.
Pengobatan kanker payudara yang sering dilakukan yaitu secara medis seperti
operasi, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal. Pengobatan secara medis
tersebut banyak memiliki efek samping bagi penderita kanker, selain itu pengobatan
tersebut memerlukan biaya yang mahal. Penelitian ini dilakukan antara lain untuk
mencari alternatif pengobatan kanker menggunakan bahan yang alami, yaitu dengan
herbal yang memiliki sedikit efek samping.
Aktivitas antikanker Ganoderma sp. dapat diketahui dengan menggunakan uji
sitotoksik. Uji sitotoksik merupakan salah satu metode pengembangan untuk
memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel. Uji MTT (3-(4, 5dimethylthiazolyl-2)-2,5-diphenyltetrazolium bromide) merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam uji sitotoksik yang akan menghasilkan nilai IC50 (Lu et al.,
2004).
Metode MTT merupakan metode kolorimetrik, pereaksi MTT ini merupakan
garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat
tetrazolium reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang
aktif pada sel yang masih hidup. Pemberian reagen stopper akan melarutkan kristal,
kristal formazan ini akan memberi warna ungu, yang kemudian dapat diukur
7
absorbansinya dengan menggunakan ELISA reader (CCRC, 2009). Uji sitotoksik
digunakan untuk menentukan atau melihat nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai
konsentrasi yang menghasilkan penghambatan proliferasi sebesar 50% dan
menunjukkan potensi toksik suatu senyawa terhadap sel kanker. Nilai ini menjadi
patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel (Moerdiani et al., 2003).
Saputra dkk. (2009) telah meneliti aktivitas antitumor polisakarida
ekstraseluler (EPS) miselium G. lucidum isolat Cianjur menggunakan metode BST.
Hasil penelitian menunjukkan, jamur bersifat toksik terhadap larva udang artemia
dengan LC50 sebesar 588,8 μg/ml dalam waktu inkubasi 28 hari dalam medium GMC
(Ganoderma Medium Complex). Pada penelitian dengan tujuan dan metode yang
sama oleh Permana dkk. (2009) dapat diketahui bahwa
aktivitas antitumor
polisakarida ekstraseluler (EPS) miselium G. lucidum isolat Cianjur terbaik
ditunjukkan oleh miselium yang ditumbuhkan pada medium MYB (Malt Yeast
Broth).
Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan antara lain :
1. Apakah ekstrak miselium Ganoderma sp. Isolat Banyumas 1 lama inkubasi 14 hari
dan 28 hari berpotensi sebagai antikanker terhadap sel kanker MCF-7.
2. Waktu inkubasi berapakah yang menunjukkan efek sitotoksik paling tinggi terhadap
sel kanker MCF-7.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk :
1. Mengetahui potensi ekstrak miselium Ganoderma sp. Isolat Banyumas
1 lama
inkubasi 14 hari dan 28 hari terhadap sel kanker MCF-7.
2. Mengetahui lama inkubasi terbaik miselium Ganoderma sp isolat Banyumas 1 yang
menunjukkan efek sitotoksik paling tinggi terhadap sel MCF-7.
8
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui potensi isolat lokal
jamur Ganoderma
sp. Isolat Banyumas 1 dan mengetahui aktivitas antikanker
Ganoderma sp. Isolat Banyumas 1 dengan lama inkubasi berbeda. Informasi tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk pengobatan alternatif di bidang kesehatan
dengan menggunakan Ganoderma sp isolat lokal yang terbaik.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ekstrak miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 memiliki aktivitas antikanker
terhadap sel MCF-7.
2. Inkubasi optimal miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 selama 28 hari pada
medium cair PDYB memberikan efek sitotoksik tehadap sel kanker MCF-7
Download