pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GAYA
PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SEKOLAH
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAS KASIH SURABAYA
Nurina Rahma
E-mail: [email protected]
Abstrak
Konsep gaya adalah salah satu pokok materi dalam pelajaran IPA Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil observasi, siswa tunarungu kelas IV di Sekolah Berkebutuhan
Khusus Tunas Kasih Surabaya, peneliti menjumpai permasalahan bahwa
kurangnya penguasaan pembelajaran IPA materi konsep gaya saat di kelas
dengan nilai prosentase 40%. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ada
tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan mengenal
konsep gaya pada anak tunarungu kelas IV di Sekolah Berkebutuhan Khusus
Tunas Kasih Surabaya. Penelitian ini merupakan desain “the one group pre–test
and post–test design”. Subyek dalam penelitian ini adalah anak tunarungu kelas IV
Sekolah Berkebutuhan Khusus Surabaya. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode tes dan metode observasi. Analisis data dilakukan
dengan teknik statistik non parametrik Sign Test (Zʜ). Berdasarkan analisis data
dalam penelitian ini pada nilai Ho ditolak Zʜ > +1,96 atau Zʜ < -1,96 = 2,04 > 1,96
yang berarti hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan mengenal konsep gaya pada anak tunarungu kelas IV di
Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya setelah diberikan
intervensi dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri yaitu melalui
kegiatan eksperimen gaya dapat mengubah bentuk benda, tampak ada
perubahan yang lebih baik dari hasil pre test dan post test. Maka dapat
disimpulkan bahwa Penggunaan model pembelajaran inkuiri berpengaruh
signifikan terhadap kemampuan mengenal konsep gaya pada anak tunarungu
kelas IV di Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya dengan taraf
presentase 5% yaitu nilai Zʜ = 2,04 > Z½ α = 1,96.
Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Konsep Gaya, Anak Tunarungu
132
Pendahuluan
Vol. II, No. 2, September 2014 | 133
Konsep gaya adalah salah satu pokok materi dalam pelajaran IPA Sekolah Dasar.
Materi gaya adalah salah satu materi yang sulit sekali dipahami oleh anak tunarungu
karena anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mendengar. Oleh karena itu
menyebabkan anak tunarungu tidak optimal menerima pembelajarannya.
Berdasarkan hasil observasi di berbagai SLB di Surabaya, peneliti menemukan
bahwa penguasaan pembelajaran IPA khususnya pada materi konsep gaya di kelas IV
Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya memiliki nilai rata-rata rendah.
Proses pembelajaran IPA masih menerapkan pembelajaran yang bersifat
konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari
menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga
pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Strategi pembelajaran expotition
lebih banyak digunakan, dimana bahan pelajaran disajikan kepada anak dalam
bentuk jadi dan anak dituntut untuk menguasai bahan tersebut (Sanjaya, 2007).
Siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep
sendiri.
Dominasi guru menyebabkan anak menjadi pasif, karena siswa kurang dapat
mengemukakan ide–ide dan pendapat yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan
konsep yang dipelajari anak cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang
bahkan kadang–kadang anak tidak mengerti atau tidak memahami konsep yang
sedang dipelajari, karena anak dituntut untuk menghafal bukan memahami materi
yang diajarkan.
Selain itu, siswa juga masih enggan untuk bertanya kepada guru atau bertanya
kepada temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan,
sehingga kurang terjadi komunikasi antara anak dengan guru. Dalam menyelesaikan
soal-soal atau masalah IPA, anak jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya
dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa mereka memperoleh jawaban
tersebut sehingga terjadi kesalahan konsep pada anak itu sendiri serta anak kurang
terbiasa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara sistematis.
Penguasaan materi IPA bagi anak tunarungu memerlukan pengamatan visual
sesuai dengan karakteristik anak tunarungu yang terbiasa belajar secara visual.
Penggunaan media pada proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan
mengenal konsep gaya dan untuk memahami benda atau proses tentang hal-hal yang
konkrit menuju ke hal yang sifatnya abstrak (Pratiwi, 2001). Dalam hal ini, perlu
dirancang suatu proses pembelajaran menekankan kemampuan siswa untuk mencari,
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang banyak
dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Dalam aliran ini belajar pada hakikatnya
adalah proses mental dan berfikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki
oleh individu secara optimal. Maksud yang terkandung dalam aliran ini adalah
134 | Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
bagaimana pengetahuan yang diperoleh siswa bisa bermakna melalui ketrampilan
berpikir (Trianto, 2007).
Pembelajaran dalam model pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat.
Dengan pembelajaran inkuiri pada materi IPA anak akan lebih memahami apa yang
diajarkan karena dalam pembelajaran inkuiri anak dapat melihat bagaimana IPA itu
dipelajari secara menarik. Oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran
inkuiri untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam mengenal konsep
gaya. Sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja sama dan
mengkomunikasikannya.
Model Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2002) menjelaskan strategi inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan yang
dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna (Suryanti,
2008). Dengan pengajaran ini guru menyajikan kepada siswa suatu teka-teki atau
kejadian-kejadian yang menimbulkan konflik kognitif dan rasa ingin tahu siswa
sehingga merangsang mereka melakukan penyelidikan.
Tabel 1.
Langkah-langkah dan Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran Inkuiri
Tahap
Perilaku Guru
1. Observasi untuk
menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang
memungkinkan siswa menemukan masalah.
3. Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis
terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
2. Merumuskan masalah
4. Merencanakan pemecahan
masalah (melalui
eksperimen atau cara lain)
5. Melaksanakan eksperimen
(atau cara pemecahan
masalah yang lain)
Guru membimbing siswa merumuskan masalah
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang
disajikannya.
Guru membimbing siswa untuk merencanakan
pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja
yang tepat.
Selama siswa bekerja guru membimbing dan
memfasilitasi.
6. Melaksanakan pengamatan
dan pengumpulan data
7. Analisis data
8. Penarikan kesimpulan atau
penemuan
Vol. II, No. 2, September 2014 | 135
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang
hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan sesuatu, mengumpulkan dan mengorganisasi
data.
Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan suatu konsep.
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang
ingin ditanamkan.
Metode Penelitian
Subjek
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas IV Sekolahan
Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya yang berjumlah enam anak (dua lakilaki dan empat perempuan).
Desain
Penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
pre-experimental designs (non designs), dengan menggunakan desain penelitian “the
one group pre–test and post–test design”. Hasil eksperimen sebagai variabel dependen
itu tidak semata–mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi
karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Instrument penelitian yang dikembangkan di Sekolah Berkebutuhan Khusus
Tunas Kasih Surabaya berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat pre test dan post test. Materi yang diberikan yaitu pengertian gaya (tarikan
dan dorongan), macam-macam gaya, gaya dapat mengubah bentuk suatu benda.
Kisi-kisi instrument penelitian meliputi beberapa aspek yang dinilai dapat
dilihat pada tabel berikut :
136 | Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Indikator
1. Kognitif
2. Afektif
Tabel 2.
Aspek Kisi-Kisi Instrument Penelitian
Sub Indikator
- Menemukan gaya berupa tarikan
dan dorongan
- Mendeskripsikan pengertian gaya
- Menyebutkan macam-macam dan
sifat-sifat gaya
- Menyimpulkan bahwa bentuk benda
dipengaruhi oleh gaya.
Kisi-Kisi Soal
- Pengertian gaya
- Macam-macam dan sifat-sifat
gaya
- Pengaruh gaya terhadap
perubahan bentuk suatu
benda.
- Respon terhadap pertanyaan
- Keseriusan dalam proses belajar
- Minat belajar.
- Gaya, macam-macam gaya
dan gaya dapat mengubah
bentuk suatu benda.
- Lembar Kerja Siswa
mengamati gaya dapat
mengubah bentuk suatu
benda.
3. Psikomotor - Kemampuan memanfaatkan media
- Memanfaatkan media
pembelajaran dalam melakukan
pembelajaran yang ada
eksperiment/pengamatan
- Menunjukkan teori gaya dapat
- Menemukan konsep gaya dapat
mengubah bentuk suatu benda
mengubah bentuk suatu benda melalui - Mempresentasikan dengan
pengamatan
urut, jelas dan benar
- Mampu mempresentasikan hasil
pengamatan.
Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pengamatan untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga siswa dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Instrument ini
berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) dengan
Standar Kompetensi pada nomor 7. memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau
bentuk suatu benda sedangkan Kompetensi Dasar pada nomor 7.2 menyimpulkan
hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu
benda dan sesuai dengan kemampuan siswa.
Penggalian dan analisis data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan observasi. Analisis data
dilakukan dengan teknik statistik non parametrik Sign Test (Zʜ) dengan
mempertimbangkan subyek atau sampel yang digunakan dalam penelitian ini sedikit.
Vol. II, No. 2, September 2014 | 137
Hasil Penelitian
Berdasarkan penilaian kemampuan subjek sebelum dan sesudah perlakuan,
didapat data skor subjek sebagai berikut:
Tabel 3.
Hasil Rekapitulasi Nilai Pre Test (O1) dan Post Test (O2) Kemampuan Mengenal
Konsep Gaya Anak Tunarungu Kelas IV Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih
Surabaya
No.
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
AR
DA
YI
KL
RI
WT
Pre Test
(O1)
20
80
40
60
40
60
Σ = 50
Post Test
(O2)
50
90
70
80
60
70
Σ = 70
Perubahan
O1-O2
+
+
+
+
+
+
X=6
Dari hasil perhitungan pre test dan post test tentang pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan mengenal konsep gaya pada anak
tunarungu kelas IV sebelum dan sesudah intervensi dapat diketahui bahwa jumlah
tanda plus (X) = 6, µ = 3,0 dan Standart deviasi (σ) = 1,22. Karena nilai X lebih besar
dari mean maka nilai X terletak sebelah kanan kurva normal yaitu = 5,5.
Pada α = 5 % (pengujian dilakukan dengan dua sisi) didapat nilai kritis = ± Z½ α
= ± 1,96. Nilai Zʜ yang diperoleh dalam hitungan adalah 2,04 lebih besar daripada
nilai krisis α = 5 % yaitu 1,96 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
kerja(Ha) diterima. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan mengenal konsep
gaya pada anak tunarungu kelas IV di Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih
Surabaya.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus uji
tanda (Sign Test) diperoleh nilai Zʜ = 2,04 yang berarti hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal konsep gaya
anak tunarungu kelas IV di Sekolah Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya
setelah diberikan intervensi dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri,
dimana terdapat perubahan yang lebih baik dari hasil pre test dan post test.
Anak tunarungu membutuhkan metode yang sesuai dalam memahami konsep
gaya. Hal ini dikarenakan gaya tidak dapat dilihat tetapi gaya dapat diketahui
138 | Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
sumbernya, pengaruhnya dan besarnya. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Trianto, 2007). Dan, Dalam buku Jelajah IPA bentuk suatu benda dapat
berubah jika dikenai gaya. perubahan bentuk suatu benda tersebut tergantung pada
besar kecilnya gaya (Yudhistira, Rosa Kemala : 2006).
Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam kegiatan berkomunikasi dan
memahami konsep suatu benda. Dampak ketunarunguan mengakibatkan kemiskinan
dalam berbahasa, sehingga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam
berkomunikasi dan memahami konsep suatu benda. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya model pembelajaran inkuiri dapat melatih dan membiasakan anak
tunarungu untuk terampil berpikir dan terampil secara fisik dengan mengamati
perubahan bentuk suatu benda menggunakan gaya terbentuklah proses ilmiah dan
sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.
Melalui model pembelajaran inkuiri anak tunarungu dapat menemukan
konsep gaya memiliki bentuk tarikan dan dorongan (Rositawaty dan Muharram,
2008). Sesuai dengan pendapat Piaget (1950), bahwa anak tunarungu tergantung
pada simbol non verbal (benda, gambar) dalam berpikir dan memecahkan persoalan
(Winner,1991). Semua penemuan konsep gaya dapat mengubah bentuk benda yang
ditemukan oleh anak tunarungu dengan melihat perubahan bentuk benda atau
fenomena yang disajikan guru.
Simpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan di Sekolah
Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran inkuiri berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan mengenal konsep gaya pada anak tunarungu kelas IV di Sekolah
Berkebutuhan Khusus Tunas Kasih Surabaya dengan taraf presentase 5% yaitu nilai
Zʜ = 2,04 > Z½ α = 1,96.
Daftar Pustaka
Suryanti. Isnawati. Sukartiningsih, Wahyu. Yulianto, Bambang. 2008. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surabaya : UNESA Press.
Trianto, S. Pd, M. Pd. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Download