BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 1.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
1.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Kardiovaskuler
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem
organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong
stabilisasi suhu dan pH tubuh. Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem
peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. Sistem peredaran
darah juga merupakan sbagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah.
Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme
setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan
tubuh.
a. Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida
dalam arah yang berlawanan.
b. Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula
dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk
mengkonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan.
Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat)
yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan
usus besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan
tubuh dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh.
A. Sifat-sifat Struktur Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, basisnya di atas, dan
puncaknya di bawah. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung
dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram (Evelyn C. Pearce. 2009: 143).
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan
kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi menjadi dua ruang, yang atas disebut
atrium, dan yang bawah ventrikel. Maka di kiri terdapat satu atrium dan satu
ventrikel, dan di kanan juga satu atrium dan satu ventrikel. Di setiap sisi ada
hubungan antara atrium dan ventrikel melalui lubang atrio-ventrikuler dan setiap
lubang tersebut terdapat kutup, yang kanan bernama kutup valvula (trikuspidalis)
dan yang kiri kutup mitral (bikuspidalis). Ventrikel kanan menerima darah dari
atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pormunalis. Tebal
dinding kanan biasanya 0,5 cm dan tekanan sistoliknya 15-30 mm Hg dengan
satuan oksigen 75 %. Ventrikel kiri menerima arteri kiri dan dipompakan
keseluruh bagian tubuh melalui aorta, tebal dinding kiri biasanya 1,5 cm dan
diastolic 0-10 mmHg, saturasi oksigen 95-98% (Setiadi 2007: 168).
Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam
jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus arterial,
kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi atau systole dan pengendoran atau diastole. Serupa dengan itu kontraksi
dan pengendoran ventrikel disebut juga systole dan diastole ventrikel. Lama
kontraksi ventrikel 0,3 detik dan pengendoran selama 0,5 detik. Dengan cara ini
jantung berdenyut terus menerus siang dan malam, selama hidup, dan otot jantung
mendapat istrahat sewaktu terjadi diastole ventikuler (Evelyn C. Pearce. 2009:
148).
Otot jantung atau miokardium terbentuk dari otot-otot bergaris seperti otot
rangka. Setiap serabut terdiri dari banyak sel yang saling berhubungan, sehingga
apabila satu sel distimuli atau depolarisasi, potensial aksi dengan cepat menyebar
ke seluruh sel, menyebabkan jantung bekerja sebagai satu kesatuan.
Seperti halnya jaringan lainnya, jantung mempergunakan energy kimiawi
yang tersimpan didalam makanan untuk keperluan tugasnya, otot jantung
manusiamemiliki kapasitas eksidasi tiga kali lebih besar dari pada otot rangka.
Serabut otot jantung memiliki konsentrasi mitochondria yang terbesar untu semua
jaringan-jaringan, sehingga adaptasi terhadap katabolisme lemak sangat tinggi
sebagai sumber utama resistensi ATP
B. Regulasi dan Integrasi Kardiovaskuler
Persyarafan dan bahan-bahan kimia mengatur kerja jantung dari berbagai
macam pembuluh darah. Pengaturan ini yang menjamin pengendalian jantung
secara cepsat dan efektif didalam penyebaran darah keseluruh tubuh. Apabila kita
sedang istrahat dan dalam keadaan santai, sekitar 5% dari 5 liter darah yang
dipompakan setiap menitnya dari jantung kekulit. Tetapi kalau berlatih di tempat
ytang panas, lingkungan yang lembab, maka kira-kira 20% dari jumlah total aliran
darah dialirkan ke permukaan tubuh untuk mengurangi, bahkan menghilangkan
panas
C. Pengaturan Denyut Nadi
System anatomi dari persyarafan yang mempunyai syaraf parasimpatetik
atau syaraf vagus dan syaraf simpatetik atau syaraf yang mempercepat
(accelarator) S-A node memegang peranan utama didalam pengaturan denyut
nadi. Stimulasi pada serabut parasimpatetis yang menyebabkan keluarnya
asetilkolin (accelarator – Ach) dan akhirnya Asetikolin ini berfungsi
memperlambat inplus S-A node, dan juga memperlambat laju konduksi ke bundel
A-V yang memperlambat inplus ke ventrikel. Inplus ini dinamakan penghambat
kerja jantung yang menyebabakan denyut nadi menjadi lebih lambat.
Stimulasi dari serabut simpatetik, menyebebabkan kelurnya nerevinefrin
dari akhirannya. Nerevinefrin memrcepat denyut S-A node dan juga konduksi.
Karena itu inplus ini di namakan alat mempercepat kerja jantung (cardie
apcceleratory) dan menyebabkan denyut nadi menjadi lebih cepat dan lebih kuat.
D. Pengaturan Aliran Darah.
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arteriola, adan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar. Aliran dari ventrikel kanan, melalui paru-paru, ke
atrium kiri adalah peredaran darah kecil.
Darah mengalir melewati serkulasi pembuluh darah menurut hukum fisik.
Volume darah pada beberapa pembuluh darah
1. Berbanding langsung dengan tekanan antara kedua ujung pembuluh darah dan
tidak terhadap tekanan apsolut didalam pembuluh darah
2. Sebaliknya perhubungan terhadap aliran yang dihadapi.
Ketahanan yaitu kekuatan merintangi aliran darah yang disebabkan oleh
pergeseran antara darah dan dinding bagian dalam pembuluh darah.
E. Curah Jantung
Curah jantung pada waktu istrahat sangat berfariasi. Karena banyak
dipengaruhi dalam keadaan emosi yang dapat merubah aliran kortikol kesaraf
yang mempercepat denyut jantung. Tetapi rata-rata volume jantung keseluruhan di
pompokan oleh fentrikel kiri setiap menitnya sekitar lima liter. Jumlah ini sama
antara orang yang terlatih dan orang yang tidak terlatih. Curah jantung rata-rata
lima liter itu biasanya, dicapai apabila denyut nadi 70 kali per menit bagi orang
yang tidak terlatih, sedangkan orang yang terlatih denyut nadi istrahatnya 45 kali
per menit.
2.1.2 Hakikat Latihan
Upaya pengembangan dan peningkatan olahraga salah satunya adalah
latihan yang terprogram dengan baik dan benar. Latihan merupakan proses yang
sistematis dalam mempersiapkan olahragawan yang dilakukan secara berulangulang dengan beban yang semakin meningkat. Latihan adalah proses pembiasaan
yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga terjadi adaptasi gerak otomatis
gerakan yang awalnya dirasakan sangat sukar akan menjadi sangat mudah setelah
melakukan latihan yang diberikan secara sistimatis dan teratur.
Latihan adalah suatu proses yang sitematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan dengan berulang-ulang secarara kontinyu dengan kian hari kian
menambah beban latihan atau pekerjaannya. Dikatakan sistimatis dalam
pengertian bahwa latihan dilaksanakan secara teratur, berencana, menurut jadwal,
menurut pola dan sistem tertentu, metodis,berkesinambungan dari yang sederhana
ke yang lebih kompleks. Berulang-ulang berarti gerakan yang dipelajari harus
diulangi sehingga pola gerakan yang sukar dapat dilakukan dengan mudah,
otomatis dan reflektif pelaksanaannya.
Dalam istilah fisiologis latihan bertujuan untuk memperbaiki
system
organism dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan
olahraganya (Astran, dkk). Menurut Blokspot.com/2010/11/hakikat-latihan.html
mengatakan bahwa latihan yang berasal dari kata practice adalah aktifitas untuk
meningkatkan ketrampilan berolahraga dengan menggunakan beban peralatan
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya selalu di bantu dengan
menggunakan berbagai alat pendukung.
Pengertian latihan yang berasal dari kata ecercises adalah perangkat utama
dari proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi organ tibuh
manusia, sehingga dapat menyempurnakan gerakanya.
Pengertian latihan dari kata training adalah penerapan dari suatu
perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi
teori, praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang akan di capai. Menurut Astran mengatakan bahwa pelatihan adalah sua tu
proses yang sistimatis pada kegiatan atau kerja secara kontinyu yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah atau bergelombang.
Oleh karena itu, dalam dunia olahraga proses latihan yang dilakukan
merupakn suatu pekerjaan yang sangat unik dan penuh resiko. Dikatakan unik
karena objek latihannya adalah manusia, dimana merupakan suatu totalitas sistim
psiko-fisik yang kompleks. Artinya, keberadaan manusia sebagai objek yang
dilatih, dalam proses tidak diperlakukan seperti robot. Selanjutnya dikatakan
penuh dengan resiko karena dalam proses olahraga tentu akan terjadi perubahanperubahan atau kerusakan baik secara fisik maupun psikis. Artinya karena
pengaruh latihan, maka kondisi fsiologis maupun psikologis akan terjadi
perubahan dari kondisi sebelumnya.
2.1.3 Latihan Sirkuit (Circuit Training)
Latihan sirkuit penyempurnaan disusun dalam suatu putaran pos-pos dari
program latihan. Morgan dan Adamson menciptakan metode kesegaran jasmani
dan latihan yang terbukti berhasil dalam beberapa masa. Latihan sirkuit bertujuan
untuk mengembangkan dan memperbaiki kesegaran jasmani yang berkaitan
dengan kekuatan, kecepatan dan, daya tahan. Perencanaan latihan sirkuit diawalai
dengan menentukan tujuan latihan dilanjutkan memilih dan menentukan butirbutir latihan untuk menentukan intensitas latihan. Selanjutnya menyusun urutan
butir-butir latihan dalam sirkuit untuk menghindari pemberian latihan-latihan pada
bagian yang sama secara berurutan.
Latihan sirkuit merupakan suatu bentuk latihan yang popular dari latihan
aerobik. Latihan sirrkuit merupakan
bergerak dan berganti dari satu macam
latihan ke latihan lain (Muhajir, 2006: 143).
Program latihan sirkuit harus memperhatikan karakteristik berikut ini:
Sirkuit pendek terdiri dari 6 latihan, normal terdiri 9 latihan dan panjang terdiri 12
latihan. Total lama latihan antara 10-30 menit, biasanya dilakukan tiga putaran.
Kebutuhan fisik harus ditingkatkan secara progresif dan perorangan. Karena satu
set terdiri dari pos-pos, maka disusun latihan yang penting, beberapa atlet
diikutsertakan secara simultan.
Latihan sirkuit merupakan bentuk-bentuk latihan yang terdiri dari
beberapa stasiun dengan meningkatkan beberapa beban yang berbeda-beda dan
mengikuti urutan tertentu yang diselingi sedikit istirahat pada tiap-tiap stasiun,
sehingga memungkinkan latihan kardiovaskuler. Latihan sirkuit yang dikerjakan
dengan tetap dan melibatkan beberapa stasiun mempunyai potensi untuk
memperbaiki sistim kardiovaskuler, kekuatan otot, endurance, dan ketahanan
kardivaskuler (Mansur, dalam kamasuri 2008:13) .
Latihan sirkuit ialah suatu jenis program latihan yang berinterval di mana
latihan kekuatan di gabungkan dengan latihan aerobic, yang juga menggabungkan
manfaat dari kelenturan dan kekuatan fisik. “Sirkuit” di sini berarti Beberapa
kelompok olah raga atau pos yang berada di area dan harus di selesaikan dengan
cepat. Tiap peserta harus menyelesaikan satu pos dahulu sebelum ke pos lainnya
Menurut M. Sajoto latihan sirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari
beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang
telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah
menyelesaikn latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
Menurut Soekarman latihan sirkuit adalah suatu program latihan yang
dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan
suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien. Latihan sirkuit akan
tercakup latihan untuk 1. Kekuatan otot, 2. Ketahanan otot, 3. Kelentukan, 4.
Kelincahan, 5. Keseimbangan, 6. Ketahanan jantung paru.
Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan.
Latihan sirkuit biasanya satu sirkuit ada 6 sampai 15 stasiun, berlangsung selama
10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik. Menurut J.P. O’Shea
dan E.L.Fox yang dikutip M. Sajoto ada dua program latihan siruit, yang pertama
bahwa jumlah stasiun adalah 8 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 45
detik, dan denganrepetisi antara 15-20 kali, sedang waktu istirahat tiap stasiun
adalah 1 menit atau kurang. Rancangan kedua dinyatakan bahwa jumlah stasiun
antara 6-15 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 30 detik, dan satu
sirkuit diselesaikan antara 5-20 menit, dengan waktu istirahat tiap stasiun adalah
15-20 detik.
Pelaksanaan Circuit Training didasarkan pada asumsi bahwa seorang atlet
akan dapat memperkembangkan kekuatannya, daya tahannya, kelincahannya, total
fitnessnya dengan jalan : (1) melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu, dan (2) melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan
dalam waktu yang singkat.
Keuntungan berlatih dengan cara Circuit diantaranya adalah :
1). Meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik secara serempak dalam waktu
yang relatif singkat. 2). Setiap atlet dapat berlatih sesuai dengan kemajuannya
masing-masing. 3). Setiap atlet dapat mengobservasi dan menilai kemajuannya
sendiri. 4). Latihan mudah diawasi. 5). Hemat waktu dan dapat dilakukan oleh
banyak orang sekaligus.
2.1.4 Dosis Latihan
Penentuan dosis latihan adalah menetapkan tentang ukuran beban latihan
yang harus dilakukan oleh atlet untuk jangka waktu tertentu. Ada dua bentuk
dosis latihan yaitu dosis ekternal dan dosis internal. Dosis ekternal (outer load)
adalah jumlah beban kerja yang dirancang bagi seorang atlet yang menyusun
kerangka sesi dari suatu program latihan. Untuk menyusun program latihan yang
benar, seorang pelatih perlu mengenal karakteristik dosis eksternal. Komponen
dosis ekternal adalah volume, yaitu jumlah kerja yang ditampilkan selama satu
sesi latihan atau suatu fase latihan. Volume latihan dapat berupa durasi, jarak
tempuh dan jumlah pengulangan/ repetisi .
Beban latihan dapat dikatakan sebagai dosis latihan fisik. Yang dimaksud
dosis latihan antara lain:
1. Intensitas latihan dapat diartikan sebagai kualitas beban (ringan, sedang,
berat atau low moderate, sub maximal, maximal, super maximal).
2. Frekuensi latihan merupakan jumlah kejadian/ ulangan.
3. Durasi latihan diartikan sebagai lamanya latihan dilaksanakan. Durasi
latihan juga akan mempengaruhi perubahan adaptasi tubuh.
4. Jenis latihan atau bentuk latihan. Yang dimaksud jenis adalah karakteristik
latihan dari intensitas, frekuensi dan durasi latihan.
2.1.5 Prinsip-Prinsip Dasar Latihan.
Semua sistem latihan dipengaruhi oleh tiga hukum fisiologik, yaitu :
hukum overload, hukum kekhususan (specificity), dan hukum reversibilitas
(Reversibility).
1) Prinsip Penambahan Beban Bertambah (overload)
Hukum ini adalah yang banyak memperbaiki dalam kebugaran seorang
atlet, sehingga membutuhkan suatu peningkatan beban latihan yang akan
menantang keadaan kebugaran atlet.
Bahwa beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan mendatangkan
suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban latihan lebih berat daripada beban
normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan sehingga tingkat
kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran normal. Hal ini akan
membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama. Artinya, pembebanan akan
menyebabkan kelelahan, dan ketika pembebanan berakhir, maka pemulihan
berlangsung. Jika pembebanan optimal (tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu
berat) maka setelah pemilihan penuh tingkat kebugaran akan meningkat lebih
tinggi daripada tingkat sebelumnya
Efek latihan (overcompensation) pada tubuh adalah semua yang terjadi
dalam latihan. Bagaimanapuun, jika pembebanan latihan terlalu ringan, efek
latihan setelah pemulihan akan menjadi kurang dari yang diharapkan. Jika
pembebanan latihan terlalu besar / berat maka kondisi akan kembali seperti
semula
latihan terlalu ringan tingkat
kelelahannya rendah/sedikit, waktu
pemulihannya singkat, dan efek latihannya (stimulus baru) sedikit dan terlalu
awal. Apabila latihan terlalu berat maka tingkat kelelahan tinggi / banyak
membutuhkan pemulihan yang lama, sehingga efek latihannya rendah dan
stimulus baru menjadi terlambat.
2). Prinsip Peningkatan Beban Terus( Reversibilitas)
Menerus Otot yang menerima beban latihan lebih atau overload
kekuatannya akan bertambah dan apabila kekuatan bertambah, maka program
latihan berikutnya bila tidak ada penambahan beban, tidak lagi dapat menambah
kekuatan. Penambahan beban dalam jumlah repetisi tertentu, otot belum
merasakan lelah. Prinsip penambahan beban demikian dinamakan prinsip
penambahan beban secara progresif.
3) Prinsip Kekhususan Program Latihan (Specificity)
Menurut O’shea dalam bukunya M. Sajoto menyatakan bahwa semua
program latihan harus berdasarkan “SAID” yaitu Specific Adaptation to Imposed
Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan hendaknya bersifat khusus,
sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan, maka
program latihan harus memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan kekuatan.
Program latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus.
Namun perlu memperhatikan pula gerak yang dihasilkan, oleh karena itu latihan
berbeban hendaknya dikaitkan dengan latihan peningkatan ketrampilan motorik
khusus. Dengan kata lain latihan beban menuju peningkatan kekuatan, hendaknya
diprogram yang menuju nomor-nomor cabang olahraga yang bersangkutan..
Selain ketiga prinsip yang cukup mendasar untuk program latihan menurut
Tohar program latihan dapat diatur dan dikontrol dengan cara memvariasikan
beban latihan seperti volume, intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit
program latihan harian. Volume menurut Depdikbud ialah kuantitas beban latihan
yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan,
total waktu latihan, berat beban yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval
dan sirkuit sebagai ukuran rangsangan motorik dalam satu unit latihan. Intensitas
menurut Tohar adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran
energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
Recovery dikatakan oleh Tohar adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan
tenaga kembali antara satu elemen materi latihan dengan elemen berikutnya.
Menurut O’Shea yang dikutip oleh M. Sajoto mengatakan bila latihan lebih dari
satu rangkaian, maka masa istirahat dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit. .
Istirahat (Restoration)
Restorasi adalah pemulihan dari suatu beban latihan yang tinggi. Latihan =
istirahat. Tinggi atau lamanya latihan
maka harus diikuti dengan proses
pemulihan yang cukup lama, jika latihan dilakukan dengan intensitas yang rendah
maka pemulihan berlangsung cukup singkat. Semakin tinggi kemampuan fitness
(terutama) kemampuan daya tahan jantung dan otot, maka ia akan memiliki
kemampuan pemulihan yang relatif lebih singkat/pendek (cepat pulih)
2.1.6 Metode Latihan
Kata metode yang berasal dari Yunani, terdiri dari kata “meta” dan
“hodos”. Meta berarti seberang, dan hodos diartikan sebagai jalan. Dengan
demikian metode dapat diartikan sebagai jalan menuju sebrang. Menurut Winarto
metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu
tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula mencapai tujuan.
Metode mengajar atau melatih adalah suatu cara tertentu, sitem kerja
seorang pelat atau seorang olahragawan, sehubungan dengan pengetahuan dan
kemampuannya yang cukup. Namun metode bukan suatu kegiatan mengajar,
karena suatu metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.
Pemilihan suatu metode, terutama tergantung pada: 1) tujuan umum
melatih, 2) tugas-tugas tertentu,3) kekhususan suatu cabang olahraga,4)
kedewasaan fisik dan mental atlit serta tingkat kemampuannya.
Berdasarkan factor- factor tersebut, maka dapat ditentukan prinsip-prinsip
metode latihan. Seorang pelatih tidak boleh membatasi satu metode saja, tetapi
harus menggunakan bermacam-macam metode yang dicocokkan dengan berbagai
unsur, di antaranya yang paling penting adalah periode latihan dan tingkat
kemajuan atlit.
1. Mmetode yang terus menerus (Continual Methode)
Sifat-sifat metode ini adalah:
a. latihan dengan intensitas sedang dan konstan
b. latihan yang relative lama (dibandingkan dengan metode lain)
Metode ini dianjurkan untuk meningkatkan daya tahan secara keseluruhan
dan peningkatan perlawanan terhadap kelelahan. Metode ini menimbulkan
kondisi-kondisi untuk peningkatan kerja organism yang lebih ekonomis. Selain
itu, juga meningkatkan self control atlit pada waktu melakukan usaha-usaha atau
latihan yang melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompokkelompok otot yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga.
2. Metode Ulangan (Repetitive Methode)
Metode ini terdiri dari mengulangi latihan-latihan tertentu yang dilakukan
dengan atau tanpa istirahat. Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
a. latihan dengan intensitas yang konstan
b. waktu istirahat yang optimal
c. bentuk ulangan yang bermacam-macam
Metode ulangan dianjurkan untuk dipraktikkan terutama pada kelompok
atlit remaja, dan juga untuk yang sudah maju pada periode persiapan. Tujuantujuan utamanya adalah pertumbuhan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan
kelincahan, menahan keadaan badan yang diperoleh pada periode latihan
terdahulu, ulangan latihan-latian dasar pada waktu pemanasan, belajar sejumlah
kegiatan dan juga skill, dan adaptasi atlit terhadap merasakan kadar latihan.
3. Metode Tidak Tetap (Variable Methode)
Sifat-sifat metode ini terutama adalah:
a. Intensitas latihan yang bermacam-macam
b. Waktu melakukan latihan yang berbeda-beda
c. Intensitas latihan yang diturunkan, menghasilkan kondisi-kondisi untuk
pemulihan kembali sebagian (partial recovery).
Metode ini merupakan suatu metode, di mana latihan yang bervolume
tinggi di transfer ke intensitas rendah. Terbukti bahwa ada hasil-hasil yang baik,
jika semula intensitas latihan semula dengan tempo nsedang tersebut secara
bertahap di tingkatkan dan tanpa mencapai intensitas maksimal, perlahan-lahan di
turunkan.
4. Metode Interval (Interval Methode)
Di dalam metode ini dilaksanakan pengawasan yang cermat terhadap
lamanya suatu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat diukur sedemikian
rupa sehingga rangsangan baru dapat diterapkan, sedangkan pengaruh latihanlatihan terdahulu tetap ada. Waktu istirahat diatur sedemikian sehingga tidak
terjadi pemulihan total. Jika metode interval digunakan, beban latihan tidak boleh
maksimal dibandingkan dengan kemampuan atlit.
Sifat-sifat khas metode ini adalah:
a. penetapan yang jelas tentang beban latihan
b. penetapan yang jelas tentang interval latihan
c. waktu istirahat yang bermacam-macam, tetapi ditetapkan secara tepat.
d. Jumlah ulangan ditetapkan dengan tepat.
Metode ini terutama digunakan pada waktu periode menjelang
pertandingan, khususnya di dalam rangka peningkatan kecepatan daya tahan.
Metode ini merupakan metode yang lebih efektif, karenanya memerlukan
pengawasan yang terus menerus dari hasil-hasilnya.
5. Metode Kompetisi (Competition Methode)
Latihan melalui kompetisi-kompetisi merupakan salah satu kegiatan yang
lebih efektif, dan para atlit senang melakukannya. Dalam melaksanakan metode
kompetisi, perlu diperhatikan beberapa syarat yang sama dengan metode lainnya.
Juga perlu mangadakan pengawasan terhadap beban dan intensitas latihan, serta
jumlah ulangan dan waktu istirahatnya. Pemilihan lawan latihan menjadi dasar
kegiatan, makin kuat lawan makin tinggi beban dan intensitas latihan. Latihan
dengan metode kompetisi, dianggap lebih bermanfaat bagi atlit yang sudah
bertahun-tahun mengadakan latihan, dan kurang tepat bagi kelompok atlit yang
tidak
terlatih.
Metode
kompetisi
menciptakan
kondisi-kondisi
yang
menguntungkan untuk mengontrol reaksi psykis yang menyertai persaingan di
dalam olahraga.
Setiap metode latihan, memerlukan pengawasan yang cukup terhadap
beban dan intensitas latihan, serta waktu istirahat antara dua ulangan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
a. memperpendek waktu istirahat sambil mempertahankan beban yang tetap.
b. Mempertahankan istirahat yang tetap, dengan peningkatan beban secara
berturut-turut
2.1.7 Efek Latihan Terhadap Kardiovaskuler
Pada permulaan latihan (bahkan sebelum latuhan dimualai), perubahan
kardiovaskuler dimulai dari saraf pusat diatas bagian modula. Penyesuaian ini
memberikan peningkatan yang berarti di dalam meningkatkan laju dan kekuatan
pemompaan jantung. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah didalam
sistem vena terutama sangat penting didalam latihan yang dilakukan dengan
berdsiri atau duduk, kerena pengaruh gravitasi cenderung melawan tekanan vena
pada anggota tubuh, lengan, dan tungkai.
perubahan yang terjadi akibat latihan yang terus-menerus dan terprogram
sesuai dengan prinsip-prinsip latihan disebut adaptasi. Kencangnya detak jantung
saat berolahraga merupakan respon dari jantung, namun setelah lama berlatih
maka perlaan-lahan detak jantung menjadi stabil karena kekuatan otot jantung
bertambah untuk memompakan daarah ini merupakan adaptasi jantung terhadap
latihan fisik yang dijalani. Semakin berat aktifitas fisik yang dilakukan saat
berolahraga maka semakin besar kebutuhan oksigen didalam tubuh, untuk
mengimbangi hal tersebut jantung dan system peredaran darah harus bekerja
lebih. untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien yang semakin meningkat
di jaringan, dengan sisa hasil metabolitan yang banyak seperti asam laktat dan
benda-benda keton yang mesti dikeluarkan dari dalam tubuh., dimulai dengan
perubahan fisiologis dan dalam waktu yang relative lama akan terjadi perubahan
morfologis
yang
lebih
konsisten.
Dengan seringnya jantung diberi beban latihan yang terus-menerus dan
berkesinambungan secara otomatis otot jantung beradaptasi sehingga kekuatan
jantung dalam memompakan darah menjadi lebih meningkat dibanding sebelum
latihan, karena kinerja jantung menjadi lebih baik maka suplai oksigen bagi
organel-organel lainnya tercukupi dengan sendirinya organel-organel tersebut
dapat bekerja sesuai fungsinya menjadi lebih baik.
Meningkatnya kebutuhan oksigen oleh miopardial (otot jantung) selama
latihan hanya dapat dipengaruhi dengan meningkatkan aliran darah koroner secara
proporsional. Pada latihan yang sangat berat, aliran darah ke koroner mungkin
dapat meningkat antara empat sampai lima kali di atas keadaan istrahat. Ini di
capai melalui dua cara:
1. Meningkatnya metabolisme miokardial selama latihan, mempunyai pengaruh
langsung terhadappembuluh darah koroner, sehingga mereka melebar.
Disamping itu juga factor-faktor lokal, hormon-hormon dari sistem saraf
simpatitik, dikeluarkan selama latihan dan menyebabkan pelebaran koroner.
2. Selama latihan, peningkatan tekanan aortik mendorong jumlah darah yang
lebih besar ke sekulasi koroner. Rata-rata, aliran darah koroner sekitar 2,5 kali
lebih besar selama diastole dari pada selama sistole
A. Daur Jantung
Daur jantung (cardiac cycle) meliputi terjadinya perubahan listrik dan
mekanik (perubahan tekanan dan volume) yang terjadi selama fase kontraksi dan
relaksasi miokardium. Oleh karena itu, daur jantung meliputi tiga fase yaitu, fase
diastatis (periode istrahat), fase sistole (periode kontraksi), dan fase diastole
(periode relaksasi).
Latihan daya tahan menyebabkan sinus node jantung banyak dipengaruhi
oleh
actylcholine,
hormone
parasimpatetik
yang
mempunyai
pengaruh
memperlambat denyut nadi
Dua faktor yang mempunyai kemungkinan yang bekerja karena latihan:
1. Latihan daya tahan meningkatkan tonus fagal, sehingga memperlambat denyut
nadi
2. Otot jantung menjadi lebih kuat melalui latihan sehingga memperkuat
kontraksi otot jantung.
B. Curah Jantung Selama Latihan
Aliran darah meningkat secara proporsional dengan meningkatnya
intensitas latihan. Apabila melakukan latihan pada taraf 40 sampai 60% dari
kapasitas maksimal, curah jantung pada orang yang terlatih bisa 30 liter per menit,
bahkan curah jantung maksimal dapat dicapai 40 liter per menit (Ekblom, B, dkk,
1968). Sedangkan pada orang yang tidak terlatih kemampuan kerja dan curah
jantung maksimal yang lebih rendah (sekitar 20 sampai 25 liter per menit). Karena
isi secakup orang yang tidak terlatih sekitar 100 mililiter darah per denyut,
sedangkan orang yang terlatih biasa mencapai 200 mililiter per denyut.
C. Isi Seskuncup di dalam Latihan
Jantung atlet daya tahan memiliki isi sekuncup jauh lebih besar dari pada
isi secakup orang yang tidak terlatih dengan umur yang sama, baik waktu istrahat
maupun pada waktu latihan. Apabila beban kerja atau intensitas latihan pada
tingkat 40-50 persen dari konsumsi oksigen maksimal, ini biasanya denyut nadi
mencapai 110-120 denyut permenit.
Pada perempuan, volume isi sekuncup biasanya lebih rendah dari pada
laki-laki pada semua keadaan. Pada waktu istrahat isi sekuncup pada perempuan
yang tidak terlatih antara 50-70 ml per denyut dan 70-90 ml per denyut setelah
latihan. Isi sekuncup maksimal bagi perempuan yang tidak terlatih antara 80-100
ml per denyut, dan 100-120 ml per denyut bagi perempuan yang terlatih. pada
beban kerja supmaksimal dengan kebutuhan konsumsi oksigen yang sama, isi
secakup pada perempuan tetap lebih rendah dari pada isi sekuncup pada laki-laki.
Keadaan ini disebabkan karena memang volume jantung wanita lebih kecil dari
pada volume jantung laki-laki.
D. Penyebaran aliran darah
Pada waktu istrahat, kira-kira 20% dari aliran darah total sistemik
disebarkan keotot, sebagian besar ke organ-organ dalam (alat-alat pencernaan,
hati, linpa, dan ginjal), jantung dan otak. Selama latihan, penyebaran kembali
aliran darah, otot-otot yang aktif menerima bagian yang terbesar dari curah
jantung Tetapi selama latihan yang maksimal otot yang bekerja paling banyak
hanya menerima 85-90% dari aliran darah total. Ini berarti bahwa, dengan curah
jantung 25 liter per menit, lebih dari 22 liter darah mengalir ke otot.
Bebrapa organ tubuh lainnya yang mendapat bagian darah selama latihan:
1. Aliran darah ke otak tetap konstan, baik pada waktu istrahat maupun pada
berbagai tingkat latihan
2. Aliran darah ke ginjal berkurang, tetapi tidak terhenti.
3. Aliran darah ke kulit meningkat dengan semakin meningkatnya intensitas
latihan, tetapi pada latihan maksimal aliran darah ke kulit menurun.
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan
Kaitan olahraga dengan jantung dan pembulu darah, dengan meningkatnya
aktifitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan
semakin besar, kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan
aliran darahnya, hal ini direspon oleh pembuluh darah sehingga berdampak pada
tekanan darah individu tersebut (Widiyanto).
Dengan seringnya jantung diberi beban latihan yang terus-menerus dan
berkesinambungan secara otomatis otot jantung beradaptasi sehingga kekuatan
jantung dalam memompakan darah menjadi lebih meningkat dibanding sebelum
latihan, karena kinerja jantung menjadi lebih baik maka suplai oksigen bagi
organel-organel lainnya tercukupi dengan sendirinya organel-organel tersebut
dapat bekerja sesuai fungsinya menjadi lebih baik. (Irwan Syamzani)
2.3 Kerangka Berfikir.
Berdasarkan uraian di atas bahwa dapat diasumsikan bahwa untuk dapat
menghasilkan kemampuan kardiovaskuler, memerlukan latihan-latihan yang
mendukung kemampuan kardiovaskuler. Salah satu benntuk latihan yang dapat
meningkatkan kemampuan kardiovaskuler adalah latihan sirkuit (circuit training).
Karena latihan sirkuit ini bentuk-bentuk latihannya dapat disesuikan dengan apa
yang akan dilatih termasuk kemampun kardiovaskuler.
2.2.1 Hipotesis Penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh latihan sirkuit
(circuit training) terhadap kemampuan kardiovaskuler pada siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Gorontalo.
Download