1 Pendahuluan

advertisement
1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki iklim tropis dan hutan yang sangat luas dimana keanekaragaman
hayatinya sangat tinggi. Namun, populasi dan juga distribusi kekayaan tersebut saat ini
mengalami penurunan sebagai akibat dari pesatnya pertambahan penduduk, meningkatnya
kebutuhan lahan dan juga konsumsi kayu untuk pembangunan, perumahan, pemanfaatan
sumber daya hutan yang kurang bijaksana dan juga kebakaran hutan. Selain itu, kekayaan
alam yang melimpah tersebut sebagian besar belum tercatat atau dikaji dengan baik sehingga
belum dimanfaatkan secara optimal (Achmad, 1991).
Setiap jenis tumbuhan memiliki potensi kimia dengan keunikan struktur metabolit
sekundernya dan juga bioaktivitasnya tersendiri. Berdasarkan hasil penelitian, banyak
metabolit sekunder dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia, misalnya sebagai
obat atau model dari inovasi obat baru. Oleh karena itu sangatlah penting untuk melakukan
penelitian mengenai kandungan metabolit sekunder pada berbagai spesies tumbuhan yang
ada di Indonesia.
Salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan tropis Indonesia adalah
Fabaceae atau tanaman polong-polongan. Senyawa-senyawa yang terkandung pada tumbuhtumbuhan famili Fabaceae ini sangat penting untuk diteliti karena senyawa-senyawa ini
memiliki berbagai aktivitas biologi dan pengembangan senyawa-senyawa tersebut dapat
memberi sumbangan yang berharga bagi ilmu pengetahuan baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang dalam bidang farmasi maupun kimia.
Desmodium adalah salah satu genus dari famili Fabaceae. Hingga saat ini, penelitian yang
dilakukan terhadap sejumlah spesies tumbuhan genus Desmodium telah berhasil mengisolasi
berbagai senyawa metabolit sekunder. Beberapa spesies Desmodium yang telah diteliti
kandungan metabolit sekundernya adalah D. canadense, D. canum, D. caudatum, D.
gangeticum , D. oxyphyllum, D. pulchellum, D. styracifolium, D. tiliaefolium , D. trifolium,
dan D. uncinatum (Yang, 1993). Tumbuhan dari genus ini biasanya dimanfaatkan sebagai
kontrol erosi, seperti contohnya D. gangeticum dan D. heterocarpon dapat membantu
mencegah erosi dan mengontrol rumput liar serta digunakan pula sebagai makanan ternak.
Hal lain yang penting dari tumbuhan Desmodium ini adalah penggunaannya dalam
pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Beberapa spesies telah
5
diketahui memiliki aktivitas yang penting seperti diuretika, wasir, tonikum, batuk,
antimikrobial dan juga untuk mengatasi demam. Selain itu, senyawa dari Desmodium
gangeticum
memiliki
aktivitas
sebagai
anti
amnesik,
obat
penyakit
Alzheimer
(Hanumanthachar, 2006), aktivitas antiemetik atau anti muntah (Chopra, 1956),
antiinflamasi, antioksidan (Govindarajan et al., 2006), anti leismania (Singh et al., 2004),
dan analgesik (Govindarajan et al., 2003). Senyawa dari D. illinoense dan D. scorpiurus juga
diketahui memiliki aktivitas sebagai antimicrobial agent (Borchardt, J.R et al., 2008)
(Ndukwe, et al., 2006) sedangkan senyawa-senyawa dari tumbuhan D. adscendens diketahui
bersifat sebagai anti anafilaktik (Addy, 1984).
Saah satu spesies Desmodium yaitu D. triquetrum Linn. Yang di Indonesia dikenal sebagai
daun duduk ini belum pernah diteliti kandungan metabolit sekundernya. Spesies ini diketahui
memiliki khasiat sebagai obat tradisional, diantaranya pemanfaatan polongnya untuk
mengatasi penyakit wasir, batu ginjal dan diuretik. Kegunaan lain dari tumbuhan ini adalah
sebagai obat penyakit perut, batuk, demam. Selain itu, akarnya dapat digunakan untuk
mengobati gigitan ular (Jain, 1991). Tumbuhan ini juga dapat berguna sebagai insektisida
dan vermisida. Di Indonesia D. triquetrum digunakan pula untuk makanan ternak (Duke et
al., 1985). Pemanfaatan tumbuhan ini pada bagian daun spesies ini yaitu sebagai penyembuh
luka obat bisul, koreng, haid tidak teratur, dan encok (Shirwaiker et al., 2003).
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang telah dilakukan pada sejumlah spesies Desmodium memberikan informasi
bahwa kandungan metabolit sekunder pada genus ini adalah flavonoid dan alkaloid.
Flavonoid terdapat di semua tumbuhan genus Desmodium. Flavonoid yang terdapat dalam
genus ini adalah golongan isoflavonoid, isoflavanon 7-O glikosida, isoflavan terprenilasi di
C-6 atau C-8 (membentuk siklik), isoflavan tergeranilasi di C-3’ (membentuk siklik),
turunan pterokarpan, turunan kumaronokromon, selain itu juga terdapat flavon, flavon
tersubtitusi oleh gula di posisi C-6 dan atau C-8. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam
genus Desmodium adalah golongan tetrahidroksikuinolin, triptamin, β-fenetilamin (Mizuno
et al., 1992). Kandungan alkaloid banyak ditemukan pada bagian akar dari beberapa spesies,
seperti D. gangeticum, D. gyrans, D. pulchellum, D. triflorum, dan D. tiliaefolium. Hingga
saat ini belum ada penelitian terhadap kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan
D. Triquetrum serta keaktifan ekstrak metanol terhadap pengujian pada inhibitor tirosin
kinase dan sel murin leukemia P-388. Oleh karena itu, tumbuhan D. triquetrum atau sering
dikenal dengan nama daun duduk ini sangat berpotensi untuk diteliti.
2
1.3 Lingkup Kajian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun D. triquetrum yang dikumpulkan
dari daerah Solo, Jawa Tengah. Pemisahan senyawa dilakukan dengan cara maserasi dengan
metanol kemudian ekstrak metanol diuji aktivitasnya terhadap sel murin leukimia P-388 dan
uji inhibitor tirosin kinase. Fraksinasi dan pemurnian menggunakan beberapa teknik
kromatografi seperti Kromatografi Cair Vakum (KVC), Kromatografi Radial (KR), dan
kromatografi gravitasi sephadex LH-20. Senyawa murni kemudian karakterisasi strukturnya
dengan teknik spektroskopi 1H NMR,
13
C NMR, DEPT 135 dan DEPT 90 serta diuji
bioaktivitasnya dengan uji inhibitor tirosin kinase dan sel murin leukimia P-388.
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengisolasi metabolit sekunder yang terdapat pada daun
Desmodium triquetrum menentukan struktur molekul senyawa-senyawa yang diisolasi
berdasarkan data-data spektroskopi serta menguji aktivitasnya terhadap sel murin leukemia
P-388 dan uji inhibitor tirosin kinase.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelusuran literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur untuk mengkaji spesies maupun genus yang
diteliti.
2. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan dalam skala kecil yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan
dengan menggunakan teknik ekstraksi dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
3. Isolasi senyawa metabolit sekunder
Isolasi dilakukan dengan metoda ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar
menggunakan pelarut organik kemudian dilakukan pemisahan metabolit sekunder
dengan berbagai teknik kromatografi diantaranya Kromatografi Cair Vakum (KVC),
Kromatografi Radial (KR) dan kromatografi gravitasi sephadex LH-20.
3
4. Penentuan struktur
Penentuan
struktur
masing-masing
metabolit
sekunder
dilakukan
dengan
1
menganalisis data spektroskopi yang meliputi spektrum UV, IR, H-NMR dan
13
C-NMR.
5. Uji bioaktivitas
Senyawa yang berhasil diisolasi diuji bioktivitasnya terhadap sel murin leukimia
P-388 dan uji inhibitor tirosin kinase.
4
Download