Avian influenza : profil dan penularannya pada

advertisement
Universa Medicina
Oktober-Desember 2005,Vol.24 No.4
Avian influenza :
profil dan penularannya pada manusia
Widyasari Kumala
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
ABSTRAK
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan virus avian influenza A dengan
subtipe H1 sampai H16 dan N1 sampai N9. Virus ini menyerang berbagai jenis unggas, meliputi ayam, kalkun,
unggas air, burung peliharaan dan burung liar. Terakhir virus ini dapat menginfeksi babi, harimau, kucing dan
macan tutul. Pada umumnya virus avian influenza A tidak menyerang manusia, tetapi subtipe tertentu seperti
H5N1, H7N7 yang bersifat sangat patogen dapat menyerang manusia dan mengakibatkan kematian. Terdapat
beberapa cara penularan virus avian influenza A dari spesies unggas ke manusia antara lain melalui kontak
lansung maupun tidak langsung dengan unggas yang sakit termasuk air liur dan tinja, udara dan alat alat
peternakan yang terkontaminasi dengan virus avian influenza. Saat ini pengobatan dengan oseltamivir dan
zanamivir masih memberikan hasil yang baik terhadap virus avian influenza A H5N1. Meskipun berbagai
aspek penyakit ini telah diketahui, tetapi masih terdapat bagian yang belum terungkap seperti pengembangan
vaksin. Hingga kini belum ada vaksin yang dapat mencegah penyakit flu burung pada manusia.
Kata kunci : Avian influenza, penularan, vaksin
Avian influenza : profile and transmission to human
ABSTRACT
Avian influenza is a contagious disease caused by avian influenza virus type A with subtype H1 to H16
and N1 to N9. This virus mainly infect poultries such as chickens, turkeys, water poultries, domestic and
wild birds. Currently, this virus can also infect pigs, tigers, cats and leopards. Usually, avian influenza A
virus do not infect humans, but certain subtype H5N1 and H7N7 are highly pathogen which can infect
humans and result in death. There are several ways by which avian influenza A virus can infect humans from
species poultries. The disease is transmitted to human by direct or indirect contact with infected poultries,
through infected saliva, aerosols, discharges and contaminated farm equipments by avian influenza A virus.
Until now treatment with antiviral oseltamivir and zanamavir are still effective against avian influenza A
H5N1 virus. Although much progress has been achieved, there are still many area unsolved yet, such as
vaccine development. At present there is no available human vaccine to prevent avian influenza disease in
humans.
Keywords: Avian influenza, transmission, vaccine
184
Universa Medicina
PENDAHULUAN
Akhir akhir ini avian influenza atau lebih
dikenal sebagai “flu burung”, khususnya virus
H5N1 yang sangat patogen, telah menyita
perhatian dunia. Penyebaran penyakit ini
begitu cepat di antara unggas serta dapat
menular ke manusia dengan dampak mortalitas
yang tinggi, membuat masyarakat dunia
menjadi gelisah.
Flu burung adalah penyakit menular pada
spesies unggas yang disebabkan virus
influenza tipe A dengan berbagai subtipe.
Burung liar/migratory waterfowl merupakan
reservoir alamiah virus avian influenza di
dalam saluran cernanya dan tidak
menimbulkan gejala penyakit. Lain halnya
dengan burung peliharaan, ternak domestik
termasuk ayam dan kalkun sangat rentan
terhadap virus ini sampai menimbulkan
kematian. Gejala penyakit bervariasi dari
ringan sampai berat. Bila virus avian influenza
yang patogenitasnya rendah berulang kali
menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi
menjadi sangat patogen dan dapat menular ke
manusia yang kemudian menyebabkan epidemi
flu burung. (1)
Epidemiologi
Pertama kali virus avian influenza
ditemukan pada tahun 1878 di Itali,
menyebabkan epidemi penyakit Fowl Plague
pada ternak ayam dengan angka kematian
100%. (2,3) Wabah berikutnya, di Amerika
Serikat pada tahun 1983-1984 yang
menimbulkan kematian sekitar 17 juta ternak
ayam dengan kerugian mencapai sekitar 70
juta dolar Amerika. (4,5)
Sebelumnya virus avian influenza hanya
menyerang kelompok unggas. Baru pertama
kali pada tahun 1997 di Hong Kong terjadi
wabah flu burung yang disebabkan virus avian
Vol.24 No.4
influenza H5N1 yang patogen. Ketika itu telah
terjadi penularan virus H5N1 dari spesies
unggas ke manusia. Wabah flu burung tersebut
menyebabkan enam penderita meninggal dari
18 kasus flu burung. (6-8) Kini virus H5N1
terbukti dapat menginfeksi babi, harimau,
macan tutul dan kucing. (9-11)
Pada Februari 2003 virus avian influenza
A subtipe H7N7 mulai menyerang daratan
Eropa terutama Belanda. Wabah flu burung ini
mengakibatkan seorang meninggal dunia dari
89 penderita. (12)
Pada akhir tahun 2003 sampai awal tahun
2004, wabah flu burung yang disebabkan virus
H5N1 kembali merebak di berbagai negara
Asia meliputi Korea Selatan, Jepang, China,
Vietnam, Thailand, Kamboja dan Laos. (13-15)
Sedikitnya 100 juta ternak ayam telah
dimusnahkan untuk menghentikan penularan.
Wabah ini telah menginfeksi 35 orang dan
mengakibatkan 24 penderita meninggal
dunia. (15) Kemudian wabah flu burung dengan
cepat menjalar ke beberapa negara Asia
Tenggara lainnya termasuk Indonesia.
Sejak kasus flu burung pertama di
Indonesia yang mengakibatkan meninggalnya
seorang ayah beserta kedua anaknya pada
pertengahan bulan Juli 2005 lalu, tingkat
kewaspadaan sistem surveilan ditingkatkan
baik di masyarakat maupun di institusi
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan
yang lainya. (16)
Menurut laporan terakhir WHO, awal
November 2005, data kumulatif kasus avian
influenza A (H5N1) yaitu 122 kasus, dengan
62 penderita meninggal. Prevalensi tertinggi
flu burung terjadi di Vietnam, terdapat 91
kasus, meninggal 41 penderita; disusul
Thailand 20 kasus, meninggal 13 penderita;
Indonesia 7 kasus, meninggal 4 penderita dan
Kamboja terdapat 4 kasus yang keseluruhannya
meninggal dunia. (17)
185
Widyasari
Morfologi dan struktur virus
Virus avian influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae dengan genus influenza
yang terdiri dari 3 tipe yaitu: A, B dan C. Virus
avian influenza merupakan virus RNA yang
single-stranded. Genomnya terdiri dari 8
segmen yang mengkode 10 protein. Diameter
virus sekitar 80 X 120 nm. Karakteristik virus
ini berkapsul yang mengandung glikoprotein
dan merupakan antigen permukaan. Terdapat
2 jenis protein permukaan yaitu hemaglutinin
(HA) dan neuraminidase (NA). Hemaglutinin
bersifat mengaglutinasi sel darah merah dan
berfungsi untuk melekat, menginvasi sel
hospes
dan
kemudian
bereplikasi.
Nueraminidase merupakan suatu enzim untuk
memecahkan ikatan partikel virus sehingga
virus baru terlepas dan dapat menginfeksi sel
baru yang lain. 18
Di antara ketiga tipe virus influenza ini,
hanya tipe A yang mempunyai subtipe paling
banyak, terdiri dari H1 sampai H16 19 dan N1
sampai N9. Virus influenza tipe A cepat
bermutasi karena antigennya bersifat drift dan
shift.
Antigenic shift terjadi karena terdapat
perubahan mayor pada protein HA maupun Na
melalui genetic reassortment. Bila 2 virus yang
berbeda dari 2 hospes berbeda menginfeksi
hospes ke 3, misalnya babi, maka akan timbul
subtipe virus baru yang mampu menginfeksi
hospes lain termasuk manusia dan tidak
d i k e n a l o l e h s i s t e m i m u n h o s p e s . (1,20,21)
Perubahan ini terjadi secara mendadak
sehingga dalam waktu singkat dapat mengenai
sejumlah besar populasi yang rentan sehingga
timbul pandemi. Antigenic shift hanya terdapat
pada virus influenza A.
Antigenic drift merupakan perubahan
minor pada komposisi antigen akibat misens
mutation. Meskipun terjadi perubahan struktur
antigen, tetapi fungsinya masih sama.
186
Avian influenza pada manusia
Adanya subtipe disebabkan perbedaan
kedua jenis antigen HA (H1–H16) dan NA
(N1–N9). Kombinasi yang berbeda antara HA
dan NA akan membentuk subtipe yang berbeda
beda. Hingga saat ini hanya beberapa subtipe
virus influenza A yang menimbulkan penyakit
pada manusia yaitu H1N1, H1N2 dan H3N2.
Semua subtipe virus influenza A dapat
menginfeksi burung dan ternak, tetapi hanya
subtipe H5 terutama H5N1 dan H7N7 yang
sangat patogen dapat menginfeksi manusia
serta menimbulkan wabah flu burung yang
berbahaya. (22)
Virus influenza tipe B hanya memiliki
variasi antigenic drift, sering menimbulkan
epidemi dan hanya menginfeksi manusia.
Virus influenza tipe C memiliki antigen yang
stabil sehingga menyebabkan penyakit
influenza ringan dan hanya menginfeksi
manusia.
Sifat-sifat virus avian influenza
Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air
pada suhu 22°C sampai empat hari lamanya
dan pada suhu 0°C dapat hidup selama 30 hari.
Di dalam tinja atau tubuh unggas yang sakit
virus dapat hidup lebih lama. (18)
Virus H5N1 yang berada dalam daging
ayam akan mati bila dipanaskan pada suhu
56°C selama 3 jam atau 60°C selama 30 menit
dan 80°C selama 1 menit. Virus yang berada
dalam telur ayam akan mati bila direbus pada
suhu 64°C selama 5 menit. Virus juga akan
mati bila terkena detergent atau desinfektan
seperti formalin, iodium dan alkohol 70%. (18)
Penyebaran
Penyebaran virus avian influenza di
kalangan unggas sangat cepat, antara lain
melalui air liurnya. Burung burung liar yang
hidup di air, merupakan reservoar alam virus
avian influenza di dalam saluran cernanya,
Universa Medicina
dapat mentolerir infeksi virus ini. Burung
burung liar yang suka bermigrasi sering
membuang kotorannya ke danau, kolam atau
sungai sehingga bila unggas yang hidup di
darat, khususnya ayam dan bebek minum air
yang terkontaminasi tinja yang mengandung
virus avian influenza, unggas tersebut akan
sakit.
Penularan
Penyakit flu burung ditularkan ke manusia
melalui beberapa cara, antara lain kontak
langsung dengan unggas atau ayam yang sakit,
penularan melalui udara yang tercemar virus
avian influenza, kontak dengan air liur dan
kotoran ayam yang sakit. Penularan juga dapat
melalui alat perternakan, baju, sepatu, sepeda
yang terkontaminasi dengan virus flu burung. 1
Penularan antara manusia ke manusia
hingga saat ini belum terjadi. Di masa
mendatang penularan antar manusia mungkin
saja terjadi karena pengaruh mutasi atau
terjadi rekombinasi materi genetik antara virus
influenza manusia dengan virus avian
influenza. Hal ini akan menghasilkan jenis
virus baru yang sangat virulen, mudah
menyebar dan dapat mengakibatkan pandemi
influenza. (23)
Gejala penyakit
Pada manusia gejala awal avian influenza
mirip dengan influenza lainnya yaitu demam
tinggi, nyeri otot, mudah lelah, sakit
tenggorok, batuk dan sering disertai
Kematian
umumnya
k o n j u n t i v i t i s . (1)
disebabkan komplikasi dengan penyakit lain
s e p e r t i p n e u m o n i a , re s p i r a t o r y d i s t re s s
syndrome dan kegagalan berbagai fungsi
organ. (1,22)
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, penderita pernah
kontak dengan bahan bahan yang mengandung
Vol.24 No.4
virus avian influenza atau kontak langsung
dengan unggas yang sakit. Hal ini didukung
pemeriksaan radiologis paru dan diagnosis
laboratorium. Spesimen pemeriksaan dapat
berasal dari sputum, usap tenggorok atau
hidung dan darah (serum).
Diagnosis laboratorium meliputi
pemeriksaan deteksi antigen dengan uji
imunofluoresensi dan ELISA. Isolasi virus
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kultur
yang menggunakan biakan sel HeP-2, sel RD
atau Madin-Darby Canine Kidney cells
(MDCK), ATCC CCL3. Kemudian virus dari
biakan tersebut diidentifikasi dengan
imunofluroresensi assay yang menggunakan
antibodi monoklonal spesifik dan uji hambatan
hemaglutinasi. Pemeriksaan yang lebih
spesifik adalah dengan reverse transcriptase
PCR (RT-PCR)yang menggunakan primer
spesifik untuk mendeteksi virus RNA
influenza. (24)
Pengobatan
Bila seseorang diduga menderita flu burung,
maka pengobatan harus dilakukan secepat
mungkin tanpa harus menunggu hasil
laboratorium. Pada dasarnya obat yang
diberikan pada penderita dengan infeksi virus
H5N1 adalah sama dengan penderita infeksi
virus influenza lain. Sayangnya kini strain
H5N1 sudah banyak yang resisten terhadap
golongan amantadin dan rimantadin yang
umum dipakai untuk pengobatan influenza, (25)
tetapi masih sensitif terhadap oseltamivir dan
zanamivir. (26)
Penanganan dan Pencegahan
Pemusnahan besar besaran hewan yang
sakit merupakan satu-satunya cara yang efektif
untuk mencegah penyebaran virus avian
influenza. (1,15) Sejauh mungkin hindari kontak
langsung dengan unggas atau ayam yang sakit
187
Widyasari
flu burung. Bagi orang yang berisiko tinggi
seperti para pekerja di peternakan unggas,
penjual ayam dan petugas kesehatan
disarankan memakai masker, sarung tangan,
menjaga kebersihan pribadi, lingkungan dan
secara rutin membersihkan alat alat
peternakan, pakaian, sepatu dan kandang
ternak. (1) Kemoprofilaksis dengan oseltamivir
75mg dosis tunggal selama 7 sampai 10 hari,
dapat diberikan pada petugas kesehatan dan
orang orang yang terpapar dengan virus avian
influenza yang patogen. (22,27)
Hingga saat ini belum ada vaksin yang
efektif untuk mencegah penyakit flu burung
(H5N1) pada manusia. Vaksin yang tersedia
hanya untuk ternak. Meski demikian vaksin
influenza yang biasa dipakai untuk mencegah
flu manusia dapat diberikan pada orang dengan
risiko tinggi. (1,15)
KESIMPULAN
Avian influenza disebabkan disebabkan
virus avian influenza tipe A yang terdiri dari
subtipe H1 sampai H16 dan N1 sampai N9.
Virus ini cepat bermutasi karena bersifat
a n t i g e n i c s h i f t d a n d r i f t. H a l i n i d a p a t
membuatnya patogen bagi manusia yang
berakibat fatal. Hingga saat ini belum terjadi
penularan flu burung dari manusia ke manusia,
demikian juga belum ditemukan vaksin yang
khusus untuk mencegah infeksi virus H5N1
pada manusia. Untuk menghindari terjadinya
genetic reassortment yang dapat berkembang
menjadi pandemi dapat diberikan vaksin flu
manusia atau oseltamivir dosis tunggal selama
7 sampai 10 hari pada orang yang berisiko
tinggi. Selain itu upaya preventif utama harus
dilakukan, seperti menjaga perilaku higienis,
m e m a k a i m a s k e r, m e n i n g k a t k a n s i s t e m
imunitas serta membinasakan unggas yang
terinfeksi virus avian influenza.
188
Avian influenza pada manusia
Daftar Pustaka
1.
Padhi S, Panigrahi PK, Mahapatra S. Avian
influenza a (H5N1): a preliminary review. Indian
J Med Microbiol 2004; 22: 143-6.
2. Ligon BL. Avian influenza virus H5N1: a review
of its history and information regarding its
potential to cause the next pandemic. Semin
Pediatr Infect Dis 2005; 16: 326-35.
3. Alexander DJ. Avian diseases historical aspects.
Proceedings of the 2nd International Symposium
on Avian Influenza; 1986 Sep 3-5; U.S. Animal
Health Association. Richmond.Va.
4. Jacob JP, Butcher GD, Mather FB and Miles RD,
editors. Avian influenza in poultry. IFAS
EXTENSION 2005; 1-6. Available at : http//
edis.ifas.ufl.edu/PS032. Accessed October 19,
2005.
5. Tuszynski C. Economic impact of 1983-1984
outbreak of highly pathogenic avian influenza
in United States - Comparison with 1995.
Foreign Animal Disease Report 1995; 22: 9-10.
6. Chan PK. Outbreak of avian influenza A (H5N1)
virus infection in Hong Kong in 1977. Clin
Infect Dis 2002; 34 Suppl 2: 50-64.
7. Sims LD, Ellis TM, Liu KK, Dyrting K, Wong
H, Peiris M, et al. Avian influenza in Hong Kong
1997-2002. Avian Dis 2003; 47 Suppl 3: 8328.
8. Bridges CB, Lim W, Hu-Primmer J, Sims L,
Fukuda K, Mak KH, et al. Risk of influenza a
(H5N1) infection among poultry workers, Hong
Kong, 1997-1998. J Infect Dis 2002; 185: 100510.
9. Choi Yk, Nguyen TD, Ozaki H, Webby RJ,
Puthayathana P, Buranathal C, et al. Studies of
H5N1 influenza virus of pigs by using viruses
isolated in Vietnam and Thailand in 2004. J
Virol 2005; 79: 10821-5.
10. Keawcharoen J, Oraveerakul K, Kuiken T,
Fouchier R A M, Amonsin A, Payungporn S, et
al. Avian influenza H5N1 in tiger and leopards.
Emerg Infect Dis 2004; 10: 2189-91. Available
at http://www.cdc.gov/ncdod/EID/vol 10no12/
04-0759 html. Accessed Oktober 14, 2005.
11. Kuiken T, Rimmelzwaan G, van Amerogen G,
Baars M, Fouchier R, Osterhaus A. Avian H5N1
influenza in cats. Science 2004; 306: 241.
Universa Medicina
12. Koopmans M, Wilbeink B, Conyn M, Natrop
G, van der Nat H, Vennema H, et al.
Transmission of H7N7 avian influenza A virus
to human beings during a large outbreak in
commercial poultry farms in the Netherlands.
Lancet 2004; 363: 587-93.
13. Lee CW, Suarez DL, Tumpey TM, Sung HW,
Kwon YK, Lee YJ, et al. Characterization of
highly pathogenic H5N1 avian influenza A
viruses isolated from South Korea. J Virol 2005;
79: 3692-702.
14. Hien TT, Liem NT, Dung NT, San LT, Mai PP,
Chau NVV, et al. Avian influenza A (H5N1) in
10 patients in Vietnam. N Engl J Med 2004; 350:
1179-88.
15. Lipatov AS, Govorkova EA, Webby RJ, Ozaki
H, Peiris M, Guan Y, et al. Influenza: Emergence
and Control. J Virol 2004; 78: 8951-9.
16. CIDRAP. H5N1 Virus found near home of
Indonesian victims. Available at: http://
www.cidrap.imn.edu/cidrap/content/influenza/
avianflu/news/july2705avian.html. Accessed
August 03, 2005.
17. World Health Organization. Cumulative Number
of Confirmed Human cases of Avian Influenza
A (H5N1) Reported to WHO. Avaiable at: http:/
/www.who.int/csr/disease/Avian_influenza/
c o u n t r y / c a s e s _ t a b l e _ 2 0 0 5 _ 11 _ 0 1 / e n /
index.html. Accessed November 07, 2005.
18. Sutherland S. Orthomyxoviruses Influenza. In:
Greenwood D, slack R, Peutherer J, editors.
Medical Microbiology, A guide to microbiology
infections: pathogenesis, immunity, laboratory,
diagnosis and control. 5 th ed. Churchill
Livingstone; 1997. p. 468-72.
19. Fouchier RA, Munster V, Wallensten A,
Bestebroer TM, Herfst S, Smith D, et al.
Characterization of a novel influenza A virus
hemaglutinin subtype (H16) obtained from
black-headed gulls. J Virol 2005; 79: 2814-22.
Vol.24 No.4
20. Zhou NN, Senne DA, Landgraf JS, Erickson
SLS, Rossow K, Liu L, et al. Genetic
reassortment of Avian, Swine and Human
Influenza American Pigs. J Virol 1999; 73:
8851-56.
21. Castrucci MR, Donatelli I, Sidoli L, Barigazzi
G, Kawaoka Y, Webster RG. Genetic
reassortment between avian and human
influenza A viruses in Italian pigs. Virology
1993; 193: 503-6.
22. Yuen KY, Wong SSY. Human infection by avian
influenza A H5N1. Hong Kong Med J 2005; 11:
189-99.
23. Broor S. Recent Avian Onfluenza outbreaks: a
pandemic in the waiting. Indian J Med Microbiol
2005; 23: 72-3.
24. World Health Organization. Recommended
laboratory tests to identify influenza A/H5 virus
in specimens from patients with an influenzalike illness. 2005. Available at: http://
www.who.int/csr/disease/avian_influenza/
quidelines/avian_labtests1.pdf. Accessed
November 07, 2005.
25. Hayden FG, Hay AJ. Emergence and
transmission of influenza A viruses resistant to
amantadine and rimantadine. Curr Top
Microbiol Immunol 1992; 176: 119-30.
26. Govorkova EA, Leneva IA, Goloubeva OG,
Bush K, Webster Rg. Comparison of efficacies
of RWJ-270201, zanamivir and oseltamivir
against H5N1, H9N2, and other avian influenza
viruses. Antimicrob Agents Chemother 2001;
45: 2723-32.
27. Hayden FG, Belshe R, Villanueva C, Lanno R,
Hughes C, Small I, et al. Management of
influenza in households: a prospective,
randomized comparison of oseltamivir treatment
with or without postexposure prophylaxis. J
Infect Dis 2004; 189: 440-9.
189
Download