Modul-Praktikum

advertisement
Kimia Pertanian
MODUL 1
PENGENALAN KARAKTERISTIK BIOMOLEKUL
I. REAKSI UJI KARBOHIDRAT
1.1 Uji Molisch
Tujuan
: membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif
Bahan
: larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan
amilum 1%, pereaksi Molisch, H2SO4 pekat
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur
: Tambahkan 5 tetes pereaksi Molisch ke dalam tabung-tabung reaksi yang
telah berisi 2 ml larutan-larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum,
lalu campurkan dengan baik. Miringkan tabung reaksi, kemudian dengan
hati-hati dan perlahan-lahan tambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding
tabung agar tidak bercampur.
Reaksi
: terbentuk cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
Pengamatan:
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%
Hasil Uji
Karbohidrat (+/-)
1.2 Uji Benedict
Tujuan
: membuktikan adanya gula reduksi
Bahan
: larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan
amilum 1%, pereaksiBenedict
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, lampu spirtus, alat penangas
Prosedur
: Tambahkan 10 tetes dari setiap larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa,
sukrosa, dan amilum) ke dalam masing-masing tabung yang telah berisi 2
ml reagen Benedict, campurkan dengan baik. Tempatkan semua tabung di
dalam penangas air didih selama tiga menit, biarkan mendingin, lalu
perhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
Reaksi
: terbentukendapan warna biru kehijauan (+), kuning (++), atau merah bata
(+++) tergantung kadar gula pereduksi yang ada.
Pengamatan:
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%
Hasil Uji
1
Gula reduksi (+/-)
Kimia Pertanian
1.3 Uji Tollens
Tujuan
: untuk membuktikan adanya gugus aldehid dan keton pada karbohidrat
Bahan
: larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan
amilum 1%, pereaksiTollens
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, lampu spirtus
Prosedur
: Tambahkan 1 ml pereaksi Tollens pada setiap tabung reaksi yang berisi
larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum) sebanyak 1mL
Campurkan dengan baik dan panaskan di atas api selama 1 menit. Amati
perubahan yang terjadi, bandingkan hasil pengamatan dengan kontrol yang
dibuat dengan cara menambahkan 1 mL pereaksi tollens pada tabung reaksi
berisi air
Reaksi
: terbentuk cincin perak atau endapan perak yang berwarna hitam atau abuabu.
Pengamatan:
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%
Hasil Uji
Gugus aldehid dan keton (+/-)
1.4 Uji Iodin
Tujuan
: membuktikan adanya polisakarida (amilum, dekstrin, glikogen)
Bahan
: larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan
amilum 1%, larutan dekstrin 1%, larutan glikogen 1%, pereaksi Iodium
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur
: Tambahkan 5 tetes pereaksi Iodium pada setiap tabung reaksi yang berisi
larutan karbohidrat sebanyak 1mL (glukosa, fruktosa, sukrosa, amilum,
dekstrin, glikogen). Campurkan dengan baik dan amati perubahan warna
yang terjadi.
Reaksi
: terbentuk warna biru, merah anggur, dan merah coklat
Pengamatan:
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%
Dextrin 1%
Glikogen 1%
Hasil Uji
2
Polisakarida (+/-)
Kimia Pertanian
1.5 Hidrolisis Pati briefing teknis!
Tujuan
: mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati)
Bahan
: larutan amilum 1%, HCl 2N, NaOH 2%, pereaksi Benedict, kertas lakmus
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes, alat penangas, lampu spirtus, penjepit tabung
Prosedur
: masukkan sebanyak 5 ml amilum ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2,5 ml HCl 2N, campurkan hingga homogen dan masukkan ke
dalam air mendidih. Setelah 3 menit, ambil 2 tetes larutan tersebut dan
tambahkan 2 tetes pereaksi Iodium, catat perubahan warna yang terjadi.
Ulangi setiap 3 menit sampai diperoleh warna kuning pucat. Hidrolisis
dilanjutkan selama 5 menit, kemudian larutan didinginkan. Larutan
dinetralkan dengan menambahkan NaOH 2% (uji dengan kertas lakmus),
kemudian diuji dengan pereaksi Benedict. Simpulkan apa yang dihasilkan
dari hidrolisis pati.
Reaksi
: Terjadi perubahan warna larutan mulai warna biru, ungu, merah, kuning
coklat, sampai kuning setelah diuji dengan Iodium selama proses hidrolisis
Pengamatan:
Waktu hidrolisis
(menit)
3
6
9
12
15
Hasil Uji Iodium
Hasil Hidrolisis
Hasil uji Benedict: …………………..
II. REAKSI UJI LEMAK
2.1 Uji Kelarutan Lemak
Tujuan
: mengetahui kelarutan lemak pada berbagai pelarut
Bahan
: minyak kelapa, aquades, HCl 2N, Na2CO3 1%, alkohol 96%, eter,
kloroform, benzene
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur
: Isilah tabung reaksi berturut-turut dengan aquades, HCl, Na2CO3, alcohol,
eter, kloroform, dan benzene masing-masing 1 ml. Tambahkan ke dalam
masing-masing tabung 2 tetes minyak kelapa. Kocok sampai homogen,
biarkan beberapa saat, kemudian amati sifat kelarutannya
Reaksi
: larut/tidak larut/membentuk emulsi
Pengamatan:
Bahan
Minyak + aquades
Minyak + HCl 2N
Minyak + Na2CO3
Hasil Uji
3
Hasil uji: larut/tidak larut/emulsi
Kimia Pertanian
Minyak + alkohol
Minyak + eter
Minyak + kloroform
Minyak + benzene
2.2 Uji Keasaman
Tujuan
: mengetahui sifat asam dan ketengikan minyak
Bahan
: minyak kelapa, minyak kelapa tengik, kertas lakmus/indikator universal
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur
: pipet minyak kelapa dan minyak kelapa tengik, teteskan pada kertas
lakmus/indikator universal. Amati perubahan warna pada lakmus.
Reaksi
: Minyak yang asam akan merubah lakmus biru menjadi merah
Pengamatan:
Bahan
Minyak kelapa
Minyak kelapa tengik
Hasil Uji Lakmus
Asam (+/-)
2.3 Uji Peroksida
Tujuan
: mengetahui kandungan peroksida di dalam minyak
Bahan
: minyak olive/zaitun, minyak kelapa tengik, asam asetat glasial, larutan
KI 10%, kloroform
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Larutkan masing-masing 1 ml minyak olive dan minyak kelapa tengik di
dalam 1 ml kloroform, tambahkan 2 ml asam asetat glasial dan satu tetes
larutan KI 10%, aduk dengan baik dan biarkan selama 5 menit. Catat
perbahan yang terjadi.
Reaksi
: Adanya peroksida ditunjukan dengan pembebasan Iodin (warna biru).
Pengamatan:
Bahan
Minyak kelapa tengik
Minyak olive
Hasil Uji
Peroksida (+/-)
2.4 Uji Ketidakjenuhan Minyak
Tujuan
: mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
Bahan
: minyak kelapa, margarin, kloroform, larutan iodin
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Larutkan masing-masing 1 ml minyak kelapa dan margarin di dalam 2
ml kloroform. Tambahkan tetes demi tetes air Brom sehingga warna
merah air brom tidak berubah. Hitung jumlah tetesan air Brom yang
dibutuhkan. Bandingkan jumlah tetesannya.
Reaksi
: Asam lemak tak jenuh akan menghilangkan warna air brom
4
Kimia Pertanian
Pengamatan:
Bahan
Minyak kelapa
Margarin
Jumlah tetesan Brom
Kesimpulan
III. REAKSI UJI PROTEIN
3.1 Uji Biuret
Tujuan
: Membuktikan adanya molekul-molekul peptide pada protein
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, NaOH 2,5N, CuSO4 0,01M
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 M ke dalam 3 ml larutan protein (telur, susu,
kedelai) dan aduk dengan baik. Tambahkan 3 tetes CuSO4 0,2 M. Aduk
jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
Reaksi
: Membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
Pengamatan:
Bahan
Putih telur
Susu Murni
Sari Kedelai
Hasil Uji Biuret
Peptida (+/-)
3.2 Pengendapan Protein
3.2.1 Pengendapan dengan garam
Tujuan
: Pengaruh garam jenuh terhadap kelarutan protein
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, susu kedelai, (NH4)2SO4 jenuh, NaCl
5%, CaCl2 5%
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan
protein (telur, susu). Ke dalam masing-masing tabung tambahkan
(NH4)2SO4 jenuh, NaCl 5%, dan CaCl2 5% tetes demi tetes sampai
timbul endapan. Tambahkan kembali air sampai berlebihan, kocok
tabung dan amati perubahan yang terjadi.
Reaksi
: Terbentuk endapan akibat pemisahan protein oleh garam (salting out)
Pengamatan:
Bahan
Jumlah tetesan
(NH4)2SO4 jenuh NaCl 5%
Putih telur
Putih telur
Putih telur
Susu Murni
Susu Murni
5
CaCl2 5%
Salting out (+/-)
Kimia Pertanian
Susu Murni
Susu Kedelai
Susu Kedelai
Susu Kedelai
3.2.2 Pengendapan dengan logam
Tujuan
: Pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, susu kedelai, Pb asetat 0,2 M, HgCl2
0,2 M, CuSO4 0,2 M
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan
protein (telur, susu). Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 5
tetes Pb asetat 0,2 M, HgCl2 0,2 M, CuSO4 0,2 M. Amati perubahan
yang terjadi.
Reaksi
: Terbentuk endapan akibat denaturasi irreversible oleh logam berat
Hg2+, Pb2+, dan Cu2+
Pengamatan:
Bahan
Putih telur
Putih telur
Putih telur
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Kedelai
Susu Kedelai
Susu Kedelai
Pb asetat 0,2 M
HgCl2 0,2 M
CuSO4 0,2 M
Denaturasi (+/-)
3.3.3 Pengendapan oleh asam encer dan alkohol
Tujuan
: Pengaruh asam encer dan alkohol terhadap kelarutan protein
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, susu kedelai, asam asetat encer,
etanol 96%
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes
Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan
protein (telur, susu). Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1
mlasam asetat encer dan etanol 96%. Amati perubahan yang terjadi.
Reaksi
: Terbentuk endapan akibat denaturasi irreversible oleh asam organik
dan alcohol
Pengamatan:
Bahan
Putih telur
Asam asetat encer
6
Etanol 96%
Denaturasi (+/-)
Kimia Pertanian
Putih telur
Susu Murni
Susu Murni
Susu Kedelai
Susu Kedelai
3.4 Uji Asam Amino
3.4.1 Uji Millon
Tujuan
: Membuktikan adanya asam amino tirosin
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, susu kedelai, pereaksi Millon
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, alat pemanas
Prosedur : Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 3 ml larutan protein
(susu, telur), panaskan campuran baik-baik dan amati perubahan yang
terjadi.
Reaksi
: Terbentuk warna merah yang merupakan garam merkuri dari asam
amino tirosina yang ternitrasi.
Pengamatan:
Bahan
Putih telur
Susu Murni
Susu Kedelai
Hasil Uji Millon
Tirosin (+/-)
3.4.2 Uji Ninhidrin
Tujuan
: Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
Bahan
: Putih telur/albumin, susu murni, susu kedelai, pereaksi Ninhidrin
0,1%
Alat
: tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, alat pemanas
Prosedur : Tambahkan 10 tetes pereaksi Ninhidrin ke dalam 3 ml larutan protein
(susu, telur), panaskan campuran baik-baik dan amati perubahan yang
terjadi.
Reaksi
: Adanya asam amino bebas di dalam protein akan membentuk
kompleks berwarna biru setelah bereaksi dengan ninhidrin, tetapi
asam amino prolin dan hidroksiprolin akan menghasilkan warna
kuning.
Pengamatan:
Bahan
Putih telur
Susu Murni
Susu Kedelai
Hasil Uji Ninhidrin
7
Jenis asam amino
Kimia Pertanian
IV. REAKSI UJI ENZIM
4.1 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Tujuan
: Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Bahan
: Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, larutan iodium, pereaksi
Benedict
Alat
: waterbath, alat pemanas, tabung reaksi, gelas kimia, pipet ukur
Prosedur
: Sebanyak 5 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml larutan
amilum, tambahkan masing-masing 1 ml enzim amylase. Tabung 1
masukkan ke dalam lemari es, tabung 2 disimpan pada suhu kamar,
tabung 3 disimpan pada waterbath suhu 37-40oC, tabung 4 disimpan
pada waterbath dengan suhu 75-80oC, tabung 5 disimpan di dalam air
mendidih. Biarkan di dalam masing-masing tempat selama 15 menit.
Larutan dibagi 2 dan masing-masing diuji dengan 2 tetes larutan iodium
dan dengan 1 ml pereaksi Benedict. Catat perubahan yang terjadi.
Pengamatan:
No Tabung
Suhu (oC)
1
2
3
4
5
0-10
25-30
30-40
75-80
100
Perubahan Warna
Uji Iodium
Uji Benedict
4.2 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Tujuan
: Mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Bahan
: Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, HCl 0,4% (pH = 1), aquades (pH
= 7), larutan Na2CO3 1% (pH = 9), larutan iodium, pereaksi Benedict
Alat
: tabung reaksi, pipet ukur, alat pemanas
Prosedur
: Sediakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan 1 ml HCl 0.4%,
tabung 2 dengan 1 ml aquades, tabung 3 diisi dengan 1 ml Na2CO3 1%.
Ke dalam masing-masing tabung diisi 2 ml larutan amilum dan 1 ml
enzim amylase. Campurkan sampai homogen, dan biarkan selama 15
menit. Larutan dibagi menjadi 2 bagian dan diuji dengan larutan iodium
dan pereaksi Benedict. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
Pengamatan:
No Tabung
pH
1
2
3
1.0
7.0
9.0
Perubahan Warna
Uji Iodium
8
Uji Benedict
Kimia Pertanian
4.3 Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Tujuan
: Mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Bahan
: Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, larutan iodium, pereaksi
Benedict
Alat
: tabung reaksi, pipet ukur, alat pemanas
Prosedur
: Sediakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1, 2, dan 3 masing-masing diisi
berturut-turut dengan 0,5, 1,0, dan 1,5ml enzim amylase. Ke dalam
masing-masing tabung diisi 2 ml larutan amilum. Campurkan sampai
homogen, dan biarkan selama 15 menit. Larutan dibagi menjadi 2
bagian dan diuji dengan larutan iodium dan pereaksi Benedict. Amati
dan catat perubahan yang terjadi.
Pengamatan:
No Tabung
1
2
3
Perubahan Warna
Uji Iodium
Uji Benedict
Konsentrasi enzim
α-amylase (ml)
0,5
1,0
1,5
9
Kimia Pertanian
MODUL 2
ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA BIOMOLEKUL
I. KARBOHIDRAT
1.1 Penentuan kadar gula pereduksi metode Nelson-Somogyi
Alat : gelas piala 250 ml, blender, pH meter, penangas, corong, labu takar 250 ml, tabung
reaksi, vortex, spektrofotometer
Bahan : alkohol 80%, CaCO3, kertas saring, Na-oxalate kering, pereaksi tembaga sulfat,
pereaksi arsenomolibdat, contoh padat (tepung-teepungan dan buah-buahan)
Pereaksi tembaga sulfat: larutkan 28 g Na2HPO4 anhidrous dan 4g KNa tartrat
dalam 700 ml air, tambahkan 100 ml NaOH 1N sambil diaduk, kemudian tambahkan
80 ml CuSO4 10% (w/w). Tambahkan 180 g Na2SO4 anhidrous, kemudian tepatkan
larutan menjadi 1 liter. Biarkan selama satu malan, kemudian dekantasi supernatant
jernih atau dengan cara disaring.
Pereaksi arsenomolibdat: larutkan 25g ammonium molibdat dalam 450 ml air,
tambahkan 21 ml H2SO4 pekat, campur merata. Tambahkan 3g NaHAsO4.7H2O
yang sudah dilarutkan dalam 25 ml air. Aduk dan inkubasi pasa 37oC selama 24-48
jam. Simpan di dalam botol coklat di dalam lemari.
Prosedur kerja:
a. Persiapan contoh padat
- 10 g contoh padat dalam gelas piala, tambahkan 10 ml alkohol 80%.
- Hancurkan contoh dengan waring blender sampai semua gula terekstrak.
- Pindahkan hancuran contoh ke dalam gelas piala lain secara kuantitatif.
- Saring contoh dan pindahkan filtrat yang diperoleh ke dalam gelas piala lain.
- Cuci sisa padatan pada kertas saring dengan alkohol 80% sampai seluruh gula terlarut
masuk kedalam fasa filtrat.
- Ukur nilai pH dari filtrat contoh. Bila asam, tambahkan CaCO3 sampai basa dan
panaskan pada penangas air 100oC selama 30 menit.
- Saring contoh dengan kertas saring whatman nomer 2.
- Uapkan alkohol dari contoh dengan memanaskan filtrat pada penangas air 85oC.
- Jika masih ada endapan,saring kembali contoh. Tambahkan Pb asetat bila larutan
keruh atau berwarna. Tambahkan Na-oksalat kering sebanyak 0,5 g untuk
mengendapkan Pb dan saring kembali contoh.
- Pindahkan filtrate kedalam labu takar 250 ml. tepatkan volume sampai tanda tera
dengan air destilata.
- Kocok labu takar, dan larutan siap digunakan.
b. Pembuatan Kurva Standar
- Buat larutan glukosa standar (10 mg/100 ml), kemudian dilakukan 9 kali pengenceran
sehingga diperoleh larutan glukosa standar dengan konsentrasi masing-masing 0,1;
0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 10 mg/100 ml.
- Siapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, isilah masing-masing dengan
1 ml larutan glukosa standar di atas, dan satu tabung dengan 1 ml aquades sebagai
blanko.
10
Kimia Pertanian
-
-
Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi tembaga sulfat, tempatkan
tabung reaksi dalam penangas air 100oC selama 15 menit, kemudian dinginkan
dengan merendam tabung dalam air dingin.
Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi arsenomolibdat, vortex.
Encerkan sampai volume 10 ml, tergantung kepekatan warna larutan
Ukur absorbans masing-masing larutan pada 540 nm.
Buat kurva standar dari larutan glukosa standar yang menunjukkan hubungan antara
kadar glukosa dan absorbansi
c. Analisis Gula Reduksi
- Pipet sebanyak 1 ml larutan dari hasil persiapan contoh ke dalam 3 buah tabung
reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml pereaksi tembaga sulfat.
- Tempatkan tabung reaksi dalam penangas air 100oC selama 15 menit, kemudian
dinginkan dengan merendam tabung dalam air dingin.
- Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi arsenomolibdat, vortex.
- Encerkan sampai volume 10 ml, tergantung kepekatan warna larutan.
- Ukur absorbans masing-masing larutan pada 540 nm.
- Hitung kadar gula pereduksi (mg/100 ml) dengan membandingkannya dengan kurva
standar.
II. LEMAK
2.1 Tes Penentuan Tingkat Ketengikan/Angka Peroksida dari minyak
Alat : Buret standar, Erlenmeyer 250 cc
Bahan
: Minyak tengik/jelantah, Na2S2O3 0,1 N, Larutan KI 20% jenuh, Larutan asam
asetat-kloroform (3:2), Larutan amilum 1%
Prosedur :
- Timbang 5 gram contoh minyak jelantah dan masukan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan
tambahkan ± 10 ml larutan asam asetat-kloroform (3:2), goyangkan larutan sampai bahan
terlarut semua. Tambahkan 2 ml larutan KI 20% kemudian tambahkan 30 ml aquades.
Diamkan selama 10 menit dalam ruang gelap.
- Tambahkan 0,5 ml larutan amilum 1 % untuk melihat adanya iodium yang dibebaskan.
- Titrasi kelebihan iod dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna biru mulai hilang.
- Dengan cara yang sama lakukan penetapan untuk blanko.
- Angka peroksida dinyatakan dalam mili ekuivalen dari peroksida setiap 1000 gram
contoh :
𝐴 × π‘ × 1000
π΄π‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘œπ‘˜π‘ π‘–π‘‘π‘Ž =
𝑔 π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘œβ„Ž
A = volume Na2S2O3 contoh – volume Na2S2O3 blanko
N = Normalitas Na2S2O3
2.2 Tes Asam Lemak Bebas (free fatty acid)
Alat
Bahan
: Buret standar, Erlenmeyer 250 cc
: Minyak kelapa, alkohol netral, fenolftalein, NaOH 0,1N
Prosedur :
11
Kimia Pertanian
-
-
-
Minyak diaduk dan berada dalam keadaan cair pada waktu diambil contohnya. Masukkan
sebanyak 20 g minyak kelapa, masukkan kedalam Erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol
netral, kemudian panaskan sampai mendidih di dalam penangas selama 10 menit.
Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH
yang telah distandarkan sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 10
detik.
Persen lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan minyak dan lemak. Untuk
minyak kelapa dan inti kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat.
Asam lemak bebas dinyatakan sebagai %FFA atau angka asam.
πΎπ‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘Žπ‘ π‘Žπ‘š =
𝑉 π‘π‘Žπ‘‚π» × π‘ π‘π‘Žπ‘‚π» × 282
𝑔 π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘œβ„Ž
𝑉 π‘π‘Žπ‘‚π» × π‘ π‘π‘Žπ‘‚π» × 40
𝑔 π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘œβ„Ž
Bilangan asam = mg NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan setiap gram contoh.
III.
PROTEIN
3.1 Penentuan kadar protein (metode Lowry)
π΅π‘–π‘™π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘Žπ‘ π‘Žπ‘š =
Bahan:
- Contoh protein : tempe, tahu, telur, susu, dll.
- Reagen pembentuk kompleks: Siapkan segera sebelum digunakan campuran dari
ketiga larutan-larutan berikut dengan perbandingan 100:1:1
Larutan A: 2%b/v Na2CO3 dalam akuades
Larutan B: 1%b/v CuSO4.5H2O dalam akuades
Larutan C: 2%b/v Kalium Natrium tartrat dalam akuades
- Reagen Folin-Ciocalteu 1N
- Larutan Standar: Gunakan larutan stok standard protein (misalnya albumin) yang
mengandung 0,25 mg/mL protein dalam akuades.
Prosedur kerja:
a. Persiapan contoh
- Contoh harus berupa cairan, bila berbentuk padatan harus dihancurkan terlebih
dahulu.
- Timbang sebanyak 5 g contoh protein, hancurkan dan tambahkan air 10 ml, saring.
Cuci endapan dalam saringan dengan air 10 ml.
- Filtrat yang diperoleh disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm
sehingga diperoleh supernatant.
- Supernatant dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan air sampai tanda tera
dan kocok.
- Perhatikan factor pengenceran!
b. Pembuatan larutan standar:
- Siapkan 7 buah tabung reaksi, masukan larutan standar protein : 0 (blanko), 0,1; 0,2;
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ml. Tambahkan aquades sampai volume total masing-masing 4 ml.
- Tambahkan 5 mL reagen pembentuk kompleks. Biarkan larutan selama 10 menit pada
suhu kamar.
- Tambahkan 0.5 mL reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex, biarkan
selama 30-60 menit (jangan sampai lebih dari 60 menit) sampai warna biru terbentuk.
- Baca absorbansi pada 650 nm, dan buatlah kurva standar.
c. Penetapan contoh
12
Kimia Pertanian
-
Masukkan sebanyak 1,0 ml contoh protein, kemudian tambahkan aquades sampai
volume 4 ml.
Tambahkan 5 mL reagen pembentuk kompleks. Biarkan larutan selama 10 menit pada
suhu kamar.
Tambahkan 0.5 mL reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex, biarkan
selama 30-60 menit (jangan sampai lebih dari 60 menit) sampai warna biru terbentuk.
Baca absorbansi pada 650 nm, dan hitung kadar protein berdasarkan kurva standar..
13
Kimia Pertanian
MODUL 3
PENGENALAN KARAKTERISTIK ION DI DALAM TANAH
3.1 Tujuan
Mengenal sifat kualitatif dan reaksi-reaksi anion dan kation yang umum terdapat di
dalam larutan tanah.
3.2 Bahan dan alat
Bahan yang dibutuhkan adalah larutan Na2CO3, Ca(OH)2, Ba(OH)2, HCl encer,
Na2SO4, BaCl2, NaCl, AgNO3,NH4OH, Pb asetat, NaNO3, FeSO4, H2SO4 pekat, H2SO4
encer, Na2HPO4, NH4Cl, MgCl2, Amonium molibdat, HNO3 pekat, ZnSO4, NaOH, FeCl3,
MnSO4, PbO2, KCl, Amonium sulfat, lakmus merah, CaCl2, Amonium karbonat, Na oksalat.
Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, penjepit tabung, lampu spirtus, alat penangas, dan
kawat NiCr.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Reaksi-reaksi anion
(Volume larutan yang digunakan sebanyak 1 ml)
a. HCO3-/CO32-
: Dengan Ca(OH)2
Pada larutan natrium karbonat ditambahkan air kapur, kemudian
asamkan dengan asam klorida encer. Amati apa yang terjadi
sebelum dan sesudah diasamkan.
Dengan Ba(OH)2
Pada larutan natrium karbonat tambahkan asam klorida encer
kemudian gas yang ditampung dengan air barit, amati endapan
yang terjadi pada air barit tersebut.
b. SO42-
: Dengan larutan BaCl2
Pada larutan natrium sulfat ditambahkan larutan barium klorida.
Kemudian diasamkan dengan asam klorida encer. Amati apa yang
terjadi sebelum dan sesudah diasamkan.
c. Cl-
: Dengan larutan AgNO3
Pada larutan natrium klorida ditambahkan beberapa tetes larutan
perak nitrat sebanyak tiga tetes. Kemudian ditambahkan larutan
ammonia dan kocoklah campuran tersebut. Amati apa yang
terjadi sebelum dan sesudah penambahan ammonia.
Dengan Pb asetat
Pada larutan natrium klorida ditambahkan larutan timbal asetat.
Panaskan campuran tersebut kemudian didinginkan. Amati apa
yang terjadi sebelum dan sesudah dipanaskan dan didinginkan
kembali.
d. NO3-
: Dengan FeSO4 dan H2SO4 pekat
Pada larutan natrium nitrat ditambahkan larutan ferro sulfat.
Miringkan tabung reaksi kira-kira 45° melalui dinding tabung,
alirkan dengan hati-hati asam sulfat pekat sehingga terbentuk dua
lapisan. Amati batas antara kedua lapisan tersebut.
14
Kimia Pertanian
e. PO43-
: Dengan NH4Cl dan MgCl2
Pada larutan garam fosfat ditambahkan larutan ammonium
klorida dan larutan magnesium klorida, amati apa yang terjadi.
Dengan larutan Amonium Molibdat
Pada larutan garam fosfat ditambahkan larutan ammonium
molibdat dan asam nitrat pekat. Panaskan campuran tersebut
selama beberapa menit.
3.3.2 Reaksi-reaksi kation
a. Zn2+
: Dengan asam
Isi dua buah tabung reaksi masing-masing dengan asam sulfat
encer dan asam asetat encer. Masukan ke dalam tiap-tiap tabung
sepotong logam seng. Bandingkan reaksi yang terjadi dari kedua
tabung tersebut.
Dengan NaOH
Pada larutan seng sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan natrium
hidroksida. Kemudian ditambah lagi natrium hidroksida sampai
berlebihan dan kocoklah campuran tersebut.
Dengan NH4OH
Pada larutan seng sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan ammonia.
Kemudian ditambah lagi sampai berlebihan dan kemudian
kocoklah campuran tersebut. (Jelaskan perbedaan dengan reaksi
dengan natrium hidroksida).
b. Al3+
: Dengan NaOH
Pada larutan alumunium klorida tambahkan natrium hidroksida
sebanyak 2-3 tetes. Kemudian tambahkan lagi sampai berlebihan.
Dengan NH4OH
Pada larutan alumunium klorida tambahkan 2-3 tetes larutan
ammonia. Kemudian tambah lagi sampai berlebihan. Bandingkan
reaksi NH4OH dengan NaOH.
c. Fe2+ dan Fe3+
: Dengan NaOH atau NH4OH
Isilah dua buah tabung reaksi masing-masing dengan larutan fero
sulfat dan ferriklorida, tambahkan pada masing-masing tabung 23 tetes natrium hidroksida atau amonia kemudian bandingkan.
d. Mn2+
: Dengan NaOH
Pada larutan mangan sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan natrium
hidroksida kemudian biarkan selama beberapa menit.
Dengan PbO2 dan HNO3 pekat
Pada larutan mangan sulfat tambahkan asam nitrat pekat dan
timbal oksida kemudian panaskan campuran tersebut. Perhatikan
warna ungu (violet) yang terjadi.
e. Mg2+
: Dengan Na2HPO4 dan NH4OH
Pada larutan magnesium sulfat ditambahkan garam fosfat dan
ammonia sampai bereaksi basa. Panaskan campuran tersebut di
atas api kecil dan amati apa yang terjadi.
f. Na+
: Dengan reaksi nyala
15
Kimia Pertanian
Bersikan kawat NiCr dengan cara mencelupkan ke dalam larutan
pekat kemudian membakarnya dengan nyata pembakar, ulang
pekerjaan ini berulang-ulang sampai nyalanya tak berwarna
(nyata pembakar). Kemudian celupkan kedalam larutan natrium
klorida kemudian bakar seperti di atas, perhatikan nyala yang
timbul.
g. K+
: Dengan reaksi nyala
Lakukan seperti pemeriksaan Na+ dengan reaksi nyata.
h. NH4+
: Dengan larutan basa
Pada larutan ammonium klorida atau ammonium sulfat
tambahkan larutan natrium hidroksida, panaskan, uap yang keluar
ditampung dengan kertas lakmus merah basah, perhatikan warna
kertas lakmus.
i. Ca2+
: Dengan larutan karbonat
Pada larutan kalsium klorida tambahkan ½ ml larutan ammonium
karbonat, kocok. Amati apa yang terjadi. Kemudian asamkan
dengan asam klorida encer, kocok, amati apa yang terjadi.
Dengan larutan oksalat
Pada larutan kalsium klorida tambahkan ½ ml larutan natrium
oksalat atau ammonium oksalat, kocok, amati apa yang terjadi.
Kemudian asamkan dengan asam klorida encer, kocok, amati apa
yang terjadi.
Tugas : Tuliskan reaksi kimia yang terjadi dari masing-masing percobaan!
16
Kimia Pertanian
MODUL 4
ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH (pH TANAH)
4.1 Persiapan contoh tanah
4.1.1 Tujuan
Mempersiapkan contoh tanah dengan baik untuk selanjutnya dilakukan analisis sifat
kimianya agar menghasilkan data yang cukup akurat.
4.1.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari tampah, mortar dan lumpang porselen, ayakan
halus, botol bersih, kertas sampul, oven. Bahan adalah tanah yang diambil dari lapangan
dengan lokasi dan kedalaman tertentu air.
4.2.3 Prosedur kerja
a. Contoh disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas sampul., akar-akar atau sisa
tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang, bongkahan besar dikecilkan dengan
tangan, dan kering anginkan atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 oC.
b. Contoh tanah ditumbuk pada lumpang porselen atau mesin giling dan diayak dengan
ayakan dengan ukuran lubang sesuai kebutuhan (<2 mm atau < 0,5 mm).
c. Simpan contoh yang akan dianalisis pada botol bersih atau plastic dan kemudian diberi
label.
4.2 Penetapan kadar air kering mutlak
4.2.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air kering mutlak contoh tanah.
4.2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari cawan porselen, penjepit, oven, eksikator, dan
neraca analitik. Bahan adalah contoh tanah yang akan diukur kadar airnya.
4.2.3 Prosedur kerja
a. Timbang 5 g contoh tanah kering udara dalam cawan porselen kering yang sudah
diketahui bobotnya.
b. Keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
c. Angkat cawan dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
d. Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
e. Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100%
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – kadar air)
4.3 Penetapan pH tanah
4.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui nilai pH H2O dan pH KCl contoh tanah di laboratorium
dibandingkan dengan pH tanah di lapangan.
4.3.2 Dasar penetapan
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan
sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh
17
Kimia Pertanian
alat dan dikonversi dalam skala pH. Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan
keasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan
(potensial).
4.3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah neraca analitik, botol kocok/erlenmeyer 100 ml, gelas
ukur 25 ml, shake inkubator, pH meter, soil pH tester. Bahan yang diperlukan adalah air
bebas ion, larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0 KCl 1 M.
4.3.3 Prosedur kerja
a. Di laboratorium
Contoh tanah ditimbang 5 g sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer. Tambahkan 25 ml air bebas ion ke dalam erlenmeyer yang satu (pH
H2O) dan 25 ml KCl 1 M ke dalam erlenmeyer lainnya (pH KCl). Kocok dengan tangan
selama 15 menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0. Hitung nilai pH H2O dan pH KCl contoh
tanah.
b. Di lapangan
Atur jarum penunjuk soil pH tester pada pH 7. Bila tanah yang akan diukur pH-nya dalam
keadaan kering maka harus dibasahi terlebih dahulu dengan air. Tancapkan bagian
runcing dari pH tester ke dalam tanah yang akan diukur pH-nya sedalam 15-20 cm,
biarkan selama 3 menit sampai jarum penunjuk bergerak ke arah nilai pH terukur dan
catat angkanya. Ulangi pada tempat yang berbeda hingga diperoleh tiga angka
pengukuran untuk mendapatkan nilai pH rata-rata. Sebelum digunakan di tempat yang
lain, maka elektroda pH tester harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air.
4.4 Penetapan kebutuhan kapur
4.4.1 Tujuan
Untuk menghitung kebutuhan kapur (CaCO3) yang harus ditambahkan ke dalam tanah
untuk mencapai pH tanah yang diinginkan.
4.4.2 Dasar penetapan
Jumlah kapur yang diperlukan untuk meningkatkan pH suatu tanah masam ke pH
yang diinginkan ditetapkan berdasarkan kurva hubungan penambahan larutan basa dengan
pH tanah yang dicapai. Jumlah basa yang digunakan setara dengan kebutuhan kapur yang
nilainya dikonversi ke dalam satuan bobot CaCO3 per ha.
4.4.3 Alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan adalah neraca analitik, erlenmeyer 100 ml, pipet volumetric,
labu ukur 25 ml, pH meter, buret. Bahan yang diperlukan adalah NaOH 0,02 N (larutan ini
ditetapkan dengan HCl 0,02 N setiap kali dipakai), HCl 0,02 N, larutan buffer pH 7,0 dan pH
4,0.
4.4.4 Prosedur kerja
a. Timbang 10 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masing-masing
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
b. Tambahkan dengan pipet larutan NaOH 0,02 N masing-masing sebanyak 0; 2; 4; 6; 8 dan
10 ml dan air bebas ion sehingga jumlah setiap larutan menjadi 25 ml (air ditambahkan
18
Kimia Pertanian
terlebih dahulu sebelum larutan NaOH 0,02 N). Penambahan NaOH ini menghasilkan
deret penambahan basa 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16 dan 0,20 me (mili equivalent).
c. Kocok campuran selama 15 menit dan ukur pH suspensi dengan alat pH meter yang telah
dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan 4,0.
d. Buat kurva hubungan me NaOH yang diperlukan dengan pH tanah yang dihasilkan atau
gunakan persamaan regresi. Dapatkan me NaOH yang menghasilkan pH yang
dikehendaki dan hitung kebutuhan kapurnya sebagai berikut:
Kebutuhan kapur (CaCO3 ku/ha) = (me NaOH x 50) x 10-8 x (15 x 108) x fk
= me NaOH x 750 x fk
Keterangan:
50 = Mr/2 CaCO3 (Mr CaCO3 = 100; me NaOH setara me CaCO3 = 100/2 = 50 mg)
10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO3 (100 kg x 1.000.000 mg = 100.000.000 mg)
1,5 x 108 = konversi g contoh ke ha (15 cm x 10.000 cm x 10.000 cm = 1.500.000.000
cm3 = 15/10 x 108)
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – % kadar air)
Catatan:
Kedalaman lapisan olah 15 cm dan BD (bulk density) tanah dianggap 1 (g/cm3).
19
Kimia Pertanian
MODUL 5
PENETAPAN C-ORGANIK TANAH DAN PUPUK ORGANIK
(Metode Walkley & Black)
5.1 Persiapan contoh pupuk organik
5.1.1 Tujuan
Mempersiapkan contoh pupuk organik untuk selanjutnya dilakukan analisis sifat
kimianya agar menghasilkan data yang cukup akurat.
5.1.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari tampah, mortar dan lumpang, ayakan, botol
bersih. Bahan adalah pupuk organik yang berupa pupuk kandang, kompos, bokashi, maupun
jenis pupuk organik lainnya yang sudah matang dan dikeringanginkan.
5.1.3 Prosedur kerja
d. Contoh disebarkan di atas tampah atau lantai untuk dikeringkan.
e. Contoh pupuk yang kasar ditumbuk pada lumpang porselen atau mesin giling dan diayak
dengan ayakan dengan ukuran lubang <2 mm.
f. Simpan contoh pupuk organic yang akan dianalisis pada botol bersih atau plastik dan
kemudian diberi label.
5.2 Penetapan kadar air kering mutlak
5.2.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air kering mutlak contoh pupuk organik.
5.2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari cawan porselen, penjepit, oven, desikator, dan
neraca analitik. Bahan adalah contoh pupuk organik yang akan diukur kadar airnya.
5.2.3 Prosedur kerja
f. Timbang 5 g contoh pupuk kering angin dalam cawan porselen kering yang sudah
diketahui bobotnya.
g. Keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
h. Angkat cawan dengan penjepit dan masukkan ke dalam desikator.
i. Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
j. Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100%
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – kadar air)
5.3 Penetapan kadar C-organik dan kadar bahan organic tanah dan pupuk organik
5.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan C-organik dan bahan organik yang terdapat pada
contoh tanah dan pupuk organik.
5.3.2 Dasar penetapan
Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi
Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Kelebihan ion dikromat dititrasi dengan ion
ferro.
20
Kimia Pertanian
5.3.3 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan adalah buret, erlenmeyer 250 ml, dan pipet volume 10 ml
dan 25 ml. Bahan yang digunakan adalah contoh tanah, contoh pupuk organik, asam sulfat
pekat, kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N, FeSO4 0,5 N atau Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O 0,5 N,
H3PO4 85%, NaF, indikator difenilamin 1%.
5.3.4 Prosedur kerja
a. Timbang 0,5 g contoh tanah halus, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan
10 ml K2Cr2O7 1 N, lalu dikocok.
b. Labu Erlenmeyer dimiringkan, Tambahkan 7.5 ml H2SO4 pekat lewat dinding tabung,
digoyangkan dengan hati-hati dengan cara diputar pada alas selama 1 menit (agar butiran
tanah tidak menempel pada dinding labu), lalu diamkan selama 30 menit.
c. Diencerkan dengan air bebas ion sampai volume 200 ml, tambahkan 10 ml asam fosfat,
0,2 g natrium florida, dan 30 tetes indikator difenilamin.
d. Dengan cara yang sama lakukan juga persiapan blanko.
e. Kemudian titrasi larutan contoh dan larutan blanko dengan larutan ferro sulfat atau ferro
amonium sulfat 0,5 N sampai warna larutan berubah dari hijau kusam menjadi biru keruh.
Titrasi dilanjutkan tetes demi tetes sampai warna larutan menjadi hijau terang.
f. Perhitungan:
Kadar C − organik (%) =
Kadar bahan organik
(ml blanko – ml contoh)x N x 3 x 1,33
x 100
mg contoh x fk
= 100/58 x % C-organik
Keterangan:
N = normalitas ferro sulfat atau ferro ammonium sulfat
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
100 /58 adalah faktor Van Bemmelen
g. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran kadar C-organik dan bahan organik yang
terdapat di dalam contoh pupuk organik, dengan cara mengulangi langkah dari awal dan
mengganti 0.5g contoh tanah halus menjadi 0.1g contoh pupuk organik.
Pereaksi
1. Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N
Larutkan 49,04 g kalium dikromat dalam 600 ml air bebas ion pada labu ukur 1 L, kocok
hingga larut, tambahkan kembali air bebas ion sampai tanda garis.
2. Ferro ammonium sulfat (Fe(NH4)2(SO4)2) 0,5 N
Secara perlahan tambahkan 20 ml H2SO4 pekat ke dalam labu ukur yang berisi 600 ml air
bebas ion, kemudian tambahkan 196,1 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dan kocok hingga terlarut,
tambahkan kembali air bebas ion sampai tanda garis.
3. Ferro sulfat (FeSO4) 0,5 N
Sebanyak 278 g FeSO4.7H2O dilarutkan ke dalam 600 ml air bebas ion, tambahkan 15 ml
H2SO4 pekat, kocok dan dinginkan, kemudian tambahkan kembali air bebas ion sampai
tanda garis.
4. Indikator difenilamin
Sebanyak 0,5 g difenilamin dilarutkan ke dalam 20 ml H2O dan 150 ml H2SO4 pekat.
21
Download