Modul Pendidikan Agama Islam [TM13].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pendidikan
Agama Islam
Islam dan Toleransi
Fakultas
Program Studi
Teknik
Teknik Elektro
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
90002
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Abstract
Kompetensi
Toleransi dalam Islam adalah topik Memahami konsep toleransi
yang
penting
dan
menarik
jika dalam Islam, agar membentuk
dihubungkan dengan situasi saat ini, di
karakter yang sejalan dengan
nilai int ajaran Islam yang
saat banyaknya kritikan bahwa Islam bersifat rahmatan lil alamin
adalah agama intoleran, diskriminatif dan
ekstreem. Islam dituduh sebagai agama
yang ajarannya tidak memberikan ruang
kebebasan
beragama,
kebebasan
berpendapat, justru malah diputar balikan,
bahwa
Islam
ajarannya
adalah
sarat
agama
dengan
yang
kekerasan,
sehingga jauh dari perdamaian, kasih
sayang dan persatuan.
Padahal dalam konteks toleransi antarumat beragama, Islam memiliki konsep
yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam
agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami” adalah contoh
populer dari toleransi dalam Islam. Selain
ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang
tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah
hadis dan praktik toleransi dalam sejarah
Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan
bahwa masalah toleransi dalam Islam
bukanlah konsep asing. Toleransi adalah
bagian integral dari Islam itu sendiri yang
detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh
para
ulama
dalam
karya-karya
tafsir
mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini
disempurnakan oleh para ulama dengan
‘16
2
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tafsira-
tafsiran
baru
yang
bersifat
kontekstual, sehingga lebih relevan dan
akomodatif
PEMBAHASAN
ISLAM DAN TOLERANSI
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu
lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada
gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang
berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan
persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling
menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat
dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara
mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya
itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling
toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban
yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya
kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada
kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia.
‘16
3
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun
yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak
dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah
satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha
untuk
merukunkan
dengan
memaksakan
toleransi
dengan
membelenggu
kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar
mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
KONSEP DASAR
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau
memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata
“toleran”,
yang
berarti
bersifat
atau
bersikap
menenggang
(menghargai,
membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya.
Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan.
Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai;
atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak
sependapat.
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “tasamuh”, sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat
yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi
merupakan konsep hakiki dari nilai- nilai ajaran Islam yang sepenuhnya menjadi
bagian organik yang sangat dibutuhkan umat Islam di jagat raya ini.
TOLERANSI DALAM ISLAM
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam
beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di
antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semua
‘16
4
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling
bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
Selain itu, terdapat pula hadis Nabi SAW yang menegaskan
tentang
persaudaraan, yang dalam terjemahnya dikatakan “sayangilah orang yang ada di
bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu”. Persaudaran
universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini
menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam
suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep
keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang
pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara
Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap
saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar
bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem,
setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari
pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat
kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai
bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah,
yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan
konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang
jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami
agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat
aniaya kepada umat Islam.
Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam
mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang
‘16
5
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diantara umat Islam dengan umat beragama lain.
kehidupan
masyarakat
seperti
penyelenggaraan
Kerjasama dalam bidang
pendidikan,
pemberantasan
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah
beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain.
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari kompromisme,
yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan
kedamaian dan kebersamaan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai
berikut, yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali, karakteristik tersebut merupakan:
1. Inti ajaran Islam
2. kualitasnya sejajar dengan iman
3. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik
orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan:
“Apa hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak
ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan:
“Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang membenci
dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”. Jawabnya: “Seorang
mukmin yang berbudi pekerti luhur."
‘16
6
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dasar-dasar sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan
bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif, meliputi dimensi lahir maupun
batin. Karena itu, toleransi tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, yang berarti
toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan,
tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin.
Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) yang dijadikan dasar bagi
umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh
kaitan spiritual kokoh (hablum minalloh).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haq bil
bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat
dilarang dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama
dengan toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat
Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (arRahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna
yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu
membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya
pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif
Islam) tersebut.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi
adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian
sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil alamîn” (agama yang
mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam tidak bermaksud menghapus semua
agama yang sudah ada, Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan
‘16
7
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam alQur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)
memaksa
manusia
supaya
mereka
menjadi
orang-orang
yang
beriman
semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada
dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih
keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan
keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas
antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan
olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan
(kalimatun sawa atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan tidak pula memperse kutukan-Nya kepada apa pun, dan
bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhantuhan” selain Allah!” . Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Nasrani,
dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh
rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama
menjunjung tinggi tauhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya.
Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar umat
beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam
beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di
antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, yang artinya:
“Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang
paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
‘16
8
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Natsir, Mohamad, Keragaman Hidup Antar Agama, Jakarta: Penerbit Hudaya,
1970
M. Quraish shihab, Wawasan al- Qur’an; tafsir maudhu’i atas pelbagai
persoalan umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-3
Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008
Murtadha Muthahhari, Fitrah; menyingkap hakikat, potensi, dan jati diri
manusia, penerjemah: Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 2008, cet. Ke-1
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya, 2007
‘16
9
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download