plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PROFIL PERTUMBUHAN DAN ANALISIS KUALITATIF
GLIKOSIDA JANTUNG KALUS DAUN KAMBOJA JEPANG
(Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult.)
DALAM MEDIA GAMBORG DENGAN VARIASI KONSENTRASI
2,4 DIKLOROFENOKSI ASETAT DAN 6-FURFURIL AMINO PURIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Vicky Ariestya Chandra
NIM : 028114031
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Karena cinta dan kasih-Ku, Aku telah
memberimu dukungan kekal dan harapan yang
baik. Aku mendukung hatimu dan menguatkanmu
di setiap usaha dan perkaramu. Kuncinya adalah
menemukan kegembiraan di dalam harapan,
kesabaran di tengah rasa frustasi dan masa-masa
sulit, serta ketekunan di dalam doa. Pasti tidak
akan ada yang terlalu sulit untuk-Ku jika kamu
selalu mengandalkan-Ku. Karena Aku sumber
segala pengharapan...
from Your
faithfull
friend,
Jesus
2 Tesalonika 2:16-17
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya penggunaan kultur jaringan untuk
menghasilkan metabolit sekunder dari tanaman secara cepat dan optimal.
Tujuannya yaitu membuktikan bahwa jaringan dapat menggantikan tanaman asal
secara fungsional, termasuk menghasilkan metabolit sekunder. Dalam penelitian
ini, metabolit sekunder yang diteliti yaitu glikosida jantung dari kalus daun
kamboja Jepang (Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult.).
Eksplan untuk menghasilkan kalus didapat dari jaringan daun kamboja
jepang yang ditanam secara in vitro pada media Gamborg dengan penambahan zat
pengatur tumbuh asam 2,4-diklorofenoksi asetat (analog auksin) dan 6furfurilaminopurin. Kalus kemudian direfluks dengan menggunakan campuran
kloroform - metanol (1 : 10 v/v).
Analisis dilakukan dengan membandingkan waktu inisiasi kalus, profil
pertumbuhan kalus, dan susut pengeringan kalus yang dikembangkan dalam
media dengan dua macam perbandingan konsentrasi asam 2,4diklorofenoksiasetat dan 6-furfurilaminopurin. Analisis kandungan glikosida
jantung kalus dilakukan dengan cara KLT yaitu dengan membandingkan harga Rf
bercak hasil pengembangan ekstrak kalus dengan ekstrak daun kamboja jepang
dalam fase diam silika GF254, fase gerak etil asetat – methanol – air (81 : 11 : 8 v/v)
dengan jarak pengembangan 8 cm. Deteksi yang digunakan yaitu sinar UV 254
dan 365 nm, pereaksi Vanilin Asam Fosfat dan Kedde berdasarkan acuan
(Wagner, 1984). Pembanding yang digunakan yaitu standard digitoksin.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa waktu inisiasi tercepat terjadi pada
kalus dalam media dengan perbandingan 2,4-D dan FAP yaitu 4 : 4 dibanding
konsentrasi 2,4-D 4 ppm. Fase pertumbuhan media Ga. II, fase lag terjadi pada
hari 0-18, fase eksponensial terjadi pada hari 18-36, dan fase stasioner terjadi pada
hari 36-42. Media Ga. III mengalami fase lag pada hari 0-15, fase eksponensial
pada hari 15-36, dan fase stasioner pada hari 36-42. Waktu pencapaian fase
stasioner keduanya dicapai setelah hari ke-36 dan laju peningkatan susut
pengeringan antara kedua perbandingan konsentrasi tidak nampak perbedaan yang
berarti. Harga Rf ekstrak kalus dari analisis profil KLT mirip dengan Rf bercak
hasil pengembangan ekstrak daun kamboja Jepang dan standar digitoksin
sehingga diduga kalus pada penelitian ini mengandung glikosida jantung seperti
tanaman asalnya.
Kata kunci : kamboja jepang,2,4-D, FAP, Adenium obesum, kalus
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This experiment is held because recently, tissue culture technologies are
often used in producing secondary metabolite from plant, quick and optimal. The
purpose of this experiment is to prove that the tissue can act as a complete plant
system to produce secondary metabolie. The secondary metabolite that is
researched is cardiac glycoside from leaves callus of kamboja jepang (Adenium
obesum (Forssk.) Roem. & Schult.).
The explant that produce callus is got from kamboja jepang leaves tissue
which is planted in vitro in Gamborg medium with addition of 2,4dichlorophenoxyacetic acid (an auxin anologue) and 6-furfurylaminopurine
(kinetin). Then, the dry callus is refluxed with chloroform-methanol mixed (1:10
v
/v).
The analysis done by comparing initiation time, callus growth profile, and
drying decrease in callus which is planted in two kind of comination
concentration.of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid and 6-furfurylaminopurine. The
analysis of the contain of cardiac glycoside in callus is done with KLT by
comparing Rf value between KLT spots of callus extract and the mother plant
leaves. This experiment use silica GF254 as static phase and the etil acetic :
methanol : water mixed (81 : 11 : 8 v/v) as mobile phase. The detection include
UV 254 dan 365 light, VPA (Vanillin Phosphoric Acid), and Kedde reagent
according to Wagner (1984). Standard of Digitoxin is used as a comparated.
From the result of experiment, it is known that the most rapid initiation
time is happened in callus which is planted in 4 : 4 concentration of FAP and 2,4D. Growth phase of Ga. II medium, lag phase at 0-18th days, eksponensial phase at
18th-36th days, and stationary phase at 36th-42th days. Ga. III medium, lag phase at
0-15th days, eksponensial phase at 15th-36th days, and stationary phase at 36th- 42th
days. Stationary phase reaching time, both are reached after 36 days from the
inoculation and the increase rate of water contain between those are similar. The
Rf value of callus extract’s KLT profile approach the Rf of mother plant leaves
and digitoxin standard. The conclusion of this experiment is callus does contains
some cardiac glycoside like the mother plant.
Keywords : kamboja jepang, 2,4-D, FAP, Adenium obesum, callus
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur saya haturkan kepada Bapa yang Maha Besar atas berkat dan
pendampingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Profil Pertumbuhan dan Analisis Kualitatif Glikosida Jantung
Kalus Daun Kamboja Jepang (Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult.)
dalam Media Gamborg dengan Variasi Konsentrasi 2,4-Diklorofenoksi
Asetat dan Furfuril Amino Purin” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi.
Penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini tidak akan selesai, tanpa
bantuan serta doa dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Keluarga terutama Papi Mami atas doa, dukungan, dan nasehatnya yang
menguatkan dan mendorong saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Verdy, ooh saya, terima kasih atas pinjaman printernya.
2. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah menawarkan proyek ini sehingga penulis
tidak kesulitan dalam mencari usulan penelitian untuk skripsi. Beliau juga
banyak memberikan masukan, ilmu, waktu, dan kesabaran dalam
membimbing selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi yang
telah bersedia menguji dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si, Apt., selaku Dosen Penguji Skripsi yang
telah bersedia menguji serta memberikan masukan demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi atas ilmu dan
bimbingannya selama lima tahun ini.
6. Seluruh laboran Fakultas Farmasi, terutama laboran Laboratorium Biologi
(Mas Sigit, Mas Andri, Mas Wagiran, dan Mas Sarwanto) atas segala
dukungan
dan
bantuannya
selama
ini
serta
Pak
Iswandi
atas
kebersamaannya selama di lab. KJT.
7. Meymey ku tersayang, atas dukungan dan kesabarannya selama ini, dan
terutama atas cintanya.
8. Teman-teman yang telah berjuang dan belajar bersama di Laboratorium
Kultur Jaringan (Pak eko, Donny, dan Mellisa).
9. Teman-teman satu angkatan, terutama kelompok praktikum B atas
kebersamaannya selama empat tahun ini (Ferry, Kobo, Beben, Kate, Dinta,
Dewi_Ali).
10. Teman-teman kos Ksatria atas kebersamaannya selama 1 tahun ini. Terima
kasih kalian sudah membuat saya menjadi lebih ceria, lebih semangat,
lebih kuat dalam menghadapi hidup. Anak-anak atas Santo, Abe (cepat
lulus ya !!), anak-anak bawah Onot (orang yang paling baik, tidak pernah
marah, rendah hati dan tidak sombong, serta selalu kelihatan tidak pernah
punya masalah dengan tampang culunnya), Ucup dan Ade (terima kasih
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
sudah mau dengerin curhatku), Budi tao dan Robby (terima kasih sudah
menjadi penasehat spiritual ku)
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan mendoakan penulis.
Semoga Bapa membalas semua kebaikan, kasih, dan ketulusan yang
selama ini dirasakan oleh penulis.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan yang
masih harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran maupun
kritik yang dapat membantu dan mendukung skripsi ini sehingga dapat lebih
bermanfaat bagi masyarakat luas terutama di bidang kefarmasian.
Yogyakarta, 1 Agustus 2007
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………...… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………… v
INTISARI…………………………………………………………………….. vi
ABSTRACT………………………………………………………...………….vii
PRAKATA……………………………………………………………………viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….xvi
BAB I. PENGANTAR……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………….... 1
B.Permasalahan…………………………………………………………... 4
C.Keaslian Penelitian……………………………………………………... 5
D.Manfaat Penelitian……………….…..……………………………….... 5
E.Tujuan Penelitian……………………………………………………..... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………... 6
A. Kamboja Jepang ………………………………………………………. 6
1. Uraian tanaman………………………………………………………. 6
2. Khasiat / kegunaan…………………………………………………… 7
3. Kandungan kimia…………………………………………………….. 7
4. Keterangan botani……………………………………………………. 7
B. Glikosida jantung……………………………………………………… 7
1. Glikosida jantung…………………………………………………….. 7
2. Digitoksin…………………………………………………………….. 8
3. Identifikasi……………………………………………………………. 9
C. Kromatografi lapis tipis………………………………………………… 9
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
1. Silika gel……………………………………………………………… 10
2. Alumina………………………………………………………………. 11
3. Kieselguhr…………………………………………………………….. 11
4. Selulosa……………………………………………………………….. 11
D. Kultur jaringan…………………………………………………………. 13
1. Pendahuluan…………………………………………………………. 13
2. Penanaman eksplan…………………………………..……………… 15
3. Sub kultur……………………………………………………………. 15
4. Faktor penentu kultur jaringan………………………………………. 16
5. Pola pertumbuhan kalus……………………………………………... 26
E. Sterilisasi……………………………………………………………….. 27
F. Keterangan empiris……………………………………………………... 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………... 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………….... 31
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………………………..… 31
1. Variabel utama…………………………………………………..….. 31
2. Variabel pengacau terkendali…………………………………..….... 31
3. Variabel pengacau tidak terkendali…………………………..……... 31
4. Definisi Operasional………………………………………..……….. 32
C. Bahan dan Alat Penelitian……………………………………..………... 33
1. Bahan……………………………………………………..…………. 33
2. Alat……………………………………………………..…………… 35
D. Tata Cara Penelitian……………………………………..……………… 36
1. Determinasi tanaman………………………………….…………….. 37
2. Pembuatan stok……………………………………………………... 37
3. Pembuatan media…………………………………………………… 39
4. Sterilisasi alat dan ruangan …………………………………………. 40
5. Sterilisasi dan penanaman eksplan…………………………………...40
6. Pengamatan waktu inisiasi kalus……………………………………..41
7. Sub kultur……………………………………………………………. 41
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8. Pemanenan…………………………………………………………...42
9. Analisis pertumbuhan kalus…………………………………………43
10. Pengeringan dan pembuatan serbuk daun kamboja jepang…………43
12. Pembuatan ekstrak kalus…………………………………………....44
13. Pembuatan ekstrak daun kamboja jepang…………………………...44
14. Pembuatan standar digitoksin……………………………………… 45
15. Uji KLT ekstrak kalus, ekstrak daun kamboja jepang
dan standard digitoksin……………………………………..……….45
E. Analisis hasil……………………………………………………………..45
BAB 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………48
A. Determinasi tanaman…………………………………………………….48
B. Pembuatan media, pemilihan eksplan, sterilisasi, dan penanaman….….. 48
C. Waktu inisiasi…………………………………………………………… 51
D. Subkultur dan panen……………………………………………………. 53
E. Profil pertumbuhan kalus……………………………………………….. 55
F. Susut pengeringan kalus………………………………………………… 57
G. Analisis kandungan kimia kalus………………………………………... 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 65
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 65
B. Saran……………………………………………………………………. 65
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….… 67
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 71
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………… 81
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Waktu inisiasi kalus pada Ga. II……………………………….52
Tabel II.
Waktu inisiasi kalus pada Ga. III………………………………52
Tabel III.
Hasil pengamatan KLT dengan fase diam
Silika gel GF254 dan fase gerak etil asetat :
metanol : air (81 : 11 : 8 v/v)……………………………………61
Tabel IV.
Pertumbuhan kalus pada media Ga. II………………………….76
Tabel V.
Pertumbuhan kalus pada media Ga. III…………………………77
Tabel VI.
Susut pengeringan kalus pada media Ga. II…………………….78
Tabel VII
Susut pengeringan kalus pada media Ga. III……………………79
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1a.
Struktur oleandrigenin………………………………………… 6
Gambar 1b.
Struktur digitoksin…………………………………………….. 9
Gambar 2.
Eksplan dalam bentuk irisan melintang…………………….… 51
Gambar 3.
Inisiasi kalus…………………………………………………...53
Gambar 4.
Kurva pertumbuhan kalus pada media Ga. II………………….55
Gambar 5.
Kurva pertumbuhan kalus pada media Ga. III ………………...56
Gambar 6.
Perbandingan kurva susut pengeringan kalus
pada kedua media………………………………………………58
Gambar 7
Penomoran struktur inti steroid………………………………...59
Gambar 8.
Kromatogram glikosida jantung kalus daun
Kamboja Jepang, ekstrak daun kamboja Jepang
Tanaman asal dan standar digitoksin setelah
disemprot dengan pereaksi Vanilin Asam Fosfat………………62
Gambar 9.
Kromatogram glikosida jantung kalus daun
Kamboja Jepang, ekstrak daun kamboja Jepang
Tanaman asal dan standar digitoksin setelah
disemprot dengan pereaksi Kedde……………………………..63
Gambar 10.
Foto tanaman kamboja Jepang…………………………………72
Gambar 11.
Foto kalus siap subkultur………………………………………72
Gambar 12.
Foto kalus siap panen…………………………………………..73
Gambar 13.
Foto hasil KLT secara visual…………………………………..73
Gambar 14.
Foto hasil KLT dilihat di bawah sinar UV254…………………..74
Gambar 15.
Foto hasil KLT dilihat di bawah sinar UV365…………………..74
Gambar 16.
Foto hasil KLT dilihat dengan pereaksi VAP,
pemanasan 100˚C 10 menit……………………………………..75
Gambar 17.
Foto hasil KLT dilihat dengan pereaksi Kedde…………………75
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Surat keterangan determinasi tanaman………………………….71
Lampiran 2.
Foto-foto hasil penelitian………………………………………..72
Lampiran 3.
Data-data penelitian……………………………………………..76
Lampiran 4.
Komposisi media Gamborg……………………………………..80
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Adenium obesum dikenal sebagai mawar gurun, termasuk suku
Apocynaceae, dan merupakan tumbuhan asli Afrika. Batangya bergetah dan dapat
membesar seperti bonggol yang berfungsi untuk menyimpan air, karena adenium
berasal dari gurun pasir yang kering dan panas (Beikram dan Andoko, 2003).
Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kamboja jepang mengadung bahan
aktif yang menyerupai glikosida digitalis (glikosida jantung). Selain itu juga
mengadung
ekugin,
honghelosida
A,
16-asetilstrospesida,
honghelin,
Oleandrigenin beta-gentiobiosil-beta-D-thevetosida, Neridienone A dan 16,17 dihydroneridienone, dihydroifflaionic acid, flavonol, 3-O-methylkaempferol,
flavonol 3,3′ - bis(O-methyl) quercetin (Anonim, 2005).
Menurut Nakamura dkk. (2000), Adenium obesum digunakan untuk
pengobatan gonorrhoea di Afrika timur. Ekstrak dari tanaman ini juga disebutkan
memiliki efek sitotoksik dengan cara mematikan sel-sel kanker leukimia. Efek
yang ditimbulkan oleh ekstrak tanaman ini lebih baik dibanding vincristine dan
adryamicin di mana sel-sel kanker leukimia bersifat resisten dengan keduanya.
(Nakamura, 2000). Ekstrak kulit batang Adenium obesum berpotensi sebagai
acaricidal (Mgbojikwe dan Okoye, 2001). Ekstrak akar dan kulit batang juga
berpotensi sebagai trypanocidal (Atawodi, et al., 2004; Freiburghaus,et al., 1996).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2
Senyawa yang memiliki efek sitotoksik tersebut memiliki ciri yang utama
yaitu adanya inti kardenolida. Inti kardenolida juga dimiliki oleh glikosida jantung
di samping adanya cincin lakton dan gula deoksi. Salah satu contoh golongan
glikosida jantung yang cukup dikenal adalah digitoksin. Dalam penelitian ini
digunakan digitoksin sebagai standar pembanding karena memiliki kemiripan
struktur dengan senyawa yang memiliki efek sitotoksik seperti yang disebutkan di
atas.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik untuk menumbuhkan organ,
jaringan dan sel tanaman yang dipelihara dalam suatu medium dan dikerjakan
seluruhnya dalam kondisi aseptik. Organ, jaringan dan sel tanaman yang
ditumbuhkan tersebut disebut eksplan. Eksplan yang telah ditumbuhkan dalam
media dapat membentuk kalus yaitu massa amorf yang tersusun atas sel-sel
parenkim berdinding sel tipis yang berkembang dari hasil proliferasi sel-sel
jaringan induk. Ide memperbanyak tanaman dengan jalan mengkulturkan bagian
kecil organ, jaringan atau sel tersebut dilakukan berdasarkan teori totipotensi sel
yaitu : setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat
fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
yang utuh, jika kondisinya sesuai.
Untuk memacu pertumbuhan dalam kultivasi secara invitro, di dalam
media perlu ditambahkan zat pengatur tumbuh. Golongan zat pengatur tumbuh
yang sering dipakai dalam KJT adalah auksin dan sitokinin. Penambahan ZPT
dengan konsentrasi yang berbeda akan menghasilkan bentuk pertumbuhan yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3
berbeda-beda. Penambahan ZPT akan memberikan dampak yang sangat luas
secara sitologis dalam pertumbuhannya (George, 1993; Taiz dan Zieyer, 1998).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkulturkan bagian daun tanaman
kamboja jepang serta mengidentifikasi metabolit sekunder glikosida jantung yang
dihasilkan oleh kalus yang dibentuk dari hasil budidaya in vitro. Media yang
digunakan dalam penelitian ini adalah media Gamborg karena cocok untuk
tanaman bergetah (berkayu) (Katuk, 1989).
B. Permasalahan
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah eksplan yang berasal dari daun kamboja jepang dapat menghasilkan
kalus jika dikembangkan secara in vitro dalam media Gamborg?
2. Bagaimana pola pertumbuhan kalus daun kamboja jepang yang dikulturkan?
3. Apakah kalus daun kamboja jepang hasil budidaya in vitro dapat
menghasilkan glikosida jantung seperti tanaman asalnya ?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, belum ada penelitian
serupa mengenai budidaya in vitro dengan eksplan dari daun kamboja jepang
dengan media tumbuh Gamborg. Penelitian tentang kamboja jepang yang pernah
dilakukan antara lain :
1. Profil Pertumbuhan dan Analisis Kualitatif Glikosida Jantung Kalus Daun
Kamboja Jepang (Adenium obesum) dalam Media MS dengan Konsentrasi
2,4 Diklorofenoksi Asetat sebesar 4 ppm, diteliti oleh Mellisa W. (2007)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4
2. Profil Pertumbuhan dan Analisis Kualitatif Glikosida Jantung Kalus Daun
Kamboja Jepang (Adenium obesum) dalam Media WPM dengan Variasi
Konsentrasi asam 2,4-Diklorofenoksi Asetat dan 6-Furfurylaminopurine,
diteliti oleh Lukas Eko W. (2007)
D. Manfaat penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini yaitu dapat mengembangkan bidang ilmu
kefarmasian, khususnya dalam mengeksplorasi kandungan glikosida jantung dari
tanaman kamboja jepang ( Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult.) yang
ditumbuhkan secara in vitro, selain itu dapat menentukan konsentrasi dan media
yang cocok untuk pertumbuhan eksplan dari daun kamboja jepang. Manfaat
praktis penelitian ini diharapkan produksi metabolit sekunder berupa glikosida
jantung dapat dilakukan dalam skala industri sehingga bisa menjadi alternatif
pengobatan dalam masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
1. Menumbuhkan kalus dari eksplan daun kamboja jepang.
2. Mengetahui pola pertumbuhan kalus daun kamboja jepang.
3. Membuktikan bahwa ekstrak kalus daun kamboja jepang hasil budidaya in
vitro dapat menghasilkan glikosida jantung seperti tanaman asalnya.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kamboja Jepang
1. Uraian tanaman
Kamboja jepang merupakan kelompok tanaman C3. Tanaman ini butuh
sinar matahari lansung dengan intensitas 80 %. Namun demikian untuk tanaman
dewasa, sinar matahari selama 8-12 jam sehari sangat baik untuk pertumbuhan
dan pembungaan (Wie, 2006).
Kamboja jepang sering disebut sebagai mawar gurun dan merupakan
tumbuhan asli Afrika (Ranger, 1996). Di gurun Afrika yang panas dan tandus,
tanaman ini bisa tumbuh liar mencapai 3 meter atau lebih. Bonggol dan batangnya
menggembung sebagai tempat cadangan air dengan ukuran ranting dan dedaunan
yang tidak seimbang. Daun bentuknya bermacam-macam, ada yang langsing
memanjang atau berbentuk lanset dan berujung lancip, ada pula yang oval dan
membulat di bagian ujungnya. Daunnya kebanyakan tipis dan ada pula yang tebal
seperti daun cocor bebek. Warnanya ada yang hijau tua, hijau pupus, kemerahan,
kuning dan variegeta (mengalami mutasi warna, biasanya hijau dengan belangbelang kuning pucat atau putih). Permukaan daun umumnya halus, tetapi pada
beberapa jenis ada yang berbulu. Bunga berbentuk terompet, mahkota bunga
bervariasi dari bentuk bintang, ujung mahkota terpotong atau membulat, sampai
yang bergerigi. Corak bunga ada yang polos dengan satu warna, strip di bagian
dalamnya dan bergaris di bagian ujung mahkotanya. (Beikram dan Andoko,
2003).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6
2. Khasiat / kegunaan
Di Afrika timur digunakan untuk pengobatan gonorrhoea, penduduk asli
juga menggunakannya sebagai racun ikan dan anak panah (Nakamura dkk., 2000;
Ranger, 1996). Pada umumnya semua bagian tanaman ini bersifat racun jika
masuk dalam saluran cerna (Anonim, 2006). Menurut Nakamura dkk. (2000),
ekstrak tanaman ini dapat digunakan untuk mencegah sitotoksisitas. Ekstrak dari
kulit batang berpotensi sebagai acaricidal (Mgbojikwe dan Okoye, 2001). Ekstrak
dari akar dan kulit batang juga berpotensi sebagai trypanocidal (Atawodi, et al.,
2004; Freiburghaus, et al., 1996).
3. Kandungan kimia
Kamboja jepang mengandung bahan aktif menyerupai glikosida digitalis
(glikosida jantung). Selain itu juga mengandung ekugin, honghelosida A, 16asetylstrospeside, honghelin, Oleandrigenin beta-gentiobiosyl-beta-D-thevetoside,
Neridienone A dan 16,17 - dihydroneridienone, dihydroifflaionic acid, flavonol,
3-O-methylkaempferol, flavonol 3,3′ - bis(O-methyl) quercetin (Anonim, 2005).
4. Keterangan botani
Kamboja jepang memiliki nama ilmiah Adenium obesum (Forssk.) Roem.
& Schult. Tanaman ini termasuk dalam suku Apocynaceae (Anonim, 2006).
O
CH3
CH3
O
H
O
O
OH
H3C
HO
H
Gambar 1a. Struktur oleandrigenin
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
7
B. Glikosida Jantung
1. Glikosida jantung
Senyawa ini mengandung glikosida steroid dengan efek spesifik, yaitu
mempengaruhi irama pergerakan jantung. Steroid ini strukturnya merupakan
turunan
sistem
cincin
tetrasiklik,
yaitu
10,13-dimethil-cyclopentano-
perhydrophenanthrene. Glikosida steroid ini mempunyai cincin γ-lakton
(kardenolida) atau cincin δ-lakton (bufadienolida) yang menyerang di posisi β
pada atom C17. Residu gula merupakan turunan dari deoksi dan atau C-3-0
methylated sugar, dan terhubung secara glikosidik melalui C-3-OH groups dari
aglikon steroid (Wagner, 1984)
Glikosida jantung ditemukan dalam beberapa keluarga tumbuhan yang
sama sekali tidak berkaitan satu sama lain seperti Apocynaceae, Liliaceae,
Moraceae, dan Ranunculaceae (Robinson, 1995), juga banyak ditemukan pada
anggota suku Scrophulariaceae, Digitalis, Nerium, Asclepiadaceae, dan Asclepis
(Harborne, 1987). Tumbuhan yang mengandung senyawa ini telah digunakan
sejak zaman prasejarah sebagai racun panah dan siksaan. Keberadaan senyawa ini
dalam tumbuhan mungkin memberi perlindungan kepada tumbuhan dari
gangguan beberapa serangga tertentu (Robinson, 1995).
2. Digitoksin
Digitoksin merupakan glikosida jantung dari Digitalis purpurea
dengan rumus molekul C41H64O13 dan berat molekul 764,92. Oleh asam
terhidrolisis menghasilkan 1 molekul digitoksigenin dan 3 molekul
digitoksosa. Digitoksin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8
seperti kloroform, alkohol, etil asetat, juga larut dalam aseton amil alkohol dan
piridin (Mursyidi, 1990). Digitoksin merupakan glikosida sekunder bersama
dengan digoksin dan gitoksin. Glikosida primer dapat berupa glikosida
purpurea (dalam Digitalis purpurea) dan lanatosida (dalam Digitalis lanata).
Dalam Digitalis purpurea, glikosida primer kurang stabil dibanding yang
terdapat dalam Digitalis lanata, buktinya terbentuk zona yang jelas dari
digitoksin dan gitoksin (Wagner, 1984).
O
O
OH
O
C18H31O9
Gambar 1b. Struktur digitoksin
3. Identifikasi
Identifikasi glikosida jantung dapat dilakukan dengan menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) secara kualitatif. Reaksi identifikasi terhadap
glikosida jantung dapat dilakukan menggunakan uji dengan pereaksi Baljet (2,4,6trinitrophenol), uji dengan pereaksi Kedde (3,5-dinitrobenzoic acid), uji dengan
pereaksi Raymond (m-dinitrobenzene), uji dengan pereaksi Legal (sodium
nitroprusside) di mana pereaksi tersebut akan bereaksi dengan grup methylene
aktif yang ditemukan dalam cincin C17-unsaturated lactone. Pereaksi ini akan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9
memberikan warna oranye, ungu, biru, dan violet, yang menunjukkan adanya
glikosida jantung (Farnsworth, 1966).
Di dalam skrining fitokimia untuk glikosida jantung, uji pendahuluan yang
positif pada ekstrak tanaman dengan menggunakan salah satu pereaksi yang
dikonfirmasikan dengan pereaksi yang spesifik untuk tambahan 2 sisi reaktif (vide
supra). Sebagai contoh, sebuah uji pendahuluan yang positif dengan pereaksi
Keller menunjukkan adanya gula deoksi. Ini harus diikuti dengan uji yang ke dua
yaitu uji dengan pereaksi Liebermann, hasil positif, menunjukkan adanya inti
steroid (Shoppee, 1964).
C. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi
Lapis
Tipis
(KLT)
merupakan
metode
pemisahan
fisikokimia. Lapisan pemisah berupa bahan-bahan berbutir yang ditempatkan pada
penyangga berupa gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak. Setelah itu, pelat
dimasukkan ke dalam suatu bejana tertutup yang telah jenuh dengan fase gerak.
Pemisahan
berbagai
komponen
dalam
campuran
akan
terjadi
selama
pengembangan (perambatan kapiler). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna
harus ditampakkan dan dideteksi (Stahl,1973).
Beberapa bahan penyerap yang digunakan dalam KLT antara lain:
1. Silika gel
Silika gel merupakan fase diam yang paling sering digunakan untuk KLT.
Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan perbedaannya tidak hanya
pada struktur, tetapi juga pori-pori dan struktur lubangnya, di samping
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
10
pemilihan fase gerak. Dalam perdagangan, ada beberapa macam silika gel
yang beredar yaitu :
a. silika gel dengan pengikat. Umumnya sebagai pengikat adalah CaSO4
(5 – 15%). Jenis ini dinamakan silika gel G. Selain itu, yang digunakan
sebagai pengikat yaitu pati dan dinamai silica gel S. Namun,
penggunaan pati mempunyai kelemahan jika penentuan lokasi bercak
dengan asam sulfat.
b. silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi. Jenis silika gel ini
biasanya berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultra violet
dengan panjang gelombang pendek. Sebagai indicator biasanya
digunakan timah kadmiumsulfat atau mangan-timah silikat aktif. Jenis
ini dikenal dengan nama silika gel GF atau GF 254.
c. silika gel tanpa pengikat. Lapisan ini dibandingkan dengan yang
mengandung CaSO4 menunjukkan hasil yang lebih stabil. Beberapa
produk dinamakan silika gel H atau silika gel N.
d. silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator fluoresensi.
e. silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif, dapat digunakan
silika gel PF254 atau PF366 (Sudjadi,1988).
2. Alumina
Alumina termasuk kelompok fase diam dengan aktivitas tinggi. Penyerap ini
tidak banyak digunakan dalam kromatografi karena bereaksi dengan asam
netral dan basa sehingga perlu penanganan khusus. Saat ini, alumina paling
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa kurang polar. Alumina netral
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
11
mempunyai kemampuan untuk memisahkan senyawa seperti terpena, alkaloid,
steroid, dan senyawa aromatik (Sudjadi,1988; Sastrohamidjojo,1985).
3. Kieselguhr
Penyerap ini merupakan adsorben yang lebih lemah dari silika dan alumina.
Oleh karena itu, penyerap ini tidak cocok digunakan untuk memisahkan
senyawa polar. Kieselguhr tidak banyak digunakan dalam KLT, penggunaan
utamanya sebagai pendukung diam dalam kromatografi partisi (Adnan,1997).
4. Selulosa
Selulosa merupakan penyerap berupa butiran-butiran halus dan
homogen, dapat dengan atau tanpa bahan pengikat. Lapisan tipis dari selulosa
mempunyai ruang lebih kecil, sehingga difusi aliran dari pelarut lebih cepat
daripada kromatografi kertas. Selulosa untuk KLT terdapat dalam dua bentuk
yaitu selulosa serat asli, misalnya MN 300 dan selulosa mikrokristal, misalnya
avicel. Pada KLT, selulosa digunakan untuk pemisahan senyawa hidrofil
(Adnan,1997; Sudjadi,1988).
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Fase ini bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Fase gerak
yang digunakan adalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem
pelarut multi-komponen harus berupa campuran sesederhana mungkin terdiri atas
maksimum tiga komponen (Stahl, 1969). Pemilihan fase gerak untuk glikosida
jantung ada beberapa macam alternatif, yaitu: etil asetat-metanol-air (100:13,5:10
v
/v); etil asetat-metanol-etanol-air (81:11:4:8 v/v); metiletil keton-toluena-air-asam
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
12
asetat glasial (40:5:3:2,5:1 v/v); kloroform-metanol-air (65:35:10 v/v) (Wagner,
1984).
Identifikasi dari senyawa yang terpisah (bercak / noda) pada lapisan tipis
dapat dilakukan dengan tanpa pereaksi kimia dan disemprot dengan reagen.
Identifikasi senyawa glikosida jantung dapat dilakukan dengan tanpa pereaksi
kimia yaitu dengan menggunakan sinar ultraviolet 254 dan 365 nm, sedangkan
reagen penyemprot yang digunakan untuk identifikasi senyawa glikosida jantung
adalah reagen Kedde, Legal, Baljet, Raymond, antimony (III) chloride,
chloramine-trichloroacetic acid / CTA, sulphuric acid (Wagner, 1984) dan
vanillin-phosporic acid (Jork, et al., 1990).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak
antara senyawa dari titik awal dengan jarak tepi muka pelarut dari awal.
Rf =
jarak bercak dari awal pengembangan
jarak pengembangan
Harga Rf yang diperoleh pada KLT tidak tetap jika dibandingkan dengan
kromatografi kertas. Oleh karena itu, pada lempeng yang sama di samping
kromatogram zat yang akan diuji perlu dibuat kromatogram zat pembanding
kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan identifikasi
diperoleh dengan pengamatan dua bercak dengan harga Rf dan ukuran yang
hampir sama. Angka Rf berkisar antara 0,01 – 1,00 dan hanya dapat ditentukan
dengan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan
nilai berkisar antara 0 – 100 (Stahl, 1969).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
13
D. Kultur Jaringan
1. Pendahuluan
Kultur jaringan merupakan teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman
dalam suatu lingkungan yang terkendali dan bebas mikroorganisme (aseptik),
mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu:
a. Bahan tanam yang bersifat totipoten yaitu tanaman yang masih juvenil,
muda dan banyak terdapat pada daerah meristem tanaman.
b. Budidaya yang terkendali, mencakup keadaan media tumbuh, lingkungan
yang mempengaruhi (kelembaban, temperatur, cahaya) serta keharusan
sterilitas (Katuuk, 1989).
Menurut Helgeson dan Deveral (1983), ada beberapa keuntungan dan kerugian
menggunakan kultur jaringan.
Keuntungan kultur jaringan tanaman :
1. dimungkinkan untuk mengontrol lingkungan di mana interaksi eksplan dan
jamur terjadi karena media dapat ditentukan dan bervariasi; temperatur dapat
dikontrol; komponen gas dapat dimodifikasi.
2. kultur tidak terikat oleh organisme (bebas kontak dengan jamur dan material
jamur).
Adapun kerugiannya :
1. mekanisme pertahanan seperti kutikula atau inhibitor tidak ada dalam sistem
kultur jaringan.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
14
2. kejadian yang terjadi pada tanaman tidak terjadi pada kultur, begitu juga
sebaliknya.
3. perubahan genetik dapat terjadi pada kultur.
Kultur kalus tanaman adalah teknik budidaya kalus tanaman dalam suatu
lingkungan
yang
terkendali
dan
dalam
keadaan
aseptik
atau
bebas
mikroorganisme. Kultur kalus banyak digunakan dalam usaha produksi metabolit
sekunder (Santoso dan Nursandi, 2002).
Produksi metabolit sekunder dipengaruhi oleh jumlah sukrosa, penambahan ZPT
dari luar, sumber nitrogen dan jumlahnya yang relatif, cahaya, dan suhu.
Komponen kimia ini juga mempengaruhi pertumbuhan dan total biomassa dari
kultur in vitro (Rhodes, et al., 1994).
2. Penanaman eksplan
Penanaman eksplan dilakukan di dalam laminar air flow (LAF) dengan kondisi
aseptic. Sebelum bekerja di dalam LAF, semua perhiasan tangan seperti cincin,
jam, dan sebagainya harus dilepas dan tangan dibasuh dahulu dengan alkohol
70%. Dalam menginokulasikan eksplan, pekerja harus menggunakan masker
penutup mulut dan hidung (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Penanaman eksplan dilakukan secara aseptik pada media padat dan ditekan pelanpelan agar terjadi persinggungan yang baik antara eksplan dan media (Dixon,
1985). Pemilihan macam eksplan mempengaruhi kecepatan membentuk kalus.
Eksplan daun mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan eksplan
batang utama, cabang batang, atau tangkai bunga (Santoso dan Nursandi, 2002).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15
Peneliti menggunakan eksplan daun dengan maksud pertumbuhan kalus bisa lebih
cepat. Selanjutnya wadah ditutup dengan aluminium foil atau parafilm untuk
mencegah penguapan dan kontaminasi. Inkubasi dilakukan di tempat gelap
dengan penyinaran pada suhu 25 ± 3°C (Dixon, 1985).
Eksplan yang berupa kepingan atau irisan tipis dapat diletakkan sedemikian rupa
sehingga bagian permukaan yang luas melekat erat pada media (Soegihardjo,
1990).
3. Sub kultur
Sub kultur adalah usaha mengganti media tanam kultur jaringan dengan media
yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus atau protokormus
dapat terpenuhi. Subkultur pada media padat mudah dilakukan dengan cara
meletakkan kalus yang sudah terbentuk di atas cawan petri, kemudian membelahbelahnya menjadi bagian-bagian kecil lagi. Setelah menjadi potongan kecil, kalus
dimasukkan kembali dalam media yang memiliki komposisi sama dengan media
lama. Proses ini juga dilakukan dalam suasana steril (Hendaryono dan Wijayani,
1994).
Frekuensi pengulangan dari subkultur bervariasi untuk tiap spesies dan kondisi
pertumbuhan. Beerapa macam kultur umumnya dapat disubkultur tiap 4–8
minggu. Hampir tidak ada kepustakaan yang menyebutkan jumlah pengulangan
subkultur untuk propagasi (Wetherel, 1982).
4. Faktor penentu kultur jaringan
4.1 Eksplan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
16
Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang dikeluarkan atau
dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Berhasil tidaknya
pengkulturan eksplan tergantung pada faktor yang dimiliki oleh eksplan itu
sendiri. Faktor-faktor itu meliputi:
a. Ukuran eksplan
Ukuran eksplan sangat menentukan proses pengkulturan. Bagian
tanaman yang dikerat masih mengandung suplai makanan serta hormon
untuk potongan itu sendiri, sehingga makin besar keratan, makin besar
kemampuan keratan ini untuk dirangsang tumbuh dan beregenerasi. Namun
dibalik itu harus dipikirkan pula bahwa makin besar eksplan, makin besar
kemungkinan mendapatkan jaringan yang terkontaminasi. Ukuran eksplan
yang paling baik adalah 0,5 sampai 1,0 cm, namun ukuran ini dapat
bervariasi, tergantung pada material tanaman yang dipakai serta jenis
tanaman ( Katuuk, 1989).
b.Umur eksplan
Umur eksplan sangat mempengaruhi tipe serta daya morfogenesis.
Jaringan yang masih muda serta belum banyak berdiferensiasi terdapat pada
bagian meristematik. Dari semua jenis tanaman bagian inilah yang paling
banyak berhasil. Sel atau jaringan yang masih muda yang dinamakan
juvenile akan tetap muda dalam pengkulturan sehingga daya untuk
beregenerasi tetap ada, sedangkan sel-sel tua, kesanggupan untuk
beregenarasi sudah berkurang. Selain dari kandungan jaringan meristematik
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
17
yang berkurang, jaringan yang sudah tua ada kemungkinan sudah
mengandung banyak patogen ( Katuuk, 1989 ).
c. Sumber eksplan
Tanaman yang dijadikan sumber eksplan hendaknya dari tanaman
yang sehat, yang bertumbuh baik / normal. Pengaruh perubahan suhu,
cahaya, musim serta kelembaban terhadap tanaman induk sangat
mempengaruhi perkembangan eksplan. Tanaman induk dituntut untuk
berkecukupan zat hara, lama penyinaran, intensitas cahaya serta hormon
tumbuh. Pendek kata pertumbuhannya harus optimum ( Katuuk, 1989 ).
d.Genotip eksplan.
Genotip adalah faktor endogen yang paling utama mempengaruhi
perkembangan jaringan eksplan, dibandingkan faktor-faktor lain. Perbedaan
kemampuan untuk beregenerasi disebabkan oleh genotip jelas dapat dilihat
pada tanaman monokotil, dikotil dan gymnospermae. Dari ketiga kelompok
ini, kemampuan untuk beregenerasi yang paling rendah adalah tanaman
gymnospermae, kemudian diikuti oleh tanaman monokotil, dan terakhir oleh
tanaman dikotil. Selanjutnya dikatakan bahwa apabila satu jenis tanaman
dengan mudah beregenerasi in vivo maka sifat ini berlaku juga pada in vitro
(Katuuk, 1989 ).
4.2 Media
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
18
yang dikulturkan (Yusnita, 2003). Media yang digunakan dalam penelitian ini
adalah media Gamborg. Komposisi media Gamborg mirip dengan media MS.
Perbedaannya, jumlah nitrogen dalam bentuk ion ammonium yang terdapat dalam
media Gamborg jauh lebih sedikit dibanding yang terdapat dalam media MS
(Santoso dan Nursandi, 2002).
Nitrogen pada umumnya tersedia dalam bentuk campuran ion nitrat (dari
KNO3) dan ion ammonium (dari NH4NO3). Secara teoritis, ada keuntungan dalam
penyediaan nitrogen dalam bentuk ion ammonium, nitrogen harus dalam bentuk
tereduksi supaya dapat menyerap ke dalam makromolekul. Oleh karena itu, ion
nitrat juga harus direduksi terlebih dahulu. Perlu diketahui, pada konsentrasi
tinggi, ion ammonium dapat menyebabkan toksik pada kultur sel tanaman dan
adanya ion ammonium dari dalam media menyebabkan asidifikasi pada medium.
Konsentrasi tinggi ion ammonium juga dapat menyebabkan masalah pada kultur
dengan meningkatkan frekuensi vitrifikasi (kultur menjadi pucat dan mudah
hancur dan biasanya tidak layak untuk kultur lebih lanjut). Penggunaan campuran
ion ammonium dan ion nitrat mempunyai keuntungan yaitu proses buffer yang
tidak perlu terlalu kuat karena adanya ion nitrat menyebabkan ion OH- dilepaskan
(Ramage dan Williams, 2002).
Komponen media kultur yang digunakan dalam kultur jaringan adalah sebagai
berikut :
a. Air
Air memegang peranan penting dalam proses kultur jaringan karena 95% dari
media kultur terdiri dari air. Air yang digunakan dalam media serta dalam seluruh
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
19
proses kultur jaringan adalah air suling. Hal ini karena di dalam air ledeng atau air
sumur terlarut sejumlah kontaminan yang dapat merusak proses perkembangan
kultur eksplan. Kontaminan yang dimaksud adalah substansi atau mikroorganisme
yang mengganggu kultur. Air suling disimpan dalam kondisi steril dengan tidak
memberi peluang pada bakteri untuk hidup dan berkembang (Katuuk, 1991).
b. Garam anorganik
Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar yang disebut unsur makro,
sedangkan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro.
Beberapa jenis unsur yang termasuk unsur makro adalah nitrogen (N), fosfor (P),
dan kalium (K) adalah unsur yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman, yang berarti
harus selalu tersedia. Unsur sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) boleh
ada serta boleh tidak ada, tetapi karena fungsinya sangat mendukung pertumbuhan
jaringan maka akan lebih baik apabila unsur-unsur tersebut juga selalu disediakan
(Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Unsur mikro dalam media dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan.
Unsur mikro yang dibutuhkan dalam tanaman yaitu: unsur besi (Fe), unsur boron
(B), unsur seng (Zn), unsur kobalt (Co), unsur tembaga (Cu), unsur molybdenum
(Mo), dan unsur yodium (I) (George dan Sherrington, 1984).
c. Sumber karbon dan energi
Media kultur jaringan memerlukan bahan sebagai sumber tenaga. Biasanya
yang merupakan sumber tenaga adalah bahan kimia organik yang mengandung
karbon. Karbohidrat adalah kimia karbon yang meliputi gula, pati, dan selulosa.
Karbohidrat memiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
20
dan untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik potensial minimum dalam
media. Ada banyak jenis karbohidrat yang dipakai dalam kultur jaringan namun
yang paling banyak digunakan adalah sukrosa atau D-glukosa ( Katuuk, 1989).
d. Myo-inositol, vitamin, dan asam amino
Penambahan myo-inositol pada media bertujuan untuk membantu
diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila myo-inositol diberikan
bersama dengan auksin, kinetin dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan
jaringan kalus ( Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan
antara lain adalah Tiamin (vitamin B1), Piridoksin (vitamin B6), dan asam
nikotinat. Tiamin adalah vitamin yang esensial untuk hampir semua kultur
jaringan tumbuhan. Fungsi tiamin adalah untuk mempercepat pembelahan sel
pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang
menghasilkan energi dari karbohidrat. Asam nikotinat juga penting dalam reaksireaksi enzimatik, di samping berperan sebagai prekursor dari beberapa alkaloid.
Pemberian vitamin C biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya pencoklatan
pada permukaan irisan jaringan (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Sedangkan
fungsi dari vitamin B6 adalah sebagai ko-enzim yang membantu reaksi kimia
dalam proses metabolisme (Katuuk, 1989).
Asam-asam amino
berperanan penting untuk pertumbuhan dan
diferensiasi kalus. Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda.
Asparagin dan Glutamin berperan dalam metabolisme asam amino, karena dapat
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
21
menjadi pembawa dan sumber amonia untuk sintesis asam-asam amino baru
dalam jaringan (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
e. Hormon dan zat pengatur tumbuh
Keberadaan hormon dan zat pengatur tumbuh dalam kegiatan kultur
jaringan adalah mutlak karena budidaya kultur jaringan adalah budidaya
terkendali. Proses tumbuh dan berkembangnya eksplan dapat disesuaikan dengan
harapan, menjadi kalus saja, organogenesis ataupun embriogenesis. Pengaturan ini
dapat dilakukan dengan mengatur macam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
sehingga menghasilkan kombinasi yang tepat sesuai dengan harapan. Macam
hormon dan zat pengatur tumbuh yang sudah dikenal hingga saat ini adalah
sebagai berikut :
1. Auksin
Auksin pertama kali ditemukan oleh Went, dan diketahui sebagai asam
indolasetat (IAA). Selanjutnya, nama auksin digunakan untuk nama kelompok
hormon dan zat pengatur tumbuh yang menimbulkan respons khas IAA.
Tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang mirip dengan IAA baik
struktur maupun respon yang diakibatkannya, yaitu : asam 4-kloroindolasetat
(4kloroIAA), asam fenilasetat (PAA), dan asam indolbutirat (IBA) ( Santoso
dan Nursandi, 2001 ).
Hormon sintetik atau zat pengatur tumbuh yang digolongkan sebagai auksin
yaitu : asam a-naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D),
asam 2-metil 4-klorofenoksiasetat (MCPA), asam 2-naftalosiasetat (4-CPA),
asam p-klorofenoksiasetat (PCPA), asam 2,4,5-triklorofenoksiasetat (2,4,5-T),
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
22
asam 3,6-dikloroanisik (dikamba), asam 4-amino 3,5,6-trikloropikolinik
(pikloram) ( Santoso dan Nursandi, 2001 ).
Dalam aktivitas kultur jaringan, auksin berperan menginduksi terjadinya
kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk klorofil dalam kalus,
mendorong proses morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas,
mendorong proses embryogenesis, dan mempengaruhi kestabilan genetis
tanaman ( Santoso dan Nursandi, 2001 ).
2. Sitokinin
Sitokinin merupakan nama kelompok hormon tumbuhan yang sangat
penting sebagai pemacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan.
Seperti auksin, selain sitokinin alami juga terdapat sintesisnya yang tergolong
dalam zat pengatur tumbuh. Sitokinin sintetik yang umum digunakan dalam
kegiatan
kultur
jaringan
adalah
FAP
(6-furfurilaminopurin),
BAP
(Benzylaminopurin), Thidiazuron (N-phenil-N-1,2,3-thiadiazol-5-penylurea) (
Santoso dan Nursandi, 2001 ).
Dalam kegiatan kultur jaringan sitokinin berperan di dalam menstimulasi
terjadinya pembelahan sel, proliferasi kalus, pembentukan tunas, menghambat
pembentukan akar, mendorong pembentukan klorofil pada kalus ( Santoso dan
Nursandi, 2001 ).
3. Gibberilin (GA)
Gibberilin merupakan kelompok lain dari ZPT atau hormon yang dapat
mempengaruhi
pemanjangan
batang
atau
ruas
batang,
mendorong
pembungaan, induksi buah, dan tumbuhnya mata tunas yang dorman. Secara
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
umum dalam kegiatan kultur jaringan tanaman tanpa penambahan
23
GA,
sesungguhnya kegiatan telah dapat berjalan dan proses induksi serta
diferensiasi dapat dilakukan, meski demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa GA endogen dalam eksplan walaupun dalam kadar yang relatif kecil
diduga tetap merupakan komponen yang essensial, contoh GA sintetik adalah
gibberillic acid (Santoso dan Nursandi, 2001).
4. ABA (Abcisic acid)
ABA merupakan hormon tanaman yang secara alamiah disintesis tanaman bila
tanaman berada dalam keadaan stress. ABA tergolong dalam zat penghambat
tanaman atau inhibitor karena kerjanya berlawanan dengan hormon pendorong
seperti auksin, sitokinin, dan giberelin. Dalam kultur jaringan, ABA dapat
menghambat proses inisiasi dan pertumbuhan sel (Santoso dan Nursandi,
2001).
f. Bahan pemadat media
Media tanam dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan.
Media tanam tersebut dapat berupa larutan (cair) atau padat. Media cair berarti
campuran komponen-komponen zat kimia dengan air suling, sedangkan media
padat adalah media cair tersebut dengan ditambah zat pemadat ( Hendaryono dan
Wijayani, 1994 ).
Zat pemadat yang digunakan untuk membuat media padat adalah berupa agaragar. Agar adalah campuran berbagai polisakarida dari galaktosa yang diekstrak
dari ganggang laut, terutama Gellidium amansii dan ganggang lain dari golongan
Rhodophyta. Umumnya agar dapat membentuk gel pada suhu 40-45°C dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
24
titik cair 80-90°C. Kemampuan agar dalam memadatkan media tergantung pada
cara pengekstrakannya dari ganggang dan pH larutan media sebelum diautoklaf.
Dalam larutan media dengan pH rendah (kurang dari 4,5), gel yang terbentuk oleh
agar sangat encer, sedangkan larutan dengan pH tinggi (lebih dari atau sama
dengan 5,5) akan berbentuk padat ( Yusnita, 2003 ).
4.3 Lingkungan
Faktor lingkungan utama yang harus dipenuhi adalah :
a. Cahaya
Cahaya berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang disebut
fotomorfogenenesis. Jenis cahaya yang paling sering digunakan dalam
kultur jaringan adalah cahaya dari lampu neon. Hal ini disebabkan oleh
kemampuannya yang dapat menyebarkan cahaya yang lebih luas dan merata,
serta lebih hemat pemakaian listrik (Katuuk, 1989)
b. Suhu
Pada umumnya kultur jaringan memerlukan suhu sebesar 25-30°C.
Namun untuk pertumbuhan optimum hal ini akan berbeda-beda pada setiap
spesies, serta jenis eksperimen (Katuuk, 1989).
c. pH
Pada umumnya nilai pH yang paling disukai untuk pertumbuhan sel
antara 5-6. Walaupun pH media akan berubah selama pengkulturan, pH
harus diatur lebih dulu sebelum diautoklaf, yaitu apabila semua komponen
media sudah dicampurkan. Manfaat pH dalam media adalah untuk menjaga
kestabilan membran sel, mengatur garam-garam agar tetap dalam bentuk
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
25
terlarut, membantu penyerapan hara dan mengatur sifat gel agar (dalam
media padat) (Katuuk,1989).
d. Kelembaban
Faktor kelembaban relative humidity (RH) tidak banyak dibahas dalam
kultur jaringan. Hal ini disebabkan oleh kondisi dalam botol kultur yang
selalu lembab karena media. Namun demikian kelembaban di luar botol
kultur juga perlu diperhatikan. Kondisi iklim dalam hal ini sangat
berpengaruh terhadap kelembaban kultur. Untuk itu disarankan agar RH
dalam ruang kultur berkisar 70% ( Katuuk,1989 ).
e. Wadah / botol kultur
Ukuran wadah kultur biasanya juga mempengaruhi pertumbuhan serta
morfogenesis in vitro. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi CO2 yang tersedia, etilen serta gas lain yang berada dalam ruang
wadah. Besar kecilnya wadah tergantung pada jenis serta ukuran eksplan
yang digunakan, dan fase perkembangan eksplan sehingga pemindahan
eksplan ke botol yang lebih besar sangat diperlukan. Biasanya untuk eksplan
yang berukuran kecil, pada permulaan pengkulturan dapat menggunakan
tabung kultur yang berdiameter 1,5 cm, kemudian untuk pertumbuhan akar
maka diameter tabung kultur dapat diganti menjadi 2,5 cm. Wadah kultur
jaringan tidak hanya tergantung pada botol kultur buatan pabrik. Banyak
macam wadah yang boleh dijadikan tempat kultur, antara lain: botol-botol
bekas obat-obatan, jam, atau bekas
bahan makanan lainnya. Biasanya
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
26
wadah terbuat dari gelas adalah yang paling baik, karena dapat dengan
mudah dicuci untuk digunakan lagi.
5. Pola pertumbuhan kalus
Pertumbuhan kalus dapat dinyatakan sebagai fungsi kurva matematika
sederhana. Kurva yang menggambarkan pertumbuhan kalus adalah kurva
sigmoid. Kurva ini menyerupai bentuk huruf S. Fase-fase pertumbuhan yang
dapat dilihat pada kurva pertumbuhan yaitu :
a. Fase lag
Fase lag ditunjukkan dengan pertumbuhan yang lambat, tetapi kemudian
meningkat terus. Fase ini juga dapat disebut sebagai fase penyesuaian
organisme terhadap media.
b. Fase eksponensial
Pada fase ini sel tanaman sudah dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan mulai membelah lebih cepat. Fase ini akan ditandai dengan
bentuk kurva yang cenderung curam.
c. Fase Stasioner
Pada fase ini tanaman telah mencapai pertumbuhan maksimum.
Berkurangnya nutrisi dalam media, akumulasi produk beracun, dan
kekurangan oksigen akan menyebabkan penurunan kecepatan pertumbuhan
organisme (Campbell, et al., 2003)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
27
E. Sterilisasi
Media tumbuh yang digunakan untuk kultur jaringan sangat menguntungkan
bagi pertumbuhan cendawan dan bakteri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
sterilisasi untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme (Wetherel, 1982).
Beberapa teknik sterilisasi yang lazim digunakan dalam kultur jaringan
tanaman :
a.
Sterilisasi panas kering
Alat yang digunakan adalah oven dengan temperatur 1600C selama
4 jam. Oven digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang tidak mudah
terbakar, antara lain peralatan yang terbuat dari bahan gelas, atau logam
(Dodds dan Roberts, 1982).
b.
Pemanasan basah
Metode ini menggunakan autoklaf dengan uap air dan tekanan.
Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media, serta bahan yang
digunakan selama proses pengkulturan. Hampir semua mikroba mati
sesudah diberi uap air dengan suhu 121 0C selama 10-15 menit. Untuk
sterilisasi cairan sampai volume 1 liter diperlukan suhu 121 0C selama 20
menit (Dodds dan Roberts, 1982).
c.
Sterilisasi dengan memakai nyala
Alat / instrument yang sudah disterilkan dari oven, dikeluarkan dari
bungkusnya, dicelupkan dalam etanol 70% dan dilewatkan pada nyala
lampu spiritus. Setiap beberapa saat instrument harus dicelupkan ke dalam
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
28
etanol kemudian dibakar. Perlakuan ini berjalan terus selama kegiatan
inokulasi yang berlangsung di dalam kotak transfer (LAF) ( Katuuk,1989).
d.
Sterilisasi dengan bahan kimia
Sterilisasi dengan bahan kimia merupakan pembasmian mikroba
dengan jalan memakai bahan kimia. Biasanya bahan kimia dipakai untuk
mensterilkan permukaan saja, yang meliputi: material tanaman dapat
disterilkan dengan menggunakan natrium hipoklorit, perak nitrat atau air
brom, sedangkan instrumen, tangan pekerja, serta ruang atau kotak transfer
dapat disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% ( Katuuk, 1989 ).
Banyak jenis bahan pencuci yang boleh digunakan untuk sterilisasi
material tanaman. Jenis serta lamanya sterilisasi tergantung pada kepekaan
material tanaman. Banyak kali terjadi bila terlalu lama dan dengan
konsentrasi bahan pencuci yang tinggi, berakibat bukannya mematikan
mikroba tetapi bahkan merusak jaringan tanaman yang disterilkan. Di
samping itu bahan pencuci hendaknya bersifat lebih mudah larut. Bila
tidak demikian, sisa zat pencuci ini akan tetap pada material tanaman,
yang dapat mengganggu pertumbuhan eksplan ( Katuuk, 1989 ).
e.
Sterilisasi dengan cahaya
Ruang dan kotak transfer sukar untuk disterilkan hanya dengan
menggosok dengan alkohol atau bahan kimia pada permukaan. Untuk itu
digunakan lampu germisidal dengan sinar ultraviolet. Ada laboratorium
yang sudah memasangnya di langit-langit atau pada tempat lain dengan
maksud agar semua bagian terkena cahaya. Kelemahan menggunakan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
29
sinar ultraviolet adalah pada tempat-tempat yang tidak terkena cahaya,
proses sterilisasi tidak terjadi. Selain itu, sinar ultraviolet hanya mampu
mematikan bentuk fertilisasi bakteri dan jamur, bukan bentuk spora
(Katuuk, 1989 ).
F. Keterangan Empiris
Di dalam pencarian metode produksi kandungan obat dari tumbuhan,
pendekatan kultur jaringan, potensial sebagai alternatif di dalam produksi
metabolit-metabolit bioaktif tumbuhan untuk skala industri. Ide memperbanyak
tanaman dengan jalan mengkulturkan bagian kecil jaringan atau organ
berdasarkan teori ”totipotency”.
Berdasarkan
teori
“totipotency”,
diharapkan
penelitian
ini
dapat
menghasilkan ekstrak kalus daun kamboja jepang yang memiliki kandungan
glikosida jantung yang sama dengan ekstrak daun kamboja jepang tanaman asal
dan standard digitoksin. Kultur kalus yang dihasilkan oleh teknik kultur jaringan
ini diharapkan memiliki profil pertumbuhan sigmoidal, di mana pada fase
stasionernya menghasilkan kandungan glikosida jantung yang optimum.
Berdasar kan keterangan empiris di atas diharapkan :
1. Daun tanaman kamboja jepang dapat membentuk kalus dengan penambahan
zat pengatur tumbuh asam 2,4 Diklorofenoksiasetat dan 6-furfurilaminopurin
pada media Gamborg.
2. Kultur kalus yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan ini memiliki profil
pertumbuhan sigmoidal, di mana pada fase stasionernya menghasilkan
kandungan glikosida jantung yang optimum.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3.
30
Ekstrak kalus daun tanaman kamboja jepang memiliki kandungan glikosida
jantung yang sama dengan ekstrak daun kamboja jepang tanaman asal dan
standard digitalis.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas : konsentrasi 2,4-D dan FAP, umur kalus, dan waktu
panen.
b. Variabel tergantung : profil pertumbuhan dan susut pengeringan kalus.
2. Variabel pengacau terkendali
a. Subjek uji : daun yang digunakan sebagai eksplan adalah daun yang tidak
terlalu muda, segar, dan sehat terletak no 3-5 dari ujung batang atau
cabang dengan ukuran eksplan 0,5 - 1,0 cm.
b. Bahan uji dan cara kerja :
i. Media agar jenis Gamborg.
ii.Sterilitas, suhu, kelembaban dan intesitas cahaya dalam ruang
inkubator.
3. Variabel pengacau tidak terkendali
a. Adanya parasit endogen berupa bakteri endofit.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
32
b. Kandungan senyawa kimia lain yang terkandung dalam tanaman kamboja
jepang yang muncul pada kromatogram.
4. Definisi Operasional
a. Konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan FAP adalah sejumlah ppm
2,4-D dan FAP yang terkandung dalam satu liter media Gamborg.
b. Waktu inisiasi adalah waktu yang diperlukan oleh eksplan untuk
membentuk kalus dihitung dari awal penanaman hingga hari pertama kalus
mulai terbentuk.
c. Subkultur adalah suatu kegiatan pemeliharaan kalus dengan memindahkan
kalus ke dalam media baru sehingga kalus tidak kekurangan nutrisi.
d. Bobot kalus awal adalah bobot kalus pada saat penanaman pada subkultur
ke-1.
e. Bobot kalus akhir adalah bobot kalus pada saat pemanenan pada subkultur
ke-1.
f. Bobot kalus kering adalah bobot kalus hasil pemanenan yang telah
mengalami proses pengeringan sampai diperoleh bobot konstan.
g. Bobot konstan adalah bobot yang didapat apabila dalam 2 kali
penimbangan dan di antara kedua waktu penimbangan itu dilakukan
pengeringan dalam waktu sekurang-kurangnya 1 jam, selisih bobot dalam
kedua penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg.
h. Laju pertumbuhan kalus adalah pertambahan berat kalus tiap satuan waktu
yang diperoleh dari data penimbangan hasil pemanenan kalus setiap 6 hari
sekali sebanyak 3 botol selama 42 hari.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
33
i. Profil pertumbuhan kalus adalah rasio antara pertumbuhan kalus (bobot
kalus akhir- bobot kalus awal) dengan waktu pemanenan serta rasio antara
bobot kalus kering dengan waktu pemanenan..
j. Susut pengeringan adalah rerata bobot kalus basah dikurangi dengan rerata
bobot kalus kering lalu dibagi dengan rerata bobot kalus basah dikali
dengan 100%.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Bahan utama
Bahan utama yang digunakan adalah tanaman kamboja jepang (Adenium
obesum (Forssk.) Roem. & Schult.) yang ditanam di Maguwohardjo, Kabupaten
Sleman. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun segar dan sehat terletak
no. 3-5 dari ujung batang atau cabang.
b. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Agar, disuplai oleh Mkr Chemicals
2) Garam anorganik (makronutrien) yang terdiri dari :
a) amonium sulfat, Merck , Germany,
b) magnesium sulfat-heptahidrat, Merck, Germany,
c) kalsiumklorida-dihidrat, Merck, Germany,
d) kalium nitrat, Merck, Germany,
e) natrium dihidrogen fosfat-monohidrat, Merck, Germany.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
34
3) Garam anorganik mikronutrien yang terdiri dari :
a) mangan (II) sulfat monohidrat, BDH Limited Poole, England,
b) sengsulfat-heptahidrat, Merck, Germany, 108883
c) tembaga (II) sulfat pentahidrat, disuplai oleh Brataco Chemica,
Bandung, Indonesia.
d) kobalt (II) klorida-heksahidrat, BDH Limited Poole, England, 10082.
e) kalium iodide, Merck, Germany, 105043.
f) asam borat, Merck, Germany, 100165.
g) natriummolibdat-dihidrat, Riedel de Haen, Germany, 31439.
4) Sumber besi yang terdiri dari :
besi (II) sulfat-heptahidrat dalam bentuk larutan stok dengan natrium
etilen diamin tetra asetat (Merck, Germany).
5) Vitamin
a) mio-inositol, Merck, Germany,
b) asam nikotinat, Calbiochem, US dan Canada,
c) piridoksin (B6), disuplai oleh Bratako Chemika, Bandung, Indonesia.
d) tiamin (B1), disuplai oleh Bratako Chemika, Bandung, Indonesia.
6) Sumber karbon : sukrosa, Merck, Germany
7) Zat pengatur tumbuh yang terdiri dari :
a) auksin (asam 2,4-diklorofenoksiasetat), Sigma, Germany,
b) sitokinin (6-furfurilamino-purin), Merck, Germany,
8) Desinfektan
a) natrium hipoklorida, Bayclin, Johnson
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
35
b) alkohol 70 % derajat kemurnian teknis.
c) Tween-80, Merck-Sohuchardt
9) Akuades
c. Bahan untuk penyarian : Metanol (J.T. Baker, Germany) dan Kloroform
(J.T. Baker, Germany)
d. Bahan untuk Kromatografi Lapis Tipis :
1. Metanol, J.T. Baker, Germany
2. Etil asetat, J.T. Baker, Germany.
3. Kedde reagent, Merck, Germany.
4. Asam sulfat, Merck, Germany.
5. Silica-Gel GF 254, Merck, Germany.
2. Alat
a. Alat yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman :
1) Alat-alat gelas, Pyrex
1) Autoklaf, YX 400Z Shanghai Sanshen, Medical Inst, Co, LTD.
2) Oven, Marius Instrument, German.
3) Pemanas listrik, Ika Combimag, RCT, German.
4) Timbangan analitik, Scaltec.
5) Glassfirn.
6) Magnetic stirrer.
7) Pinset.
8) Skapel.
9) Kertas pH indikator.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
36
10) Kertas saring.
11) Laminar air flow.
12) Lampu UV.
13) Inkubator, Heraeus Tamson, Holland.
14) Botol kultur.
15) Aluminium foil,Heavy-Duty, Diamond-Wrap.
16) Refrigerator, Sharp.
17) Sprayer.
18) Mortir & stamper.
b. Alat untuk penyarian : alat gelas (pyrex), kertas saring, dan waterbath
c. Alat untuk Kromatografi Lapis Tipis:
1) Bejana gelas.
2) Lempeng kaca.
3) Lemari asam.
4) Pipa kapiler.
5) Sprayer.
6) Lampu TL 20 watt.
7) Lampu UV 254 dan 365 nm.
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman Adenium obesum dilakukan di Laboratorium
Biologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
menggunakan jurnal acuan (Anonim, 2006).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
37
2. Pembuatan stok
a. Pembuatan larutan stok hara mikro
Disiapkan gelas piala dengan volume 500 ml yang telah diisi akuades
300 ml. Mangan (II) sulfat tetrahidrat sebanyak 1,00 g, seng sulfat heptahidrat
sebanyak 0,2 g, asam borat sebanyak 0,3 g, kalium iodida sebanyak 0,075 g,
natrium molibdat dihidrat sebanyak 0,025 g, tembaga (II) sulfat pentahidrat
0,0025 g, kobalt (II) klorida heksahidrat sebanyak 0,0025 g dimasukkan satu
per satu ke dalam gelas piala tersebut, sambil diaduk dengan menggunakan
magnetic stirer hingga jernih. Kemudian ditambahkan aquades hingga volume
500 ml. Perlu diperhatikan bahwa tiap 1 liter media membutuhkan 1 ml stok
hara mikro.
b. Pembuatan larutan stok besi
Stok untuk bahan ini terpisah dari unsur hara mikro lainnya, karena
komponen natrium etilen diamin tetra asetat dan besi (II) sulfat heptahidrat
sukar larut dalam akuades, maka perlu ditambahkan beberapa tetes HCl,
kemudian dipanaskan. Disiapkan gelas piala dengan volume 500 ml yang telah
diisi akuades 300 ml. Besi (II) sulfat heptahidrat sebanyak 0,278 g dan
natrium etilen diamin tetra asetat dihidrat sebanyak 0,373 g dimasukkan ke
dalam gelas piala tersebut, lalu ditambahkan beberapa tetes HCl sambil diaduk
dengan menggunakan magnetis stirer hingga larut dan agar cepat larut dibantu
dengan pemanasan. Kemudian ditambahkan akuades hingga volume 500 ml.
Perlu diperhatikan bahwa satu liter media dibutuhkan 5 ml larutan stok besi.
c. Pembuatan larutan stok vitamin
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
38
Dua ratus milliliter aquades dimasukkan ke dalam gelas piala dengan
volume 500 ml, kemudian asam nikotinat sebanyak 0,1 g, piridoksin
hidroklorida sebanyak 0, 1 g, tiamin hidroklorida sebanyak 0,01 g dimasukkan
satu per satu ke dalam gelas piala tersebut, sambil diaduk dengan
menggunakan magnetic stirer hingga jernih. Kemudian ditambahkan aquades
hingga volume 500 ml. Perlu diperhatikan bahwa satu liter media dibutuhkan
5 ml larutan stok vitamin dan asam amino.
d. Pembuatan larutan stok myoinositol
Untuk membuat larutan myoinositol, diperlukan 10 g myoinositol yang
dilarutkan dalam 500 ml aquades dalam gelas piala sampai larut kemudian
akuades ditambahkan sampai volume 1 liter. Dalam membuat satu liter media
dibutuhkan larutan stok myoinositol sebanyak 10 ml.
e. Pembuatan larutan stok ZPT
ZPT yang digunakan adalah asam 2,4-Diklorofenoksiasetat. Untuk
membuat larutan stok 2,4-D (4 ppm), larutkan 2,4-D sebanyak 100 mg ke
dalam 2-5 ml etanol, panaskan sebentar lalu tambahkan 100 ml akuades.
Dalam membuat satu liter media dengan konsentrasi 2,4D sebesar 4 ppm
dibutuhkan larutan stok sebanyak 4 ml.
3. Pembuatan media
Media yang digunakan adalah media Gamborg. Pembuatannya adalah
sebagai berikut : mula-mula 500 ml akuades dipanaskan di dalam gelas piala
1000 ml. Sambil terus diaduk, dimasukkan bahan-bahan anorganik makro
sesuai dengan komposisi yang ada (daftar terlampir). Setelah semua hara
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
39
makro larut, dimasukkan berturut-turut 1 ml larutan stok hara mikro, 5 ml
larutan stok besi-EDTA, 1 ml stok vitamin dan 10 ml stok myoinositol.
Sedikit demi sedikit dimasukkan campuran sukrosa 27 g dan agar 10 g sambil
diaduk hingga larut. Sementara itu, ditambahkan juga akuades sedikit demi
sedikit untuk membantu kelarutan hingga volume mencapai 1000 ml.
Campuran tersebut dipanaskan hingga mendidih dan berwarna jernih. Setelah
jernih, suhu pemanas diturunkan dan stok zat pengatur tumbuh dimasukkan
sesuai konsentrasi yang diinginkan. Setelah itu, dilakukan pengaturan pH
media 5,2 – 5,6. jika terlalu basa ditambahkan HCl encer dan jika terlalu asam
ditambahkan larutan KOH encer. Penyusutan air karena pemanasan diatasi
dengan penambahan akuades hingga 1000 ml kemudian media dipindahkan ke
dalam botol kultur dengan ketebalan kurang lebih 1 cm. Botol yang berisi
media kemudian ditutup menggunakan alumunium foil dan disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. Media yang aman
digunakan adalah media yang telah disimpan dalam inkubator selama kurang
lebih 1 minggu dan tidak tampak adanya pertumbuhan mikroorganisme
kontaminan seperti : jamur dan bakteri.
4. Sterilisasi alat dan ruangan
a. Sterilisasi alat
Erlenmeyer yang berisi akuades dan gelas piala kosong ditutup dengan
alumunium foil. Cawan petri diisi kertas saring, skalpel, pinset yang
dibungkus dengan kertas payung semuanya dimasukkan dalam autoklaf dan
disterilkan pada temperatur 121 °C selama 20 menit.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
40
b. Sterilisasi ruangan
Dinding- dinding ruangan penanaman eksplan dan Laminar Air Flow
(LAF) disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% atau spiritus.
Selanjutnya lampu UV baik yang ada di ruangan maupun di LAF dinyalakan
selama ± 2 jam.
5. Sterilisasi dan penanaman eksplan
a. Sterilisasi eksplan
Sebelum dimasukkan ke dalam LAF, eksplan berupa daun yang
diambil dari tanaman induk dicuci di bawah air keran yang mengalir dengan
diberi sedikit detergen untuk membersihkan kotoran yang melekat di
permukaan terluar eksplan Eksplan direndam-dikocok dalam larutan hipoklorit
5 – 10 menit kemudian dibilas dengan akuades sebanyak 3 kali. Di dalam LAF
eksplan juga disterilkan dengan direndam-dikocok dalam larutan hipoklorit
dengan ditambah Tween-80 sebanyak 2-3 tetes selama 5 menit. Eksplan
dibilas 3 kali dengan air steril (air yang sudah disterilisasi dengan autoklaf).
Eksplan yang sudah dibilas dengan air steril ini sudah siap untuk ditanam.
b. Penanaman eksplan
Potongan eksplan yang akan ditanam yang sudah disterilkan
sebelumnya dimasukkan ke dalam media dengan sedikit ditekan untuk
memperbesar sudut kontak eksplan dengan permukaan media klutur. Media
yang telah ditanami, diinkubasikan dalam ruang inkubator dengan suhu
ruangan 18 °C serta disinari dengan lampu TL 20 watt dengan ketinggian 40
cm.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
41
6. Pengamatan waktu inisiasi kalus
Waktu inisiasi kalus dihitung dari saat kalus mulai terbentuk. Karena
pertambahan bobot pertumbuhan kalus tidak dapat diamati, penentuan waktu
inisiasi kalus dilakukan secara visual yaitu mulai terlihatnya bintik putih pada
bagian pelukaan eksplan.
7. Subkultur
Subkultur dilakukan 36 hari setelah penanaman di mana tanaman telah
menampakkan gejala kurang nutrisi (berwarna kecoklatan) atau bobotnya
tidak bertambah. Pada proses subkultur, kalus dipecah menjadi bagian yang
lebih kecil kemudian ditanam lagi ke dalam media baru. Proses subkultur ini
dilakukan sebagai berikut, semua perlengkapan yang digunakan yaitu pinset,
skapel, bunsen, alat-alat gelas, botol berisi alkohol 70% dan botol-botol yang
berisi media yang telah diketahui beratnya dimasukkan kedalam laminar air
flow dan disterilkan selama ± 2 jam dengan lampu UV.
Media yang berisi kalus kemudian disemprot dengan alkohol 70%
kemudian dimasukkan ke dalam laminar air flow. Ketika botol akan dibuka
dan ditutup, maka dilakukan proses flambir. Kemudian ambil kalus dengan
pinset dan letakkan di atas cawan petri. Bersihkan kalus dari sisa-sisa eksplan
hingga bersih kemudian belah bagian kalus tersebut dan potong-potong
dengan menggunakan skapel dan pinset dengan ukuran kalus 3 – 5 mm lalu
ditanam dalam media yang baru secara aseptis. Kalus yang telah ditanam tadi
kemudian diinkubasikan di dalam ruang inkubator dengan suhu ruangan 180C
serta disinari dengan lampu TL 20 watt dengan ketinggian 40 cm. Sub-kultur
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
42
ini dibuat sebanyak 42 botol. Untuk mengetahui bobot kalus maka dilakukan
penimbangan pada media baru yang berisi kalus, selanjutnya bobot yang
diperoleh dikurangkan dengan bobot media awal sebelum ditanami kalus.
8. Pemanenan
Setelah dilakukan subkultur, tiap 6 (enam) hari sekali dilakukan
pemanenan sebanyak 3 (tiga) buah botol yang berisi kalus lalu dibersihkan
dari sisa-sisa agar yang masih melekat. Setelah kalus bersih kemudian
dilakukan penimbangan dan akan mendapatkan bobot kalus basah. Kalus yang
telah dipanen kemudian dikeringkan pada suhu 40-500C hingga didapatkan
perbedaan bobot tidak lebih dari 0,5 mg bobot kalus dari 2 penimbangan
berurutan berselang 1 jam (MMI jilid IV) atau dengan kata lain setelah
didapatkan berat kalus kering yang konstan. Catat bobot kering kalus hasil
setiap pemanenan. Kalus kering yang diperoleh kemudian digerus dengan
menggunakan mortir dan stamper. Selanjutnya serbuk kalus yang diperoleh,
disimpan di dalam flakon dan dikumpulkan sebanyak ± 2 gram untuk dibuat
ekstrak sehingga dapat diketahui metabolit sekunder dalam kalus.
9. Analisis pertumbuhan kalus
Analisis pertumbuhan kalus dalam penelitian ini menggunakan dua cara,
yaitu :
a. Pembuatan grafik pola pertumbuhan kalus berdasarkan data penimbangan
bobot kalus basah dengan umur kalus.
Perhitungan bobot kalus basah tiap-tiap waktu tertentu yakni setiap 6
(enam) hari sekali. Pertambahan bobot kalus basah pada tiap-tiap waktu
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
43
pemanenan didapatkan dari penjumlahan dari tiap-tiap botol yang dipanen
pada hari yang sama. Analisis pertumbuhan kalus dilakukan dengan
menggunakan kurva sigmoid yang menyatakan hubungan antara umur kalus
dengan pertambahan bobot kalus basah (pertumbuhan kalus) sehingga
diperoleh gambaran fase-fase pertumbuhan kalus.
b. Pembuatan grafik pola pertumbuhan kalus berdasarkan data biomassanya
Kalus basah yang diperoleh dari setiap pemanenan kemudian
dikeringkan hingga bobotnya konstan dan ditimbang. Pertumbuhan kalus
dihitung berdasarkan persentase pertambahan bobot biomassa kalus.
Kemudian dibuatkan grafik pola pertumbuhan kalus, dengan menghubungkan
antara pertambahan bobot kalus kering dan umur kalus.
10. Pengeringan dan pembuatan serbuk daun kamboja jepang
Daun kamboja jepang dikeringkan di dalam oven pada suhu 40-500C.
Kemudian
daun
yang
telah
dikeringkan
tersebut,
digerus
dengan
menggunakan mortir dan stamper. Serbuk daun yang diperoleh, disimpan di
dalam flakon.
11. Pembuatan ekstrak kalus
Satu gram serbuk kalus daun kamboja jepang direfluks menggunakan 10
ml campuran kloroform-metanol (1:10
v
/v), selama 10 menit. Larutan
didinginkan dan disaring, filtratnya diuapkan sampai kering. Residu yang
diperoleh dilarutkan dalam 2 ml kloroform-metanol (1:1 v/v) (Dwiatmaka dan
Wulandari, 2005). Ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT sebanyak 30-50μl
(Wagner, et al., 1984).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
44
12. Pembuatan ekstrak daun kamboja jepang
Satu gram serbuk kering daun kamboja jepang direfluks menggunakan
10 ml campuran kloroform-metanol (1:10 v/v), selama 10 menit. Larutan
didinginkan dan disaring, filtratnya diuapkan sampai kering. Residu yang
diperoleh dilarutkan dalam 2 ml kloroform-metanol (1:1 v/v) (Dwiatmaka dan
Wulandari, 2005). Sebelumnya perlu dilakukan uji tabung untuk memastikan
ada tidaknya aglikon kardenolida sebagai salah satu cincin lakton yang
menyerang C17 pada glikosida steroid. Uji dengan pereaksi Baljet, ambil sari
kloroform secukupnya, encerkan dengan metanol 3-5 kali lipat volume asal,
tambahkan pereaksi Baljet. Terbentuknya warna jingga menunjukkan adanya
aglikon kardenolida. Uji dengan pereaksi Raymond, dengan cara kerja yang
sama maka terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya aglikon
kardenolida. Ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT sebanyak 30-50μl
(Wagner, et al., 1984)
13. Pembuatan standar digitoksin
Sepuluh mg serbuk digitoksin dilarutkan dalam sepuluh ml metanol P
(Anonim, 1995).
14. Uji KLT ekstrak kalus, ekstrak daun kamboja jepang dan standar
digitoksin
Ekstrak kalus, ekstrak daun kamboja jepang dan standar digitoksin
ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan fase diam silika gel
GF254 dan fase gerak berupa etil asetat – metanol - air (81 : 11 : 8 v/v) dengan
jarak pengembangan 8 cm. Deteksinya menggunakan sinar UV 254 dan 365
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
45
nm, serta disemprot dengan dua macam pereaksi yaitu Kedde (bercak diamati
di bawah sinar tampak) dan Vanilin Asam Fosfat (lempeng dipanaskan pada
suhu 1000C selama 10 menit, amati bercak di bawah sinar tampak) (Wagner,
et al., 1984).
E. Analisis Hasil
Analisis waktu inisiasi kalus dilakukan secara visual sebagai munculnya
titik-titik tumbuh kalus yang berwarna putih kekuningan untuk yang pertama
kalinya pada eksplan dengan menggunakan rata-rata waktu inisiasi kalus.
Pertumbuhan kalus diperoleh berdasarkan pertambahan bobot kalus
basah yakni dengan cara mengurangkan bobot kalus basah akhir dengan bobot
kalus basah awal. Bobot kalus basah awal didapat dari bobot kalus hasil subkultur
pertama. Bobot kalus basah akhir didapat dari bobot kalus basah yang telah
ditumbuhkan dalam media selama enam hari (bobot kalus setelah pemanenan).
Pertumbuhan kalus (p) = bobot kalus basah akhir – bobot kalus basah awal Data penimbangan bobot kalus basah yang diperoleh dari setiap
pemanenan kemudian dikeringkan hingga bobotnya konstan dan ditimbang.
Pertumbuhan kalus juga dapat dihitung dihitung berdasarkan persentase
pertambahan bobot biomassa kalus. Kemudian dibuatkan grafik profil
pertumbuhan kalus, dengan menghubungkan antara persen susut pengeringan
dengan umur kalus. Data profil pertumbuhan kalus berdasarkan biomassa kalus
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
46
tersebut digunakan sebagai data pendukung bagi profil pertumbuhan kalus
berdasarkan pertambahan bobot kalus basah.
Untuk mengetahui apakah dengan adanya penambahan zat pengatur
tumbuh (2,4-D) selama dilakukannya proses kultur, berpengaruh terhadap bobot
biomassa kalus maka diperlukan perhitungan susut pengeringan. Persen susut
pengeringan kalus dihitung dengan mengurangkan rerata bobot kalus basah akhir
dengan rerata bobot kalus kering dibagi dengan rerata bobot basah akhir dikali
100%.
% susut pengeringan :
(rerata bobot kalus basah akhir – rerata bobot kalus kering) x 100%
rerata bobot kalus basah akhir
Analisis kandungan kimia kalus, dalam hal ini glikosida jantung dilakukan
uji KLT dengan membandingkan bercak kalus kamboja jepang dengan bercak
daun tanaman asal dan bercak standar digitoksin.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman kamboja jepang dilakukan dengan mencocokkan
tanaman kamboja jepang yang digunakan dalam penelitian dengan ciri-ciri
morfologi tanaman kamboja jepang berdasarkan jurnal acuan (Anonim, 2006).
Berdasarkan hasil determinasi, diperoleh keterangan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kamboja jepang (Adenium obesum
(Forssk.) Roem. & Schult.).
B. Pembuatan Media, Pemilihan Eksplan, Sterilisasi, dan Penanaman
Media yang digunakan adalah media Gamborg. Pembuatan media pada
prinsipnya dilakukan dengan melarutkan semua komponen media dalam air,
sesuai dengan konsentrasinya. Modifikasi komponen media baku juga biasa
dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan kultur yang lebih sesuai yang
diinginkan.
Media Gamborg dibuat dengan cara melarutkan bahan-bahan yang ada ke
dalam Beaker glass secara berurutan, bahan organik makro dan mikro, vitamin,
myoinositol, sukrosa dan agar, serta hormon pengatur tumbuh. Unsur mikro perlu
dibuat dalam larutan stok untuk memudahkan dalam pembuatan media karena
jumlahnya yang cukup kecil (kurang dari 100 mg/L), sedangkan unsur makro
tidak perlu. Begitu juga dengan vitamin, Fe(Na)EDTA, dan Myoinositol perlu
dibuat dalam larutan stok. Selanjutnya ditambahkan campuran sukrosa dan agar
yang sebelumnya sudah digerus halus. Penambahan dilakukan sedikit demi sedikit
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
48
sambil dipanaskan agar campuran sukrosa dan agar tidak menggumpal dan
sekaligus memudahkan pelarutan. Campuran bahan kemudian dididihkan.
Selanjutnya ditambahkan hormon pengatur tumbuh 2,4-D dan FAP dan diatur PH
5,2-5,6. Jika terlalu asam media akan sukar memadat sehingga perlu ditambah
KOH (basa) encer. Jika terlalu basa media akan cepat memadat sehingga akan
sulit dituang ke dalam botol-botol media, diatasi dengan penambahan HCl (asam)
encer. Selanjutnya media dipindahkan ke dalam botol-botol kultur dan ditutup
dengan alumunium foil untuk kemudian disterilisasi dengan autoklaf 121˚C
selama 15 menit. Media yang sudah disterilisasi kemudian disimpan dalam
inkubator selama 1 minggu dan siap untuk ditanami jika tidak terjadi kontaminasi
seperti jamur dan bakteri.
Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun tanaman
Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult. yang terletak nomor 3-5 dari ujung
batang atau cabang karena pada bagian tersebut masih banyak dijumpai jaringan
meristem dan parenkim muda yang mempunyai sifat totipotensi sehingga dapat
tumbuh dan berkembang menjadi kalus. Sel atau jaringan yang masih muda yang
dinamakan juvenile akan tetap muda dalam pengkulturan sehingga daya untuk
beregenerasi tetap ada. Daun yang terletak di bagian ujung batang atau cabang
memiliki jaringan yang sudah tua sehingga kesanggupan untuk beregenerasi sudah
berkurang, selain itu jaringan yang sudah tua mengandung banyak bakteri endofit
sehingga harus dihindari. Pemilihan daun sebagai eksplan, selain mudah didapat
daun juga memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan eksplan bagian
lain seperti batang utama, cabang batang, atau tangkai bunga. Proses sterilisasi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
49
yang diperlukan juga mudah dan lebih cepat. Menurut Santoso dan Nursandi
(2002), munculnya kalus rata-rata terjadi pada hari 12,2 HSI (Hari Setelah
Inokulasi) dengan perlakuan asam 2,4-D. Daun yang diinokulasikan akan
mengalami dediferensiasi (kebalikan diferensiasi) yaitu berubahnya sel-sel
eksplan yang tadinya sudah terspesialisasi menjadi tidak terspesialisasi dan
kembali ke kondisi meristematik. Proses ini terjadi pada sel-sel eksplan yang
sebelumnya sudah terdeferensiasi). Ukuran eksplan yang akan ditanam
berdasarkan orientasi adalah 0,5 – 1,0 cm. Ukuran eksplan tidak begitu
menentukan, namun hendaklah diketahui bahwa pembelahan sel akan seringkali
gagal apabila eksplan terlalu kecil. Namun eksplan yang terlalu besar juga
memiliki resiko kontaminasi yang lebih besar dan penyerapan nutrisi yang kurang
sempurna karena tidak semua bagian eksplan menempel pada media sehingga
kalus yang terbentuk hanya pada sebagian eksplan saja selebihnya eksplan mulai
menguning, menjadi coklat dan akhirnya mati. Peneliti sudah mencoba dengan
ukuran eksplan yang besar dan yang kecil. Hasilnya, eksplan yang kecil
membentuk kalus lebih sempurna karena nutrisi yang diserap juga lebih banyak
karena permukaan eksplan menempel seluruhnya pada media.
Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun karena
pada penelitian yang dilakukan oleh Nakamura dkk. (2000) dilaporkan bahwa
ekstrak dari daun tanaman Adenium obesum mengandung glikosida jantung yang
memiliki efek mengatasi sitotoksik sehingga berpotensi sebagai antikanker. Oleh
karena itu, diharapkan dengan metode kultur jaringan ini dihasilkan kalus dari
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
50
daun kamboja jepang yang mengandung glikosida jantung yang sama dengan
tanaman asalnya.
Media tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan juga merupakan
tempat tumbuh yang menguntungkan bagi pertumbuhan jamur dan bakteri, untuk
itu perlu dilakukan sterilisasi guna mencegah kontaminasi. Sterilisasi dilakukan
pada peralatan, media, eksplan, maupun ruang transfer. Sterilisasi pada peralatan
dan media menggunakan metode uap panas bertekanan yaitu menggunakan
autoklaf denga suhu 121 °C selama 15 menit. Ruang transfer disterilisasi dengan
disemprot alkohol 70% dan radiasi sinar UV selama ± 2 jam. Sinar UV ini
memiliki panjang gelombang yang pendek (10-8 – 10-6 nm) sehingga energi yang
dimiliki sinar UV sangat besar karena panjang gelombang berbanding terbalik
dengan energi yang dipancarkan sehingga energi radiasi dari sinar UV ini dapat
digunakan untuk mensterilisasi ruang transfer. Sinar UV ini beda dengan yang
digunakan untuk menyinari uang karena memiliki watt yang lebih besar (2 x 30
watt) sehingga radiasi yang ditimbulkan juga cukup besar untuk mematikan
mikroorganisme di dalam ruang transfer. Sterilisasi eksplan terdiri dari 3 tahap,
yaitu pencucian, sterilisasi di luar dan sterilisasi di dalam ruang transfer.
Pencucian dilakukan dengan tujuan menghilangkan kotoran (kontaminan) dari
permukaan daun dengan menggunakan detergen dan dibilas dengan akuades,
biasa disebut disinfeksi. Sterilisasi di luar dan di dalam ruang transfer dilakukan
secara kimiawi yaitu dengan campuran hipoklorit 10% dan Tween 80 dan dibilas
menggunakan akuades steril. Tween 80 digunakan sebagai agen pembasah untuk
meningkatkan efektivitas serilisasi karena lapisan terluar daun biasanya
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
51
berlapiskan lilin, sehingga akan mencegah terbentuknya gelembung-gelembung
udara yang dapat menutupi permukaan jaringan yang dapat menghambat
penyerapan nutrisi media.
Eksplan ditanam dalam bentuk irisan melintang daun. Melalui bentuk
irisan ini diharapkan permukaan eksplan yang dapat kontak dengan media
semakin luas sehingga nutrisi dapat diserap dengan lebih baik oleh eksplan. Pada
saat pengirisan dan pemindahan eksplan ke dalam botol kultur, digunakan pisau
dan pinset yang telah disterilkan dan didinginkan untuk meminimalkan resiko
kematian eksplan karena panas.
Gambar 2. Eksplan dalam bentuk irisan melintang daun
C. Waktu Inisiasi Kalus
Waktu inisiasi kalus adalah waktu yang diperlukan sejak penanaman
hingga saat kalus mulai terbentuk. Idealnya, waktu inisiasi kalus ditandai dengan
pertambahan bobot eksplan yang telah ditanam dari bobot awalnya. Namun,
pengamatan bobot media dan eksplan dari hari ke hari menunjukkan terjadinya
penurunan bobot eksplan dan media berbanding lurus dengan umur penanaman.
Penurunan bobot tersebut terjadi karena laju pertumbuhan kalus lebih lambat
daripada laju pengurangan kadar air media akibat penguapan dan penyerapan air
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
52
oleh eksplan. Oleh karena itu, penentuan waktu inisiasi kalus tidak dapat diamati
dengan cara tersebut.
Pada penelitian ini, inisiasi kalus diamati dengan munculnya titik-titik
tumbuh kalus yang berwarna putih kekuningan untuk yang pertama kalinya pada
eksplan. Waktu inisiasi kalus berdasarkan konsentrasi 2,4-D dan FAP terlihat
pada tabel berikut.
Tabel I. Waktu inisiasi kalus pada Ga. II Perbandingan
Waktu inisiasi kalus
Jumlah botol
konsentrasi ZPT (ppm)
(hari)
2
9
2,4-D : FAP
4
10
4:4
4
14
Rata-rata
11
Tabel II. Waktu inisiasi kalus pada Ga. III
Perbandingan
Waktu inisiasi kalus
Jumlah botol
konsentrasi ZPT(ppm)
(hari)
3
14
2,4-D : FAP
4
10
4:0
2
14
Rata-rata
12,7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
53
Tabel tersebut menunjukkan bahwa waktu inisiasi Ga. II lebih cepat
dibandingkan Ga. III.
Waktu inisiasi kalus ini tidak dapat menggambarkan pertumbuhan kalus.
Karena selama proses orientasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
walaupun eksplan tanaman yang dipilih diperlakukan pada kondisi percobaan
yang sama, namun eksplan tanaman yang satu dan yang lainnya memiliki
kepotensialan yang berbeda untuk tumbuhnya kalus.
Gambar 3. Inisiasi kalus
D. Subkultur dan Panen
Subkultur dilakukan setelah kalus berumur 36 hari. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga konsistensi pasokan nutrisi. Apabila subkultur terlambat
dilakukan, massa kalus akan mati kehabisan nutrisi. Tanda-tanda kalus kehabisan
nutrisi dan harus segera dipindah adalah warna kalus menjadi coklat, media retak,
dan selanjutnya sedikit demi sedikit kalus akan mengering. Waktu 36 hari yang
digunakan dalam penelitian ini didapat dari hasil orientasi, di mana pada umur 36
hari kalus telah mulai menunjukkan tanda kekurangan nutrisi.
Pada penelitian ini, kalus cukup disubkultur 1 kali sebelum dilakukan
pemanenan. Kalus yang dipanen adalah hasil dari subkultur pertama. Hal ini
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
54
dilakukan karena pada subkultur yang pertama eksplan sudah membentuk kalus
seluruhnya.
Bagian kalus yang disubkultur adalah bagian yang masih memiliki titik
tumbuh yaitu di bagian kalus terluar dan belum mengalami browning. Kalus yang
telah mengalam browning apabila ditanam tidak dapat tumbuh dan berkembang
membentuk kalus baru. Kalus bagian luar merupakan kalus yang masih tersusun
oleh sel-sel meristem sehingga dapat tumbuh dan berkembang membentuk kalus
baru. Dengan pemilihan ini, diharapkan kalus akan cepat berkembang setelah
dipindah ke media baru. Dari hasil orientasi, ditemukan bahwa kalus bagian dalam
terdiri dari sel-sel tua yang dalam keadaan dorman sebelum mulai pertumbuhan
apabila dipindahkan ke media baru. Tidak jarang, kalus tua ini justru mati setelah
dipindah karena tidak mampu menyerap nutrisi dari media.
Bobot kalus awal sebelum subkultur tidak dapat ditimbang karena resiko
kontaminasi. Oleh karena itu, jumlah kalus awal dikendalikan dengan
menyamakan ukuran kalus awal, yaitu ± 3 – 5 mm. Ukuran ini ditetapkan dengan
cara orientasi. Ukuran kalus awal yang lebih kecil menghasilkan pertumbuhan
yang lebih pesat karena penyerapan nutrisi lebih optimal.
Pemanenan dilakukan pada setiap 6 hari sekali selama 42 hari. Tujuan
pemanenan adalah untuk mengetahui profil pertumbuhan kalus dan untuk
mendapatkan kalus kering untuk dianalisis kandungan kimianya. Pemanenan pada
hari ke-30 sampai hari ke-36 dilakukan 2 hari sekali agar perubahan fase
eksponensial menuju fase stasioner terlihat lebih jelas. Pemanenan dilakukan
sampai hari ke-42, karena pada hari ke-36 hingga hari ke-42 kalus menunjukan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
55
fase stasioner, di mana pada fase tersebut diharapkan kalus memiliki kandungan
metabolit sekunder berupa glikosida jantung yang optimum.
E. Profil Pertumbuhan Kalus
Pertumbuhan kalus tidak dapat diamati dengan penimbangan kalus
setiap periode waktu tertentu karena adanya pengurangan bobot media akibat
penguapan yang akan mengacaukan data. Kadang-kadang, bobot kalus terlihat
berkurang semu karena laju penguapan media lebih besar daripada laju
pertumbuhan kalus.
Pada penelitian, dilakukan panen setiap 6 hari sekali sehingga
didapatkan data bobot kalus awal dan akhir pada hari ke 6, 12, 18, dan seterusnya.
Pertumbuhan dihitung sebagai selisih bobot kalus basah akhir (n hari setelah
penanaman) dengan bobot kalus basah awal (bobot kalus pada saat ditanam). Pola
pertumbuhan kalus mengikuti persamaan kuva sigmoid dengan adanya fase lag,
fase eksponensial, dan fase stasioner. Pada analisis profil pertumbuhan ini media
yang digunakan disebut sebagai media Ga. II dan Ga. III. Media Ga. II adalah
media Gamborg dengan perbandingan konsentrasi FAP dan 2,4-D (4 : 4). Media
Ga. III adalah media Gamborg dengan konsentrasi 2,4-D 4 ppm.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
56
Gambar 4. Kurva pertumbuhan kalus pada media Ga. II
Fase-fase pertumbuhan kalus dapat dilihat pada kurva pertumbuhan
kalus hasil pengamatan, yaitu : fase lag, merupakan fase penyesuaian di mana laju
pertumbuhan kalus sangat kecil. Pada penelitian ini, fase lag terjadi pada hari ke-0
hingga hari ke-18. Pada fase lag, terjadi penyesuaian diri daun kamboja jepang
dengan lingkungan sehingga laju pertumbuhan sangat kecil. Pada fase ini, kalus
mulai tumbuh yang ditandai dengan adanya bintik berwarna putih kekuningan
pada bagian pelukaan daun. Pada hari ke-18 sampai hari ke-36 kalus mengalami
fase eksponensial yang ditandai dengan pertumbuhan kalus yang sangat pesat
karena kalus sudah dapat menyesuaikan diri dengan media dan dapat
mengabsorpsi nutrisi dengan baik. Setelah hari ke-36, kalus mengalami fase
stasioner di mana laju pertumbuhan kalus setara dengan laju kematian sehingga
bobot kalus relafif tetap. Pada fase stasioner inilah metabolit aktif berupa
glikosida jantung dihasilkan. Oleh karena itu, pemanenan kalus dapat dilakukan
mulai hari ke-36 untuk mendapatkan metabolit dalam jumlah optimum.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
57
Gambar 5. Kurva pertumbuhan kalus pada media Ga. III
Fase-fase pertumbuhan kalus dapat dilihat pada kurva pertumbuhan kalus
hasil pengamatan, yaitu : fase lag, merupakan fase penyesuaian di mana laju
pertumbuhan kalus sangat kecil. Pada penelitian ini, fase lag terjadi pada hari ke-0
hingga hari ke-15. Pada umur tersebut, kalus masih dalam tahap penyesuaian diri
dengan media setelah proses subkultur sehingga absorpsi nutrisi dari media
berjalan lambat. Pertumbuhan kalus masih lambat karena belum banyak asupan
nutrisi yang diperlukan sebagai sumber energi bagi pembelahan dan pembesaran
sel. Pada hari ke-15 sampai hari ke-36, pertumbuhan kalus menjadi cepat. Fase ini
disebut fase eksponensial. Pada fase ini, nutrisi dapat diserap dengan baik
sehingga pertumbuhan sel menjadi optimal. Setelah hari ke-36, pertumbuhan
kalus menjadi tetap karena sel
mulai menua dan nutrisi pada media mulai
menipis. Pemanenan dapat dilakukan pada fase ini karena metabolit sekunder
terbentuk dengan optimal.
Kurva sigmoid yang menggambarkan hubungan antara umur kalus dengan
pertambahan bobot kalus basah didukung oleh kurva pertumbuhan kalus daun
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
58
kamboja jepang berdasarkan pertambahan bobot biomassa kalus. Data profil
pertumbuhan kalus daun kamboja jepang berdasarkan pertambahan bobot
biomassa kalus ditunjukkan pada lampiran 3.
F. Susut Pengeringan Kalus
Bobot basah kalus tidak dapat menggambarkan produktivitas kalus.
Produktivitas kalus dapat dilihat dari nilai biomassa (massa sel kalus) atau bobot
kering kalus. Biomassa kalus akan terbentuk seiring dengan pertumbuhan umur
kalus. Sel-sel kalus akan terus tumbuh dan akan mencapai pertumbuhan yang
maksimal pada fase stasioner sehingga pada fase ini metabolit sekunder yang
dihasilkan akan maksimal, Menurut Salisbury dan Ross (1992), auksin dapat
meningkatkan bobot basah kalus dengan cara meningkatkan permeabilitas dinding
sel terhadap air sehingga air dari media banyak terabsorpsi ke dalam kalus. Untuk
melihat pengaruh variasi konsentrasi terhadap kandungan air kalus, dilakukan
perbandingan susut pengeringan dari kalus pada kedua media.
Gambar 6. Perbandingan kurva susut pengeringan kalus pada kedua media
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
59
Persen susut pengeringan adalah nilai persen dari pengurangan rerata bobot
kalus basah dengan rerata bobot kalus kering dibagi dengan rerata bobot kalus
basah. Persen susut pengeringan kalus yang diperoleh dari hasil penelitian
ditunjukkan pada gambar 6. Persen susut pengeringan kalus meningkat secara
drastis pada hari ke-0 hingga hari ke-6. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kalus menyerap lebih banyak air pada fase awal pertumbuhan kalus yaitu pada
fase lag akibat adanya penambahan ZPT (2,4-D) ke dalam media yang mana
menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) 2,4-D dapat menaikkan tekanan
osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel
terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan
dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan
kenaikan volume sel, sehingga persen susut pengeringanpun mengalami
kenaikan. Selanjutnya persen kadar air kalus mulai konstan pada hari ke-6
hingga hari ke-42. Hal tersebut menunjukkan bahwa kalus menyerap sedikit
air akan tetapi kalus lebih banyak melakukan aktivitas pembelahan sel.
Data persen susut pengeringan sangat penting dalam hal pemilihan jenis media
tanam yang akan digunakan. Apabila tipe kalus yang ditumbuh kembangkan
banyak mengalami penyusutan setelah dikeringkan maka media yang cocok
digunakan yakni media cair. Melalui pemilihan media yang tepat maka dapat
diketahui pula waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan sehingga
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kalus dalam keadaan optimum.
Pada gambar 6 ditunjukkan bahwa kalus daun kamboja jepang banyak
mengkonsumsi air di dalam pertumbuhannya sehingga pembudidayaan pada
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
60
media cair diduga akan menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
optimal karena media yang digunakan optimum di dalam pertumbuhan. Dalam
hal ini, media Ga. II lebih baik dibanding Ga. III karena waktu inisiasi yang
diperlukan lebih singkat selain itu.
G. Analisis Kandungan Kimia Kalus
Analisis kandungan kimia kalus secara KLT dan uji tabung dilakukan
untuk membuktikan bahwa secara kualitatif kalus mampu memproduksi glikosida
jantung seperti tanaman asalnya sehingga diharapkan dapat dikembangkan
sebagai penghasil metabolit sekunder.
Pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji identifikasi fitokimia
kalus dengan menggunakan 2 macam pereaksi, yaitu uji dengan pereaksi Baljet
dan uji dengan pereaksi Raymond, di mana jika hasil uji ini positif memberikan
warna jingga dan ungu yang menunjukkan adanya aglikon kardenolida sebagai
salah satu cincin lakton yang menyerang C17 pada glikosida steroid.
20
19
13
R
CH3
17
14
12
18
6
CH3
16
10
11
9
1
15
5
4
2
8
3
7
Gambar 7. Penomoran struktur inti steroid
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
61
Dari hasil penelitian diperoleh hasil yang positif dengan kedua pereaksi
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kalus mengandung aglikon
kardenolida.
Secara spesifik, menurut Farnsworth (1966), ada 2 macam gugus yang
menunjukkan adanya kandungan glikosida jantung, yaitu cincin lakton tidak jenuh
dan inti steroid. Masing-masing gugus tersebut dapat diidentifikasi menggunakan
beberapa macam reagen dan menghasilkan warna yang spesifik. Cincin lakton
tidak jenuh dapat diidentifikasi menggunakan beberapa macam reagen, salah
satunya reagen Kedde (3,5 Dinitrobenzoic acid-alkali). Reagen semprot ini
menghasilkan intensitas warna yang lebih tinggi pada bercak hasil pengembangan.
Inti steroid dapat diidentifikasi menggunakan reagen vanillin asam fosfat dan akan
menghasilkan bercak berwarna warna kuning kehijauan. Kedua reagen tersebut
dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya cincin lakton tidak
jenuh dan inti steroid yang merupakan penyusun glikosida jantung.
Selanjutnya analisis kandungan kimia kalus dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Fase diam yang
digunakan pada penelititan ini yaitu silika gel GF254 Fase diam ini digunakan
karena glikosida jantung hanya memiliki sedikit gugus kromofor yang apabila
dideteksi di bawah UV 254 nm pada silika gel tanpa indikator fluoresensi
memberikan bercak dengan intensitas warna yang lemah. Oleh karena itu
digunakan silika gel GF254 yang mengandung bahan yang dapat berfluoresensi.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
62
Standar pembanding yang digunakan adalah digitoksin karena termasuk
glikosida jantung. Selain itu kamboja jepang juga mengandung bahan aktif yang
menyerupai glikosida digitalis berupa glikosida jantung.
Fase gerak yang digunakan dalam analisis ini adalah campuran etil asetat
: metanol : air dengan perbandingan 81 : 11 : 8 v/v . Karena fase diam lebih polar
daripada fase gerak, maka kromatografi ini merupakan kromatografi fase normal.
Pereaksi semprot yang digunakan dalam penelitian ini adalah pereaksi vanilin
asam fosfat dan peraksi Kedde (Wagner et al., 1984).
Glikosida jantung bersifat polar karena memiliki gugus gula (glikon).
Namun kepolaran fase diam yang digunakan dalam penelitian lebih tinggi
dibandingkan dengan glikosida jantung. Berdasarkan sifat fase gerak, fase diam,
dan analit, bercak dapat bergerak mengikuti fase gerak (tabel III).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
63
Tabel III. Hasil pengamatan KLT dengan fase diam silika gel GF254 dan
fase gerak etil asetat : metanol : air ( 81 : 11 : 8 v/v )
Totolan
Ekstrak
Standar
Digitoksin
Daun
Kamboja
Jepang
Kalus
Kamboja
Jepang
Ga. II
Kalus
Kamboja
Jepang
Ga. III
No.
Bercak
Pereaksi Vanilin
Asam Fosfat
Rf
Warna
0,56 Kuning
oranye
0,69 Kuning
oranye
0,79 Kuning
oranye
0,08
Jingga
0,29
Jingga
0,56
Hijau
0,65
Hijau
0,75 Kuning
0,81
Hijau
0,05
Jingga
0,16
Jingga
Pereaksi Kedde
A1
Sinar UV
254 nm
365 nm
Rf
Warna
Rf
Warna
0.56
Ungu
-
A2
0,69
Ungu
-
-
A3
0,79
Ungu
-
-
B1
B2
B3
B4
B5
B6
C1
C2
0.08
0,29
0,56
0,65
0,75
0,81
0,05
0,16
Coklat
Ungu
Hijau
Hijau
Ungu
Hijau tua
Coklat
Coklat
0,08
0,29
0,56
0,65
0,81
0,05
0,16
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Hijau
Ungu
C3
0,66
Ungu
-
-
0,66
Jingga
0,66
-
C4
0,81
Hijau
0,81
Ungu
0,81
Hijau
0,81
Hijau
D1
0,09
Coklat
0,09
Hijau
0,09
Jingga
0,09
Kuning
D2
0,18
Coklat
0,18
Ungu
0,18
Jingga
0,18
Kuning
D3
0,68
Ungu
-
-
0,68
Jingga
-
-
D4
0,84
Hijau
-
-
0,84
Hijau
0,84
Hijau
Keterangan :
Ga II
→ media Gamborg dengan konsentrasi FAP : 2,4-D (4 : 4)
Ga. III → media Gamborg dengan konsentrasi FAP : 2,4-D (0 : 4)
A1 s/d A 3 → bercak standar digitoksin no. 1 – 3
B1 s/d B6 → bercak ekstrak daun no. 1 – 6
C1 s/d C4 → bercak ekstrak kalus Ga. II no. 1 – 4
D1 s/d D4 → bercak ekstrak kalus Ga. III no. 1 – 4
Rf
0,56
Warna
Ungu
0,69
Ungu
0,79
Ungu
0,08
0,56
0,65
0,81
0,05
0,16
Kuning
Hijau
Hijau
Hijau
Kuning
Kuning
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
64
Keterangan gambar :
Fase diam : silika gel GF254
Fase gerak: etil asetat : metanol :air
(81 : 11 : 8 v/v)
3
6
4
2
5
1
4
3
A : Standar Digitoksin
4
B : Ekstrak daun kamboja jepang
3
C : Ekstrak kalus daun kamboja
jepang Ga. II
D : Ekstrak kalus daun kamboja
2
2
jepang Ga. III
2
1
1
A
B
Deteksi
1
C
D
:vanilin
asam
fosfat
pemanasan 1000C selama
10 menit
Jarak pengembangan : 8 cm
Gambar 8. Kromatogram glikosida jantung kalus daun kamboja jepang, ekstrak daun
kamboja jepang tanaman asal dan standar digitoksin
setelah disemprot dengan pereaksi vanilin asam fosfat
Dari hasil penelitian di atas, ekstrak kalus daun kamboja jepang
menghasilkan 4 bercak
untuk masing-masing konsentrasi, sedangkan ekstrak
daun kamboja jepang menghasilkan 6 bercak,dan standar digitoksin menghasilkan
3 bercak setelah lempeng disemprot dengan pereaksi vanilin asam fosfat.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
65
Keterangan gambar :
Fase diam : silika gel GF254
Fase gerak: etil asetat : metanol :air
3
6
4
(81 : 11 : 8 v/v)
4
A : Standar digitoksin.
2
4
3
1
B : Ekstrak daun kamboja jepang
C : Ekstrak kalus daun kamboja
jepang Ga. II
2
1
A
1
B
D : Ekstrak kalus daun kamboja
2
jepang Ga. III
1
C
D
Deteksi : pereaksi Kedde
Jarak pengembangan : 8 cm
Gambar 9. Kromatogram glikosida jantung kalus daun kamboja jepang, ekstrak daun
kamboja jepang tanaman asal dan standar digitoksin
setelah disemprot dengan pereaksi Kedde
Dari hasil penelitian di atas, masing-masing ekstrak kalus daun kamboja
jepang menghasilkan 3 bercak, sedangkan ekstrak daun kamboja jepang
menghasilkan 4 bercak, dan standar digitoksin menghasilkan 3 bercak setelah
lempeng disemprot dengan pereaksi Kedde.
Dari pengamatan bercak hasil KLT, terdapat 3 bercak masing-masing
ekstrak kalus daun kamboja jepang yaitu bercak no. 1,3, dan 4 yang memiliki
harga Rf yang mirip dengan harga Rf bercak ekstrak daun kamboja jepang yaitu
bercak no. 1,4, dan 6 dan Rf standar digitoksin yaitu bercak no. 2 dan 3. Apabila
dilihat dari warnanya, masing-masing bercak ekstrak kalus daun kamboja jepang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
66
no. 4 dan bercak standar digitoksin no. 3 memiliki warna hijau muda sedangkan
bercak ekstrak daun kamboja jepang no. 6 memiliki warna hijau tua. Hal tersebut
dikarenakan konsentrasi kandungan glikosida pada ektrak kalus daun kamboja
jepang dan standar digitoksin hasil preparasi lebih kecil daripada ekstrak daun
kamboja jepang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan sistem KLT yang digunakan
pada penelitian ini, diperoleh 1 senyawa pada ekstrak kalus daun kamboja jepang
yang mirip dengan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak daun kamboja
jepang dan standar digitoksin yang diduga sebagai glikosida jantung. Hal ini
membuktikan bahwa kamboja jepang memiliki peluang untuk dikembangkan
secara kultur jaringan untuk menghasilkan kalus yang dapat berperan secara
fungsional menghasilkan senyawa golongan glikosida jantung yang mirip dengan
tanaman asalnya.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pertumbuhan kalus daun tanaman kamboja jepang
dengan teknik kultur jaringan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Daun tanaman kamboja jepang dapat membentuk kalus dengan teknik
kultur jaringan menggunakan media Gamborg yang mengandung variasi
zat pengatur tumbuh 2,4-D dan FAP.
2. Profil pertumbuhan kalus daun tanaman kamboja jepang mengikuti kurva
sigmoid. Media Ga. II mengalami fase lag pada hari 0-18, fase
eksponensial pada hari 18-36, dan fase stasioner pada hari 36-42. Media
Ga. II mengalami fase lag pada hari 0-15, fase eksponensial pada hari 1536, dan fase stasioner pada hari 36-42.
3. Kalus daun tanaman kamboja jepang memiliki profil kromatografi lapis
tipis yang mirip dengan daun tanaman induknya.
B. SARAN
Dari penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang :
1. Perlu diadakan percobaan lanjutan tentang pengaruh variasi 2,4-D
terhadap kandungan glikosida jantung kalus daun kamboja Jepang secara
kuantitatif.
2. Perlu dilakukan percobaan lanjutan penanaman kamboja Jepang secara in
vitro sampai ke kultur suspensi sel.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
68
3. Perlu dilakukan pemastian terhadap jenis metabolit glikosida steroid yang
dihasilkan.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Ed. I,
Penerbit Andi, Yogyakarta, hal 1-19.
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia , jilid IV, Depkes RI, XVI.
Anonim, 2006, Adenium, http://en.wikipedia.org/wiki/Adenium, diakses pada
tanggal 27 November 2006.
Anonim, 2006, Desert Rose Adenium obesum, http://davesgarden.com/pf, diakses
pada tanggal 22 November 2006.
Atawodi, S.E., Bulus T.I.S., Ameh D.A., Nok Aj., Mamman M., Galadima M.,
2003, In vitro trypanocidal effect of methanolic extract of some Nigerian
savannah plants, Afr.J.Biotechnol. 2(9): 317-321.
Beikram dan Andoko A., 2003, Mempercantik Penampilan Adenium, Agromedia
Pustaka, Solo, hal 2, 12, 13.
Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Madicinal Plant, 2nd edition,
terj. Caroline K. Hatton, Intercept Ltd., New York, p. 721-734.
Dicosmo, F. and M. Misawa, 1995, Plant cell and tissue culture: Alternatives for
metabolit production, Biotechnol, Adv.13(3): 425-453.
Dixon, R.A., 1985, Plant Cell Culture, A practical Approach, IRL Press, Oxford,
Washington DC, p.3-11
Doods, J.H. dan Roberts, L.W., 1985, Experiments in Plant Tissue Culture,
Cambridge University Press, Cambridge.
Dwiatmaka, Y. dan Wulandari, E., 2005, Modul Praktikum Farmakognosi
Fitokimia, USD, Yogyakarta.
Farnsworth, N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of
Journal Of Pharmaceutical Sciencis, Vol.55, No. 3., p.260-262.
Plants,
Freiburghaus F., Kaminsky R., Nkuna M.H.N., Brun R., 1996, Evaluation of
African medicinal for their in vitro trypanocidal activity, J.Ethnopharmacol.
55: 1-11.
George, E.F., and Sherrington, P.D.., 1984, Plant Propagation by Tissue Culture,
Eastern Press, Reading, p. 301-310.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
70
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan, terbitan kedua, ITB, Bandung, hal. 14-15, 147-156.
Helgeson and Deveral, 1983, Use of Tissue Culture and Protoplast in Plant
Pathology, Academic Press, Tokyo, p. 10-11.
Hendaryono, D.P.S. dan Wijayani A., 1994, Teknik Kultur Jaringan, Kanisius,
Yogyakarta, hal. 18, 26-29, 59, 89-94.
Jork,H., W. Funk, W. Fischer and H. Wimmer, 1990, Thin-Layer
Chromatography : Reagent and Detection Methods, Vol. 1a., Trans: Frank
& Jennifer A. Hampson, VCH Publishers, New York, p. 430-433.
Katuuk, J.R.P., 1989, Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikropropagasi Tanaman,
Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta, hal. 2-4, 90-94,
109.
Mgbojikwe, L.O. and Z.S.C. Okoye, 2001, Acaricidal Efficacy of the Aqueous
Stem Bark Extract of Adenium obesum on the Various Life Stages of Cattle
Ticks, Nig.J.Exptl.Appl.Biol. Vol. 2, No. 1, pp. 39-43.
Misawa, M., 1994, Plant Tissue Culture; An Alternative for Production of Useful
Metabolite, Food and Agriculture Organization, Rome, p. 1-78.
Mulja, H.M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University
Press, Surabaya, hal. 223-227.
Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolisme Sekunder, PAU Bioteknologi UGM,
Yogyakarta, hal 196-197.
Nakamura, M., M. Ishibashi, E. Okuyama, T. Koyano, T. Kowithayakorn, M.
Hayashi and K. Komiyama, 2000, Cytotoxic Pregnanes from Leaves of
Adenium obesum, Natural Medicines 54(3): 158-159.
Nugroho, A. dan Heru S., 2002, Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan,
Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 1, 15.
Puspitasari, A. dan Soegihardjo, C.J., 2002, Optimasi Media Penumbuh Kalus
Sebagai Langkah Awal Upaya Budidaya In vitro Tanaman Vitex trifolia L.,
Majalah Farmasi Indonesia, hal. 21-25.
Ramachandra Rao, S. and G.A. Ravishankar, 2002, Plant cell cultures: Chemical
factories of secondary metabolites, Biotechnol, Adv 20:101-153.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
71
Ramage, C. M. and Williams, R. R., 2002, Mineral nutrition and plant
morphogenesis. In vitro Cellular and Developmental Biology—Plant, 38,
116–24.
Ranger, E., 1996, Herbal Gram, The Jurnal of The American Botanical Council,
http://www.herbalgram.org/youngliving/herbalgram/articleview.asp?a=64
&p=Y, I. 36; p. 34 diakses pada tanggal 4 Oktober 2005.
Rhodes MCJ, Parr AJ, Ceielutt A, Aird ELH., 1994, Influence of exogenous
hormone on the growth and secondary metabolite formation in
transformed root cultures. Plant Cell Tissue and Organ Culture, 38 : 14351
Robinson, Trevor, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, terjemahan
Kosasih Padmawinata, edisi 6, ITB Press, Bandung, hal. 191-193.
Salisbury, F.B. dan Cleon W.R., 1995, Fisiologi Tumbuhan, jilid 3, diterjemahkan
oleh Diah R., Lukman, dan Sumaryono, ITB, Bandung, hal. 15, 151-152.
Samuelsson, G., 1999, Drugs of Natural Origin, 4th Ed., Swedish Pharmaceutical
Press, Sweden, p. 326.
Santoso, U. dan Fatimah N., 2002, Kultur Jaringan Tanaman, cetakan pertama,
edisi pertama, Iniversitas Muhammadiyah, Malang, hal. 1-2, 9, 115-120.
Sastrohamidjojo, H., 2001, Kromatografi, Laboratorium Analisis Kimia Fisika
Pusat UGM, Yogyakarta, hal. 26-36.
Sastrohamidjojo, H., 2002, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta, hal. 26-33.
Stahl, E., 1969, Thin-Layer Chromatography-A Laboratory Handbook, Springer
International Student Edition, Springer-Verlag Berlin, Heidelberg, New
York, p. 33-34.
Stahl, E., 1973, Drug Analysis by Chromatography, diterjemahkan oleh
Padmawinata, K. dan Soediro, I., ITB-Press, Bandung, hal. 119-123.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit
ITB, Bandung, hal. 114-117.
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Suryowinoto, M., 1992, Budidaya In vitro : Terobosan dalam Teknologi,
Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas Biologi UGM.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
72
Taiz dan Zieyer, 1998, Taiz, L., and E. Zieger, !998, Plant Physiology, 2nd Edt.,
Sinauer Associates, Maschacusetts.
Thorpe, T.A., 1981, Requirements for a Tissue Culture Facility, Academic Press,
Tokyo.
Wagner, H., Bladt, S., Zgainski, E.M., 1984, Plant Drug Analysis: A Thin Layer
Chromatography Atlas, (Transl: Scoot, Th.A.), Springer-Verlag, BerlinHeidelberg-New York-Tokyo, p.195-223.
Wetherell, D.F., 1982, Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro,
diterjemahkan oleh dra. Koensoemardiyah S. Su., Apt., Avery Publishing
Group Inc., USA, hal. 39-44.
Wie, T., 2006, Bibit, Media, Cuaca, dan Sinar Matahari pada Adenium,
http://www.kebonkembang.com/kebonkembang., diakses pada tanggal 22
November 2006.
Wijaya, M., 2007, Profil Pertumbuhan dan Analisis Kualitatif Glikosida Jantung
Kalus Daun Kamboja Jepang (Adenium obesum) Dalam Media MS Dengan
Konsentrasi 2,4-Diklorofenoksiasetat Sebesar 4 ppm, Skripsi, Fakultas
Farmasi USD, Yogyakarta.
Yamauchi T. and Abe F., 1990, Cardiac glycosides and pregnanes from Adenium
obesum (studies on constituents of Adenium. I)., Chem Pharm Bull, 38
(3):669-72.
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien,
cet. 1, Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 1-2, 14.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
73
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul Profil Pertumbuhan dan Analisis Kualitatif
Glikosida Jantung Kalus Daun Kamboja Jepang (Adenium obesum) dalam
Media Gamborg dengan Variasi Konsentrasi 2,4 Diklorofenoksi Asetat dan
Furfuryl Amino Purine bernama Vicky Ariestya Chandra, dilahirkan di Kutoarjo
pada tanggal 11 April 1984. Penulis merupakan putra kedua dari pasangan
Chandra Heryadi dan Lucia Arinia Sutisna.
Penulis pernah menempuh pendidikan di TK Pius Bakti Utama Kutoarjo (19881990), kemudian melanjutkan pendidikan di SD Pius Bakti Utama Kutoarjo
(1990-1996),
SMP Pius Bakti Utama (1996-1999), SMA Kolese De Britto Yogyakarta (19992002), dan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2002.
Selama studi di Fakultas Farmasi penulis pernah menjadi Koordinator Seksi
Perlengkapan pada Panitia Titrasi 2004, Koordinator Seksi Humas pada Panitia
Pharmacy Event Cup 2003, penulis juga aktif sebagai anggota UKF basket
Farmasi (2002-2006).
Download