Sel Tanaman Teh sebagai Sumber Bibit

advertisement
sistem hubungan kerja, dan sistem
kelembagaan yang ada belum mendukung kegiatan usaha non-farm.
Saran Tindak Lanjut
Kesempatan kerja di sektor pertanian maupun nonpertanian di lahan
marginal perlu dicermati dengan
baik untuk mengantisipasi laju migrasi (ke negara tetangga) tenaga
kerja produktif yang berusia muda
dengan membuka peluang usaha
melalui kemitraan antara petani
dan pengusaha. Untuk mengatasi
kekurangan modal petani, pemerintah perlu mengupayakan kredit
usaha berbunga rendah, tanpa jaminan dan prosedur yang mudah.
Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan juga diperlukan bagi tenaga kerja yang berpendidikan rendah
(Kurnia Suci Indraningsih) .
Sel Tanaman Teh
sebagai Sumber Bibit
Dengan berkembangnya bioteknologi, sel tanaman dapat direkayasa
dalam media tumbuh yang cocok sehingga mampu tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman normal.
D
ari zaman kuno sampai awal
abad ke-20, istilah sel lebih
banyak dibicarakan dan dikaji oleh
ahli ilmu biologi. Kajian sel yang diulas dan didiskusikan tersebut lebih
banyak mengenai aspek anatomi
dan fisiologi sel sebagai satuan organisme terkecil. Mulai awal abad
ke-20, pengkajian sel makin berkembang dengan didukung penemuan mikroskop.
Seiring dengan perkembangan
penelitian sel, berbagai temuan
baru tentang fisiologi sel dan aspek
yang terkait terus berkembang. Penemuan yang paling spektakuler
adalah potensi sel sebagai bahan
Kalus remah asal kultur
kotiledon sebagai bahan
sumber kultur suspensi sel.
14
perbanyakan tanaman oleh ahli biologi sel hewan dan tumbuhan dari
Jerman yaitu Schwan dan Schleiden.
Dari hasil penelitiannya, mereka
menemukan adanya kemampuan
setiap bagian organisme hidup (bila
ditempatkan pada kondisi yang sesuai), untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu normal seperti tetuanya. Kemudian mereka
memberikan istilah sebagai Totipotensi. Dengan teori Totipotensi,
Schwan dan Schleiden dikenal sebagai pelopor perkembangan ilmu
baru yang kemudian dikenal sebagai bioteknologi.
Suspensi sel embriogenik
yang telah tumbuh pada
media cair.
Pertumbuhan embrio
somatik stadium muda
pada media padat.
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian
Jalan A. Yani No. 70
Bogor 16161
Telepon : (0251) 333964
Faksimile : (0251) 314496
E-mail
: [email protected]
Dengan berkembangnya bioteknologi tanaman khususnya teknologi kultur in vitro (penanaman
bagian hidup suatu tanaman dalam
media buatan dalam tabung atau
wadah yang terbuat dari gelas),
teknik perbanyakan tanaman makin
luas dan dapat dilakukan dalam
waktu lebih singkat. Teknik kultur
in vitro merupakan dasar pengetahuan yang mendorong berkembangnya teknik kultur sel, jaringan
dan organ tanaman secara in vitro
dalam kondisi aseptik dan steril dalam laboratorium. Teknik ini merupakan terobosan dalam program
pemuliaan tanaman sehingga penyediaan bibit tanaman dapat ditingkatkan baik kuantitas maupun
kualitasnya.
Secara konvensional, tanaman
teh dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Pembiakan
generatif dilakukan dengan biji, namun pembiakan dengan cara ini sering menghasilkan tanaman yang
berbeda dengan induknya. Pembiakan secara vegetatif dilakukan
Perkembangan embrio
somatik membentuk embrio
stadium dewasa (kotiledon)
pada media padat.
dengan setek tunas. Namun, cara
perbanyakan ini juga mempunyai
kelemahan, antara lain jumlah bibit
yang dihasilkan terbatas, perlu
waktu lama untuk menyeleksi pohon induk, dan bibit yang dihasilkan
kurang toleran terhadap kekeringan
karena perakarannya dangkal sehingga penyerapan air dan unsur
hara kurang optimal.
Metode kultur in vitro, khususnya teknik biak sel, berpotensi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Teknik kultur in vitro khususnya
embriogenesis somatik (pertumbuhan dan perkembangan embrio
tanaman tanpa pembuahan) hasil
kultur sel berpeluang untuk menghasilkan bibit teh yang seragam
dengan jumlah banyak dalam waktu
relatif singkat. Prosedur kultur sel
sampai pembentukan bibit diuraikan
berikut ini.
Induksi Kalus Remah
Tahap awal dari kultur sel adalah
induksi kalus remah sebagai sumber suspensi sel. Bahan tanaman
yang digunakan, yang dikenal dengan istilah eksplan, berupa kotiledon yang dipotong tipis melintang.
Potongan kotiledon (eksplan) dikulturkan pada medium padat buatan
dengan perlakuan sesuai untuk induksi kalus selama 6-8 minggu.
Salah satu keunggulan kalus sebagai sumber suspensi sel dibanding
jaringan tanaman secara langsung
adalah lebih mudah dalam proses
isolasi dan lebih cepat tumbuh
karena sel cepat membelah.
Pembuatan Suspensi Sel dan
Kultur Sel Embriogenik
Kalus yang terbentuk dipotong kecil-kecil (lembut) kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer yang berisi media cair dengan
atau tanpa penambahan enzim untuk memisahkan agregat sel menjadi sel tunggal. Tabung kemudian
dikocok dengan orbital shaker berkecepatan sekitar 80 rpm (putaran
per menit) selama seminggu. Selan-
jutnya, media disaring dengan kain
Marycloth yang mempunyai ukuran
lubang atau mesh 100-200 mđm,
sehingga sel-sel yang terpisah atau
berbentuk tunggal akan lolos dari
saringan dan diperoleh suspensi sel
murni. Suspensi sel lalu diberi medium cair sesuai perlakuan untuk
tumbuh dan berkembang, kemudian dikulturkan di atas orbital shaker selama 6-8 minggu sampai terbentuk agregat sel kompak yang
embriogenik atau pro-embrio.
Kultur Agregat Sel untuk Induksi
Embrio Somatik
Agregat sel dari kultur suspensi sel
dikulturkan dalam botol jam yang
berisi medium padat untuk induksi
embrio somatik. Botol dikulturkan
dalam ruang terang cahaya baur
selama 6-8 minggu. Mulai umur 45 minggu, akan terlihat bulatanbulatan kuning keputihan yang sebenarnya adalah proses inisiasi pertumbuhan embrio. Setelah berumur
lebih dari 6 minggu, bentuk dan
ukuran embrio makin jelas dan
membesar sehingga bisa dipindah
atau disubkultur ke medium untuk
proses pendewasaan embrio somatik.
Pendewasaan Embrio Somatik
Pada tahap ini, digunakan botol jam
sebagai tempat media padat dan
kultur pro-embrio atau embrio muda. Botol kemudian ditempatkan
dalam ruang terang cahaya baur.
Pro-embrio atau embrio stadium
muda (fase globular) dipindah atau
disubkultur pada media padat untuk pendewasaan embrio sampai
bentuk kotiledon dan siap dikecambahkan.
Perkecambahan Embrio Somatik
dan Seleksi Bibit
Pada tahap ini, kecambah ditanam
pada media padat dengan perlakuan
untuk pembesaran kecambah (planlet muda). Tempat kultur yang di-
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No. 3, 2007
gunakan dapat berupa botol jam
atau tabung yang lebih tinggi, kemudian ditempatkan pada ruang
terang cahaya langsung dari lampu
TL 40 W dengan lama penyinaran
12-14 jam/hari. Pada umur 4-6
minggu, bibit teh sudah membesar
dengan daun dan akar yang makin
banyak. Pada umur 8 minggu atau
lebih, perakaran makin baik sehingga bibit siap diseleksi untuk
diaklimatisasi di rumah kaca pada
media tumbuh berupa tanah, pasir
dan bahan organik. Tempat kultur
berupa plastik polibag warna hitam.
Setelah bibit membesar dengan
tunas, daun, dan perakaran yang
makin kuat, bibit dipindahkan ke
persemaian sampai siap ditanam di
lapang atau kebun.
Pengembangan
Untuk mengembangkan teknologi
produksi bibit teh hasil kultur sel,
perlu dibina kerja sama dengan
petani teh maupun PTPN. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas bibit maupun ketepatan
penyediaan bibit untuk peremajaan
maupun pembukaan kebun baru.
Dalam hal ini, petani berperan sebagai penyedia klon teh unggul sebagai sumber eksplan, selain Lembaga Penelitian Tanaman Teh. Petani juga dapat berperan dalam pemeliharaan bibit hasil aklimatisasi
sampai siap ditanam di lapang, sehingga petani berpotensi sebagai
penyalur bibit unggul bagi petani
maupun perkebunan teh negara
dan swasta (Imron Riyadi).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia
Jalan Taman Kencana No. 1
Bogor 16151
Telepon : (0251) 324048
633080
Faksimile : (0251) 328516
E-mail
: [email protected]
15
Download