KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU BERBASIS MEDIA SOSIAL

advertisement
KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU BERBASIS MEDIA
SOSIAL
Andry Septarani Siolemba
Widya Damayanti
Angela Atik Setiyanti,
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Abstract
Utilization of social media technologies by teachers and parents as a
medium of communication and collaboration in junior Kristen Satya Discourse
Salatiga not maximized because there are still some teachers and parents , who
are not yet using social media to communicate, only the phone and SMS .
Problems in the school in the cooperation is the lack of participation of parents to
be involved in school activities.
Cooperation based social media teachers and parents used to be more
practical and efficient . This study used descriptive qualitative method . The
results showed the use of social media does not play an important role in the
cooperation of teachers and parents , as well as the cooperation of parents and
teachers are not influenced by social media .
Keywords : cooperation, communication , parents , teachers , social media
Pendahuluan
Hubungan kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru dalam proses
pendidikan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Untuk
berprestasi di sekolah, siswa membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua
yang dapat tercipta apabila ada relasi yang baik di antara keduanya. Hubungan
dan kerjasama antara orang tua dan guru dapat membantu meningkatkan aktifitas
belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini pada
umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan formal yang diadakan pihak
sekolah saat rapat penentuan uang komite sekolah dan penerimaan hasil belajar
1
siswa (raport) yang terjadi hanya 4 kali dalam setahun. Guru dan orang tua jarang
membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan langsung dengan siswa, seperti
minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan
belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa.
Selama masa observasi antara bulan Januari sampai April 2015, hanya
sekali saja diadakan pertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh guru dan orang
tua tentang persiapan siswa kelas IX untuk mengikuti Ujian Nasional 2015. Selain
itu pemanggilan orang tua ke sekolah, pemberian informasi melalui surat dan
kegiatan kunjungan guru ke rumah siswa hanya dilakukan ketika siswa membuat
masalah dan melakukan tindakan-tindakan pelanggaran di sekolah.
Karena kurangnya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat
ini, maka guru dan orang tua kurang mengetahui perkembangan siswa setiap hari,
memenuhi segala kebutuhan siswa, kurang memberikan perhatian dan dukungan
kepada siswa, kurang mengetahui segala permasalahan yang dihadapi siswa dalam
belajar, kurangnya tingkat kedisiplinan pada siswa bahkan bisa terjadi
kesalahpahaman antara guru dan orang tua dalam mendidik siswa.
Saat ini, perkembangan TIK mempermudah membangun komunikasi
dengan media sosial, seperti
facebook, twitter, blackberry messenger, line,
whatsapp dan lain-lain. Media ini populer dan digunakan oleh hampir semua
kalangan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang baik, praktis
dan efisien dalam proses kerjasama dan koordinasi antara guru dengan orang tua
siswa dalam pengawasan pembelajaran siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga untuk
mengetahui dan menganalisa seberapa besar peranan dan keterlibatan orang tua
dalam proses pendidikan anak, seberapa besar kerjasama / komunikasi antara
orang tua dan guru serta pola komunikasi orang tua dan guru dengan
memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu media sosial
sebagai media/alat (tools) dalam proses kerjasama dan komunikasi guru dan orang
tua siswa.
2
Dengan pemanfaatan media sosial, maka hubungan kerjasama dan
komunikasi antara guru dan orang tua siswa menjadi lebih mudah, praktis dan
efisien.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana komunikasi orangtua
dan guru berbasis media sosial di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga ?
Landasan Teori
a. Peran Guru Dalam Pembelajaran Anak
Guru
memiliki
peran
yang
sangat
penting
dalam
melaksanakan
pembelajaran bersama siswa. Syatra (2013) mengatakan bahwa tuntutan
pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Slameto (dalam Syatra 2013: 62)
menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, peran guru tidak terbatas
sebagai penyampai ilmu pengetahuan, namun juga bertanggung jawab terhadap
keseluruhan perkembangan kepribadian anak didik.
Uno (2007) menyatakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.
Dalam Wahyudi (2012) terdapat beberapa peran guru yaitu: guru sebagai
pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat,
guru sebagai pembaharu, guru sebagai model dan teladan, dan guru sebagai
peneliti. Menurut Zen (2010) fungsi guru adalah sebagai informator, organisator,
motivator, pengarah/ direktor, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan
evaluator.
b. Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak
Ahmadi (2004) mengatakan peran orang tua merupakan suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap terkait tanggung jawab
dalam keluarga, dalam hal ini khususnya peran orang tua terhadap anaknya, dalam
hal pendidikan, keteladanan, serta kreatif sehingga timbul dalam diri anak
3
semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini. Coleman (2013)
mencatat peran orangtua adalah sebagai pendukung, guru, siswa, penasihat,
pelindung, dan sebagai duta besar.
Menurut Nursito (2002) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena
peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan sangatlah minim. Hal ini dipertegas oleh Suharsono (2004) yang
berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua.
Slameto mengungkapkan bahwa meskipun sekolah telah menyediakan
serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa, namun tanggung
jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci
menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua
yang penuh perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anakanak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Proses
pembelajaran akan sempurna dan mencapai hasil yang optimal, jika orang tua dan
dan para pendidik biasa memberikan cintanya yang tulus. Sebab cinta yang tulus
dari orang tua itulah sumber energi yang melimpah bagi anaknya (Suharsono
2003).
c. Komunikasi Orang Tua Dengan Guru
Istilah
komunikasi
dalam
bahasa
Inggrisnya
disebut
dengan
communication, berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang
berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan maksud untuk mengubah pikiran,
sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh
komunikator (Widjaja, 2008). Selanjutnya Widjaja menjelaskan adanya sejumlah
komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya
komunikasi, yaitu: source (sumber), communicator (komunikator = penyampai
pesan), message (pesan), channel (saluran), communican (komunikan = penerima
pesan), effect (hasil).
Menurut Effendy (2003) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu:
menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to
entertaintment), dan mempengaruhi (to influence). Glueck (dalam Widjaja 2008)
4
menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni:
interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran
informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu
kelompok kecil manusia dan organizational communications, yaitu dimana
pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian
kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan
lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan.
Rogers (dalam Cangara 2006) menjelaskan komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan
maksud mengubah perilaku. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi
ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang dan di dalam
proses itu melibatkan orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi.
Proses komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut
seharusnya mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm
(dalam Mulyana 2002), yang menggambarkan hubungan yang dinamis antara
komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan
decoding, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
(Media Sosial)
Message
(Guru/ Sekolah)
Encoder, Interpreter,
Decoder
(Orang Tua Siswa)
Decoder, Interpreter,
Encoder
Feedback
Gambar 1: Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm
Sumber: Mulyana 2002
Hubungan antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses
komunikasi yang dinamis, seperti yang diperlihatkan dan disesuaikan dengan teori
Sirkuler Osgood dan Schramm dalam gambar 1. Kedua variabel manusiawi dalam
proses komunikasi interpersonal ini saling berkaitan membentuk suatu hubungan
5
timbal balik antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui
proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran
komunikasi interpersonal.
Pada proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis tersebut, terdapat
respon dalam umpan balik (feedback) diantara komunikator dan komunikannya,
sehingga hubungan komunikasi interpersonal terjalin secara baik dan dinamis.
Hubungan antara guru dan orang tua siswa lebih ditekankan dalam hubungan
kerjasama, baik tentang penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah
pihak, pengawasan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa.
d. Kerjasama Orang Tua Dengan Guru
Menurut Suyanto (2005), kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan
bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama. Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak
didiknya, perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah (guru)
dan keluarga (orang tua). Keterangan-keterangan orang tua sangat besar bagi guru
dalam memberi pelajaran bagi anak didiknya dan guru dapat mengerti lingkungan
anak didiknya. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan yang
dihadapi anak anak-anaknya di sekolah (Purwanto, 2000).
Tidak semua orang tua dapat secara otomatis terlibat di sekolah, oleh karena
itu pihak sekolah harus mengambil langkah atau inisiatif. Adapun cara
mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang
tua) menurut Purwanto (2000) antara lain: mengadakan pertemuan dengan orang
tua pada hari penerimaan murid baru, mengadakan surat-menyurat antara sekolah
(guru) dengan keluarga (orang tua), adanya daftar nilai (raport), mengadakan
perayaan, pesta sekolah, atau pertemuan hasil karya anak-anak, mendirikan
perkumpulan orang tua murid dan guru.
Di sisi lain, pihak sekolah dapat melibatkan secara aktif orang tua dalam
meningkatkan mutu proses pendidikan. Pelibatan orang tua secara aktif bagi
6
sekolah dapat dimulai dengan melakukan pemberdayaan sekolah melalui
kerjasama yang terjalin di antara keduanya.
Briggs & Potter (dalam Suyanto, 2005: 225) menjelaskan bahwa kerjasama
antara sekolah dan orang tua dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterlibatan
(parent involvement) dan partisipasi (partisipation). Keterlibatan merupakan
tingkat kerjasama yang minimum, misalnya orang tua datang dan membantu
sekolah jika diundang dalam bentuk rapat wali murid. Partisipasi merupakan
tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orang tua dan sekolah
duduk bersama membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak.
Menurut Epstein (dalam Coleman, 2013) terdapat enam tipe kerjasama
dengan orang tua, yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua
pada pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan
kelompok masyarakat. Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan
lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak. Komunikasi merupakan
bentuk yang efektif dari sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah untuk
memberitahukan tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan anak.
Komunikasi dilakukan guna bertukar informasi antara sekolah dan orang tua.
Terdapat dua teknik komunikasi antara sekolah dan orang tua yaitu teknik
komunikasi tidak resmi/ nonformal dan teknik komunikasi resmi/ formal.
Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang
tua dengan tujuan membantu dan mendukung program sekolah di mana anaknya
belajar. Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah.
Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan berbagai informasi
dan ide-ide untuk orang tua tentang bagaimana membantu anak belajar di rumah
sesuai dengan materi yang dipelajari di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses
belajar dari sekolah ke rumah. Orang tua dapat mendampingi, memantau dan
membimbing anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah.
Pengambilan keputusan, menunjuk pada orang tua yang ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan
ketua wali murid.
7
e. Media Sosial Dalam Komunikasi Guru Dengan Orang Tua
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Saat teknologi internet dan mobile
phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial
memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan teman atau relasi,
dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online (group). Sosial media
memberikan peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan
memberikan kesempatan mendapatkan feedback secara langsung. Media sosial
memiliki kelebihan untuk bookmarking, content dan sharing, dan creating
opinion (Puntoadi, 2011).
Selain itu, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat,
seperti pada berbagai media sosial, dengan biaya yang lebih murah dapat
berinteraksi online dibandingkan menggunakan telepon (Puntoadi 2011). Media
jejaring sosial berbasis komputer seperti facebook, twitter, line, whatsapp,
blackberry messenger dan lain-lain, merupakan sebuah media komunikasi yang
menghubungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga memberi kesempatan
untuk saling berkenalan.
Menurut Erlina (2009) jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari
elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana
mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal
sehari-hari sampai dengan keluarga. Nurudin (2012) menjelaskan secara
substansional media jejaring sosial mengubah cara komunikasi antar organisasi,
masyarakat, serta individu. Fungsi sebenarnya dari media sosial adalah untuk
berbagi dengan sekelompok teman terpercaya dan keluarga, hal-hal yang ingin
dibagikan akan jauh lebih pribadi, orang akan membuka lebih banyak tentang diri
mereka ketika dikelilingi oleh orang-orang yang lebih dipercaya dari pada orang
lain (Aer, 2015).
BlackBerry Messenger atau BBM ternyata masih menjadi aplikasi pesan
instan utama bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. Hal itu
8
diungkap lewat temuan survei On Device Meter edisi Februari 2014 dari lembaga
riset pasar Nielsen. BBM dipakai oleh 79 persen pengguna smartphone Tanah Air
untuk chatting. Angka tersebut merupakan yang terbesar di antara aplikasiaplikasi lain yang sejenis. Urutan kedua ditempati oleh WhatsApp yang dipakai
oleh 57 persen pengguna, disusul oleh Line dengan catatan angka 30 persen.
Pengguna BBM rata-rata menghabiskan waktu 23,3 menit per hari untuk
mengobrol lewat aplikasi itu. Sementara WhatsApp dan Line rata-rata dipakai
pengguna selama 6,2 menit dan 5,1 menit setiap harinya (Kompas.com, 2014).
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel
itu pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain
(Sugiyono, 2008).
Variabel yang dideskripsikan adalah kerjasama guru dengan orang tua dan
media sosial. Adapun yang menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini
adalah: Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana,
Salatiga, 9 guru wali kelas, 1 guru Bimbingan Konseling, serta 10 orang tua siswa
untuk memperoleh data yang diinginkan (Purposive Sampling) dan juga aplikasi
media sosial yang digunakan orang tua dan guru dalam berkomunikasi sebagai
obyek utama pada penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara
dan observasi. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi guna memperkuat
hasil perolehan data. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data
tentang upaya sekolah (guru) dalam menjalin kerjasama dengan orang tua, pola
komunikasi antara guru dan orang tua, bentuk kerjasama yang telah dilakukan,
hambatan dalam bekerjasama, dan upaya sekolah mengatasi hambatan tersebut.
Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru (wali kelas) dan orang tua
siswa.
Metode observasi dilakukan untuk mengamati kondisi fisik sekolah,
lingkungan sekolah, kondisi siswa, proses pembelajaran, interaksi sosial siswa
9
dengan guru, aktivitas guru dalam proses belajar mengajar, serta interaksi siswa
dengan teman dan orang tuanya. Metode dokumentasi digunakan untuk
memberikan gambaran dan mendapatkan data mengenai media sosial sebagai alat
komunikasi antara guru dengan orang tua, catatan guru, dan arsip kegiatan
bersama orang tua yang dimiliki sekolah.
Sajian dan Analisis Data
a. Upaya Sekolah Menjalin Kerjasama dengan Orangtua
Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga
telah berupaya menjalin kerjasama dengan orang tua dengan cara, yaitu:
a.
Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua, karena
sekolah menganggap bahwa orang tua memang merupakan mitra kerja bersama
atau klien untuk menciptakan tujuan bersama, yaitu agar supaya tujuan pendidikan
anak dapat tercapai dengan baik dan berhasil. Oleh karena itu, dalam hal ini
sekolah telah berusaha untuk membangun hubungan kerjasama yang baik diantara
kedua belah pihak.
b.
Menjalin kedekatan, memanggil dan mengajak mengobrol dengan orang tua,
karena dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa
nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua
akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah.
c.
Menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk terlibat dan berpartisipasi,
hal ini dilakukan dengan mengikutsertakan orang tua dalam berbagai kegiatankegiatan di sekolah, seperti kegiatan parent seminar, pembentukan komite
sekolah, dan pengambilan raport di sekolah untuk mempererat hubungan
kerjasama diantara kedua belah pihak.
b. Bentuk Kegiatan Kerjasama Antara Guru dan Orang Tua
Dari hasil penelitian, ada empat bentuk kerjasama yang dilakukan oleh guru
dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai
berikut:
10
a.
Bentuk kerjasama yang pertama adalah pembentukan Komite sekolah
yang dilakukan guna untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan pendapat antara
sekolah, guru-guru dan orang tua siswa melalui kegiatan komite tersebut.
b.
Bentuk kerjasama yang kedua, yaitu kegiatan penerimaan Raport siswa,
yang diadakan pihak sekolah setiap akhir semester yang mempertemukan
guru/wali kelas dengan orang tua/wali murid di sekolah untuk menyampaikan
berbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan
pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua.
c.
Bentuk kerjasama yang ketiga adalah kegiatan Parent Seminar, untuk
menyampaikan dan menginformasikan bagaimana minat belajar anak, perubahan
sikap, dan kondisi anak di sekolah baik
yang positif maupun negatif, serta
beberapa cara-cara dan kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua
dalam mendidik anak-anakberbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh
kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, dengan
mengundang narasumber, ketua komite dan pengurus komite, serta pengurus
yayasan sekolah.
d.
Bentuk kerjasama yang keempat adalah komunikasi dengan orang tua,
untuk memantau dan mengawasi anaknya di sekolah, seperti menanyakan tentang
pembelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan belajarnya di sekolah,
kemudian menanyakan sikap dan tingkah lakunya di sekolah dengan menggnakan
media komunikasi seperti telepon, SMS, dan media sosial.
c.Bentuk/Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua Siswa
Orang tua dan guru di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga melakukan
bentuk komunikasi formal dan nonformal. Komunikasi formal dilakukan dengan
surat-menyurat, pemberian raport, pertemuan dengan orang tua dan komite di
sekolah, dan kegiatan parent seminar. Sedangkan komunikasi nonformal
dilakukan melalui kegiatan kunjungan ke rumah (home visit), kunjungan orang tua
ke sekolah, melalui alat komunikasi SMS, telepon, atau media sosial BBM
(Blackberry Messenger) dan Whatsapp.
11
Pola komunikasi yang terjadi antara guru dengan orang tua bersifat dua arah
dimana sang komunikator menyampaikan suatu pesan dan pesan tersebut diterima
oleh komunikan dan selanjutnya dikembalikan lagi berupa respon dalam bentuk
umpan balik yang diberikan komunikan kepada komunikator. Dalam hal ini guru
sebagai komunikator yang menyampaikan pesan (encoding) dalam bentuk verbal
maupun non verbal dan orang tua sebagai komunikan yang menerima pesan
(decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon atau umpan
balik (feedback). Proses pola komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua
siswa tersebut mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm
(dalam Mulyana, 2002), menggambarkan hubungan yang dinamis antara
komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan
decoding.
d. Faktor Penghambat Kerjasama Guru dan Orang Tua
Faktor yang menghambat kerjasama guru dan orang tua yaitu kesibukan dari
orang tua untuk ikut hadir dalam pertemuan dengan guru-guru di sekolah. Orang
tua tidak bisa hadir dalam undangan pertemuan dengan guru-guru di sekolah,
sehingga yang hadir hanya perwakilan atau utusan dari orang tuanya untuk datang
mewakili orang tua wali murid di sekolah.
Orang tua tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan sekolah untuk
membahas tentang prestasi siswa, program-program sekolah, dan lain-lain. Orang
tua tidak tau tentang bagaimana kondisi anaknya selama belajar di sekolah dan
prestasi belajarnya, dan juga hal-hal atau informasi penting dari sekolah, sehingga
dengan demikian seringkali terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan guruguru karena tidak adanya kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi secara
langsung untuk membahas tentang prestasi belajar anaknya selama ini.
Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan dalam bekerjasama dengan orang
tua siswa adalah dengan mencarikan waktu yang tepat bagi orang tua untuk bisa
terlibat dalam kegiatan sekolah. Sekolah mengupayakan agar orang tua selalu bisa
hadir dalam pertemuan rutin di sekolah, agar kerjasama sekolah dengan orang tua
dapat terjalin dengan baik, sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan
12
anaknya selama di sekolah, serta dapat menyampaikan keluh kesah mereka
kepada guru-guru. Pertemuan bisa dilakukan ketika hari libur agar orang tua wali
murid bisa hadir atau pertemuan dilaksanakan di hari biasa tetapi pada siang hari
setelah jam satu atau dua ketika orang tua sudah pulang bekerja.
e. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan orang tua siswa di SMP
Kristen Satya Wacana Salatiga, maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang
tua dalam pembelajaran anak di rumah adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Adviser (Penasihat) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik
kepada anaknya agar anaknya terhindar dari hal-hal negatif dalam pergaulannya
sehari-hari dan juga turut bertanggung jawab terhadap kebutuhan anaknya seharihari dan pendidikannya, memberikan perhatian, menjadi
teladan serta
mengajarkan tentang hal-hal atau nilai-nilai yang baik dalam kehidupan.
b. Sebagai Motivator yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada
anaknya di rumah untuk rajin belajar, namun tidak hanya sekedar memberikan
dorongan dan motivasi saja, namun orang tua juga ikut memperhatikan aktifitas
belajar anaknya di rumah.
c. Memberikan Fasilitas Belajar (Fasilitator) yang bertanggung jawab dalam
pembelajaran anak di rumah, orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan
anak, baik fasilitas belajarnya, sarana dan prasarana yang digunakan anak dalam
belajar antara lain: tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop,
dan buku-buku. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh orang tua antara lain,
tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku.
d. Mendampingi dan Membantu Anak Saat Belajar di Rumah yaitu menemani
anak saat belajar, memberi motivasi terhadap anak, perhatian terhadap nilai anak,
memberikan fasilitas belajar yang mencukupi, mengontrol, mengoreksi, serta
memberi petunjuk dalam bertingkah laku.
f. Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa
Dari hasil penelitian, terdapat tiga jenis peran guru di sekolah SMP Kristen
Satya Wacana Salatiga diantaranya adalah:
13
a.
Sebagai Motivator yang selalu membangkitkan motivasi para siswa agar
mereka belajar lebih giat belajar, merangsang dan memberikan dorongan kepada
siswa pada saat saat sebelum pelajaran dimulai, pada saat pelajaran disampaikan
atau bisa juga setelah selesai menyampaikan pelajaran di kelas.
b.
Sebagai Fasilitator yang memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara
maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber
belajar yang baik seperti buku-buku pelajaran, ruang belajar, laboratorium,
perpustakaan, penambahan jam pelajaran, remidiasi, kegiatan ekstrakulikuler,
mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan, kompetisi dan olimpiade
baik yang akademik maupun non akademik dan metode pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa, memotivasi
siswa dan menyalurkan bakat dan minat siswa demi mencapai prestasi yang baik.
c.
Sebagai Pembimbing/Pengarah yang membimbing siswa dengan cara
bertanya kepada siswa penyebab prestasinya menurun, kemudian memberikan
solusi serta membimbing siswa untuk melakukan hal-hal yang dapat memperbaiki
dan meningkatkan prestasinya kembali.
g. Jenis Media Sosial Yang Sering Digunakan Guru dan Orang Tua.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan
media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua
menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap harinya, yaitu BBM
(Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Beberapa orang tua dan guru yang
menggunakan jenis media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp
karena berbagai alasan, yaitu karena lebih mudah, lebih praktis, dan lebih cepat
dalam menyampaikan pesan.
Namun, tidak semua guru dan orang tua yang menggunakan media sosial
dalam berkomunikasi setiap hari. Sebagian guru dan orang tua masih
menggunakan telepon dan SMS sebagai alat komunikasi sehari-hari. Berdasarkan
data penelitian, dari sepuluh responden orang tua, hanya 5 orang saja yang
menggunakan media sosial yaitu, pengguna BBM (Blackberry Messenger)
14
sebanyak 5 orang, pengguna Whatsapp sebanyak 2 orang dan pengguna Facebook
hanya 1 orang.
Sementara dari kalangan guru-guru dari 11 responden, terdapat 8 orang
yang menggunakan media sosial, yaitu sebanyak 8 orang pengguna BBM
(Blackberry Messenger), kemudian 6 pengguna Whatsapp dan 3 orang pengguna
media sosial Facebook.
h. Intensitas Penggunaan Media Sosial Oleh Guru dan Orang Tua.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan
media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua
menggunakan media sosial BBM (BlackBerry Messenger) dan Whatsapp untuk
media berkomunikasi dengan keluarga, anak, dan teman kerjanya setiap hari.
Namun, untuk chating atau berkomunikasi dengan orang tua dan guru masih
jarang dan kurang berkomunikasi.
Guru dengan orang tua berkomunikasi menggunakan media sosial jika ada
sesuatu yang mendesak, ada hal-hal tertentu dan jika ada sesuai kebutuhan saja,
seperti kalau orang tua bertanya tentang hari libur, jadwal pelajaran, meminta izin
untuk anaknya, dan menanyakan tentang keadaan anaknya di sekolah.
Sebaliknya juga, guru menggunakan media sosial untuk berkomunikasi
dengan orang tua ketika ada sesuatu yang mendesak dan penting seperti,
memberikan informasi tentang jadwal pelajaran, jadwal pulang sekolah, jadwal
kegiatan di sekolah, dan bertanya ketika siswa tidak masuk sekolah tanpa
keterangan dari orang tua.
Guru dan orang tua masih jarang untuk berkomunikasi setiap harinya
menggunakan media sosial, karena menggunakan media sosial itu hanya dua
sampai tiga kali salam waktu seminggu. Selain itu, tidak ada group di media
sosial khusus orang tua dan guru, sehingga dalam menyampaikan informasi atau
sharing informasi ke orang tua siswa hanya bersifat personal atau priabadi saja.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk
koordinasi dan kerjasama antara guru dan orang tua belum cukup efektif dan
15
bermanfaat karena sebagian orang tua dan guru yang masih belum menggunakan
media sosial sebagai alat komunikasi.
Guru dan orang tua yang menggunakan media sosial BBM (Blackberry
Messenger) dan Whatsapp juga masih kurang memanfaatkannya dengan baik
untuk bekerjasama karena intensitas komunikasi guru dengan orang tua juga
rendah.
Daftar Pustaka
Uno, H.B, (2007), Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi, Imam, (2012), Mengejar Profesionalisme Guru: Strategi Praktis
Mewujudkan Citra Guru Profesional, Surabaya: PT. Prestasi Pustaka Raya.
Zen, Zulfikar, (2010), Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:
Gramedia.
Syatra, N.Yusvavera, (2013), Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Yogyakarta:
Bukubiru.
Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, (2004), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Nursito, (2002), Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Yogyakarta: Insan
Cendekia.
Suharsono, (2004), Mencerdaskan Anak, Jakarta: Inisiasi Press
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta:
Rineka Cipta.
Setyono, Ariesandi, (2008), Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Dan Bahagia
Tips Praktis Dan Teruji Melejitkan Potensi Optimal Anak, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Widjaja, H.A.W, (2008), Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Effendy, O. Uchjana, (2003), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Rosdakarya.
Cangara, Hafied, (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyana, Deddy, (2002), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suyanto, Slamet, (2005), Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Purwanto, Ngalim, (2000), Ilmu Pendidina Teoritis Dan Praktis, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Coleman, M, (2013), Empowering Family-Teacher Partnership Building
Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication.
Puntoadi, (2011), Jenis Media Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
16
Nurudin, (2012), Media Sosial Baru Dan Munculnya Revolusi Komunikasi Baru,
Yogyakarta: Buku Litera.
Miles, M. B. & Huberman, A. M, (2014), Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-metode Baru. (Alih bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi),
Jakarta: UI Press.
Sugiyono, (2008), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Oik, (12 Juni 2014), BlackBerry Messenger Masih Juara di Indonesia, diakses 30
November
2015,
http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juar
a.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bpkompas&utm_campaign=related&
17
Download