modul i - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KEWIRAUSAHAAN III
FRANCHISE
Fakultas
Program Studi
Fasilkom
Informatika
Tatap Muka
Kode MK
07
Endang Suparman
Abstract
Kompetensi
Mata Kuliah ini membahas tentang
proses Wirausaha dalam mensiasati
pendirian suatu usaha berdasarkan
strategi-strategi ilmiah dan
intuisi.Pendekatan dunia entreprener l
untuk membantu suatu usaha.
Mahasiswa diharapkan memiliki
wawasan yang luas dan mampu
menjelaskan dan membuat suatu usaha
yang mandiri..
.
‘15
1
Disusun Oleh
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
MODUL VII
KEWIRAUSAHAAN III
OLEH
ENDANG SUPARMAN
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
‘15
2
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2015
Modul 7
FRANCHISE
1.Definisi Franchise
Franchise adalah suatu system distribusi dimna pemlik bisnis yang semi mandiri
(terwaralaba) membayar iuran dan royalty kepada induk perusahaan pewaralaba untuk
mendapatkan hak menggunakan merek dagang, menjual barang atau jasanya, dan sering
kali menggunakan format dan system bisnisnya.
Menurut David J.Kaufmann definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan
distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan
membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi
yang mapan dibawah asistensi franchisor.
Menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah
kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti
merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek)
tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.
Menurut dictionary of business terms
1. Suatu izin yang diberikan oleh sebuah prusahaan (franshisor) kepada seorang atau kepada
suatu perusahaan (franchisee) untuk mengoperasikan suatu retail, makanan atau
supermarket dimana pihak franchisee setuju untuk menggunakan milik franchisor berupa
nama, produk, servis, promosi, penjualan, distribusi, metode untuk display dll company
support.
2. Hak untuk memasarkan barang-barang atau jasa perusahaan (co’s goods and services)
dalam suatu wilayah tertentu, hak tersebut telah diberikan oleh perusahaan kepada
seorang individu, kelompok individu, kelompok marketing, pengecer atau grosir.
‘15
3
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Franchise adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses
dengan usahawan yang relative baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan
saling menguntungkan, khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa
langsung kepada konsumen.
2. Unsur-Unsur Franchise
1.
Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak franshisor
sebagai pihak yang memberikan franchise sementara pihak franshisee merupakan pihak
yang diberikan/ menerima franshise tersebut;
2.
Adanya penawaran paket usaha dari franchisor,
3.
Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak
franchisee,
4.
Dipunyaianya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan
memamfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor,
5.
Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak franchisee.
3.Dasar Hukum Franchise

Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456 KUH
Perdata; para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku, kebiasan, kesopanan atau hal-hal lain yang
berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat sahnya
perjanjian dsb.

Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner),
ketentuan-ketentuan yang bersifat administrative seperti berbagai ketentuan dari
Departemen Perindustrian, Perdagangan dsb. Seringkali ditentukan dengan tegas
dalam kontrak franchise bahwa di antara pihak franchisor dengan franchisee tidak
ada suatu hubungan keagenan.

Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung
ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis
‘15
4
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu penemuan baru oleh pihak
franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19 (1992) Merek, UU No
6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.

UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor
akan membuka outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor
tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum penanaman
modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang mungkin
diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk
mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika
hendak beroperasi lewat direct investment.

Peraturan lain lain sebagai dasar hukum;
a. Ketentuan hukum administrative, seperti mengenai perizinan usaha, pendirian perseroan
terbatas, dll peraturan administrasi yang umumnya dikeluarkan oleh Departmen
Perdagangan. Kepmen Perdagangan No 376/Kp/XI/1983 tentang kegiatan perdagangan.
b. Ketentuan Ketenagakerjaan,
c. Hukum Perusahaan (UU PT No 1 (1995)),
d. Hukum pajak- adakah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak
withholding atas royalty dan pajak penghasilan atas tenaga kerja asing.
e. Hukum persaingan,
f. Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar mutu, kebersihan dan
aturan lain lain yang bertujuan melindungi konsumen, atau bahkan UU pangan sendiri.
g. Hukum tentang kepemilikan- hak guna bangunan, hak milik, etc.
h. Hukum tentang pertukaran mata uang- RI menganut rezim devisa bebas, maka tidak ada
larangan maupun batasan terhadap keluar masuknya valuta asing dari/ke Indonesia.
i. Hukum tentang rencana tata ruang; apakah wilayah tersebut memungkinkan dibukannya
sebuah franchise, kualitas bahan untuk gedung tersebut memenuhi syarat? Etc etc.
j. Hukum tentang pengawasan ekspor/ impor misalnya dalam hal pengambilan keputusan
apakah barang barang tertentu mesti dibawa dari Negara pihak franchisor atau cukup
diambil saja dari Negara pihak franchisee.
k. Hukum tentang bea cukai- apakah lebih menguntungkan barang-barang tertentu dipasok
dari luar negeri atau cukup menghandalkan produk local
‘15
5
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4.Istilah-istilah yang terdapat di dalam Franchise
Fee
Fee merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima waralaba (franchisee)
kepada pemberi waralaba (franchisor) yang umumnya dihitung berdasarkan persentase
penjualan.
Franchise Fee (Biaya Pembelian Hak Waralaba)
Franchise Fee adalah biaya pembelian hak waralaba yang dikeluarkan oleh pembeli
waralaba (franchisee) setelah dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai franchisee sesuai
kriteria franchisor.
Hak Cipta (Copyright)
Hak cipta adalah hak eklusif sesesorang untuk menggunakan dan memberikan lisensi
kepada orang lain untuk menggunakan kepemilikan intelektual tersebut misalnya sistem
kerja, buku, lagu, logo, merek, materi publikasi dan sebagainya.
Initial Investment
Initial investment adalah modal awal yang harus disetorkan dan dimiliki oleh franchisee
pada saat memulai usaha waralabanya. Initial investment terdiri atas franchise fee,
investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup operasi selama bulan-bulan
awal usaha waralabanya.
Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement)
Perjanjian waralaba merupakan kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitment yang
dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya. Didalam perjanjian
waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan
franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan
pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor,
‘15
6
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan
ketetentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor.
Outlet Milik Franchisor (Company Owned Outlet, Pilot Store)
Franchisor yang terpercaya adalah franchisor yang telah terbukti sukses dan
mengoperasikan outlet milik mereka sendiri yang dinamakan Company Owned Outlet
atau Pilot Store. Jangan pernah membeli hak waralaba dari franchisor yang tidak
memiliki outlet yang sejenis dengan outlet yang dipasarkan hak waralabnya.
Advertising Fee (Biaya Periklanan)
Advertising Fee (Biaya Periklanan) nerupakan biaya yang dibayarkan oleh penerima
waralaba (franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) untuk membiayai pos
pengeluaran/belanja iklan dari franchisor yang disebarluaskan secara
nasional/international.
Pro Forma Keuangan (Financial Pro Forma)
Proforma keuangan dalam waralaba umumnya terdiri atas Neraca, Laporan Rugi Laba
dan Laporan Arus Kas. Ketiga janis laporan ini merupakan laporan yang wajib diberikan
oleh
franchisor
kepada
calon
franchisee-nya,
sebelum
Perjanjian
Waralaba
ditandatangani.
Protected Territory
Protected Territory adalah batas geografis yang diberikan oleh franchisor kepada
franchisee secara ekslusif. Di dalam area Protected Territory, franchisor tidak
diperbolehkan memberikan hak waralaba untuk bisnis sejenis kepada pihak lain atau
mendirikan bisnis serupa dengan tujuan menyaingi atau pun tidak usaha yang dimilki
franchisee.
Quality Control (Audit Operasional)
‘15
7
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Quality Control (Audit Operasional) merupakan metode yang dilakukan oleh franchisor
untuk menjamin standar operasional yang tercantum dalam Manual Operasi dijalankan
secara konsisten di jaringan waralabanya.
Rahasia Dagang (Trade Secret)
Rahasia dagang merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh franchisor yang diberikan
kepada franchisee akibat ditandatanganinya perjanjian waralaba diantara mereka. Rahasia
dagang dapat berupa prosedur operasi, resep atau pun daftar pelanggan dan pemasok.
Signature Product
Signature Product merupakan produk/Jasa yang dijual franchisor yang merupakan
identitas sekaligus satu merek dagang ekslusif yang dikenal luas dan seringkali mewakili
identitas bagi perusahaan tersebut, misalnya es teler bagi Es Teler 77 atau Big Mac untuk
McDonald’s. Franchisor yang berhasil selalu memiliki signature product yang memiliki
awareness, citra positif dan diterima baik di pasar.
Slick
Slick merupakan materi iklan siap tayang yang disiapkan oleh franchisor untuk para
franchisee-nya. Adanya materi iklan siap pakai ini akan mempermurah biaya iklan dan
marketing dari franchisee.
Studi Kelayakan Pewaralaba (Franchisee Feasibility Studies)
Waralaba merupakan metode yang effektif dan terbukti sukses untuk mendapatkan dana
ekspansi eksternal dengan resiko terendah. Agar Franchisee dapat sesukses Franchisor,
maka perlu dilakukan Studi Kelayakan Pewaralaba. Studi ini bertujuan untuk mengenali
dan menemukan apakah calon franchisee memiliki karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh franchisor saat merintis usaha tersebut dari nol.
Turnkey
‘15
8
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Turnkey dalah satu kondisi dimana franchisor bertanggung jawab terhadap dimulainya
usaha franchisee mulai dari nol sampai pintu toko dibuka untuk pertama kalinya bagi
pelanggan.
Tying
Tying merupakan kebijakan yang dilakukan oleh franchisor untuk memaksa franchisee
membeli produk tertentu dari franchisor sebagai syarat untuk pembelian produk lainnya.
Di Amerika Serikat, Tying adalah illegal jika harga produk yang ditawarkan franchisor
ternyata tidak lebih murah dari harga pasar.
5.Perkembangan Franchise
Di Indonesia ada 20 kategori usaha yang sering atau pernah menjadi objek bisnis
franchise:
1.
Bidang usaha makanan:
· Restoran, contoh: Rumah makan Wapo
· Makanan siap hidang, contoh: McD. KFC, A&W, Burger King
·
Makanan ringan (es krim, yogurt, baked goods, donat, pastry), contoh: Mama Oven,
Hagen daaz, Baskin Robins, J.CO
· Makanan khusus (speciality foods), contoh: Ayam goreng Solo
2.
Jasa konsultan dan keperluan bisnis
·
Aneka jasa konsultan (business aids and services)
·
Jasa pencarian dan penempatan tenaga kerja (employment services)
· Periklanan dan direct mail
3.
Jasa pemeliharaan, perbaikan dan kebersihan
· Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan rumah (maintenance, cleanding and sanitation)
·
Jasa kebersihan gedung dan rumah (janitorial, maid and personal services)
· Jasa pertamanan (lawn garden, agricultural supplies and services)
4.
Jasa pialang pembelian rumah dan penyewaan property, contoh: Ray White, Century 21
‘15
9
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5.
Jasa penjualan, pemeliharaan dan reparasi kendaraan bermotor.
6.
Toko pengecer keperluan pribadi dan rumah tangga:
· Toko pengecer barang khusus (speciality retail stores)
· Toko keperluan sehari-hari (convenience store)
· Toko pakaian dan sepatu.
7.
Hotel dan tempat penginapan
8.
Kontraktor perumahan dan tempat komercial
9.
Percetakan dan fotocopy
10. Penjualan dan pemeliharaan perabot rumah tangga seperti home furnishing, retail and
repair services)
11. Penyewaan mobil dan truck
12. Rekreasi
· Exercise, sports, entertainment and services
· Penyewaan video, audio products and services
13. Penjualan computer dan electronic
14. Jasa dan produk pemeliharaan kesehatan
15. Biro perjalanan
16. Produk dan jasa pendidikan (health aids products and services)
17. Jasa pengepakan dan pengiriman (package preparation/ shipment/ mail services)
18. Salon rambut dan kecantikan,
19. Binatu (laundry and dry cleaning)
20. Jasa untuk anak (children services)
6.
Keuntungan dan Kerugian Franchisee dan Franchisor
Keuntungan
·
Bagi Franchisor (perusahaan induk) :
1. Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya promosi dan biaya
investasi cabang baru.
2. Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama.
‘15
10
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi.
4. Bisnisnya bisa berkembang dengan cepat di banyak lokasi secara bersamaan,
meningkatnya keuntungan dengan memanfaatkan investasi dari franchisee.
·
Bagi Franchisee (pemilik hak-jual) :
1. Popularitas produk atau jasa sudah dikenal konsumen, menghemat biaya promosi.
2. Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu sesuai dengan training yang
dilakukan oleh franchiser.
3. Mendapatkan image sama dengan perusahaan induk.
Kerugian bagi franchisee (pemilik hak-jual) :
1. Biaya startup cost yang tinggi, karena selain kebutuhan investasi awal, franchisee
harus membayar pembelian franchise yang biasanya cukup mahal.
2. Franchisee tidak bebas mengembangkan usahanya karena berbagai peraturan yang
diberikan oleh franchisor.
3. Franchisee biasanya terikat pada pembelian bahan untuk produksi untuk standarisasi
produk /jasa yang dijual.
4. Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan franchisor, karena
bagaimanapun biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal / franchisor dengan
perbandingan 60:40.
Penghasilan yang terus mengalir ke franchisor dari royalti dan penjualan masukan kepada
franchisee yang lebih penting adalah sumber pendapatan dari biaya awal untuk menjual
waralaba. Dengan demikian, franchisor dan franchisee mencapai sukses dengan
membantu satu sama lain.
7. Membeli Franchise
‘15
11
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
UCOF adalah alat tangguh yang didesain untuk membantu calon terwaralaba dalam
memilih waralaba yang cocok untuknya dan menghindari pewaralaba yang tidak jujur.
Pertahanan terbaik wirausaha untuk menghadapi ketidak jujuran pewaralaba adalah
dengan persiapan, akal sehat, dan kesabaran. Meskipun ada perlindungan yang
ditawarkan oleh UCOF, calon pembeli waralaba tetap harus berhati – hati karena
kecurangan waralaba masih tetap ada dalam bidang yang bertumbuh dengan cepat ini.
Langkah – langkah berikut akan membantu anda membuat pilihan yang benar :
1. Mengevaluasi diri sendiri
2. Teliti pasar anda
3. Pertimbangkan pilihan – pilihan waralaba anda
4. Dapatkan salinan UCOF dari pewaralaba
5. Berbicara dengan pihak yang telah membeli waralaba
6. Ajukan beberapa pertanyaan sulit kepada pewaralaba
7. Tentukan pilihan anda
7.Akad atau Perjanjian Waralaba atau Franchise.
Pada dasarnya waralaba merupakan salah satu bentuk pemberian lisensi, hanya saja agak
berbeda dengan pengertian lisensi pada umumnya, waralaba menekankan pada kewajiban
untuk menggunakan system, metode, tata cara, prosedur, metode pemasaran dan
penjualan maupun hal-hal lain yang ditentukan oleh pemberi waralaba secara eksklusif,
serta tidak boleh dilanggar maupun diabaikan oleh penerima lisensi. Hal ini
mengakibatkan bahwa waralaba cenderung bersifat eksklusif. Seorang atau suatu pihak
yang menerima waralaba tidaklah dimungkinkan untuk melakukan kegiatan lain yang
sejenis atau yang berada dalam suatu lingkungan yang mungkin menimbulkan persaingan
dengan kegiatan usaha waralaba yang diperoleh olehnya dari pemberi waralaba.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Gunawan Widjaya tersebut di
atas, maka dalam pembuatan perjanjian atau kontrak harus dibuat secara terang dan
sejelas-jelasnya, hal ini disebabkan saling memberi kepercayaan dan mempunyai harapan
‘15
12
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keuntungan bagi kedua pihak akan diperoleh secara cepat. Karena itu kontrak waralaba
merupakan suatu dokumen yang di dalamnya berisi suatu transaksi yang dijabarkan
secara terperinci.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kontrak dibuat secara terperinci, yang
terdiri dari:
1.
Perencanaan dan identifikasi kepentingaan franchisor sebagai pemilik, hal ini tentunya
akan menyangkut hal-hal seperti merek dagang, hak cipta dan system bisnis franchisor.
2.
Sifat serta luasnya hak-hak yang diberikan kepada franchisee, hal ini menyangkut
wilayah operasi dan pemberian hak-hak secaraa formal untuk menggunakan merek
dagang, nama dagang dan seterusnya.
3.
Jangka waktu perjanjian. Prinsip dasar dalam mengatur hal ini bahwa hubungan
franchise harus dapat bertahan pada jangka waktu yang lama, atau setidak-tidaknya
selama waktu lima tahun dengan klausula kontrak franchise dapat diperpanjang.
4.
Sifat dan luasnya jasa-jasa yang diberikan, baik pada masa-masa awal maupun
selanjutnya. Ini akan menyangkut jasa-jasa pendahuluan yang memungkinkan franchisee
untuk memulai, ditraining, dan dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan bisnis.
Pada masa selanjutnya, franchisor akan memberikan jasa-jasa secara terperinci
hendaknya diatur dalam kontrak dan ia juga diperkenankan untuk memperkenalkan dan
mengembangkan ide-ide baru.
5.
Kewajiban-kewajiban awal dan selanjutnya dari franchisee. Ini akan mengatur
kewajiban untuk menerima beban keuangan dalam mendirikan bisnis sesuai dengan
persyaratan franchisor serta melaksanakan sesuai dengan system operasi, akunting dan
administrasi lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang penting tersedia untuk
kedua belah pihak. Sistem-sistem ini akan dikemukakan dalam petunjuk operasional yang
akan disampaikan kepada franchisee selama pelatihan dan akan terus tersedia sebagai
pedoman/referensi setelah ia membuka bisnisnya.
6.
Kontrol operasional terhadap franchisee. Kontrol-kontrol tersebut untuk memastikan
bahwa standar operasional dikontrol secara layak, karena kegagalan untuk
mempertahankan standar pada satu unit franchisee akan mengganggu keseluruhan
jaringan franchise.
‘15
13
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7.
Penjualan bisnis. Salah satu kunci sukses dari franchise adalah motivasi yang
ditanamkannya kepada franchisee, disertai sifat kewirausahaan franchisee. Seorang
franchisor hendaknya sangat selektif ketika mempertimbangkan lamaran dari franchisee,
terutama terhadap orang-orang yang akan bergabung dengan jejaring dengan membeli
bisnis dari franchise yang mapan.
8.
Kematian franchisee. Untuk memberikan ketenangan bagi franchisee, harus dibuat
ketentuan bahwa franchisor akan memberikan bantuan untuk memungkinkan bisnis
dipertahankan sebagai suatu asset yang perlu direalisir, atau jika tidak bisa diambil alih
oleh ahli warisnya apabila ahli waris tersebut memenuhi syarat sebagai franchisee.
9.
Arbitrase. Dalam kontrak sebaiknya ditentukan mengenai penyelesaian sengketa yang
mungkin timbul dengan melaluhi arbitrase, dengan harapan penyelesaiannya akan lebih
cepat, murah dan tidak terbuka sengketanya kepada umum.
10. Berakhirnya kontrak dan akibat-akibatnya. Dalam kontrak harus selalu ada kektentuan
yang mengatur mengenai berakhirnya perjanjian. Perlu ditambahkan dalam kontrak,
franchisee mempunyai kewajiban selama jangka waktu tertentu untuk tidak bersaing
dengan franchisor atau franchisee lainnya, juga tidak diperkenankan menggunakan
sistem atau metode franchisor.1
8. Waralaba atau Franchise Perspektif Hukum Islam.
Untuk menciptakan sistem bisnis waralaba yang islami, diperlukan sistem nilai
syariah sebagai filter moral bisnis yang bertujuan untuk menghindari berbagai
penyimpangan bisnis (moral hazard), yaitu Maysir (spekulasi), Asusila, Gharar
(penipuan), Haram, Riba, Ikhtikar (penimbunan/monopoli), Dharar (berbahaya).
Bila diperhatikan dari sudut bentuk perjanjian yang diadakan waralaba (franchise)
dapat dikemukakan bahwa perjanjian itu sebenarnya merupakan pengembangan dari
bentuk kerjasama (syirkah). Hal ini disebabkan karena dengan adanya perjanjian
franchise, maka secara otomatis antara franchisor dan franchisee terbentuk hubungan
kerja sama untuk waktu tertentu (sesuai dengan perjanjian). Kerja sama tersebut
‘15
14
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak. Dalam waralaba
diterapkan prinsip keterbukaan dan kehati-hatian, hal ini sesuai dengan prinsip transaksi
dalam Islam yaitu gharar (ketidakjelasan).
Sedangkan syirkah itu sendiri dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :
1.
Syirkah ibahah, yaitu persekutuan hak semua orang untuk dibolehkan menikmati
manfaat sesuatu yang belum ada di bawah kekuasaan seseorang.
2.
Syirkah amlak (milik), yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk memiliki
suatu benda.
3.
Syirkah akad, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih yang timbul dengan adanya
perjanjian. . Syirkah akad dibagi menjadi empat (4), yaitu :
a.
Syirkah amwal, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dalam modal/harta.
b.
Syirkah a’mal, yaitu perjanjian persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
menerima pekerjaan dari pihak ketiga yang akan dikerjakan bersama dengan ketentuan
upah dibagi menjadi dua.
c.
Syirkah wujuh, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dengan modal harta dari
pihak luar.
d.
Syirkah mudharabah, yaitu kemitraan (persekutuan) antara tenaga dan harta, seorang
(supplier) memberikan hartanya kepada pihak lain (pengelola) yang digunakan untuk
bisnis, dengan ketentuan bahwa keuntungan (laba) yang diperoleh akan dibagi menurut
kesepakatan kedua belah pihak.
Bisnis waralaba ini pun mempunyai manfaat yang cukup berperan dalam
meningkatkan pengembangan usaha kecil. Dari segi kemashlahatan usaha waralaba ini
juga bernilai positif sehingga dapat dibenarkan menurut hukum Islam. Terdapat beberapa
indikasi di atas yang menyatakan bahwa secara garis besar sistem transaksi franchise ini
diperbolehkan oleh hukum Islam. Karena waralaba termasuk bentuk perjanjian
kerjasama (syirkah) yang sisinya memberikan hak dan wewenang khusus kepada pihak
penerima. Waralaba merupakan suatu perjanjian timbal balik, karena pemberi waralaba
(franchisor) maupun penerima waralaba (franchisee) keduanya berkewajiabn untuk
memenuhi prestasi tertentu. Setelah pemaparan yang panjang lebar mengenai franchise di
‘15
15
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atas, terdapat persamaan dan perbedaan franchise menurut hukum Islam dan hukum
positif.
Persamaannya adalah Pertama, franchise adalah kerjasama (syirkah) yang saling
menguntungkan, berarti franchise memang dapat dikatakan kategori dari syirkah dalam
hukum Islam. Kedua, terdapat prestasi bagi penerima waralaba, hal ini sama dengan
syirkah mudharabah muqayyadah. Ketiga, terdapat barang, jasa dan tenaga memenuhi
salah satu syarat syirkah. Keempat, terdapat 2 orang atau lebih yang bertransaksi,
sepakat, hal tertentu, ditulis (dicatat) dan oleh sebab tertentu sesuai dengan syarat akad,
khususnya syirkah mudharabah.
Adapun perbedaannya terletak pada, :
Pertama, dalah syirkah mudharabah, modal harus berupa uang, tidak boleh
barang. Sedangkan dalam franchise modal dapat dibantu oleh franchisor baik uang,
barang atau tenaga professional.
Kedua, dalam franchise terdapat kerja sama dalam bidang hak kekayaan
intelektual (HAKI), yaitu merek dagang. Dan dalam hukum Islam hal tersebut termasuk
syirkah amlak (hak milik).
Ketiga, tidak bolehnya kerja sama dalam hal berjualan barang haram, sedangkan
dalam hukum positif tidak terdapat pembatasan terhadap hal tersebut, misal transaksi
jual-beli barang najis dan memabukkan, seperti babi dan miras.2[8]
‘15
16
Kewirausahaan III
Endang Suparman.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download