7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi merupakan sejenis

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Babi
Babi merupakan sejenis hewan ungulata yang memiliki moncong panjang dan
berhidung lemper yang berasal dari Eurasia. Babi termasuk kedalam Filum:
Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata
(mempunyai
rahang),
Kelas:
Mamalia
(menyusui),
Ordo:
Artiodactyla
(berjari/berkuku genap), Genus: Sus, Species: Sus scrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus
cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus, Sus barbatus (Sihombing,
1997).
Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap
kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat
dipasarkan. Selain itu ternak babi sangat efisien dalam mengkonversi berbagai sisa
pertanian dan restoran menjadi daging.
Di dunia terdapat bermacam-macam jenis babi salah satunya jenis Landrace.
Babi Landrace termasuk dalam Philum : Chordata (vertebrata), Kelas : Mamalia
(karena memproduksi susu), Ordo : Artiodactyl (berjari atau berteracak genap dan
merupakan bintang berkuku), Famili : Suiday (non ruminansi), Genus : Sus (Blakely
dan Bade, 1985).
7
8
Babi Landrace merupakan babi yang berasal dari Denmark, termasuk babi
bacon yang berkualitas tingi. Ciri-ciri babi landrace adalah berwarna putih, bertubuh
panjang dan lebar, kepala kecil agak panjang dengan daun telinga yang terkulai, leher
panjang, punggungnya berbentuk seperti busur, bulu halus, puting susu pada satu sis
berjumlah enam sampai tujuh buah, kaki letaknya baik dan kuat dengan paha yang
bulat serta tumit yang kuat (Girisonta, 1981). Babi landrace lebih panjang
dibandingkan dengan babi bangsa lain, karena memiliki tulang punggung yang
panjang (Blakely dan Bade, 1985).
2.2
Semen
Menurut Hafez (2000), semen adalah cairan atau suspensi semi gelatinous
yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap
saluran reproduksi jantan, bagian cairan dari suspensi tersebut yang terbentuk pada
ejakulat yang disebut plasma semen.
Semen terdiri dari dua bagian yakni spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan
dan plasma semen. Semen dihasilkan didalam testis sedangkan plasma semen
merupakan campuran sekresi yang dihasilkan oleh epididimis dan kelenjar kelamin
pelengkap yaitu kelenjar vesikularis, cowper dan prostat (Toelihere, 1979).
Fungsi plasma semen adalah sebagai medium pembawa semen dari saluran
reproduksi jantan kedalam saluran reproduksi betina. Spermatozoa pada babi
9
berbentuk filiformis dengan kepala spermatozoa yang terdiri dari nukleus dan bagian
atasnya tertutup oleh akrosom yang berbentuk bulat.
Semen babi memiliki sifat voluminous yakni volume tinggi (150 – 200 ml),
konsentrasi spermatozoa rendah yaitu 200 – 300 X 106 sel/ml (Garner & Hafez, 2000)
dan semen babi dapat disimpan dengan tetap mempertahankan viabilitasnya hanya
pada kisaran temperatur 15–20°C (Paulenz et al., 2000). Terjadinya perubahan
temperatur akan berpengaruh terhadap struktur phospholipid membran plasma
spermatozoa
(Watson,
1996).
Persentase
phosphatidylethanolamine
dan
sphingomyelin pada membran spermatozoa babi sangat tinggi, masing-masing adalah
24 dan 14% (White, 1993). Hal ini menyebabkan membran plasma spermatozoa babi
sangat sulit stabil pada temperatur rendah.
2.2.1
Penampungan Semen
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang volumenya
banyak dan kualitasnya baik untuk proses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan (IB). Semen tersebut ditampung dalam beberapa metode yaitu metode
pengurutan (massage), metode elektroejakulator dan metode vagina buatan.
Metode yang biasanya digunakan adalah metode massage. Metode massage
memiliki beberapa kelebihan seperti kuantitas semen yang banyak dan terhindar dari
gelatin. Volume semen tergantung dari breed, speies, umur, ukuran badan, pakan dan
frekuensi penampungan.
10
2.2.2
Evaluasi Semen
Evalusi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk melihat jumlah dan kualitas semen. Pemeriksaan semen dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu pemeriksaan semen makroskopik dan pemeriksaan semen
mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi: volume semen, warna semen, bau
semen, kekentalan semen dan pH semen. Pemeriksaan mikroskopik meliputi: gerakan
massa semen, gerakan individu semen, konsentrasi, motilitas dan presentase hidup
atau mati (Hafez, 2000).
Tabel 1. Nilai Karakteristik Semen Segar Babi
Karakteristik Semen
Standar
Volume tanpa gelatin
200-250
Warna
Putih Susu
Konsistensi
Encer
pH
7,4
Motilitas (%)
>60%
Spermatozoa Hidup (%)
>80%
Normalita (%)
>80%
6
Konsentrasi (10 sel/ml)
200-300
(Sumber : Gadea,2003)
2.2.3
Pengenceran Semen
Spermatozoa adalah sel hidup yang membutuhkan bahan yang dapat
menompang dan melindungi hidupnya setelah berada diluar tubuh. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengolahan semen yang bertujuan untuk mempertahankan kualitas
spermatozoa tetap baik sehingga dapat digunakan lebih lama dan malayani lebih dari
satu ekor betina (Hafez and Hafez, 2000).
11
Agar tercapainya tujuan suatu inseminasi buatan maka spermatozoa perlu
dipertahankan beberapa lama sesudah penampungan. Untuk itu semen perlu dicampur
dengan larutan pengencer untuk mempertahankan keutuhan fisik dan kimiawinya.
Kemudian disimpan pada suhu dan kondisi tertentu agar dapat mempertahankan
hidupnya selama waktu yang diinginkan untuk dipakai sesuai kebutuhan (Toelihere,
1979).
Sampai saat ini jenis pengencer yang sudah biasa digunakan adalah susu skim,
kuning telur dan air kelapa. Kuning telur mengandung glukosa yang dipergunakan
oleh spermatozoa sebagai sumber energi, beberapa protein, vitamin yang larut dalam
air maupun yang larut dalam minyak.
Namun dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah banyak
pula ditemukan pengencer khusus yang mampu mempertahankan, melindungi dan
memperpanjang masa penyimpanan semen dalam suhu rendah.
Salah satu bahan pengencer tersebut adalah Beltsville Thawing Solution
(BTS). Beltsville Thawing Solution (BTS) merupakan pengencer untuk penyimpanan
semen dalam jangka waktu pendek.
2.3
Pengencer Beltsville Thawing Solution® (BTS)
BTS® (Beltsville Thawing Solution) merupakan salah satu pengencer instan
yang sudah diperjual belikan secara global. BTS® (Beltsville Thawing Solution)
merupakan bahan pengencer produksi Minitube, Germany. Di dalam 50 gram BTS ®
12
memiliki komposisi 37.15 gram glukosa, 6 gram sodium sitrat, 1.25 gram EDTA,
1.25 gram sodium bikarbonat, 0.75 gram potassium chloride, Streptomycin sulfate 1
gram dan Penicillin G 106 IU (Thompson, 2005) (Tabel 2).
Tabel 2. Komposisi Bahan Pengencer BTS® pada Semen Babi
Baha Kimia (g/100ml)
Glukosa
Fruktosa
EDTA (Ethylenediamine-tetra-acetic
acid)
Sodium-sitrat
Sodium-bikarbonat
Potassium Klorida
Pennisilin (IU): Streptomisin (mg)
Aquabidest (ml)
BTS
3,7
0,125
0,6
0,125
0,075
100000 : 100
100
Sumber (Thompson, 2005)
Penambahan EDTA berfungsi untuk menahan aktivitas kalsium sebagai media
dalam proses kapasitasi spermatozoa dan reaksi akrosom. Fungsi potassium adalah
melindungi pompa sodium potassium dan mencegah terjadinya pergeseran pompa
potassium intraseluler yang dapat menyebabkan gangguan fungsi transportasi ion
serta metabolism sel spermatozoa. Sumber energi yang paling umum digunakan
dalam pengencer semen adalah glukosa, meskipun berbagai derivate gula yang lain
13
telah diuji misalnya fruktosa, ribosa atau trehalosa akan tetapi hasilnya tidak begitu
bagus (Levis, 2000).
Tekanan osmotik pada semen segar antara 290 sampai 300 mOsm dengan
toleransi antara 240 sampai 280 mOsm. Pada tekanan osmotik dibawah 200 mOsm
terjadi penurunan motilitas spermatozoa yang jelas. Pengencer yang isotonik atau
sedikit hipertonik (300 mOsm) memiliki banyak keunggulan sekarang sudah dipakai
secara luas. Garam-garam ion anorganik misalnya sodium dan potassium klorida
banyak digunakan untuk mengatur tekanan osmotik (Gadea, 2003).
Antibiotik perlu ditambahkan pada pengencer untuk menghambat petumbuhan
bakteri Gram negative seperti Escherichia coli, Salmonella dan Pseudomonas.
Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan beberapa perubahan pada semen seperti
penurunan motilitas, aglutinasi spermatozoa atau clumping, peningkatan proporsi
perubahan akrosom sert penurunan pH samapai kondisi asam (5,7 sampai 6,4).
Dengan penambahan Penicillin dan Streptomycin 1 g/l secara kombinasi serta
aminoglycoside eperti gentamicin, neomycin dan kanamycin pada konsentrasi 200
mg/l dapat melindungi semen dari kontaminasi tersebut (Gadea, 2003).
2.4
Vitamin E (α-Tocopherol)
2.4.1 Pengertian Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang berperan dalam reproduksi.
Vitamin E pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Dr. H.M Evans dari
California. Bentuk vitamin E merupakan kombinasi dari delapan molekul yang sangat
14
rumit yang disebut ”tocopherol”. Kata tocopherol berasala dari bahasa yunani yakni
tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh. Vitamin E merupakan suatu
komponen lipid yang essensial yang terdiri dari selaput-selaput biologis yang saling
berhubungan dengan radikal peroxyl yang berfungsi dalam mencegah perkembangan
lipid peroxidan. Vitamin E merupakn vitamin yang larut pada lemak yang terdiri dari
campuran dan substansi tocopherol (α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta)) dan
tokotrienol (α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta)). Terdapat enam jenis tokoferol yaitu
α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta).
Gambar 1. Struktur Kimia α –tokoferol
2.4.2 Peranan Vitamin E pada Fertilitas
Sebagian besar komponen lipid pada semen babi adalah fosfolipid. Secara
fisiologis, ukuran PUFA (polyunsaturated fatty acid) yang tinggi di dalam semen babi
akan bersifat integral yang akan menjaga ketidakstabilan selaput dan fleksibilitas
selama proses fertilisasi. Terjadi kerusakan pada lipid peroksida pada semen akan
mengurangi pergerakan spermatozoa. Kerusakan lipid peroksida pada semen mamalia
dapat menyebabkan penurunan fungsi akrosom, kerusakan kromatin dan peurunan
kemampuan fungsi semen dengan ovum yang termasuk didalamnya berpengaruh
terhadap fertilitas semen yang disimpan.
15
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty
Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila
senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang
merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi
senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai
reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan
sebagai scavenger.
α-tocopherol merupakan salah satu vitamin E sebagai antioksidan yang
berperan dalam memperlambat berlangsungnya reaksi peroksida lipid kerena mampu
menangkap radikal bebas yang dapat memutuskan rantai proses peroksida lipid di
dalam membran sel. α-tocopherol bereaksi dengan menyumbangkan satu atom OH
pada cincinnya ke radikal bebas yang dibutuhkan untuk menstabilkan sebuah elektron
yang tidak berpasangan akibat pembentukan radikal bebas. Hal ini menyebabkan
terbentuknya radikal α-tocopherol yang stabil dan tidak merusak serta menghentikan
reaksi rantai propagasi yang bersifat merusak pada proses peroksidasi lipid.
2.5
Suhu Penyimpanan
Kadar metabolisme dan motilitas sperma berbeda-beda menurut suhu.
Peninggian suhu 100C diatas suhu lingkungan akan meningkatkan kadar metabolisme
dua kali lipat atau lebih serta mengurangi daya hidup dua kali lipat. Diatas suhu 50 0C
16
sperma akan kehilangan daya geraknya dalam waktu lima menit. Penyimpanan semen
pada suhu badan akan menyebabkan sperma dapat hidup selama beberapa jam karena
kehabisan substrat, penurunan pH dan pertumbuhan kuman (Toelihere, 1979).
Akibat dari pendinginan yang terlalu cepat akan terjadi kerusakan
spermatozoa akibat cekaman dingin (cold shock). Cekaman dingin (cold shock)
menyebabkan gangguan terhadap motilitas dan metabolisme serta kehilangan
fosfolipid dan kation pada spermatozoa (Maxwell & Watson, 1996).
Download