1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 sampai 3
kali seminggu dalam 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu infertilitas primer dan
sekunder. Infertilitas primer adalah sepasang suami istri yang belum mampu dan
belum pernah memiliki keturunan setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak
2 sampai 3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun. Infertilitas sekunder adalah sepasang suami istri yang telah atau pernah
memiliki keturunan sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki keturunan
lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2 sampai 3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun (Djuwantono, 2008).
Masyarakat masih memiliki pemikiran bahwa infertilitas disebabkan oleh
kelainan pada perempuan, namun menurut McClure tidak seperti itu. Pada kasus
infertilitas, 40% masalah yang membuat sulit memiliki anak terletak pada
perempuan; 35% pada laki-laki; 10% pada keduanya dan 10 sampai 15%
idiopatik (McClure, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas antara lain usia, stres, lingkungan,
dan juga aktivitas seksual (frekuensi, posisi, waktu, dan lain-lain). Faktor
lingkungan yang dimaksud disini adalah alkohol, ganja dan juga rokok.
Merokok sendiri sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia, bukan hanya
dilakukan oleh lelaki dewasa, tetapi juga oleh remaja bahkan anak-anak. Data
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyebutkan prevalensi merokok di Indonesia
mencapai 34,7%, dengan umur rata-rata mulai merokok 17,6 tahun (Riskesdas,
2010).
1
Universitas Kristen Maranatha
Terdapat studi yang menyatakan bahwa rokok menurunkan antioksidan dan
meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam cairan semen. Sehingga
perokok lebih berisiko mengalami infertilitas karena tingginya radikal bebas
dalam sperma dapat mengganggu DNA mitokondria dan apoptosis spermatozoa.
Hal ini dapat mengakibatkan kelainan pada sperma, termasuk berkurangnya
motilitas spermatozoa (Saleh et al, 2003; Nakada et al,2006).
Berdasarkan penelitian dari Joice Marlina pada tahun 2010, dibuktikan bahwa
terdapat penurunan motilitas spermatozoa pada pasien infertil perokok bila
dibandingkan dengan pasien infertil yang tidak merokok.
Perokok sendiri dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu, perokok
ringan, sedang dan berat menurut indeks Brinkman (PDPI, 2003).
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala
respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada
orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada usia
orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa
lama orang tersebut merokok. Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah penelitian,
bahwa perokok berat dan sedang memiliki resiko untuk menderita PPOK derajat
berat atau lebih, 8 kali lebih besar dari perokok ringan (Nugraha, 2011).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas diperoleh :
-
Apakah terdapat perbedaan penurunan motilitas spermatozoa pada
perokok ringan, sedang dan berat.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh merokok pada
motilitas spermatozoa.
2
Universitas Kristen Maranatha
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penurunan
motilitas spermatozoa pada beberapa kelompok perokok yang dikelompokan
berdasarkan indeks Brinkman.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
referensi dalam bidang andrologi mengenai pengaruh banyaknya konsumsi rokok
pada motilitas spermatozoa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai efek banyaknya konsumsi rokok
terhadap motilitas spermatozoa. Informasi dapat diberikan melalui penyuluhan
dan juga kampanye anti rokok.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Rokok dapat menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang
memiliki atom dengan elektron yang tidak berpasangan, bersifat tidak stabil, dan
reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul seluler termasuk
karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat (Langseth, 1995).
Radikal bebas yang berasal dari gas rokok menyebabkan penurunan motilitas
spermatozoa dengan cara merusak membran sel dan merusak mitokondria dari
spermatozoa yang kemudian mengganggu fungsi dari mitokondria. Mitokondria
sendiri adalah suatu organel yang berada pada midpiece dari spermatozoa,
3
Universitas Kristen Maranatha
mitokondria berfungsi sebagai pembentuk ATP untuk menggerakkan flagel.
Radikal bebas merusak mitokondria dengan cara mengganggu respirasi
mitokondria untuk pembentukan ATP, oleh sebab itu ATP yang dihasilkan
berkurang sehingga terdapat abnormalitas pada motilitas spermatozoa (Lodish et
al, 2000; Agarwal et al, 2003).
Penelitian Nugraha pada tahun 2011 membuktikan bahwa perokok berat dan
sedang memiliki resiko untuk menderita PPOK derajat berat atau lebih, 8 kali
lebih besar dari perokok ringan (Nugraha, 2011).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis melakukan penelitian ini untuk
mengetahui
perbandingan
motilitas
spermatozoa
pada
perokok
yang
dikelompokan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan indeks Brinkman.
1.5.2 Hipotesis
Terdapat perbedaan penurunan motilitas spermatozoa pada perokok ringan,
sedang dan berat.
4
Universitas Kristen Maranatha
Download