BAB I PENDAHULUAN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak dapat terelakkan dalam kehidupan
sehari-hari. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehar-hari, sebagai medium bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan
gagasan
dan
mentransferkan
kembali
kepada
khalayak
dengan
tujuan
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mengambil keputusan tertentu. Apabila
komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka akan menimbulkan kesalahpahaman
dalam pemaknaan pesan yang disampaikan sehingga komunikasi
itu tidak berjalan dengan efektif.
Kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yaitu pengakuan berupa
tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan
berharga. Ada juga diskonfirmasi yang merupakan lawan dari konfirmasi, yaitu
penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita
abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat
komunikasi dengan orang lain
Banyak diluar sana kehidupan masyarakat yang serba praktis, dimana
menganggap segala sesuatu dengan mudah, instan dan cepat. Diantaranya
makanan yang serba siap saji, pakaian yang memperlihatkan aurat agar terlihat
seksi, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, yang mengakibatkan
pergaulan tidak terkontrol, dan banyak remaja yang terjerumus dalam kasus ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Dampak dari pergaulan bebas salah satunya adalah penyebaran penyakit
HIV/AIDS yang semakin merebak di tengah-tengah masyarakat.
HIV/AIDS menjadi salah satu penyakit mengerikan yang sampai saat ini
belum ditemukan obatnya. Tidak sedikit orang yang meninggal setiap harinya
akibat penyakit yang disebabkan oleh virus ini. Pemicu terjadinya penyakit ini
disebabkan oleh gaya hidup bebas dari masyarakat serta jumlah pemakai narkoba
serta obat-obatan terlarang yang meningkat kejam. HIV1 adalah retrovirus yang
menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya, inveksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan
sistem kekebalan yang secara terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekebalan tubuh.
Melihat semakin tingginya jumlah kasus HIV AIDS baik positif maupun
negatif, maka layanan dan dukungan yang perlu dikembangkan adalah dukungan
psikologis dengan cara konseling antarpribadi. Dukungan ini penting untuk para
mereka yang memerlukan sahabat untuk mencurahkan permasalahannya. Layanan
konseling ini bisa didapatkan di Klinik atau Rumah Sakit atau PMI secara
sukarela.
Layanan konseling yang dimaksud adalah Voluntary Counselling and
Testing (VCT)2 yang bisa membantu setiap orang yang merasa curiga dirinya
terkena infeksi HIV AIDS. Melalui layanan ini. ODHA bisa bercerita secara detail
masalah yang diderita kepada konselor. Konselor ini bertujuan untuk menanggapi
1
Human Immunodeficiency Virus
Merupakan suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengan
tujuan pencegahan HIV dan AIDS, mengurangi kegeisahan, meningkatkan persepsi tentang faktor-faktor penyebab infeksi
HIV, dan upaya pengembangan perunbahan perilaku.
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
dan memberikan respon terhadap penyakit yang diderita mereka. Konselor
sebagai komunikator, sedangkan klien atau ODHA sebagai komunikan, dengan
adanya jawaban-jawaban berarti ada feedback atau umpan balik. Pemberian
informasi di harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,
kelompok, maupun individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik termasuk pengetahuan tentang HIV/AIDS.3
Terbukanya akses konseling, maka kebutuhan akan informasi yang akurat
dan tepat dapat dicapai, sehingga proses pikir, perasaan, dan perilaku dapat
diarahkan kepada perubahan perilaku yang sehat. Minimnya
pemahaman
masyarakat terhadap masalah HIV/AIDS dan cara pencegahannya dilihat dari
aspek pengetahuan, sikap kepedulian, dan partisipasi masyarakat. Serta kurangnya
pemahaman pencegahan HIV/AIDS yang dikarenakan komunikasi antarpribadi
yang tidak efektif.
Konseling yang dilakukan berperan sebagai komunikasi interpersonal yang
di dalamnya terjadi dialog antara konselor dengan pendonor darah (klien) yang
bertujuan untuk memberikan informasi seputar pencegahan HIV/AIDS. Konseling
merupakan salah satu bentuk pendekatan yang perlu dikembangkan agar
masyarakat bisa menambah wawansaan mengenai HIV/AIDS.
Komunikasi
antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh
orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang
langsung. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai
ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.
3
Notoatmojo,2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Melalui layanan konseling ini, mereka bisa secara detail mengetaui isu-isu
seputar HIV/AIDS yang diperoleh melalui konselor (dokter), kemudian konselor
memberikan feed back berupa jawaban dari ketidaktahuan masyarakat tersebut.
Kegiatan yang dilakukan di PMI Bogor akan difokuskan pada praktek
konseling karena didalam kegiatan tersebut konselor berhadapan secara face to
face dengan klien tanpa adanya media. Adanya interaksi antarpribadi yang
terbangun dengan baik, akan memudahkan konselor (dokter) memberikan
komunikasi kesehatan terhadap masyarakat guna menambah wawasan tentang
pemahaman pencegahan HIV/AIDS. Dapat dilihat bahwa konseling merupakan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh konselor (dokter) dengan klien
(pendonor darah). Oleh sebab itu, penulis tertarik memilih topic ini dalam
penelitiannya.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan
dalam fokus penelitian adalah bagaimana komunikasi antarpribadi dalam
meningkatkan pemahaman pencegahan HIV/AIDS antara pendonor darah dengan
dokter di PMI Bogor.
1.3 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas, maka identifikasi
permasalahan dalam pembahasan skripsi yang akan diajukan adalah:
1. Bagaimana komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan pemahaman
pencegahan HIV/AIDS?
2. Bagaimana peranan konselor dalam memberikan konseling kepada klien?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai padSa penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan pemahaman
pencegahan HIV/AIDS.
2. Mengetahui peranan konselor dalam memberikan konseling kepada klien.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitan ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu komunikasi
khususnya tentang teori efektifitas komunikasi antarpribadi De Vito
1.5.2 Manfaat Praktis
Dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
pihak
yang
berkepentingan dalam melaksanakan program dan menjadi bahan masukan yang
berkaitan dengan pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download