implementasi program dinamika kelompok terhada lanjut usia di

advertisement
IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIKA
KELOMPOK TERHADA LANJUT USIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ISNANIYAH
1110054100011
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat,10 Oktober 2014
Isnaniyah
ABSTRAK
Isnaniyah
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dan mengalami beragam
perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta
fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka
lanjut usia (lansia) memerlukan perhatian dari semua pihak. Keberadaan lanjut
usia yang terus menerus meningkat juga dapat menimbulkan permasalahan
yang akan mempengaruhi orang lain. Sehingga membuat mereka sulit
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua
kemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu
sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini
merupakan permasalahan yang sering di alami lanjut usia khususnya di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalam
mengatasi permasalahan lansia PSTW Budi Mulia 1 memiliki suatu program
kegiatan yang disebut dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok
diberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu
mengembangkan potensi diri secara berkelompok, dapat mengenal dan
berinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama, serta memiliki inisiatif
kepemimpinan melalui media permainan dalam kelompok.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana
implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? Dan perubahan apa saja
yang dirasakan oleh lanjut usia dari program dinamika kelompok yang telah
diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari
aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pendekaan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan
dokumentasi. Prosedur pemilihan informan ini adalah purposive sampling,
adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu 1 pekerja
sosial, 2 psikolog dan 4 orang warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa program kegitan dinamika
kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini
menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dalam program dinamika
keompok ini juga dapat membuat para WBS memiliki tambahan aktivitas,
adanya interaksi dan mau bersosialisasi dengan teman-temannya.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas
segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh
cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni
Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia
serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya.
Dalam penulisan skipsi ini penulis masih merasa banyak kekurangankekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
banyak kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I,
Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku pudek II, dan Bapak Dr. H.
Sunandar, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial dan juga selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah
meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian,
ii
bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang
sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Akmal Towe M. Si, selaku ketua PSTW Budi Mulia 1 yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi dan telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
6.
Ibu Siti Fatonah S. Sos, selaku Pekerja Sosial di PSTW Budi Mulia 1
yang telah banyak membantu penulis dalam mencari informasi dan datadata saat melakukan penelitian mengenai judul yang terkait dengan skripsi
penulis.
7. Ibu Siti Masitoh, M. Psi. dan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. selaku psikolog di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang telah membantu penulis
dalam mencari data terkait dengan skripsi penulis.
8. Terimakasih kepada Staff-Staff dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang
turut membatu penulis dalam mencari informasi dan selalu memberikan
doa serta dukungannya.
9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Akhyar dan Ibu Siti
Aisyah, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya untuk memberikan
dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi
kesuksesan dan tercapainya cita-cita putrinya. Semoga kelak penulis dapat
membahagiakan kalian.. Amiin
10. Untuk kakak dan adikku, Nur Fajriyah, S. Pdi dan Arief Rachman,
terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis.
iii
11. Robby Sanjaya, seseorang yang selalu setia dan sabar menemani penulis
dimanapun dan kapanpun dalam penelitianku. Terimakasih atas do’a dan
dukungan serta selalu memberikan semangat yang luar biasa hingga saat
ini.
12. Teman-Teman terbaiku, Fifi Nurmaghfirah Ika Nurjayanti, Siti Jumartina,
Pipit Febriyanti, Putera Mahesa, Dysa Restiani, Bani Fauziyyah Jehan,
Ulfah Andriani dan Shabrina Dwi Pitarini Putri, Terimakasih atas doa,
motivasi, semangat, serta saran yang tidak henti-hentinya mereka berikan
untuk penulis, terimakasih karena kalian selalu ikhlas menemani penulis
disaat mulai mengalami kebingungan dan kegalauan dalam menyelesaikan
skripsi.
13. Teman-teman Praktikum 1, Prapti Anggorowati, Noviani Muslikhah, Lusi
Melani dan Hafidz yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi
untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan di Jurusan Kesejahteraan
Sosial Angkatan 2010 yang lain, atas dukungan, semangat dan juga
kesempatan menjadi rekan seperjuangan sejak awal masa perkuliahan
hingga akhir masa penulisan skripsi ini. Kalian Luar Biasa..
15. Sahabat-sahabat terbaiku.. Endah Purnamasari, Presia Angelika, Ristha
Indah Angelawati, Sabila Paramadina, Fitri Widiantari, dan Siti Sarah
terimakasih kalian telah hadir dalam hidupku, kalian adalah Inspirasi
bagiku mengingatkanku disaat aku lupa, selalu memberikan semangat
buatku, dan yang selalu mendo’akanku.
16. Teman-teman KPI dan Jurnalistik 2010, Aridiyat Ningrum, Noor Aisyah,
Eva Damayanti, Amanda, Alvionita Jayyusarah, Isye Naysila dan temanteman seperjuangan di FIDKOM tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
iv
Penulis tidak mempu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang
diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak
dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga
karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa
kesejahteraan sosial juga pembaca lainya.
Jakarta , 10 Oktober 2014
Penulis
Isnaniyah
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
BAB I :
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
8
D. Metodelogi Penelitian ............................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 19
BAB II :
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Implementasi Program ............................................ 21
B. Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika........................................................... 22
2. Pengertian Kelompok.......................................................... 22
3. Jenis-Jenis Kelompok ......................................................... 30
C. Pengertian Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika Kelompok ......................................... 32
2. Manfaat Dinamika Kelompok............................................. 34
3. Proses Dinamika Kelompok………………………………. 36
vi
4. Peran Pekerja Sosial…………………………………….... 42
5. Prinsip-prinsip Praktek Pekerja Sosial
dengan Orang Tua…………………………………………. 43
D. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia…………………..……………….. 43
2. Kebutuhan Lanjut Usia…………………..………………. 45
BAB III : PROFIL LEMBAGA
A. Latar Belakang Berdirinya PSTW Budi Mulia 1 ...................... 47
B. Visi, Misi dan Tujan.................................................................. 48
C. Falsafah Lembaga…………………………………………….. 49
D. Struktur Organisasi…………………………………………… 50
E. Jagkauan Layanan……………………………………………... 51
F. Sarana dan Prasarana Lembaga………………………………. 52
G. Kemitraan dengan Pihak Luar………………………………… 54
H. Sumber Daya Manusia………………………………………… 55
I. Program………………………………………………………. 57
BAB VI : TEMUAN DAN ANALISA
A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lansia
di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung……………………………. . 59
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual…………................................................................. 77
vii
BAB V :
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 97
B. Saran.......................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Rancangan Informan……………………………………........... 13
Tabel 2.
Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1…………………………………………….........
Tabel 3.
50
Staff Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Dinamika Kelompok
di PSTW Budi Mulia 1……………………………………….
61
Tabel 4.
WBS yang Mengikuti Kegiatan Dinamika Kelompok……….. 77
Tabel 5.
Perubahan Aspek Biosikososial Spiritual…..……………….
ix
92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu fase normal dari tahap-tahap
perkembangan manusia. Sesungguhnya lansia merupakan proses dan
perjalanan hidup secara alami. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua. Selain itu lanjut usia juga memiliki masalah terhadap kesehatan,
kehilangan pengalaman antar pribadi, kehilangan status dan peranan sosial.
Proses menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas kehidupan
yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Oleh sebab itu lanjut
usia sering kali dihadapkan berbagai masalah yang kompleks yang
memerlukan pertolongan dan pelayanan sosial yang memadai. 1 Menjadi tua
umumnya
dipandang
sebagai
proses
penurunan
total.
Kemampuan
pemahaman pada lanjut usia tidak lagi dapat mengembangkan potensi dalam
dirinya sampai ke taraf yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan sosial
secara memadai.
Menurut seorang ahli psikologi dari Universitas Washington yakni
Jack Botwinick, lanjut usia mengalami penurunan kemampuan dalam
beberapa hal, misalnya menurunnya kecepatan di mana hilangnya sel-sel pada
sumsum tulang belakang yang memperlambat gerak refleks. Seseorang yang
berusia 80 tahun berjalan lebih lambat dibandingkan masa mudanya.
Penurunan yang kedua terjadi ialah melambatnya proses berfikir. Orang tua
1
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”
(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung) h. 42.
1
2
yang sehat tidak akan kehilangan kemampuan memberikan pertimbangan dan
berfikir abstrak.2
Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut usia
yaitu keadaan fisik lemah dan tak berdaya sehingga harus tergantung pada
orang lain, status ekonominya juga sangat terancam sehingga harus melakukan
perubahan besar dalam pola hidupnya untuk menentukan kondisi hidup yang
sesuai dengan perubahan status ekonomi dan fisik, lanjut usia juga
mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin
bertambah, belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa. Dan merasakan kebahagian dari aktivitas yang sesuai dengan
lanjut usia menganti aktivitas yang lama dengan yang cocok. 3 Para lanjut usia
seharusnya mendapatkan tempat di mata masyarakat, dihormati dan
dibahagiakan. Namun pada kenyataannya, para lanjut usia tidak semuanya
dapat tinggal di lingkungan keluarganya dan beberapa lanjut usia ada yang
terlantar.
Dalam ajaran Islam juga sudah dijelaskan bahwa setiap manusia akan
mengalami perubahan hidup, dari keadaan yang lemah menjadi kuat, setelah
kuat akan kembali menjadi lemah. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S
Ar-Rum 30 ayat 54:
2
Dedy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008) h. 155.
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1984) h. 387.
3
Artinya :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S Ar-Rum 30 ayat 54)
Dalam ayat ini menjelaskan setiap manusia akan mengalami proses
kehidupan, dari masa bayi, masa awal anak-anak, masa akhir anak-anak, masa
remaja, masa dewasa, hingga masa lanjut usia. Agama Islam memperlakukan
dengan baik para lanjut usia dan mengajarkan metode supaya keberadaan
mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. “Dukungan
terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang
ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan
terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Beliau mengegaskan, berkah dan kebaikan abadi bersama para lanjut usia
kalian.”4
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun
2000-2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun (dengan persentase
populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini di perkirakan akan
meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula
dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada
tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi
lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun
2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011
4
Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di akses
pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruumayat-46-60.html
4
menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%).
Meningkatnya populasi lanjut usia ini membuat pemerintah perlu merumuskan
kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lanjut usia
sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat.5
Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang mengenai
Kesejahteraan Lanjut Usia yakni UU Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1:
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila. Sedangkan pada ayat 2
disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori potensial (ayat 3) dan lanjut usia
yang tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.
Bagi lanjut usia tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat
mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia
dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada
5
Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel ini
di akses pada 6 Februari 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
5
ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya
perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.6
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua akan mengalami beragam
perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta
fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka
lanjut usia memerlukan perhatian dari semua pihak, mengingat bahwa
keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat akan menimbulkan
permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya
penurunan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dan penurunan
untuk melakukan interaksi sosial serta penurunan fisik dan psikis juga akan
membawa pengaruh kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Pada
umumnya
masyarakat
berpendapat
bahwa
lansia
tidak
membutuhkan terlalu banyak aktivitas karena kondisi fisik lansia yang mudah
lelah, mudah sakit dan juga adanya desakan dari keluarga yang tidak
menghendaki lanjut usia untuk berinteraksi di luar rumah. Namun pada
kenyataannya lansia sebenarnya masih memerlukan aktivitas rutin yang dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti kebutuhan
bio/fisik, psikologi, sosial dan spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan bio/fisik
dapat membuat tubuh lansia menjadi lebih bugar dan tidak mudah jatuh sakit.
Untuk pemenuhan psikologis lansia dapat mengisi waktu luangnya seperti
bersosialiasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang-orang terdekatnya.
Untuk pemenuhan sosial lansia dapat berinterkasi dengan baik. Dan untuk
6
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13
Tahun 1998
6
pemenuhan spiritual ini merupakan penunjang yang paling penting untuk para
lanjut usia, karena di usia mereka yang sudah memasuki fase penutup dalam
rentang hidup seseorang maka mereka dapat mengisi waktu luangnya dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila pemenuhan kebutuhan bio/fisik, psikologis, sosial dan spiritual
lansia tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beragam permasalahan
terjadi pada kehidupannya sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan
organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah
tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Adapun lembagalembaga yang peduli terhadap keberadaan lansia dalam peningkatan
kesejahteraan sosialnya ini dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta
Timur memiliki suatu program kegiatan yang dapat menunjang peningkatan
aktivitas lansia yaitu dinamika. Dinamika kelompok ini terbentuk dari
beberapa lanjut usia yang memiliki latar belakang sosial yang sama, namun
memiliki kepribadian yang bertolak belakang, sehingga dapat menimbulkan
tingkat emosional yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat bagi kepercayaan diri
dan kepuasan hidup lanjut usia di panti. Dinamika kelompok diberikan untuk
membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi
diri secara berkelompok, mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam
kerangka kerjasama serta inisiatif memiliki kepemimpinan melalui media
7
permainan dalam kelompok. 7 Dengan adanya program dinamika kelompok,
mereka mampu menerima dirinya selama berada di dalam panti dan dapat
menemukan makna hidupnya serta dapat menjalani aktivitas di masa tuanya
dengan penuh makna. Hal tersebut dikarenakan agar para lansia mampu
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.8
Seperti yang telah di uraikan sebelumnya tentang lansia beserta dengan
permasalahan dan kebutuhannya yang ditinjau dari berbagai aspek.
Penanganan lanjut usia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam
menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpeliharanya
kualitas hidup lanjut usia, tetapi juga masyarakat dan keluarga mempunyai
peran penting serta dukungan bagi kehidupan lansia. Hal ini yang membuat
penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program dinamika
kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian tersebut akan di tuangkan dalam
skripsi berjudul “Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur”
7
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h.
102.
8
Tony Setiabudhi dan Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai
Aspek, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 39.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan
yang akan dipaparkan dengan tujuan agar terhindar dari perluasan materi
yang akan dibahas serta mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu
pengetahuan, waktu, dana dan tenaga. Maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Implementasi
Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Sebagaimana dalam pembatasan masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur?
b. Perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program
dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis,
sosial dan spiritual?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
9
a. Untuk mengetahui implementasi program dinamika kelompok
terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung
Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui perubahan yang dirasakan oleh lansia dari kegiatan
dinamika kelompok yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) di lihat dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan
sosial khususnya pada permasalahan lansia.
2) Bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi, untuk dijadikan
rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial yang
berfokus pada kesejahteraan lansia.
3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca,
mengenai program bimbingan sosial yang di berikan oleh Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
2) Merupakan masukan untuk penelitian lebih lanjut khusunya
penelitian terapan yang berkaitan dengan bimbingan sosial
terhadap lansia.
3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan
kesejahteraan sosial khususnya yang terfokus pada kesejahteraan
lansia.
10
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam
suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian
ini kemudian dibagi menjadi:
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa
kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Sebagaimana yang
ungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
mensghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
prilaku orang-orang yang diamati.9
Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena
sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat,
dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga
dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan
dasar.10
Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi
penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam
dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam
lingkungan alamiahnya. Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari
studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari fenomena, dan
9
Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007) h. 4.
10
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 25.
11
secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di
lokasi penelitian. Dan penelitian non-interaktif disebut juga penelitian
analitis, penelitian non-interaktif menganalisisi dokumen. Peneliti
menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis
data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan
dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
diamati.11
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan
kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang
sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner
tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai
dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam
penelitian kualitatif.12
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain
itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah
diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape,
dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada
11
12
Ghony dan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 65.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 1.
12
penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh
mungkin dalam bentuk aslinya.13
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur yang berlokasi di Jalan Bina Marga No.
58 Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret
2014 sampai Agustus 2014.
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam
pengertian ini adalah teknik purposive sampling (tujuan) dimana informan
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orangorang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan
erat dengan bagaimana memilih informan, misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek
atau situasi sosial yang diteliti.14
Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1,
pihak-pihak tersebut antara lain: Pekerja Sosial, Psikolog serta Warga
Binaan Sosial (WBS).
13
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 25.
14
Septiawan Santana, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), h.
27.
13
Tabel 1
Rancangan Informan
Informan
Pekerja Sosial
Psikolog
Warga Binaan Sosial
(WBS) / Lansia
Data Yang dicari
Jumlah
Pelayanan, penggalian dan pemecahan 1 orang
masalah melalui program dinamika
kelompok, serta tahapan pelaksanaan
dinamika kelompok terhadap lansia.
Pemhaman tentang perilaku individu 2 orang
ataupun kelompok yang menjadi
sasaran layanan WBS
Dalam hal ini penulis mencari data 4 orang
berdasarkan
beberapa
kategori,
diantaranya ialah: gender, usia, suku,
dan lain sebagainya. Agar penulis
dapat mengetahui manfaat, serta
perubahan perilaku dari pelaksanaan
dinamika kelompok, serta menggali
informasi mengenai implementasi
program dinamika kelompok terhadap
lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 1.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan serta dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi
Obeservasi
atau
pengamatan
merupakan
sebuah
teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa
yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para
responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
15
Dalam
penelitian ini peneliti melakukan observasi, atau pengamatan,
15
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115.
14
secara
langsung kegiatan
pembinaan
keterampilan.
Dalam
observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bias dilihat oleh
mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan kemudian peneliti
tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk
memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil
bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. 16 Dalam penelitian yang
dilakukan, teknik wawancara ini merupakan teknik yang terpenting
karena dalam penelitiannya peneliti melakukan wawancara dengan
Pekerja Sosial, Psikolog dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSTW
Budi Mulia 1, guna memperoleh data yang diperlukan.
c. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun
hukum dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak
dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan
16
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
15
kepustakaan ini menjadi sangat penting.
17
Penerapan teknik
dokumentasi dalam penelitian ini adalah peneliti mengkaji
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan guna
dijadikan sebagai sumber penelitian.
6. Sumber Data
Jika dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan
yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh
melalui pengamatan, dan wawancara. Informan dalam data primer ini
adalah Pekerja Sosial, Psikolog, dan Warga Binaan Sosial (WBS di
PSTW Budi Mulia 1.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber
pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil dari
berbagai literatur, buku-buku, internet, tulisan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain.
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
17
Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2007), h. 133.
16
disarankan oleh data. 18 Metode analisa yang digunakan adalah metode
deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data dan kemudian
diusun, disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti dari
data tersebut.
Cara penafsiran dalam penelitian adalah menelaah seluruh data
yang tersedia. Data yang terkumpul tersedia dari berbagai sumber dan
terdiri dari wawancara, catatan lapangan dan tanggapa peneliti, gambar,
foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya yang
didapatkan di tempat penelitian lalu hasil penelitian serta analisisnya
diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari
analisis yang telah dilakukan diambil dari suatu kesimpulan.
8. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat
menggunakan
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi),
hal ini dicapai dengan jalan (a) membandingkan dokumen dari Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dengan hasil wawancara dengan
Warga Binaan Sosial (WBS). (b) membandingkan antara jawaban
yang diberikan Pekerja Sosial dengan jawaban warga binaan sosial
mengenai program dinamika kelompok.
18
Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, h. 280.
17
b. Kriteria Kepastian, menurut Scriven, yaitu masih ada unsur “kualitas”
yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa
jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat
dipastikan. 19 Dalam penelitian ini, peneliti dapat membuktikan datadata ini terpercaya yaitu dengan data-data yang didapat dari hasil
wawancara terhadap subyek penelitian. Adapun dari segi faktual
adalah melihat pada implementasi program dinamika kelompok
terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan,
bahwa Implementasi Program Dinamika Kelompok terhadap Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
melalui hasil wawancara terhadap subyek penelitian.
9. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” karya Hamid Nasuhi
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2008.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan studi kepustakaan telah banyak buku-buku
yang berhubungan dengan lansia. Penulis juga melakukan studi kepustakaan
terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan, terutama yang melakukan
penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha:
19
Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 326.
18
1. Dinamika Kelompok Lanjut Usia di Panti Werdha (kasus : Panti Sosial
Tresna Werdha Sukma Raharja, Kel Paledang, Kec Bogor Tengah, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat), oleh: Selfia Kusumawati pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, ITB.
Dalam skripsi ini lebih ditekankan mengenai bagaimana konsep diri yang
dapat berdampak terhadap dinamika kelompok, berbeda dengan penelitian
penulis yang mengkaji mengenai implementasi program dinamika
kelompok dalam meningkatkan aktivitas lanjut usia.
2. Pengembangan Keterampilan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, oleh : Siti Barkah pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial, UIN
mengkaji
mengenai
Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini
pengembangan
keterampilan
terhadap
lansia,
perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya.
Inti dari perbedaan skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi
diatas adalah terletak pada subyek dan obyek penelitiannya, dimana penulis
melakukan penelitian dengan subyeknya Implementasi program dinamika
kelompok, dan obyeknya adalah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1.
19
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis
berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan
berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika penulisan
ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab akan di bagi lagi menjadi subbab, yaitu sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis yang terdiri dari: Pengertian Implementasi
Program,
Pengertian
Dinamika
kelompok:
Pengertian
Dinamika, Pengertian Kelompok, serta Pengertian Dinamika
kelompok, Pengertian Lanjut Usia dan kebutuhannya.
BAB III
Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah mengenai profil
lembaga Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung,
Jakarta Timur, yang mencakup: Sejarah Berdirinya Panti, Visi
dan
Misi,
Struktur Organisasi,
Pengasramaan
Panti,
Proses
Pelayanan
Program-Program
dan
Bimbingan
Keterampilan PSTW Budi Mulia 1, serta Kerjasama PSTW
Budi Mulia 1
BAB IV
Hasil analisa dari Implementasi Program Dinamika Kelompok
Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
20
BAB V
PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan sarah terhadap hasil
penelitian pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan
masukan terhadap program lembaga.
21
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi
adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah
rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.1 Program adalah sederetan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi,
lembaga, bahkan negara. Suharismi Arikunto mengungkapkan bahwa program
adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
kegiatan tertentu.2 Program merupakan aktivitas atau kegiatan yang
ditunjukan untuk mencapai suatu perubahan terhadap kelompok sasaran
tertentu.3
Berdasarkan definisi diatas, maka implementasi program adalah
pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai usaha yang telah dibuat
sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi program adalah pelaksanaan
atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun atau
disepakati bersama.
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 427.
2
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jogjakarta: Bina Aksara. 1998),
h.33.
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2006), h.120.
21
22
B. Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika
Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tetang
benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakannya. Dinamika
berasal dari istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga
atau berkemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Dinamika
menurut Munir adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi antara unsur satu dengan unsur lainnya karena
adanya penelitian langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu
unsur sistem mengalami perubahan maka akan membawa pula pada
unsur-unsur lainnya.Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti
tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan
diri secara memadai terhadap keadaan.Dinamika juga berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok
secara keseluruhan.4
2. Pengertian Kelompok
Kelompok merupakan suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Dengan
demikian kelompok menunjukan pada adanya kesatuan sosial yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang berinteraksi secara intensif dan
teratur, sehingga dalam kelompok tersebutterjadi pembagian tugas,
4
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.25.
23
struktur dan norma tertentu, serta diikat perasaan hangat pada anggotaanggotanya.5
Secara umum kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan dari
dua orang atau lebih yang membentuk kesepakatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Hartford mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersatu dikarenakan
memiliki tujuan yang sama yang kemudian bersepakat untuk
merumuskan norma sebagai basis bagi mereka dalam beraktivitas,
mencapai
tujuan
bersama,
dan
dalam
membentuk
perasaan
kebersamaan.6
Selain itu pula kelompok dapat diartikan sebagai sesuatu yang
alami, karena manusia merupakan makhluk sosial yang akan
berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompokkelompok tertentu. Terdapat banyak definisi dari kelompok.Banyak
ahli dari disiplin ilmu yang membahas tentang kelompok namun bila
dilihat dari sudut kebenaran, semua definisi tersebut benar karena
melihat dari sudut pandang dan penekanan yang berbeda. Berkaitan hal
tersebut, Johnson Menjabarkan tujuh definisi yang paling umum
tentang kelompok yaitu:
a. Tujuan
Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang
berkumpul bersama untuk mencapai suatu tujuan.Kelompok
5
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut
Usia”(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung), h.104.
6
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial Responsibility)
(Bandung: Alfabeta Bandung, 2009), h.38.
24
tersebut ada karena untuk suatu alasan. Orang membentuk
kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka capai
sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah kelompok tetap ada tanpa
adanya tujuan yang menguntungkan yang berusaha dicapai oleh
para anggotanya? Freeman, pada awal tahun 1936, mengatakan
bahwa orang-orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan
umum.
b. Ketergantungan
Kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang
yang bergantung dalam beberapa hal. Setiap kelompok indvidu
bukanlah
kelompok
sebelum
ada
sebuah
pristiwa
yang
mempengaruhi mereka satu sama lain. Zanden menyatakan
kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki perasaan
senasib, sehingga perasaan yang satu dapat dirasakan oleh anggota
lain. Ketergantungan ini memang berbeda antara satu anggota
dengan anggota yang lainnya, walaupun diakui bahwa keeratan
keanggotaan kelompok tergantung dari tingkat ketergantungan
anggota satu dengan anggota yang lainnya.
c. Interaksi antar Individu
Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah individu yang
berinteraksi satu sama lain, sehingga kelompok tidak ada sebelum
adanya interaksi. Homans menyatakan kelompok adalah sejumlah
individu yang melakukan komunikasi selama jangka waktu tertentu
secara
langsung
tanpa
melalui
perantara.
Definisi
ini
25
mendeskripsikan pengertian kelompok berdasarkan yang dilihat
oleh teori ketergantungan. Bedanya teori ketergantungan dilihat dari
sudut vertikal, sedangkan teori interaksi Homans melihat dari sudut
horizontal yang menitik beratkan pada jaringan-jaringan sosial yang
sekaligus berfungsi sebagai media interaksi dan perekat kelompok.
d. Persepsi Keanggotaan
Kelompok dapat diartikan sebagai suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang menganggap diri mereka
berada dalam suatu kelompok. Para anggota kelompok masuk ke
dalam kelompok kerena memiliki persepsi sendiri tentang kelompok
itu. Interaksi di dalam kelompok, terutama tatap muka, akan
menimbulkan makna tersendiri. Makna tadi ditangkap melalui indra
yang berproses melalui persepsi. Menangkap impresi-impresi
melalui persepsi akan dapat melahirkan prilaku kelompok oleh
individu sebagai anggota kelompok.
e. Hubungan Terstruktur
Kelompok diartikan sebagai sekumpulan individu yang
interaksinya tersusun oleh serangkaian peran dan norma-norma. Hal
ini sesuai dengan para ahli sosiologi yang memandang kelompok
sama dengan organisasi. Sehingga para ahli tersebut beranggapan
bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai kelompok (Soekanto)
apabila:
1)
Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
kelompok.
26
2)
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
yang lain.
3)
Minimal harus terdapat sesuatu faktor yang merupakan milik
bersama, sehingga mempererat hubungan antar anggota.
4)
Memiliki sistem dan berproses.
f. Motivasi
Kelompok dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
mencoba untuk memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui
kebersamaan mereka. Berdasarkan definisi ini, sekelompok orang
bukanlah kelompok sebelum mereka terdorong oleh alas an pribadi
untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Orang-orang menjadi
anggota kelompok untuk mendapatkan penghargaan atau untuk
memuaskan keanggotaan mereka.
Homans, menyatakan bahwa kelompok akan tetap kompak
apabila
dalam
pertimbangannya
selalu
memiliki
unsur
pertimbangan keuntungan dan kerugian. Jika anggota kelompok
merasa mendapat keuntungan maka kelompok itu akan tetap utuh.
Sebaliknya apabila tidak, maka kelompok tersebut kemungkinan
akan bubar. Agar kelompok tetap utuh dan anggotanya merasa
mendapatkan keuntungan, maka diperlukan pemimpin.Fungsi
pemimpin menjaga keselarasan dan mendistribusikan keuntungan
pada seluruh anggota. Keberhasilan pemimpin menjadikan anggota
termotivasi untuk bertahan dalam kelompoknya. Sehingga kehendak
anggota mendominasi secara kuat terhadap semua gerak kelompok.
27
g. Pengaruh yang Meguntungkan
Kelompok diartikan sebagai
sekelompok orang yang
mempengaruhi satu sama lain. Sekelompok orang bukanlah suatu
kelompok, sebelum mereka mempengaruhi dan dipengaruhi satu
sama lain dan karakter dasar yang menjelaskan suatu kelompok
adalah pengaruh antar pribadi. Selanjutnya Suprihanto dkk,
menyatakan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu sehingga perilaku dan
atau prestasi seseorang mempengaruhi perilaku dan atau prestasi
orang lain. Secara tegas Shaw menyimpulkan kelompok adalah dua
orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam hal-hal tertentu
sehingga setiap orang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
orang lain. Definisi tersebut mencoba mencari kompromi untuk
memadukan penekanan pada berbagai macam definisi. Walaupun
Shaw tidak menjelaskan interaksi itu sendiri dalam bentuk yang
bagaimana. Sebab orang berkelahipun disebut berinteraksi satu
dengan lainnya. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang perlu
diperhatikan.
Akhirnya upaya yang dapat dilakukan ialah sekedar
mengindentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh masingmasing definisi, kemudian dalam penggunaan tinggal mengadakan
penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Adapun idetifikasi
tersebut menurut Sudjarwo ialah:
28
1) Sesuatu dapat disebut sebagai kelompok apabila memiliki
anggota minimal dua orang atau lebih.
2) Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi
dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola
ketergantungan.
3) Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut.
4) Tujuan kelompok ditetapkan sebagai manifestasi tujuan
anggota.
5) Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan
terpelihara serta terbuka terhadap penambahan anggota baru.
Pendapat senada dikemukakan Sahertian bahwa kelompok
terdiri atas sejumlah individu setidaknya dua atau lebih yang
berinteraksi sosial untuk mencapai tujuan yang sama dan bertindak
dengan pola yang terorganisir. Berdasarkan pendapat para ahli
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok merupakan
suatu perkumpulan antara beberapa individu yang saling bekerja
sama dan saling berinteraksi dan memiliki satu tujuan yang sama
agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi melalui kebersamaan
mereka dan dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Selain itu ada pula teori pembentukan kelompok salah satu
diantaranya ialah teori Activity Interaction-Sentiment Theory, teori
ini sering disebut juga dengan teori AIS dari Homans dengan
konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut:
29
a. Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama
dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan.
b. Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin
sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain.
c. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan
semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga
semakin sering aktivitas dilakukan.7
Teori ini tampaknya akan mencoba mengembangkan
alternarif baru yang mungkin dapat dikembangkan dari aktivitas
yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan, serta perasaan yang
ditimbulkan.
Salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan
kelompok sebagai media dalam proses pertolongan professional
ialah dengan menggunakan terapi kelompok. Terapi kelompok
ditunjukan untuk memfasilitasi individu agar dapat beradaptasi
baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses
kelompok. Biasanya, anggota kelompok dari terapi kelompok
adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional, kesulitan
prilaku maupun interaksi dengan orang lain.8
7
Zulkarnain, Dinamika Kelompok,h. 18.
Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.18.
8
30
3. Jenis-Jenis Kelompok
Adapun beberapa jenis kelompok diantaranya ialah:9
1. Kelompok primer dan sekunder
Kelompok primer memiliki ciri-ciri antara lain bahwa
setiap anggota melakukan kontak dengan anggota lainnya
secara akrab dan berkelanjutan seperti dalam keluarga dan
kelompok bermain anak-anak. Sedangkan kelompok sekunder
dibentuk atas dasar minat yang sama, misalnya satuan kelas di
sekolah dan pencinta alam.
2. Sociogroup dan Psychogroup
Kelompok Sociogroup tekanannya pada hal-hal yang
harus
dikerjakan
bersama.Pada
kelompok
Psychogroup
tekanannya pada hubungannya antar pribadi.Namun tekanan itu
dapat
digeser
sehingga
kelompok
sociogroup
menjadi
psychogroup dan sebaliknya.Misalnya dalam kelompok yang
dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, perbedaan
antar kedua macam kelompo itu tidak begitu tajam, karena
disamping
mengusahakan
seuatu
bersama,
pembinaan
hubungan antar pribadi juga harus diperhatikan.
3. Kelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak
terorganisir.
Kelompok yang terorganisir terdapat diferensiasi yang
membedakan antara peranan-peranan yang diperoleh anggota
9
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h.
104-105.
31
sehingga dapat suatu struktur, misalnya salah seorang berperan
sebagai pemimpin atau ketua.Struktur itu dapat bersifat sangat
formal dan kompleks.
4. In group dan out group
Dalam kelompok ingroup para anggotanya merasa terikat
satu sama lain dan menunjukan loyalitas satu sama lainnya.
Dalam kelompok out group anggota berasal dari yang bukan
anggota kelompok tertentu sehingga diantara mereka tidak
terdapat loyalitas, rasa simpati dan rasa keterikatan, bahkan
mungkin terdapat rasa antipasti dan rasa benci.Kelompok untuk
kepentingan kegiatan bimbingan tidak pernah mengikuti pola
perbedaan ini karena kelompok atau gabungan itu tidak pernah
menghasilkan perbedaan tajam, antar anggota kelompok.
5. Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas dasar
sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diwajibkan.
Diantara kelompok/group yang dibentuk untuk kegiatan
bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela, dan ada
yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang
bersekolah/mahasiswa yang kuliah di institut tertentu.
6. Kelompok Tertutup dan Kelompok Yang Terbuka.
Kelompok tertutup terdiri dari mereka yang mengikuti
kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima
anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Sedangkan
kelompok terbuka memungkinkan ada orang lain masuk selama
32
kelompok berlangsung. Kelompok atau grup kecil yang
dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup,
misalnya kelompok konseling, sedangkan kelompok atau grup
besar lebih bersifat terbuka, misalnya satuan kelas bila ada
siswa baru masuk.
C. Pengertian Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika Kelompok
Dalam Kamus Manajemen, dinamika kelompok diartikan sebagai
penilaian prilaku kelompok dan perorangan serta interaksi perilaku anggota
kelompok; penilaian tersebut di gunakan untuk meningkatkan efektivitas
kelompok.10 Pengertian dinamika dan pengertian kelompok apabila
digabungkan akan menjadi pengertian dinamika kelompok. Dinamika
kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota
satu dengan lainnya dimana hubungan psikologis tersebut berlangsung
dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Dinamika kelompok
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah.11
Johnson mendefinisikan dinamika kelompok sebagai suatu lingkup
pengetahuan sosial yang berkosentrasi pada pengetahuan tentang hakikat
kehidupan kelompok.dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang
perilaku dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang
haikat kelompok, pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan
10
B.N. Marbun, SH., Kamus Manajeman, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005) h. 65.
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”,
11
h. 104.
33
anggotanya, dan hubungan dengan kelompok lain atau kelompok yang
lebih besar. Pengertian dinamika kelompok memiliki beberapa unsur,
diantaranya ialah:
a.
Adanya kumpulan dua orang atau lebih.
b.
Melakukan interaksi.
c.
Anggota saling memperngaruhi satu dengan yang lainnya.
d.
Keadaan
kelompok
dari
waktu
ke
waktu
sering
berubah-
ubah/bergerak.
Berdasarkan pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik
berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok.
Persoalan dinamika kelompok ialah semua gejala kejiwaan yang
disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok, yang di uraikan
Benedict dalam Santosa sebagai berikut:
a)
Persatuan; hal ini berkaitan dengan tingkah laku anggota kelompok
seperti proses pengelompokam, intensitas anggota, arah pilihan, nilai
manfaat kelompok.
b)
Dorongan; yaitu persoalan minat anggota terhadap kehidupan
berkelompok
c)
Stuktur; yakni persoalan pada bentuk pengelompokan dan bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas,
keterlibatan kerja.
d)
Pemimpin; yakni persoalanpada bentuk, tugas, system kepemimpinan
dan sebagainya.
34
e)
Perkembangan kelompok;
persoalannya
menentukan kehidupan
kelompok yang terlibat pada perubahan dalam kelompok, ketentraman
anggota dalam kelompok, perpcahan kelompok dan lain sebagainya.
Kurt Lewin sebagai perintis ilmu dinamika kelompok menyatakan
bahwa dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu yang mempelajari
tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, penyebab terjadinya tenaga
tersebut, kondisi yang bisa mengubah tenaga tersebut, serta akibatnya
tehadap individu dan kelompok.12
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat penulis simpulkan
bahwa dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan sosial yang
menganalisa aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota
kelompok, saling berinteraksi, dan saling mempengaruhi dalam situasi
sosial
dan
kelompok
agar
mampu
bergerak,
berkembang
dan
menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu tujuan.
2. Manfaat Dinamika Kelompok
Beberapa pihak menyadari betapa pentingnya mempelajari
dinamika kelompok karena beberapa alasan, yaitu individu tidak mungkin
hidup sendiri didalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri
dalam memenuhi kehidupannya, dan perlu adanya pembagaian kedalam
masyarakat yang besar agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi dinamika kelompok menurut Sunarto ialah:13
12
Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.25.
Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.28.
13
35
a. Individu satu dengan yang lainnya terjadi kerjasama saling
membutuhkan sebab individu tidak dapat hidup sendiri di
dalam masyarakat.
b. Melalui
dinamika
kelompok,
segala
pekerjaan
yang
membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi
beban
pekerjaan
yang
besar,
sehingga
waktu
untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan
efisien. Sebab dalam dinamika kelompok, pekerjaan besar akan
di bagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masingmasing.
c. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, sebab individu
satu dengan yang lainnya akan dapat memberikan masukan
atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat.
Sedangkan tujuan dinamika kelompok antara lain sebagai berikut:
a. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok
terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa saling menghargai.
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama
anggota kelompok.
d. Menimbukan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota
kelompok.
36
Sehingga manfaat atau faedah mempelajari dinamika kelompok adalah:
a. Manfaat bagi perorangan, individu akan memperoleh gambaran
tentang partisipasi dari peserta lain, serta dapat menarik
pelajaran dan pengalaman berbagai aktifiras yang telah
dilakukan dan diceritakan oleh peserta lain.
b. Manfaat bagi kelompok, dapat mengetahui cara memecahkan
masalah
bersama,
cara
merencanakan
bersama,
cara
menentukan norma bersama, pencapaian konsensus bersama,
kerjasama, mengatasi konflik dan cara mengambil keputusan
bersama.
c. Manfaat bagi organisasi, dapat belajar tentang kerjasama dalam
kelompok dan antar kelompok, serta kesatuan bahasa dan
komunikasi dalam memecahkan masalah antar kelompok.
d. Manfaat
bagi
pemimpin,
dapat
menyerasikan
antara
kepentingan lembaga dan kepentingan anggota organisasi.
3. Proses Dinamika Kelompok
Semua kelompok pada hakikatnya memang proses atau dinamika
yang dilampaui seseorang dakam rangka menjadi anggota dalam suatu
kelompok merupakan hal yang bersifat sangat individual, artinya setiap
orang akan berbeda. Semua kelompok pada hakikatnya tumbuh dan
berkembang
dari
waktu
ke
waktu
melalui
beberapa
tingkatan/tahapan/fase namun bila dilihat secara minimal maka terdapat
sejumlah tahapan minimal sebagai berikut:
37
a. Tahap
perkenalan.
Individu
mengadakan
orientasi
tau
perpajakan melalui prilaku yang di tampilkan dan responrespon apa yang diterima. Sedangkan jika kelompok itu baru
dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturanaturan main yang harus di taati oleh semua anggota.
b. Tahap mencari pola. Kelompok masuk ke dalam proses
pancaroba, dimana sering terjadi benturan-benturan dalam
mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas,
maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru
masuk akan vacuum dan kemudian akan keluar.
c. Tahap pemantapan norma. Kelompok masuk ke dalam tahap
pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok
akan melahirkan norma yang bersifat mengatur atau menata
jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur
peran dan status yang ada.
d. Tahap berprestasi. Maksudnya setelah kelompok betul-betul
solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya
masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai
suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok
tersebut.14
Kondisi fisik lanjut usia sangat berbeda dengan kondisi
sebelumnya, keadaaan lanjut usia akan mengalami penurunan baik dari
fisik maupun mentalnya. Untuk menumbuhkan semangat hidup lanjut
14
Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.29.
38
usia, maka diperlukan kegiatan pendamping untuk dapat memilih
aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan potensi lanjut usia.
Biasanya kegiatan-kegiatan seperti ini diarahkan pada kegiatan-kegiatan
yang bersifat rekreatif.
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmor dan Lemon et al. yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun,
akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha prilaku
mereka semasa mudanya.Pokok-pokok teori aktivitas adalah:
a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam menyusun
kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk
berinteraksi sepenuhnya dimasyarakat.15 Perubahan peran dan fungsi
sosial memperlihatkan bahwa lanjut usia akan merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting, daripada
kuantitas dalam aktivitas yang dilakukan. Keberhasilan lanjut usia dapat
dilihat dari aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukan
15
Siti Mariam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, (Jakarta: Salemba Medika,
2008), h.50-51.
39
peningkatan apabila lanjut usia melakukan peningkatan mutu dalam
aktivitas keseharian dilakukan oleh para lanjut usia. Ketika lansia memiliki
aktivitas sehari-hari yang tinggi, maka akan di ikuti dengan meningkatnya
keberhasilan di masa tuanya. Begitu pula sebaliknya, apabila aktivitas
sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat
keberhasilan lansia.
Menghadapi kenyataan ini maka seorang pekerja sosial harus
mengetahui dan memberikan pelayanan yang memadai agar kegiatan
sehari-hari mereka tidak mengalami hambatan. Adapun seorang pekerja
sosial mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Pekerja sosial juga
menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah
pengetahuan dan penelitian. Pendekatan biopsikososial spiritual pekerjaan
sosial
menawarkan
suatu
perspektif
yang
luas
dalam
prilaku
manusia.pendekatan ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi
dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Situasi ini dipahami sebagai gabungan antara faktor-faktor fisik, psikologi,
sosial, dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumbersumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut di pandang sebagai kesatuan
yang saling terkait.16 Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori
spiritual. 17
16
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia, 2009), h.13-15.
17
Siti Maryam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, h.46-54.
40
a) Teori Biologis/Fisik
Pada
teoribiologidikenal
dengan
istilah
“pemakaian
dan
perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan
stress yang menyebabkam sel-sel tubuhn menjadi lelah.Pada teori ini
juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh
lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.Pelayanan aspek fisik bertujuan untuk memelihara
kondisi fisik dan mempertahankan kebugaran lansia.
b) Teori Psikologi
Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif.Kepribadian individu yang terdiri atas motovasi dan
itelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri yang positif dapat
menjadikan seseorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah
terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.Adanya
penurunan intelektualitas yang meliputi presepsi, kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk
dipahami
dan
berinteraksi.
Persepsi
merupakan
kemampuan
interprestasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang
akan
muncul
aksi/reaksi
yang
berbeda
dari
stimulus
yang
ada.Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis
41
organ otak.Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi
pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan
menganggap bahwa lansia itu sendiri merupakan beban bagi orang
lain.
c) Apek Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan diantaranya yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri,
teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori
stratifikasi usia.Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia
akan terus menerus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk
mempertahankan status sosialnya.
d) Aspek Spiritual
Komponen spiritual merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.James Fowler meyakini bahwa kepercayaan/ dimensia
spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan bagi
seseorang.Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu
bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu
suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam
menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.
42
4. Peran Pekerja Sosial
Adapun peran pekerja sosial dalam pelaksanaan dinamika
kelompok selain menjadi fasilitator ialah sebagai berikut18:
a) Fasilitator
Melihat bahwa banyak waktu yang digunakan oleh community
worker dihabiskan dalam kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat. Karena itu keefektifan kerja dari community worker
juga akan sangat terkait dengan keterampilannya untuk berinteraksi
dengan kelompok.
b) Pemercepat Perubahan (Enabler)
Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat
agar
dapat
mengartikulasikan
mengidentifikasikan
masalah
mereka,
kebutuhan
dan
mereka,
mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka
hadapi secara lebih efektif.Peran sebagan enabler ini adalah peran
klasik dari seorang pekerja sosial. Dasar filosofis dari peran ini
adalah “help people to help themselves”
c) Perencana Sosial (Sosial Planner)
Seseorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah
sosial yang terdapat pada komunitas, menganalisisnya dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional untuk menangani
permasalahan
tersebut.Setelah
itu
perencanaan
sosial
mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber
18
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 62-65.
43
pendanaan,
dan
mengembangkan
berbagai
minat
ataupun
kepentingan.
5. Prinsip-Prisip Praktek Pekerja Sosial Dengan Orang Tua
Menurut Abraham Monk praktek pekerja sosial harus sesuai pada
kerangka konseptual sesuai dengan nilai-nilai profesi, prinsip dan tujuan
praktek pekerjaan sosial dengan orang yang lebih tua. Adapun prinsipprinsip praktek pekerja sosial dengan orang tua ialah sebagai berikut:19
a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan
meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
mereka.
b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan.
c. Membuat
organisasi
responsive
terhadap
orang-orang
dan
pengaruh antara organisasi dengan lembaga.
d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan
mereka.
e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan.
D. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam rentan
kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu
diperhatikan guna mempersiapkan masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya.
Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas. Perubahan
fisik kearah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indicator utama
19
Diana M. Dinnito and C. Arron McNeece, Social Work Issue and Opportunities in A
Challenging Profession, (United States of America: A Viacom Company, 1997), p. 203-204.
44
yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode
sebelumnya.
Sebagaimana halnya tugas dan perkembangan yang ada dan harus
dijalani pada periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada
pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus
dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang
hendaknya di lalui oleh para lanjut usia adalah:
a.
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisikdan kesehatan.
b.
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga.
c.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d.
Menjalin hubungn degan orang-orang seusianya.
e.
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f.
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis. 20
Lanjut usia dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya, yang dimana sesuai dengan apa yang telah dikatakan Edi Suharto,
yang terdapat dalam kelompok-kelompok lemah, yaitu:
a.
Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b.
Kelompok lemah secara khusus, seperti manula, anak-anak, dan
remaja penyandang cacat, gay, lesban dan masyarakat terasing.
c.
Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga.21
20
Dra. Zahrotun, M.Si, Dkk.,Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan
Psikologi Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
45
2. Kebutuhan Lanjut Usia
Lanjut usia sebagai manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan
sebagaimana pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan,
perawatan, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain. Akibat adanya kurangnya kemampua secara
fisik, psikologi, sosial dan ekonomi karena proses ketuaan yang dialami
serta perubahan-perubahan peranannya sehingga terjadi kontradiksi, yakni
di satu sisi adanya peningkatan kebutuhan, namun di sisi lain beberapa
kebutuhan lanjut usia tertentu tidak dapat terpenuhi secara memadai.
a.
Kebutuhan-kebutuhan utama (primer) lanjut usia meliputi:
1) Kebutuhan biologis/fisik: yang meliputi kebutuhan makanan yang
bergizi, pakaian, dan papan (tempat berteduh).
2) Kebutuhan ekonomi: berupa penghasilan yang memadai yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia.
3) Kebutuhan kesehatan: berupa kesehan fisik, mental, perawatan dan
kenyamanan.
4) Kebutuhan psikologis: meliputi kasih sayang, adanya tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri
serta status yang jelas.
5) Kebutuhan sosial: berupa peranan-peranan dalam hubungan
dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, temanteman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial.
b. Kebutuhan-kebutuhan kedua (seknder) lanjut usia antara lain meliputi:
21
Edi Suhatro, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Jakarta: PT Refika
Aditama, 2005), h.60.
46
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2) Kebutuhan dalam pengisian waktu luang.
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan
pengetahuan, keindahan dan lain-lain.
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum,
partisipasi
dan
keterlibatannya
didalam
kegiatan
kemasyarakatan dan negara atau pemerintah.
Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual seperti memahami
akan makna kehadiran dirinya di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui atau diluar dari kehidupan termasuk kematian.22
22
Kementerian Sosial RI, Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Situasi Darurat,
(Jakarta : Direktorat RESOS dan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2013), h.10-12.
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Latar Belakang Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan
jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan
ekonomi, khususnya di kota-kota besar, menyebabkan terjadinya pergeseran
nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya
perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena keterbatasan waktu yang
tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa
perhatian dan pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas
yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lanjut usia
menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah
(PEMDA) untuk memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia sehingga
dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek.
PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan
seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG
melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya
mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
47
48
(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta
No. 736 Tahun 1996.
Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK Gubernur DKI
Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kerja
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta,
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, dikukuhkan kembali
nerdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Bintal dan Kessos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No.
57 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1.
B. Visi, Misi, dan Tujuan
1. VISI PSTW BM I:
“Mengangkat Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan
Layak, Sehat Normatif dan Manusiawi”
2. MISI PSTW BM I:
1. Menyelenggarakan penampungan lansia terlantar dalam rangka
perlindungan social.
2. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis,
bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu
luang.
3. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaran jenazah.
4. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sosial.
5. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha.
49
3. TUJUAN
Meningkatkan
taraf
kesejahteraan,
kualitas
hidup
dan
keberfungsian sosial lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari
tuanya dengan mengikuti ketenteraman lahir dan batin.
C. Falsafah Lembaga
Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW BM I, diantaranya:
1. UU no. 13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.
2. UU no. 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU no. 11 th 2009 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Pemerintah no. 25 th 2000 tentang Kewenangan Pemeintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
5. Peraturan Gubernur no. 104 th 2009 tentang Organisasi dan Kerja
Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Peraturan Gubernur no. 57 th 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.
50
D. Struktur Organisasi Lembaga
Adapun struktur kepengurusan Panti, yakni:
Tabel 2
Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia1
Ketua Panti
Bpk. Akmal Towe, M.Si
KA.SUBAG Tata Usaha
Dra. Susiana, M.Si
KA. Sie Perawatan
KA. Sie Bimbingan Penyaluran
Dra. Hj. Tantri Retno
Asep Syahrial, S.Sos
Utari
Pekerja Sosial
Siti Fatonah, S.Sos
a. Pembagian Tugas
Adapun Job desc yang dilakukan oleh pengurus di PSTW BM I, yaitu:
1. Ketua Panti bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap divisi/seksi.
Di samping itu, Kepala Panti juga melaksanakan tugas manajerial dan
teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan
Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku.
2. Tata Usaha berperan dalam melakukan urusan surat menyurat,
kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-data
51
keuangan, transparansi dana, perlengkapan, serta sarana dan prasarana
Panti.
3. Sie. Perawatan merupakan divisi yang membantu pekerja sosial untuk
melakukan seleksi tehadap calon WBS berdasarkan segi moralitas dan
kesehatannya. Seksi perawatan juga berfungsi sebagai bagian yang
mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan lingkungan, kerapihan
wisma dan WBS, obat-obatan bagi WBS yang sakit, serta pemberian
vitamin untuk seluruh WBS.
4. Sie. Bimbingan Penyaluran merupakan divisi yang mengawasi jalannya
program yang telah disepakati oleh Dinas dan pihak panti seperti
bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan
konseling dan case conference.
5. Pekerja Sosial merupakan divisi yang melakukan indentifikasi,
registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program kepada
WBS.
b. Pengambilan Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 1
mengambil keputusan dengan sistem non-direktif (secara tidak langsung)
karena pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara
ketua panti dengan para staff panti.1
E. Jangkauan Layanan
Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 1, diantaranya:
1. Lanjut usia terlantar usia 60 tahun keatas
1
2014)
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Juli
52
2. Penduduk DKI Jakarta
3. Lanjut usia terlantar
4. Ada surat pengantar dari RT/RW dan Kelurahan
5. Rekomendasi dari suku Dinas Sosial wilayah
F. Sarana dan Prasarana Lembaga
PSTW BM1 merupakan salah satu UPT Dinas Sosial Provisnsi DKI
Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut
usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan milik pemerintah seluas
9.999 m2. Sarana dan prasaran yang ada di PSTW BM 1, terdiri dari :
1. Gedung kantor utama, didalam gedung kantor utama yang berfungsi
sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference,
maupun rapat-rapat untuk para staf.
2. Wisma WBS, wisma WBS terdiri dari :
a.
Wisma Asoka: dalam wisma Asoka diperuntukkan untuk WBS
wanita yang masih sangat mandiri dan potensial.
b.
Wisma Bougenville: dalam wisma Bougenville diperuntukkan WBS
wanita yang masih mandiri dan beberapa potensial.
c.
Wisma Cempaka: dalam wisma Cempaka diperuntukkan untuk WBS
wanita yang setengah renta dan setengah mandiri, tetapi lebih
mengarah ke renta.
d.
Wisma Dahlia: dalam wisma Dahlia diperuntukkan untuk WBS
wanita yang sudah renta.
e.
Wisma Edelweis: dalam wisma Edelweis diperuntukkan untuk WBS
pria yang sudah renta.
53
f.
Wisma Flamboyan: dalam wisma Flamboyan diperuntukkan untuk
WBS yang tidak potensial.
g.
Wisma Catiliya: wisma ini diperuntukan bagi kakek yang masih
potensial
3. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS yang
dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan). Poliklinik ini
juga dijadikan sebagai posyandu lansia Melati Putih.
4. Aula, aula sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan
tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan kunjungan.
5. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan
psikolog maupun dengan pekerja sosial.
6. Ruang taman bacaan
7. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus
jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan.
8. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan
keterampilan.
9. Dapur
10. Mushollah
11. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial), ruang ini digunakan untuk tempat
istirahat sementara bagi para TPS.
12. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1 yang
harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba-tiba
dibutuhkan WBS.
54
13. Lapangan, lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti seperti
senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu atau staf.
G. Kemitraan dengan Pihak Luar
a. Hubungan Lembaga dengan Masyarakat
Hubungan Lembaga dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia)
yang dimana di Panti terdapat Posyandu Lansia yang dapat digunakan oleh
warga sekitar Panti khususnya Lansia di RT. 007 karena di daerah sekitar
belum memiliki layanan Posyandu Lansia. Maka dari itu, Panti dengan
warga sekitar RT 007/06 bekerja sama dalam hal Posyandu. Begitu juga
bila ada kegiatan seperti Senam, maka warga sekitar dapat mengikuti
senam bersama-sama.
b. Kerjasama dengan Jaringan Lembaga
Kerjasama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1
Cipayung, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia,
yaitu :
1. Dinas sosial, Satpol PP dalam pengiriman calon WBS (lansia terlantar)
dan menindaklanjuti hasil razia yang dilaksanakan.
2. RSKD Duren Sawit dan RSKD Satelit dalam bantuan tenaga medis
untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap WBS Panti.
3. RSUD Budi Asih dan RSUD Pasar Rebo dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada lansia.
4. Kecamatan Cipayung dalam program Posyandu Lansia yang ditangani
oleh Dokter Puskesmas setempat untuk memberikan pelayanan
55
kesehatan pada PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia), seperti
pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tensi darah, dsb.
5. PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang
sakit.
6. Dinas Pemakaman, dalam bentuk memberikan fasilitas pemakaman
bagi para WBS yang meninggal di Panti.
7. PSBI (Panti Sosial Bina Insan) 2 Cengkareng, dalam bentuk
memberikan fasilitas yang sesuai bagi para WBS Panti (khusus lansia)
yang mengalami gangguan psikotik.
H. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak berdasarkan
kompetensi, melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman. Misalnya,
staf pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping wisma tidak
harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma. Meskipun
seperti itu, ada beberapa posisi yang menghariuskan memiliki latar belakang
sesuai dengan bidang yang bersangkutan, seperti untuk mengsisi posisi
pekerja sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan
memiliki SK (Surat Keputusan).
Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS (Warga Binaan
Sosial) adalah 3 : 210 yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki Surat
Keputusan (SK) ) untuk menjadi peksos. Pekerjaannya pun menjadi jabatan
fungsional, seperti assessment, intervensi klien dan lain-lain. Artinya, pekerja
56
sosial di PSTW BM 1 hanya berjumlah 3 orang, sedangkan pekerja sosial
tersebut harus menangani kurang lebih 210 WBS yang ada di panti.
Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para Staff
ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 1
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial
(Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat
pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial)
yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos
yang menyelenggarakan bebas biaya, tetapi diluar Kemensos seperti Dinas
Sosial dikenakan biaya pelatihan. Selain itu untuk menunjang Pengembangan
profesi para staff tidak hanya pelatihan tertapi juga ditunjang dengan seminarseminar atau Diklat-diklat dari Universitas atau Institusi lain yang
mengadakan.
Penilaian kinerja dilakukan setiap bulan, setiap orang ada laporannya,
dan yang menilai adalah kepala seksi. Sedangkan kepala panti yang menilai
adalah kepala dinas. Apabila kinerjanya bagus, maka akan ada reward berupa
TKD (Tunjangan Kinerja Daerah).
Sistem Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan melalui supervisi setiap
seksi. Kepala panti
selaku supersivor melakukan supervisi kepada
bawahannya yakni Kabag TU dan pekerja sosial. Kabag TU melakukan
supervise kepada Kasie Bimlur dan Kasie Perawatan. Kasie Bimlur
melakukan supervise kepada staf yang bertugas dalam hal bimbingan dan
penyaluran seperti kerajinan tangan dan kesenian. Kasie Perawatan melakukan
57
supervisi kepada staf yang bertugas sebagai penanggung jawab keperawatan di
setiap wisma.
I. Program
Adapun program-program yang terdapat di PSTW Budi Mulia 1, yaitu:
1. Pelatihan-pelatihan seperti keterampilan menjahit, membuat keset dan
meronce bunga dari sedotan khusus bagi para lansia yang masih
potensial. Hal tersebut berfungsi untuk dapat mengembangkan
kreatifitas para lansia yang masih ingin bekerja dan berkarya.
2. Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia yang
memiliki riwayat penyakit stroke. Disisi lain bermain Angklung juga
dapat membantu menggabungkan fungsi otak kiri (lewat syair lagu)
dan otak kanan (tangga nada), sehingga dapat menjadi jembatan otak
untuk menjadi aktif dan tidak mudah lupa (membantu meningkatkan
memori).
3. Kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin dan
Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen
(Kebaktian dan Ke Gereja).
4. Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk bebas
berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak, tujuannya dapat
melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau berjoget dan riang
gembira bersama.
5. Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan (hari
berbeda), membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai
salah satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu alat musik
Indonesia.
58
6. Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar dapat
memberfungsikan syaraf dan motorik para lansia, terutama bagi
mereka yang merupakan penderita jantung, stroke dan diabetes.
7. Program Dinamika Kelompok.
Program ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu dan kegiatan
dinamka kelompok ini dilaksanakan pada hari Rabu ataupun Jum’at.
Waktu dalam kegiatan ini tidak ditentukan, karena melihat dari kondisi
WBS yang sudah tua dan sudah tidak bisa melakukan aktivitas terlalu
lama. Program ini dimaksudkan agar adanya pengembangan diri
lansia, adanya interaksi, sosialisasi mereka lebih baik, ada kepercayaan
diri mereka dan WBS dapat merasa terhibur.
Dinamika kelompok ini menjadi suatu program di PSTW karena
adanya pengajuan dari Seksi Bimbingan dan Penyaluran (Bimlur) ke
Dinas Sosial. Permintaan program ini sudah di rencanakan sejak tahun
2013 namun dapat terlaksana di tahun 2014. Kegiatan ini sudah
berjalan selama 1 tahun. Pada pelaksanaan kegiatan ini WBS
didampingi dengan Pekerja Sosial dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS)
untuk mengikuti dinamika kelompok. Yang menjadi fasilitator dalam
kegiatan ini ialah psikolog. Jumlah peserta tidak di tentukan biasanya
Peksos dan psikolog melibatkan WBS yang masih potensial dan mau
ikut dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dinamika kelompok di PSTW.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 memberikan
pelayanan terhadap lanjut usia atau Warga Binaan Sosial (WBS) dengan
adanya program dinamika kelompok. Dalam implementasi program dinamika
kelompok di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1, metode dan
proses pelaksanaan dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan
membangun kelompok dari kumpulan individu-individu yang belum saling
mengenal satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan
dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama. Dinamika
kelompok membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa
dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamaan dalam suatu kelompok,
dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini perlu
diciptakan karena kelompok akan menjadi efektif apabila memiliki satu
tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan tersebut, yang diciptakan dan
disepakati bersama dengan melibatkan semua anggota kelompok. Sesuai
dengan apa yang di ucapkan oleh Ibu Siti Fatonah selaku Pekerja Sosial
sebagai berikut:
“Dalam pelaksanaan dinamika kelompok kami membuat
perjanjian dengan WBS sesuai dengan yang telah disepakati bersama,
tentu saja dengan memberikan beberapa pilihan materi permainan
agar pelaksanaannya terarah dan memiliki satu tujuan”1
1
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13
Agustus 2014)
59
60
Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan
untuk
membantu
mengatasi
permasalahan
lansia
secara
berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lansia secara
optimal sesuai dengan kemampuannya. Setelah mengikuti program dinamika
kelompok ini diharapkan adanya interaksi dengan para lanisa yang lain,
adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain dan timbul rasa
solidaritas terhadap sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ibu Siti Masitoh, M.Psi sebagai Psikolog:
“Tujuan dilaksanakannya dinamika kelompok ini pada dasarnya
agar adanya interkasi bersama, bisa having fun, terus setiap kegiatan
memang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan WBS. Misalnya
sesuai dengam motorik halus, jadi nanti kegiatannya berhubungan
dengan itu seperti, mengestafet buku. Mereka kan dibentuk kelompok
seperti itu agar ada interaksinya dengan yang lain dan dapat
membangun perasaan positive dengan teman-teman.”2
Dalam memberikan materi saat pelaksanaan program dinamika
kelompok ialah staff yang memiliki latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang menyatakan kesesuaian antara kemampuan dan pendidikan
yang dimiliki dengan program yang dijalankan. Staff yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan program dinamika kelompok terdiri dari 3 orang
yakni dengan 2 Psikolog dan 1 Pekerja Sosial.
2
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Masitoh, M. Psi sebagai Psikolog, (Jakarta, 20
Agustus 2014)
61
Tabel 3
Staff yang terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok
No
Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
1
Siti Fatonah, S.sos
Pekerja Sosial
Sarjana Sosial Widuri
2
Rika Fitriyana, M. Psi
Psikolog
Magister Psikologi YAI
3
Siti Masitoh, M. Psi
Psikolog
Magister Psikologi YAI
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Pengetahuan dalam melakukan kegiatan dinamika kelompok dimiliki
oleh kedua Psikolog yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) BM 1.
Karena ilmu yang mereka miliki diperoleh dari teori yang didapatkan di
bangku kuliah, sedangkan keahlian didapatkan dari pengaplikasian teori serta
pengalaman kerja mereka. Sehingga dapat menunjang perbaikan pada diri
setiap WBS dengan diberikan kegiatan bagi lanjut usia berupa permainan.
Pada pelaksanaan dinamika kelompok ini psikolog dan pekerja sosial berperan
sebagai fasilitator. Dalam melaksanakan dinamika kelompok ini psikolog
harus berorientasi pada keadaan saat itu atau sekarang. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Rika Fitriyana, M. Psi sebagai Psikolog sebagai berikut:
“Kita dapet informasinya selain kita orientasi langsung kita juga
diskusi dengan Ibu Siti kemudian juga dengan petugas yang lain.
Kalau sekiranya ada info-info yang kita perlukan kemudian kita
tanyakan kepada perawat juga. Jadi kita banyak diskusi, jadi kita tidak
semata-mata hanya temuan kita aja. Kita kroscek lagi dengan petugas
disini yang sehari hari bersama dengan kakek nenek.”3
Kemudian hal serupa juga di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos
sebagai pekerja sosial:
3
Wawancara Pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 13
Agustus 2014)
62
“Dalam pelaksanaannya memang di latih oleh orang-orang yang
professional yaitu dengan Mba Messi atau Mba Rika, namun tentunya
kita berunding terlebih dahulu apa sih materi yang ingin diberikan.
Ada koordinasi antara pekerja sosial dengan psikolog. Kita saling
berdampingan karena kedua komponen ini tidak dapat terpisahkan.”4
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II halaman 43-44 dijelaskan
mengenai peran pekerja sosial dalam program dinamika kelompok, yakni
sebagai fasilitator, sebagai pemercepat perubahan (enabler), perantara
(broker), perencana sosial (social planner). Pekerja sosial dalam melakukan
peran sebagai fasilitator diharapkan mampu mengajak WBS untuk ikut serta
berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dan
memfasilitasi WBS dengan suatu program, dapat memberikan manfaat serta
menghibur mereka. Salah satunya dengan menggunakan program dinamika
kelompok.
Selain itu pekerja sosial juga menggunakan peran sebagai pemercepat
perubahan (enabler), pekerja sosial diharapkan membantu para WBS agar
dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah
mereka, dan mengembangkan kemampuan yang WBS miliki agar dapat
menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Salah satunya
dengan melakukan program dinamika kelompok. Dalam pelaksanaan
dinamika kelompok, pekerja sosial mampu mengidentifikasikan kebutuhan
para WBS dengan adanya berbagai macam permainan.
Kemudian pekerja sosial juga berperan sebagai perencana sosial
(social
planner)
yakni
pekerja
sosial
merupakan
bertugas
untuk
mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat di dalam
4
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13
Agustus 2014)
63
lembaga, pekerja sosial menganalisis data tersebut dan menyajikan rencana
pemecahan masalah untuk menangani permasalahan WBS. Setelah itu
perencanaan sosial mengembangkan program kegiatan serta mengembangkan
minat yang dimiliki WBS.
Merujuk pada BAB II halaman 43 menurut Abraham Monk prinsipprinsip pada pekerja sosial dengan orang tua (lansia), ialah sebagai berikut:
a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan
meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka.
Dalam hal ini pekerja sosial di PSTW Budi Mulia 1 memberikan
pelayanan sosial terhadap lanjut usia agar para WBS dapat mengeksplorasi
kemampuan mereka dengan adanya beberapa program. Salah satunya ialah
Support group yang ada di dalam program dinamika kelompok.
b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan. Dalam hal ini pekerja
sosial melakukan segala kemungkinan untuk membantu WBS memperoleh
pelayanan dengan menjaga harkat dan martabat para WBS serta menerima
WBS apa adanya. Kemudian memanfaatkan keterampilan manajeman
kasus untuk memastikan bahwa para WBS menerima semua layanan yang
di perlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien dengan cara
membantu masalah WBS dengan tulus ikhlas dan sungguh-sungguh
menyelesaikan masalah. Untuk itulah PSTW Budi Mulia 1 memberikan
suatu program dinamika kelompok. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah,
S.sos ungkapkan sebagai berikut:
“Dengan adanya dinamika kelompok bertahap akan
melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja
mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan
64
hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang
lain, ada rasa empati dengan teman-temannya”5
c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara
organisasi dengan lembaga. Dalam hal ini PSTW BM 1 mengalami
peningkatan jumlah WBS untuk itulah pekerja sosial harus bertanggung
jawab lebih untuk meyakinkan bahwa pelayanan di lembaga dirancang
untuk mengatasi permasalahan mereka. Pelayanan sangat membantu lansia
jika di rancang untuk mengurang perasaan jenuh atau tidak berdaya.
Dengan adanya Program dinamika kelompok inilah dapat membuat para
WBS merasa terhibur. Sebagaimana yang Ibu Siti Fatonah, S. sos
ungkapkan sebagai berikut:
“Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak
mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di panti dan untuk
meningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.”6
d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka.
Pekerja sosial harus terampil dalam membantu WBS bersosialisasi sebagai
sarana untuk mengatasi kehilangan, karena mereka yang tinggal di PSTW
BM 1 Cipayung memang lansia yang sudah tidak memiliki keluarga.
Untuk itulah pekerja sosial harus memfasilitasi interaksi yang saling
menguntungkan antar anggota. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos
ungkapkan sebagai berikut:
“Dinamika kelompok itu sangat banyak manfaatnya,
tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain,
pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan
melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja
5
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13
Agustus 2014)
6
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13
Agustus 2014)
65
mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan
hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang
lain, ada rasa empati dengan teman-temannya.7
e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan. Dalam hal ini pekerja
sosial harus memberikan suatu program atau pelayanan yang terbaik untuk
lansia. Setiap program harus kritis di periksa untuk memastikan bahwa
semua program di PSTW BM 1 mencerminkan maksud yang ingin
disampaikan, dan pekerja sosial bertanggung jawab untuk menilai kembali
permasalahan atau kebutuhan WBS. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah,
S.sos ungkapkan sebagai berikut:
“Untuk program dinamika kelompok ini kita sudah
berjalan 1 tahun. Program ini dapat terlaksana tentu dengan
adanya pengajuan dari divisi Bimbingan dan Penyaluran
(BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kita pernah melaksanakan,
namun secara administrasi harus di konsep dulu nak. Dilihat dari
manfaat untuk lansia bermacam-macam seperti dapat
meningkatkan kepercayaan diri, sosialisasinya baik, jadi saya rasa
sangat perlu dengan adanya dinamika kelompok ada di semua
panti”
Pemberian materi dalam dinamika kelompok merupakan hal yang
penting dalam proses pelaksanaan program. Adapun materi yang diberikan
oleh Psikolog dan Pekerja Sosial ialah berupa suatu permainan. Seperti yang
di ungkapkan Ibu Siti Fatonah, S. Sos:
“Materi yang kami berikan berbentuk permainan,
mengenai pola fikir, motorik kasar atau motorik halus, atau
melatih memori. Kita sesuaikan dengan kondisi lansianya intinya
yang mudah di tangkap beliau dan menerima apa yang kita
sampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama, untuk program Panti.
Yang kedua melatih diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan arti
mandiri disini ialah adanya kepercayaan diri. Karena dengan
dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan
lansia yang ada di Panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia
7
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13
Agustus 2014)
66
itu sendiri. Fungsi dinamika kelompok itu sangat banyak, tentunya
ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan
diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan
prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi
dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang
dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa
empati dengan teman-temannya.”8
Berikut program dinamika kelompok yang di berikan Panti Sosial
Tresna Werdha terhadap lanjut usia diantaranya ialah:
1. Dukungan kelompok (Support group)
Dalam
pelaksanaan
support
group
ini
WBS
diberikan
kesempatan untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang sampai
saat ini masih terasa sangat berkesan, baik itu sedih ataupun senang.
Pada pelaksanaan ini fasilitator mempersilahkan para WBS yang hadir
untuk bercerita mengenai pengalaman hidupnya yang masih berkesan
sampai saat ini. Kemudian WBS yang hadir dalam support group ini
dapat memberikan komentar yang memberi semangat, motivasi
ataupun dukungan, dan tidak boleh memberikan kritik yang
menjatuhkan, menilai serta menyalahkan.9
Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
a. Memberikan wadah bagi WBS untuk lebih membuka diri.
b. Memberikan wadah bagi WBS untuk melepaskan beban
pikirannya.
c. Menumbuhkan rasa saling mendukung.
8
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20
Agustus 2014)
9
Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 29 Agutus 2014.
67
d. Membuat satu sama lain saling mengenal dan dapat
memahami perasaan serta mengetahui latar belakang
kehidupan teman-temannya,
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
a. WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias.
b. Peserta lebih mengenal dan memahami orang lain dalam
suatu kelompok.
c. WBS yang bercerita mendapatkan perasaan yang lebih
positif, lebih lega dan merasa mendapat dukungan dari
teman-temannya.
2. Permainan Kelompok
Permainan dalam dinamika kelompok menggunakan 2 metode
permainan yaitu berdasarkan memori ataupun motorik lansia. Dalam
metode permainan memori biasanya psikolog ataupun pekerja sosial
memberikan permainan yang berpengaruh terhadap daya ingat seperti
cerdas cermat atau diskusi/sharing. Sedangkan pada motorik lansia
biasanya menggunakan berbagai macam media yang dapat dijadikan
permainan diantaranya ialah: bola, kertas origami, kelereng, biji-bijian
dan lain sebagainya.10
Sedangkan metode permainan motorik terbagi lagi menjadi 2
bagian yaitu:
10
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20
Agustus 2014)
68
a. Motorik halus:
Permainan yang digunakan dalam motorik halus yakni sebuah
permainan kompetisi. Fasilitator memberikan alat bantu berupa
gelas plastik kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Media
ini digunakan untuk suatu permainan mengisi gelas kosong dengan
kacang secara estafet. Fasilitator membagi peserta menjadi 2
kelompok, kemudian setelah itu fasilitator memberikan instruksi
mengenai cara bermain dan aturan bermainnya. Pada permainan ini
tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara estafet
menggunakan sendok dan dimasukan ke gelas kosong.
Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) Mengakrabkan antar WBS.
2) Melatih konsentrasi.
3) Melatih kerjasama.
4) Melatih motorik halus.
5) Menambah semangat untuk berkegiatan
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias, senang dan
gembira.
2) Muncul semangat karena suasana kompetisi.
3) Semua WBS yang hadir dapat ikut terlibat, bahkan WBS yang
sehari-harinya diam dan pemalu, tidak dapat berjalan, kurang
lancar berkomunikasi, dapat ikut serta secara aktif dalam
permainan.
69
4) Dari permainan ini, dapat terlihat WBS yang bersemangat
ataupun yang kurang bersemangat, dapat didiagnosa juga WBS
yang kemampuan dan motorik halusnya baik ataupun kurang
baik.
5) Petugas yang berinteraksi sehari-hari dengan WBS, dapat
melihat beberapa WBS ada yang mengalami peningkatan dan
ada juga yang mengalami penurunan sehingga dapat menjadi
perhatian
mengenai
pendekatan
yang
akan
dilakukan
kemudian.
6) Dalam permainan ini interaksi keseharian akan nampak,
misalnya yang suka marah-marah, berbicara kasar, mudah
patah semangat ataupun kurang sabar.11
b. Motorik kasar
Permainan yang dilakukan dalam melatih motorik kasar ini
ialah dengan senam otak. Dalam melakukan senam otak, fasilitator
mengajarkan sebuah lagu yang akan digunakan dalam kegiatan
senam otak. Kemudian fasilitator memandu peserta untuk
menyanyikan lagu senam otak bersama-sama. Lalu mempraktekan
gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta. Setelah itu
peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan melakukan gerakan
senam otak secara bersamaan. Adapun tujuan dalam kegiatan ini
ialah sebagai berikut:
1) Meningkatkan konsentrasi.
11
2014
Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni
70
2) Melatih koordinasi motorik kasar.
3) Meningkatkan motorik kasar.
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) WBS cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi
secara aktif.
2) Saat fasilitator memberikan intruksi sebagian WBS ada yang
langsung mengikuti dan yang lainnya bersikap pasif.
3) Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini ialah: daya ingat,
konsentrasi, dan koordinasi motorik halus.12
Dari kedua materi yang diberikan oleh psikolog ataupun
pekerja sosial memang tidak banyak karena disesuaikan pada
implementasinya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rika
Fitriyana, M. Psi sebagai berikut:
“Sejauh ini sih kita pake itu aja. Dan itu aja udah cukup
banyak yah untuk lansia. Karena kita gak perlu cukup banyak
teknik menyampaikannya. Yang penting kita konsisten.
Menyampaikannya juga kita dengan bahasa yang ringan saja. Yang
mudah dimengerti. Kalau dianya belum mau cerita masih blocking
jangan dipaksa, karena mereka akan narik diri. Karena dalam
kapasitas intelegensy itu kan dibawah rata rata kemudian latar
belakang pendidikan itu juga mempengaruhi. Bagaimana mereka
menyerap informasi mengelola informasi”13
Dinamika kelompok ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Yakni
pada hari Rabu ataupun Jum’at. Waktu dalam melakukan kegiatan ini tidak di
tentukan karena melihat dari kondisi fisik lansia yang sudah melemah.
12
Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014.
Wawancara pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 29
Agustus 2014)
13
71
Pelaksanaannya dinamika kelompok ini dilakukan di dalam wisma, di taman,
ataupun di aula. Tergantung dari jenis kegiatan yang akan dilakukan.
Selain itu pula, dalam pelaksanaan dinamika kelompok ini. Lansia
yang berada di dalam Panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui
aktivitas kelompok. Sehingga mereka dapat beradaptasi baik secara sosial,
tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula
dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang
aktivitas lansia di Panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan
dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka
miliki.
Adapun teori yang di gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok
yaitu teori pembentukan kelompok dari Homans pada BAB II halaman 2829 yakni teori Activity-Interaction-Sentiment Theory. Dalam teori ini
menjelaskan mengenai suatu interaksi dalam kelompok dengan konsepsi
dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut:
a) Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang
lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan.
b) Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering
seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain.
c) Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka semakin
tinggi interkasi yang dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas
dilakukan.
72
Seperti yang telah peneliti paparkan diatas semakin banyak WBS
melakukan aktivitas bersama orang lain, maka semakin banyak pula interaksi
yang dapat menumbuhkan kebersamaan. Untuk itulah kegiatan seperti
dinamika kelompok sangat dibutuhkan, karena dengan adanya kegiatan ini
membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam mengenai perasaan dan
latar belakang orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa saling mendukung.
Selain itu pula telah di jelaskan pada BAB II halaman 38 mengenai
teori aktivitas menurut Palmor dan Lemon et al. menyatakan bahwa penuaan
yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi
aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di sisi lain dapat dikembangkan.
Selanjutnya peneliti akan memaparkan temuan yang peneliti temukan
pada saat peneliti mencoba menganalisis dengan teori tahapan dinamika
kelompok, adapun tahapan dinamika kelompok diantaranya ialah:
1) Tahap perkenalan
Jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan
bersama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua
anggota. Pada tahapan ini pekerja sosial dengan psikolog, melakukan
perkenalan awal dengan WBS. Sebelum kegiatan di mulai WBS diberikan
penjelasan serta arahan terlebih dahulu mengenai permainan yang akan di
lakukan.
Kemudian
pekerja
sosial
dengan
psikolog
melakukan
kesepakatan secara bersama sama tentang aturan-aturan main yang harus
73
di taati oleh semua anggota. Hal ini dilakukan agar WBS dapat mengerti
setiap permainan yang akan di laksanakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada tahapan perkenalan ini
psikolog didampingi oleh pekerja sosial sebagai fasilitator, melakukan
perkenalan dengan para WBS. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan
para WBS yang hadir mengikuti kegiatan. Setelah selesai melakukan
perkenalan. Psikolog memberikan penjelasan mengenai permainan yang
akan dilakukan serta aturan-aturan saat permainan berlangsung.14
2) Tahap mencari pola
Kelompok masuk ke dalam proses dimana sering terjadi benturanbenturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak
jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk
akan vacuum dan kemudian akan keluar.
Tahap mencari pola merupakan suatu aturan dalam sebuah
pelaksanaan dinamika kelompok, maksudnya ialah apabila aturan mainnya
tidak jelas dan tidak dapat dimengerti WBS, maka kelompok tersebut akan
bubar. Sebisa mungkin pekerja sosial tidak akan memberikan suatu
program dinamika kelompok yang membuat para WBS menjadi bingung
dan merasa tidak nyaman. Sebagaimana yang telah di katakan oleh Ibu Siti
Fatonah sebagai berikut:
“Dalam tahapan mencari pola di PSTW ini merupakan
suatu bentuk model dalam pelaksanaan dinamika kelompok yang
dilakukan sesuai perjanjian dengan keinginan WBS, misal WBS
ingin menceritkan masa lalu kita membuat pola permainan dengan
mengenang masa lalu mereka. Agar mereka merasa nyaman dan
berani untuk tampil didepan orang banyak. Jadi apa yang kami
14
Observasi Kegiatan Cerdas Cermat di PSTW BM 1, pada tanggal 20 Agustus 2014
74
lakukan dibuat senyaman mungkin agar mereka tidak merasa
jenuh dan dapat terhibur”15
Dalam tahap mencari pola, pada saat pelaksanaan senam otak di
wisma dahlia, wisma yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak
potensial, peneliti mengamati beberapa WBS yang mengikuti kegiatan ini
mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini berakhir setelah
peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya mereka tidak mengerti aturan
dari permainan tersebut. Namun dikarenakan usia mereka yang sudah
melemah pekerja sosial, psikolog ataupun petugas panti tidak dapat
memaksakan mereka untuk selalu ikut dalam berbagai kegiatan.16
3) Tahap Pemantapan Norma
Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma.
Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan peraturan yang
bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut,
serta mengatur peran dan status yang ada. Selain itu cakupan tugas
tanggung jawab kelompok mulai jelas dan telah disepakati oleh anggota
setelah mereka berargumentasi secara sengit dalam tahapan sebelumnya.
Seperti yang telah Ibu Siti Fatonah, S. Sos katakan sebagai berikut:
“Pemantapan Norma merupakan suatu Kerangka
permainan, apabila kerangka permainannya tidak jelas, sulit untuk
kakek dan nenek dapet mengerti maksud yang ingin kita
sampaikan. misalnya dalam melakukan permainan rantai berbisik
ini merupkan sutau permainan yang menggunakan kerjasama
antar kelompok. Mau mulai dari mana dulu. apakah dari sebelah
kanan atau dari sebelah kiri dulu. Kalau permainan menggenggam
bola ada aturannya. Ketika musik berhenti berarti ia yang berhak
meceritakan masa lalu atau bernyanyi, sesuai dengan perjanjian
15
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13
Agustus 2014)
16
Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014
75
awal di dalam mencari pola. Moment apa dulu itu dibentuk,
misalnya kita mau menggambar, atau bermain bola atau
bernyanyi. Adanya komitmen dan sesuai kesepakatan.”17
Pada tahap pemantapan norma peneliti mengamati anggota
mulai fokus pada proses pelaksanaannya dinamika kelompok. Apabila
dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan keinginan WBS
maka mereka dapat mengungkapkannya dan pada pemantapan norma ini
para WBS yang mengikuti kegiatan mulai berusaha secara maksimal
dalam menyelesaikan permainan18.
4) Tahap berprestasi
Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota
mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara
bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan
kelompok tersebut. Dalam tahapan ini WBS diberikan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan permainan yang
telah ditentukan. Yang kemudian dapat membentuk kelompok tersebut
menjadi lebih solid sehingga dapat mencapai suatu tertentu sesuai dengan
tujuan kelompok.
“Dalam tahap ini ketika memberikan permainan dengan
WBS adanya kekompakan yang terjadi didalam kelompok, adakah
salah satu diantara mereka yang dapat mengembangkan diri,
artinya mengembangkan diri disini yakni yang bisa menggantikan
posisi kami, yang berani untuk tampil didepan, memproyeksikan
apa yang kita tampilkan tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri.
Sehingga apa yang diberikan moderator bisa dipahami WBS. Dan
dapat diterapkan didalam kesehariannya”19
17
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13
Agustus 2014)
18
Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni
2014
19
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13
Agustus 2014)
76
Dalam
tahapan
pelaksanaan
dinamika
kelompok,
peneliti
mengamati bahwa adanya dua macam interaksi saat program dinamika
kelompok berlangsung. Dua macam interaksi tersebut adalah interaksi
inter dan interaksi antar. Interaksi inter yakni antara fasilitator dengan
WBS sudah cukup baik karena ada hubungan timbal balik, WBS bertanya
kepada fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan, begitu halnya
dengan fasilitator bertanya keadaan WBS setiap bertemu sebelum
melakukan kegiatan. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara WBS
dengan WBS dan fasilitator dengan fasilitator, dalam hal ini WBS dengan
WBS dapat berinteraksi dengan baik di sela-sela waktu dan untuk interaksi
fasilitator dengan fasilitator berjalan dengan baik karena mereka saling
berinteraksi membicarakan mengenai perkembangan WBS.20
20
Observasi Kegiatan Senam Otak di PSTW BM 1, 11 September 2014
77
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat
dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi
WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah
mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program
kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang
diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik.
Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat
mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka
dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas Panti.
Tabel 4
WBS yang mengikuti program dinamika kelompok
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Klien
Sri
Masnun
Sumarni
Maria
Farida
Buyung
Lumanow
Thamrin
Wandi
Dasni
Nama Wisma
Gender
Usia
Wisma Asoka
P
63 thn
Wisma Asoka
P
89 thn
Wisma Asoka
P
62 thn
Wisma Dahlia
P
83 thn
Wisma Cempaka
P
61 thn
Wisma Catiliya
L
84 thn
Wisma Catiliya
L
70 thn
Wisma Catiliya
L
69 thn
Wisma Flamboyan
L
65 thn
Wisma Flamboyan
L
61 thn
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Suku
Jawa
Betawi
Betawi
Batak
Jawa
Betawi
Batak
Kalimantan
Sunda
Padang
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima
program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari
jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari kesepuluh
78
WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku,
dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama
yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam
Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan
pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta
berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya
suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa
bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada
suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan
perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS
mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat
menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain
sehingga
mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di
PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di anti merupakan suatu kelompok
yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu
panti karena disatukan oleh sebuah nasib.
Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti
program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual
yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Biologis/fisik
Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam
keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai
berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga
79
menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor
kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada
WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada
di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW,
mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya
saat ini.
Seperti yang terjadi pada Nenek Masnun (89 tahun) yang tinggal di
Wisma Asoka beliau mengalami penurunan terhadap penglihatannya dan
memiliki darah tinggi membuat beliau jarang mengikuti berbagai kegiatan
yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut
kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya
udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi
gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main
angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitugitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh
kalo udah tua ngerasain deh.”21
Hal serupa juga dialami oleh Nenek Maria (83 tahun) dari wisma
dahlia, beliau merupakan WBS yang memiliki kecacatan pada bagian kaki
sehingga mengharuskan beliau untuk menggunakan tongkat. Sebagaimana
yang beliau ungkapkan:
“Nenek jarang ikut kegiatan, ribet kalau memakai tongkat
seperti ini. Mungkin kalau kegiatannya yang ringan-ringan nenek
masih bisa ikut. Tapi kalau yang berat-berat nenek sudah tidak
bisa ikut”
Namun berbeda halnya dengan Nenek Sri (63 tahun) yang juga
tinggal di Wisma Asoka walaupun beliau mengalami pengapuran pada
tulang, penglihatan juga sudah mulai melemah karena memiliki katarak.
21
Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
(Jakarta, 14 Agustus 2014)
80
namun beliau masih sering mengikuti setiap kegiatan yang ada di Panti.
Menurutnya setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok
dapat menghibur beliau dan juga para WBS yang ada di Panti. Seperti
yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Iya, saya semua ikut kegiatan, tapi yang saya mampu, yang
saya bisa. Kalo rebana kan memang bukan rombongan saya. Dari
gereja semua saya ikuti. Dari semua kegiatan dari gereja seperti
kebaktian belum pernah saya absen. Saya selalu ikut. Tapi kalo
sekiranya kegiatannya berat ya saya tidak bisa berdiri lama-lama.
Karena sering terasa nyeri pada punggung. saya ikut senam kan
sambil duduk. jadi saya ikut kegiatan yang memang tidak terlalu
berat. Kayak angklung, meronce bunga, senam semua saya ikut.
Daripada saya cuma bengang-bengong aja duduk di sini (teras
depan Wisma Asoka), ya saya senang kalau ada kegiatan seperti
dinamika kelompok. Waktu itu saya ngikut yang rantai berbisik, itu
kita ketawa terus. Ada gembiranya lah pokoknya”22
Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu
memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap
WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS.
Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat
para WBS yang sudah mulai berkurang .
2) Aspek Psikologi
Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara
biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi
orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi,
merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah
karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul
perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan
yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. Hal
22
Wawancara pribadi dengan Nenek Sri, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta,
13 Agustus 2014)
81
ini juga dialami oleh Kakek Lumanow (70 tahun), beliau merupakan
WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan
ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow
tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras
(PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK.
Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini
sudah mulai stabil dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai
hampir 90%. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah,
S. Sos sebagai berikut:
“Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap
teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil
nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena
dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau
juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah
membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik
ya terkadang beliau gak mau diatur”23
Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan
kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena
beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa
mengikuti semua kegiatan yang ada di Panti, sehingga membuat beliau
sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai
dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut:
“Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak
merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada
rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”24
23
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22
Agustus 2014)
24
Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
(Jakarta, 22 Agustus 2014)
82
Selain itu hal yang serupa juga terjadi pada Kakek Wandi (65
tahun) yang mengalami psikotik ringan. Beliau sudah 4 bulan tinggal di
PSTW. Awalnya beliau tidak mau berbicara sama sekali, namun setelah
mengikuti program dinamika kelompok akhirnya beliau mau untuk
berbicara. Seperti pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group
dan menceritakan tentang pengalaman masa lalunya. Beliau pun menangis
tersedu-sedu dan mengatakan bahwa beliau rindu dengan anaknya.25
Dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan
adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk
berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih
menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain.
3) Aspek Sosial
Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran
sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami
tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat
keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah
adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok
yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut
usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah,
pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada
akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat
lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi
dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan
25
Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014
83
yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan
kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis.
Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat
suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang
tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan
baik kepada teman-teman sewismanya.
Hal ini juga dirasakan oleh beberapa WBS, setelah mengikuti
kegiatan dinamika kelompok seperti yang di ungkapkan oleh Kakek
Tamrin (69 tahun) dari Wisma Catilliya sebagai berikut:
“Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan
olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatankegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya
selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya
TAK saya mempunyai banyak teman”26
Hal serupa juga di ungkapkan oleh Nenek Sumarni (62 tahun) dari
Wisma Asoka, sebagai berikut:
“Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola,
lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok,
dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di
belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”27
Selain itu hal yang sama juga di katakana oleh Nenek Farida (61
tahun) dari wisma cempaka sebagai berikut:
“Iya, jadi kegiatannya gak cuma itu-itu aja. Lama-lama kan
juga saya bosen. Tapi kalo ada permainan kelompok kayak gini ya
saya seneng. Bisa cerita ngobrol bareng sama temen-temen”
26
Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
(Jakarta, 22 Agustus 2014)
27
Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
(Jakarta, 22 Agustus 2014)
84
4)
Aspek Spiritual
Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW
BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti
pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan
agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya
kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangannya.
Pada
pengamatan
peneliti
saat
kegiatan
support
group
menceritakan tentang pengalaman masa lalu. Kakek Dasni (70 tahun) saat
mendengar Adzan Ashar beliau langsung mengangkat tangan
dan
meminta izin kepada Psikolog maupun Pekerja Sosial untuk melaksanakan
ibadah sholat Ashar terlebih dahulu. Dan meminta kegiatan tersebut di
lanjutkan setelah melaksanakan sholat ashar berjama’ah. Seperti yang
beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Bu.. sudah Adzan Ashar, saya mau sholat terlebih dahulu.
Kalau saya sudah selesai sholat. Nanti saya akan kembali lagi
kesini”28
Dengan keterbatasan fisik beliau yang mengalami struk, pelafalan
saat beliau berbicara pun sudah tidak terlalu jelas dan memiliki penyakit
alzaimar, beliau masih semangat dalam menjalankan setiap aktivitas yang
ada di Panti salah satunya dengan mengikuti kegiatan keagamaan.
28
Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014
85
Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS
mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika
kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari
aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka
menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1.
Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program
yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya,
sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada
teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan
suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya
program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang
di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut:
“Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan
tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di
persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinya
keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau
senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran
kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih
bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan.
Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator
kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya
sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting
implementasinya”29
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos
interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena
dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa
saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan
keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu
29
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22
Agustus 2014)
86
pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat
meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada
ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability) walaupun
perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah
renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa
di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun
mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat
melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah
membantu
petugas
dalam
menyiapkan
membersihkan halaman dan lain sebagainya.
makanan,
membantu
petugas
77
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Dalam melakukan penelitian keberhasilan dalam program kegiatan
dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai
dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan
oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok seperti
adanya interaksi dengan WBS yang lain dan timbul rasa solidaritas terhadap
sesama WBS sehingga dapat saling menghargai dan menghormati pendapat
orang lain. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan
dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan
perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika
kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta
dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya
sekaligus dengan petugas panti. Adapun beberapa WBS yang mengikuti
kegiatan dinamika kelompok diantaranya ialah sebagai berikut:
Tabel 4
WBS yang mengikuti program dinamika kelompok
No
Nama Klien
Nama Wisma
Gender
Usia
Suku
1
Masnun
Wisma Asoka
P
89 thn
Betawi
2
Sumarni
Wisma Asoka
P
62 thn
Betawi
3
Lumanow
Wisma Catiliya
L
70 thn
Batak
78
4
Thamrin
Wisma Catiliya
L
69 thn
Kalimantan
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima
program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari
jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari keempat
WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku,
dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama
yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam
Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan
pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta
berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya
suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa
bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada
suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan
perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS
mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat
menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain
sehingga
mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di
PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di panti merupakan suatu kelompok
yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu
panti karena disatukan oleh sebuah nasib.
Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti
program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual
yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
79
1)
Aspek Biologis/fisik
Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam
keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai
berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga
menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor
kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada
WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada
di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW,
mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya
saat ini.
a. Nenek Masnun
Nenek Masnun merupakan WBS yang berusia 89 tahun, dari
segi usia umur beliau sudah cukup lanjut. Beliau tinggal di wisma
asoka. Beliau berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki kulit
tubuh sawo matang, dengan rambut yang sudah mulai beruban. Tinggi
badan beliau juga mencapai 165 cm. Nenek Masnun juga
menggunakan kacamata untuk menujang beliau dalam melakukan
aktivitas.21 Kondisi beliau saat ini juga sudah banyak mengalami
penurunan seperti penglihatan yang sudah mulai melemah, beliau juga
memiliki darah tinggi dan kebiasaan beliau merokok sembunyisembunyi juga sulit dihilangkan hal ini juga dapat menyebabkan beliau
mudah sakit sehingga membuat beliau jarang mengikuti berbagai
21
Observasi Nenek Masnun sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW BM 1,
(Jakarta, 22 Agustus 2014)
80
kegiatan yang ada di panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai
berikut:
“Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut
kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya
udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi
gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main
angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitugitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh
kalo udah tua ngerasain deh.”22
b. Nenek Sumarni
Nenek Sumarni saat ini berusia 62 tahun. Nenek Sumarni
juga berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki tinggi badan
±168 cm dengan tubuh yang kurus. Kulit tubuhnya berwarna sawo
matang dan selalu mengenakan tutup kepala.23 Beliau merupakan
WBS yang rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti karena
kondisi beliau yang masih potensial dan masih mampu melakukan
aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Beliau juga tidak
mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah
rendah, selain itu daya ingat beliau terkadang melemah dan beliau
juga sering jatuh sakit akibat daya tahan tubuhnya yang menurun,
seperti flu, demam atau yang lain sebagainya.
c. Kakek Lumanow
Pada Kakek Lomanow yang berusia 70 tahun. Beliau
berasal dari Medan (Batak) kondisi fisik beliau masih normal,
dengan tinggi badan mencapai ±170 cm tubuhnya juga terlihat
kurus dan rambut yang sudah beruban. Beliau merupakan perokok
22
23
2014)
Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai WBS (Jakarta, 14 Agustus 2014)
Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus
81
aktif hal ini dapat memperngaruhi kondisi fisik beliau mengingat
usia beliau yang sudah tidak muda lagi. Beliau adalah pribadi yang
rajin, terutama dalam menjaga kebersihan diri maupun kebersihan
lingkungan dan beliau juga selalu mengikuti kegiatan senam pagi
sehingga beliau selalu terlihat bugar.24
d. Kakek Thamrin
Sedangkan untuk Kakek Thamrin yang berusia 69 tahun
beliau berasal dari Kalimantan, beliau memiliki tinggi badan
sekitar 150 cm dengan berat badan berkisar 45 s/d 50 kg. Kondisi
fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik
hal ini terjadi dikarenakan beliau berjualan koran di daerah
Matraman, tidak jarang beliau terkadang kehujanan sampai
kedinginan karena tidak adanya tempat untuk berteduh. Karena
sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan
beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti.
Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu
memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap
WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS.
Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para
WBS yang sudah mulai berkurang .
2) Aspek Psikologi
Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara
biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi
24
Observasi Kakek Lumanow sebagai WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 2014)
82
orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi,
merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah
karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul
perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan
yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah.
a. Nenek Masnun
Dalam aspek ini Nenek Masnun merupakan pribadi yang
ceria dan ramah. Emosi beliau juga stabil dan tidak pernah marahmarah, namun terkadang beliau sering merasa kesepian karena
sudah tidak memiliki keluarga dan memasrahkan hidupnya untuk
tinggal di panti, tetapi beliau selalu dapat membuat orang
tersenyum sehingga membuat orang lain merasa nyaman di dekat
beliau. Dari segi psikologis beliau tidak terlalu memiliki banyak
permasalahan.
b. Nenek Sumarni
Nenek Sumarni merupakan pribadi yang ramah, namun
beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling
dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah
dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau
tidak di terima dilingkungan keluarganya. Beliau tidak memiliki
suami dan tidak memiliki anak. Beliau hanya memiliki sanak
saudara namun keluarga beliau tidak mau menerimanya untuk
tinggal bersama karena itulah yang membuat beliau lebih nyaman
untuk tinggal di panti. Nenek Sumarni juga memiliki rasa ingin
83
tahu yang berlebihan yang membuat para WBS yang lain merasa
tidak nyaman. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa
beliau membutuhkan teman untuk berbagi cerita, bertukar pikiran,
membutuhkan perhatian dan perlindungan dari orang lain, melihat
dari latar belakang beliau yang tidak memiliki keluarga.
Namun
setelah
beliau
mengikuti
berbagai
macam
pelayanan yang ada kondisi psikologis beliau semakin membaik.
Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi
beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan
seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi perubahan psikologis menjadi lebih baik lagi.
c. Kakek Lumanow
Kakek Lumanow merupakan WBS yang mengalami
masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK (Orang
Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow tinggal di
PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras
(PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK.
Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya
saat ini sudah mulai stabil (tidak mengganggu, tidak agresif dan
sudah tenang) dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai
hampir 90%. Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki
masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam
melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun,
karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di
84
panti. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah,
S. Sos sebagai berikut:
“Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap
teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil
nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena
dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau
juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah
membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik
ya terkadang beliau gak mau diatur”25
d. Kakek Thamrin
Kakek Thamrin merupakan pribadi yang ramah, cara
bicaranya juga sangat lembut hanya saja beliau sangat pendiam dan
individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di
panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi
psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami
gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang
masih produktif.
Dalam aspek ini dinamika kelompok memang sangat di perlukan
karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih
membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu
WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan
orang lain.
3) Aspek Sosial
Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran
sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami
tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat
25
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22
Agustus 2014)
85
keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah
adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok
yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut
usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah,
pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada
akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat
lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi
dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan
yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan
kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis.
Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat
suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang
tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan
baik kepada teman-teman sewismanya.
a. Nenek Masnun
Nenek Masnun merupakan WBS yang menjalin relasi
dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik. Interaksi beliau
juga sangat bagus, baik kepada teman sesama wisma ataupun
dengan petugas panti. Beliau juga tidak pernah memiliki
permasalahan yang dengan teman sewismanya selama beliau
tinggal di panti. Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah,
ceria dan mudah berinteraksi dengan orang baru. Namun
dikarenakan usia beliau yang sudah lanjut dan sudah mengalami
berbagai macam penurunan. Beliau sudah jarang mengikuti
86
kegiatan yang ada di panti salah satunya program dinamika
kelompok.
b. Nenek Sumarni
Dalam aspek ini Nenek Sumarni sempat mengalami dilema,
karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah
marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat
beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Namun
setelah beliau mengikuti beragam kegiatan yang ada di panti.
interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik. Beliau juga
sering mengikuti program dinamika kelompok, karena menurutnya
kegiatan
seperti
ini
merupakan
suatu
permainan
yang
menyenangkan dan dapat menjalin interaksi dengan WBS yang
lain. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar
bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet
uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di
belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”26
c. Kakek Lumanow
Kakek Lumanow adalah WBS yang memiliki interaksi
dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik, beliau juga
memiliki kepedulian yang tinggi kepada teman-temannya. Dengan
ikhlas beliau membantu teman-temannya yang tidak dapat
melakukan aktivitas dengan baik (tidak potensial) atau temantemannya yang sedang sakit dengan membantu mengambilkan
makanan maupun minuman. Selain itu pula beliau juga rajin
26
Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014)
87
membantu para petugas panti untuk mengambil makanan didapur,
menyapu teras atau halaman panti serta membersihkan kamar
mandi. Walaupun mengalami gangguan kejiwaan ringan tetapi
beliau dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan
pendamping. Dan dari segi memori, memori beliau cukup baik.
Terlihat pada kegiatan cerdas cermat saat pelaksanaan program
dinamika kelompok beliau lebih dominan di bandingkan dengan
WBS yang kondisinya masih normal. Beliau juga rajin mengikuti
setiap kegiatan yang ada di panti sehingga membuat beliau sangat
antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai
dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut:
“Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak
merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau
ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”27
d. Kakek Thamrin
Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak
minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain.
Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara
hal ini dikarenakan beliau yang tidak dapat membuka pembicaraan
dalam artian jika tidak di ajak berbicara terlebih dahulu beliau sulit
untuk berbicara. Namun setelah mendapat pendampingan dari
petugas panti interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga
sangat care dengan teman-teman sewismanya. Selain itu beliau
juga selalu membantu petugas untuk mengambil nasi didapur dan
27
Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014)
88
dibagikan kepada teman-teman di wismanya. Kakek Thamrin juga
rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan
beliau ikuti seperti bermain catur, bermain angklung dan lain
sebagainya. seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan
olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatankegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya
selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan
adanya TAK saya mempunyai banyak teman”28
4) Aspek Spiritual
Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW
BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti
pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan
agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya
kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangannya.
a.
Nenek Masnun
Kesadaran diri untuk beribadah Nenek Masnun masih
kurang. Beliau belum terfikirkan kearah sana. Walaupun beliau
sudah sering di berikan bimbingan rohani islam namun beliau
masih malas untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan dari petugas
28
Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
(Jakarta, 22 Agustus 2014)
89
panti pun sudah banyak yang mengingatkan beliau untuk
mengikuti setiap kegiatan keagamaan dari dirinya belum ada
kemauan untuk melaksanakan ibadah.
b.
Nenek Sumarni
Nenek Sumarni merupakan WBS yang memiliki kesadaran
diri untuk beribadahnya tinggi. Beliau merupakan WBS yang rajin
beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid
bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga
sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam
hal ini terlihat dari kebiasaan beliau yang selalu datang kemasjid
lebih awal untuk melaksanakan sholat berjam’ah.29
c.
Kakek Lumanow
Kakek Lumanow adalah WBS yang rajin mengikuti
kegiatan rohani Kristen. Beliau juga selalu beribadah setiap hari
minggu. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat baik,
terlihat pada kebiasaan beliau yang selalu berdoa sebelum makan.
d.
Kakek Thamrin
Pada Kakek Thamrin, awalnya beliau tidak pernah
melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau
untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya
sakit. Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau
menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi
29
2014)
Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus
90
duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk
melakukan ibadah sholat 5 waktu.
Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS
mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika
kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari
aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka
menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1.
Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program
yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya,
sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada
teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan
suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya
program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang
di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut:
“Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan
tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di
persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinya
keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau
senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran
kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih
bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan.
Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator
kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya
sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting
implementasinya”30
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos
interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena
dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa
30
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22
Agustus 2014)
91
saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan
keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain
itu pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat
meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada
ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability)
walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi
beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya
sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi,
ataupun mengambil makanan.
Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan
yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas
dalam menyiapkan makanan, membantu petugas membersihkan halaman dan
lain sebagainya.
Tabel 5
Perubahan dari Aspek Biosikososial Spiritual
Nama
WBS
Nenek
Masnun
Aspek Biologis
Aspek Psikologi
Aspek Sosial
Aspek Spiritual
Sebelum :
Pada aspek ini Nenek Masnun
merupakan seseorang yang rajin
mengikuti
kegiatan.
Beliau
mengikuti setiap kegiatan yang
ada di panti. seperti menjahit,
bermain
angklung,
senam
pagi.dan lain sebagainya. Namun
saat ini penglihatan beliau juga
sudah mulai melemah.
Sebelum:
Pada
aspek
psikologis
Nenek Masnun merupakan
pribadi yang ramah dan
ceria. Beliau juga tidak
mengalami
permasalahan
pada kondisi psikologisnya.
Sebelum:
Pada aspek sosial Nenek Masnun
cukup baik. Beliau mudah
berinteraksi dengan orang lain
beliau juga tidak pernah
memiliki permasalahan dengan
teman-temannya.
Sebelum:
Aspek Spiritual Nenek
Masnun kurang begitu
baik. Kesadaran diri beliau
untuk
beribadah
juga
sangat kurang. Walaupun
sesekali beliau mengitu
bimbingan rohani islam
ataupun pengajian beliau
tetap
jarang
untuk
menjalakan ibadah Sholat 5
waktu.
Sesudah :
Perubahan yang terjadi sejalan
usianya yang sudah lanjut dan
mengalami beragam penurunan,
Nenek Masnun pun menjadi
sukar untuk melakukan setiap
kegiatan yang ada di panti.
beliau hanya mengisi waktu
luangnya dengan menjahit.
Sesudah:
Perubahan psikologis yang
terjadi pada Nenek Masnun
juga tidak begitu terlihat.
Hal
ini
dikarenakan
memang kondisi psikologis
beliau yang masih baik.
Sesudah:
Dalam aspek ini tidak terjadi
perubahan pada Nenek Masnun.
Karena memang pembawaan diri
beliau yang cukup baik.
Sesudah:
Perubahan pada Nenek
Masnun juga tidak terlihat
pada aspek spiritualnya.
Beliau
masih
jarang
melaksanakan sholat 5
waktu.
92
Nenek
sumarni
Sebelum:
Pada aspek ini sebelum beliau
mengikuti kegiatan dinamika
kelompok beliau tidak memiliki
riwayat
kesehatan
yang
berbahaya. Kondisi fisik beliau
juga sangat baik. Beliau juga
tidak mengalami kekurangan
fisik, hanya saja beliau memiliki
darah rendah,
Sebelum:
namun beberapa tahun yang
lalu beliau pernah mengikuti
konseling dengan psikiater
karena saat itu kondisi
beliau sering marah-marah
dan sempat mengalami
depresi ringan. Hal itu
dikarenakan beliau tidak di
terima
dilingkungan
keluarganya.
Sebelum:
Nenek
Sumarni
sempat
mengalami
dilema,
karena
kondisinya
dahulu
yang
mengalami
depresi
ringan,
mudah marah dan mempunyai
rasa ingin tahu yang berlebihan
membuat beberapa WBS tidak
nyaman berada di dekat beliau.
Sebelum:
Beliau merupakan WBS
yang
rajin
beribadah,
beliau selalu mengikuti
sholat berjama’ah di masjid
bersama dengan beberapa
WBS yang lain. Nenek
Sumarni
juga
sering
mengikuti
pengajian
mingguan dan bimbingan
rohani islam.
Sesudah:
Perubahan yang terjadi pada
aspek
ini
ialah
beliau
mendapatkan
pelayanan
kesehatan dari panti beliau
sering di berikan vitamin untuk
menjaga daya tahan tubuhnya.
dan perubahan yang terjadi
setelah
beliau
mengikuti
kegiatan dinamika kelompok
ialah dapat melatih mental
beliau.
Sesudah:
Namun setelah mengikuti
beragam program kegiatan
dinamika kelompok yang
ada di panti perubahan pun
mulai dirasakan oleh Nenek
Sumarni. Kondisi psikologis
beliau semakin membaik.
Beliau tidak mudah marah,
beliau juga dapat menerima
kondisi beliau untuk tinggal
di panti. Beliau juga sering
mengikuti kegiatan seperti
senam pagi, angklung dan
lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi perubahan
Sesudah:
Tetapi dengan adanya program
dinamika kelompok perubahan
yang terjadi pada Nenek
Sumarni ialah interaksi serta
sosialisasi beliau menjadi lebih
baik dan adanya penambahan
aktivitas untuknya.
Sesudah:
Dan pada aspek ini tidak
ada perubahan yang terjadi
pada
Nenek
Sumarni
karena beliau memiliki
kesadaran
diri
untuk
beribadah yang tinggi.
93
Kakek
Lumanow
Sebelum :
Pada aspek ini sebelum kakek
Lumanow mengikuti kegiatan
dinamika
kelompok
beliau
memiliki kondisi fisik yang baik,
beliau juga merupakan pribadi
yang rajin dan bersih. Beliau
juga tidak memiliki riwayat
penyakit yang berbahaya. Hanya
saja kebiasaan merokok beliau
tidak dapat dihilangkan.
Sesudah :
Perubahan yang terjadi pada
aspek
ini
setelah
Kakek
Lumanow mengikuti kegiatan
dinamika kelompok tidak terlalu
ada perubahan yang signifikan.
Karena
beliau
memang
seseorang yang selalu menjaga
kebersihan.
psikologis menjadi lebih
baik lagi
Sebelum:
Pada
aspek
psikologis
Kakek Lumanow adalah
seseorang yang mengalami
gangguan
kejiwaan.
Emosinya juga labil dan
tidak bisa mendapat tekanan
dari orang lain.
Sesudah:
Perubahan yang terjadi pada
aspek ini setelah Kakek
Lumanow
mengikuti
kegiatan
dinamika
kelompok beliau menjadi
lebih tenang, tidak agresif
dan tidak mengganggu
orang lain. Dalam kegiatan
dinamika kelompok juga
terdapat
beberapa
permainan
yang
dapat
melatih kesabaran para
Sebelum:
Pada aspek sosial sebelum beliau
mengikuti kegiatan dinamika
kelompok beliau merupakan
seseorang
yang
memiliki
interaksi yang sangat baik
dengan orang lain. Beliau juga
tidak
pernah
memiliki
permasalahan kepada temanteman sewismanya atau dengan
WBS yang lain.
Sesudah :
Perubahan yang terjadi setelah
mengikuti kegiatan dinamika
kelompok pada Kakek Lumanow
ialah solidaritas beliau terhadap
sesama WBS yang lain semakin
solid. Kemudian interaksinya
juga semakin lebih baik tidak
hanya kepada para petugas panti
namun kepada sesama WBS
yang lain juga,
Sebelum:
Pada aspek ini Kakek
Lumanow
merupakan
WBS yang rajin beribadah.
Baik sebelum ataupun
sesudah kegiatan dinamika
kelompok. Beliau rajin
mengikuti kebakitian dan
pebekalan rohani Kristen
Sesudah:
Pada aspek ini tidak ada
perubahan yang signifikan.
Beliau memang pribadi
yang rajin beribadah.
94
Kakek
Thamrin
Sebelum:
kondisi fisiknya sudah mulai
melemah
beliau
memiliki
penyakit
reumatik.
Karena
sakitnya
inilah
yang
mengakibatkan beliau sering
kambuh dan beliau tidak dapat
mengikuti kegiatan yang ada di
panti.
Sesudah:
Perubahan yang terjadi pada
Kakek Thamrin setelah beliau
mendapatkan pelayanan. Beliau
rajin memeriksakan penyakitnya
di klinik PSTW. Selain itu pula
banyak
perawat
yang
memberikan
obat
sehingga
kondisinya membaik.
WBS.
Sebelum:
Beliau sangat pendiam dan
individualis mungkin karena
beliau belum terlalu lama
tinggal di panti. Beliau
berada di panti kurang lebih
6 bulan. Kondisi psikologis
beliau juga sangat baik,
beliau tidak mengalami
gangguan kejiwaan, depresi
ataupun dimensia. Beliau
WBS yang masih produktif.
Sesudah:
Namun dengan adanya
dinamika
kelompok
perubahan yang terjadi pada
beliau ialah beliau mau di
ajak berinteraksi dengan
orang lain.
Sebelum:
Kakek Thamrin merupakan
pribadi yang pendiam dan agak
minder
serta
sulit
untuk
melakukan interaksi dengan
orang lain. Beliau cenderung
individualis. Beliau juga jarang
banyak bicara.
Sebelum:
awalnya
beliau
tidak
pernah
melaksanakan
ibadah
sholat.
Setiap
petugas mengajak beliau
untuk sholat berjama’ah di
masjid beliau beralasan
bahwa
kakinya
sakit.
Kesadaran
diri
untuk
beribadahnya juga masih
kurang
Sesudah:
Namun
setelah
mendapat
pendampingan dari petugas panti
dan dengan adanya program
dinamika
kelompok
dapat
membuat interaksi beliau saat ini
sudah cukup baik, beliau juga
sangat care dengan teman-teman
sewismanya. Kakek Thamrin
juga rajin mengikuti setiap
kegiatan yang ada di panti semua
kegiatan beliau ikuti seperti
bermain
catur,
bermain
Sesudah:
Namun sekarang setelah
dari Mahasiswa beliau mau
menjalankan ibadah sholat
meskipun dilakukan dalam
posisi duduk. Sehingga
sampai saat ini beliau
menjadi
rajin
untuk
melakukan ibadah sholat 5
waktu.
95
angklung. Sehingga membuat
interaksi beliau dnegan orang
lain menjadi lebih baik lagi.
96
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya dan telah penulis analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan terhadap WBS secara
berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lanjut usia
secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Dimana setelah mengikuti
kegiatan dinamika kelompok ini diharapkan adanya rasa saling
menghargai satu dengan yang lain, timbul rasa solidaritas terhadap teman
sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai
pendapat orang lain.
2. Dalam implementasi program dinamika kelompok ini lansia yang berada
di dalam panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas
kelompok. Sehingga dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku,
dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika
kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas
lansia di panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan
dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka
miliki.
3. Dalam implementasi dinamika kelompok, metode dan proses pelaksanaan
dinamika kelompok dapat menumbuhkan dan membangun kelompok dari
semula kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu
97
98
sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, suatu
norma, dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama.
4. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat
dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi
kakek dan nenek sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka
setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan
program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan
diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang
sangat baik.
B. SARAN
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung memang
telah memberikan suatu program atau pelayanan yang optimal kepada para Warga
Biaan Sosial (WBS) dalam hal ini ialah lanjut usia. Oleh karena itu, tanpa
mengurang rasa hormat atas kerja keras yang telah dilakukan oleh PSTW Budi
Mulia 1, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudahmudahan dapat memberi masukan untuk PSTW, dan secara khusus dapat lebih
bermanfaat untuk para WBS. Saran tersebut antara lain:
1. Sebaiknya pelaksanaan program kegiatan dinamika kelompok seperti ini
lebih sering di lakukan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini, lanjut
usia yang berada di panti merasa terhibur dan mengurangi kejenuhan lansia
selama berada dipanti.
2. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 dari segi
kualitas sebaiknya menggunakan berbagai media yang lebih beragam agar
99
tidak membosankan. Disamping itu dari segi kuantitas dalam pelaksanaan
dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 juga perlu untuk diperhatikan
waktunya.
3. Pada pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 ini,
Sebaiknya SDMnya juga ditambahkan, karena dari jumlah WBS mencapai
210 orang dengan 2 orang Psikolog dan 3 orang pekerja sosial dirasa masih
kurang dalam memberikan pelayanan yang maksimal untuk para WBS di
PSTW Budi Mulia 1 ini.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan, Jogjakarta: Bina
Aksara. 1998
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2010
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007
Dinitto, M. Diana and McNeec, C Aaron. Social Work Issue and
Opportunities In A Challenging Profession, United States of
America: A Viacom Company, 1997
Ghony, M. Djunaidi dan Almansur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Hadari, Nawawi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2007
Halim, Kurniawan, Dedy. Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008
Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1984
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan
Lanjut Usia”, (Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan
Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
(BBPPKS): Bandung)
Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: IAIN:
Indonesia Social Equity Project, 2006
Mariam, Siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba
Medika, 2008
Moleong, Lexi, J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Napsiyah, Siti. dan Fuaida, Diawati, Lisma. Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
101
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006
Roberts, Albert R. dan Greene, Gilbert J. Buku Pintar Pekerja Sosial,
(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009)
Santana, Septiawan. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor,
2007
Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari
Berbagai Aspek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial
Responsibility), Bandung: Alfabeta Bandung, 2009
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:
PT Refika Aditama, 2006
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU
Nomer 13 Tahun 1998
Zahrotun, Dkk. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan
Psikologi Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Zulkarnain, Wildan. Dinamika Kelompok, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013
B. Website
Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini
di
akses
pada
31
Januari
2014
pada
pukul
12.20
WIB
dari
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-46-60.html
Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia,
artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 pada pukul 19.47 WIB dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
HASIL OBSERVASI
Tanggal
Hasil Obsevasi
18 Juni 2014
Saya datang ke PSTW BM 1 untuk menemui Ibu Siti Fatonah,
Pukul : 13.00
kemudian setelah saya bertemu dengan Ibu Siti saya di ajak
WIB
beliau untuk mengikuti program dinamika kelompok untuk
Tempat : Aula
lansia dengan didampingi oleh Ibu Messi selaku Psikolog di
PSTW BM 1. Pada hari ini Ibu Messi akan memberikan suatu
permainan kelompok yang berkaitan dengan motorik halus.
Media yang beliau gunakan diantaranya ialah gelas aqua
kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Setelah Ibu Mesi
memperkenalkan diri. Beliau kemudian memberikan arahan
kepada semua peserta mengenai permainan yang akan
dilakukan. Peserta yang hadir berjumlah 40 orang. Dengan
dibantu pekerja sosial dan tenaga pelayanan sosial (TPS)
peserta di bagi menjadi dua kelompok, setelah terbagi menjadi
2 kelompok Ibu Mesi memberikan intruksi mengenai cara
bermain dan aturan permainannya. Masing-masing peserta di
berikan 1 buah sendok. Kemudian ke dua kelompok tersebut
berbaris
dan
saling
berhadapan.
Pada
masing-masing
kelompok di berikan sebuah gelas kosong dan mangkuk
kosong. Tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara
estafet dengan menggunakan sendok, dan di masukan ke
dalam
gelas
kosong.
Dalam
pelaksanaannya
peneliti
mengamati anggota mulai fokus pada permainan. Apabila
dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan
keinginan WBS maka mereka dapat mengungkapkannya dan
bagi WBS yang mengikuti kegiatan mulai ini berusaha secara
maksimal dalam menyelesaikan permainan. Adapun tujuan
yang ingin di capai pada kegiatan ini ialah: mengakrabkan
WBS, Melatih Konsentrasi, Melatih kerjasama, Melatih
motorik halus dan menambah semangat untuk berkegiatan.
25 Juni 2014
Pada hari ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok.
Pukul : 13.00
Materi yang disampaikan oleh Ibu Rika yakni dengan
WIB
melakukan senam otak. Hal ini bertujuan untuk melatih
Tempat : Aula
motorik kasar lansia. Seluruh peserta yang hadir di atur untuk
duduk mebentuk lingkaran. Kemudian Ibu Rika mengajarkan
lagu yang akan di gunakan dalam kegiatan senam otak. Setelah
peserta memahami lagu tersebut, Ibu Rika mempraktekan
gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta yang
kemudian diikuti oleh semua peserta yang hadir. Setelah itu
Ibu Rika dan peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan
melakukan gerakan senam otak secara bersamaan. Namun
pada saat pelaksanaan senam otak di wisma dahlia, wisma
yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak potensial,
peneliti mengamati beberapa WBS yang hadir pada kegiatan
ini mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini
berakhir setelah peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya
mereka tidak mengerti aturan dari permainan tersebut.
Adapun tujuan yang dilakukan dalam kegiatan ini ialah untu
meningkatkan konsentrasi, melatih motoric kasar dan dapat
meningkatkan semangat serta kesehatan peserta. Pada saat
kegiatan ini berlangsung, peneliti melihat saat Ibu Rika
memberikan intruksi ada peserta yang langsung mengikuti dan
ada juga yang bersikap pasif.
20 Agustus 2014
Pada siang ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok
Pukul : 13.15
bersama kakek di depan wisma edelwaise. Kegiatan yang akan
Tempat : Di
dilakukan ialah cerdas cermat. Ibu Mesi bersama dengan Ibu
depan wisma
Siti, Ibu Tanti dan Ibu dian mengajak beberapa kakek untuk
edelwise
ikut kegiatan ini. Setelah peserta berkumpul. Saya bersama
dengan Ibu Tanti mengatur kakek agar duduk berbaris. Peserta
yang hadir ada 10 orang. Setelah semua berkumpul, Ibu Mesi
melakukan perkenalan dengan peserta yang hadir. Kemudian
dilanjutkan dengan perkenalan peserta yang hadir mengikuti
kegiatan. Lalu, Ibu Mesi memberikan penjelasan mengenai
permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan saat
permainan
berlangsung.
Contohnya
apabila
Ibu
Mesi
memberikan pertanyaan kakek diwajibkan mengangkat tangan
terlebih dahulu baru menjawab pertanyaan dan begitu
seterusnya.
22 Agustus 2014
Peneliti melakukan pengamatan dan melakukan wawancara
Pukul: 10.00-
kepada beberapa WBS yang di jadikan informan diantaranya
15.00 WIB
ialah : Nenek Masnun, Nenek Sumarni. Kakek Lumanow dan
Tempat: Wisma
Kakek Thamrin. Peneliti juga mengamati kegiatan beliau hari
Asoka dan
itu.
Wisma
Flamboyan
29 Agustus 2014
Pada hari ini praktikan mengikti kegiatan dinamika kelompok
Pukul: 14.00
bersama dengan Ibu Siti dan Ibu Rika. Tema kali ini ialah
Tempat: di
support group dimana para WBS di beri kesempatan untuk
wisma asoka
menceritakan mengenai pengalaman hidupnya yang masi
berkesan sampai saat ini. Dalam pelaksanaannya tidak jarang
ada beberapa WBS yang pasif dan juga ada yang mendominan.
Untuk itulah psikolog beserta dengan pekerja sosial harus peka
terhadap
sikap
klien.
Sehingga
mereka
mampu
mengungkapkan perasaannya dan para staf professional ini
mampu mengidentifikasikan permasalahannya.
11 September
Pada hari ini pelaksanaan program dinamika kelompok di
2014
lakukan di Wisma Bugenvile. Materi yang di berikan yakni
Pukul : 13.30
senam otak. Sebelum Ibu Rika melakukan senam otak, Ibu
Tempat : Wisma
Rika melakukan Checking feeling. Beliau menanyakan seputar
Bugenvile
perasaan peserta yang hadir. Dalam melakukan checking
feeling penulis mengamati ada dua macam interaksi yakni
interaksi antar dan interaksi inter. Dalam interaksi inter,
interaksi Ibu Rika dan peserta sudah cukup baik adanya
hubungan timbal balik dimana peserta bertanya kepada
fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan begitu
pula sebaliknya. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara
peserta dengan peserta juga sudah cukup baik adanya interaksi
yang baik di sela-sela waktu kegiatan. Setelah Ibu Rika
melakukan cheking feeling kemudian dilanjutkan dengan
melakukan senam otak.
19 September
Pada hari ini peneliti mengikuti kegiatan support group
2014
bersama pekerja sosial dan psikolog, WBS yang hadir yakni
Pukul: 13.00
para kakek. Namun kali ini yang hadir hanya 3 WBS. Karena
Tempat:
psikolog dan pekerja sosial tidak dapat memaksakan WBS
Halaman
untuk ikut kegiatan tersebut. Maka pelaksanaan dinamika
belakang PSTW kelompok tetap berjalan sebagaimana mestinya. Saat psikolog
memperkenalkan diri dan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan WBS yang hadir. Tiba-tiba kakek
Wandi 65 tahun menangis tersedu-sedu. Kemudian psikolog
menanyakan
mengapa
beliau
menangis.
Beliaupun
mengungkapkan bahwa beliau rindu degan anaknya. Beliau
merupakan seseorang yang mengalami psikotk ringan. Namun
setelah eliau tinggal di PSTW kurang lebih 4 bulan.perubahanperubahan pun mulai dirasakan. Pada awalnya saat pertama
kali beliau masuk di PSTW BM 1 beliau tidak mau berbicara
sama sekali. Tetapi karena pekeja sosial dan psikolog selalu
memberikan motivasi serta dukungan kepada beliau dengan
cara sering melakukan konseling dan mengikuti beragam
kegiatan maka beliau sudah mau berbicara dan sudah dapat
berinteraksi dengan WBS yang lain. Saat kegiatan berlangsung
adzan ashar pun terdengar, saat psikolog masih menenangkan
perasaan mendadak kakek Dasni mengangkat tangan dan izin
untuk melakukan sholat ashar berjamaah. Kemudian beliau
juga mengajak kakek Wandi untuk ikut sholat ashar berjam’ah
agar hatinya menjadi lebih tenang. Hal inilah yan membuat Ibu
Rika selaku Psikolog merasa bangga.
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Usia
:
4. Asal
:
5. Tanggal Wawancara :
6. Tempat Wawancara :
7. Pukul
:
B. Wawancara Klien
1) Bagaimana menurut Kakek/Nenek dengan program Dinamika kelompok?
2) Bagaimana perasaan kakek/nenek saat mengikuti program dinamika
kelompok?
3) Apakah dengan mengikuti program dinamika kelompok ini kawan
kakek/nenek menjadi bertambah?
4) Siapa yang mengisi materi saat pelaksanan program dinamika kelompok?
5) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan program dinamika kelompok?
6) Apa pesan dan kesan kakek/nenek dalam program dinamika kelompok
ini?
7) Apa harapan Kakek/Nenek inginkan selama berada di Panti?
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Tanggal Wawancara :
4. Tempat Wawancara :
5. Pukul
:
B. Wawancara Pekerja Sosial
1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok?
2) Apa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan dinamika kelompok?
3) Materi seperti apa yang di berikan Ibu dalam pelaksanaan dinamika
kelompok?
4) Mengapa materi tersebut Ibu gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok
di PSTW?
5) Bagaimana tahapan pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1?
6) Apa manfaat dari dari program dinamika kelompok kepada para WBS?
7) Siapa saja yang memberikan materi dalam pelaksanaan dinamika kelompok?
8) Apakah ada hambatan dari program dinamika kelompok ini?
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Tanggal Wawancara :
4. Tempat Wawancara :
5. Pukul
:
B. Wawancara Psikolog
1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok?
2) Apa saja manfaat dari kegiatan dinamika kelompok yang Ibu berikan di Panti
Sosial Tresna Werdha?
3) Bagaimana tahapan pelaksanaan program dinamika kelompok di PSTW BM
1?
4) Metode seperti apa yang di gunakan Ibu dalam pelaksanaan dinamika
kelompok?
5) Materi seperti apa yang Ibu berikan dalam pelaksanaan dinamika kelompok?
6) Biasanya membutuhkan berapa lama waktu pelaksanaan dinamika kelompok?
7) Seberapa besar pengaruh program kegiatan dinamika kelompok ini terhadap
kondisi WBS di PSTW BM 1?
8) Apakah ada hambatan dari pelaksanaan dinamika kelompok?
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Rika Fitriyana, M. Psi
2. Jabatan
: Psikolog
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling
6. Pukul
No.
1.
2.
: 14:30-15.00 WIB
Pertanyaan
Apa tujuan dari program
dinamika kelompok?
Jawaban
dimana kalau kita sudah memasuki lanjut
usia biasanya kan ada penurunan memang
secara umum pastinya akan terjadi
penurunan-penurunan fungsi. Baik itu dari
segi fisik maupun dari proses berfikir atau
mentalnya ada penurunan. Nah Dengan
melalui berbagai permainan itu kita bisa
mempertahankan kemampuan mereka yang
sudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu, agar
mereka bisa tetap berfungsi sebagai
manula.
Apa saja manfaat dari
Kalo manfaatnya sih yang pertama itu,
kegiatan dinamika kelompok sebetulnya kalo support group itu ajang
yang Ibu berikan di Panti
untuk mengenal diri sendiri, kemudian
Sosial Tresna Werdha?
mengenal orang lain. Kenapa sih step
awalnya check feeling karena sebetulnya itu
untuk dirinya sendiri, karena banyak orang
yang ketika menghadapi masalah jadi
bingung. Karena mereka tidak mengenali
dirinya sendiri. Sebetulnya kita itu mau
memasukan tentang pengenalan diri.
Melalui support group ini. Kemudian selain
itu kita juga mau menumbuhkan keakraban,
kedekatan satu sama lain sehingga mereka
bisa saling support. Itu sebetulnya ingin
membuat suatu support system.
3.
Bagaimana tahapan
pelaksanaan program
dinamika kelompok di
PSTW BM 1?
Kalau secara garis besar sih, kita tahapan
pertamanya Membina rapot dulu yah,
bagaimana menciptakan suasana yang baik,
satu sama lain, antara sesama peserta dan
antara peserta dengan fasilitator, yakan.. itu
dulu. Setelah itu baru tahapan berikutnya
kita menyampaikan pesan-pesan yang kita
inginkan. Yang mana dulu nih goalsnya
apakah kepercayaan dirinya dulu, atau
pengenalan dirinya dulu atau misalnya yang
lebih urgent itu kerjasamanya dulu satu
sama lain. Itu disesuaikan kebutuhan dulu
sih. Biasanya kita lihat dilapangan itu
seperti apa. Setiap wisma itu kan
kemampuannya berbeda beda. Jadi kita
sesuaikan perwisma. Karena sebelum
melakukan dinamika kelompok saya dan
Mba Mesi berorientasi dulu ke setiap
wisma
jd
kita
bisa
memetakan
permasalahannya itu apa? Seperti di asoka
dan bugenvile itu kita bisa lebih fokus
kepada soft skill itu seperti pengenalan diri,
penerimaan diri, kepercayaan diri, tp kalo
diwisma cepaka dan dahlia itu kita lebih
fokus kepada motorik mereka. Karenakan
mereka banyak neneknya yang sudah sepuh
dan butuh bantuan maksimal gitu kan. Jd
kita lebih ke yang sifatnya motorik atau
memori. Kemudian kalau yg dikakek kita
lebih ke tim building. Biar satu sama lain
itu gak terlalu acuh. Jd mereka juga punya
teman untuk berbagi, temen ngobrol dan
gak hanya menghabiskan waktu dengan
duduk santai saja. Jd kalau misalnya sudah
tercipta perasaan sebagai satu kelompok.
Itu kan nanti akan lebih hidup kayak gitu.
Kita dapet informasinya selain kita orientasi
langsung, kita juga diskusi dengan Ibu Siti
kemudian juga dengan petugas yang lain.
Kalau sekiranya ada info-info yang kita
perlukan kemudian kita tanyakan kepada
perawat juga. Jd kita banyak diskusi jd kita
tidak semata-mata hanya temuan kita aja.
4.
Metode seperti apa yang di
gunakan Ibu dalam
pelaksanaan dinamika
kelompok?
5.
Materi seperti apa yang Ibu
berikan dalam pelaksanaan
dinamika kelompok?
Kita kroscek lagi dengan petugas disini
yang sehari hari bersama dengan kakek
nenek.
Untuk kegiatan cerdas cermat itu
sebetulnya sebuah games, kita melatih
memori, ada kalanya kita melatih motorik.
Ada motorik kasar kah, atau motorik halus.
Seperti senam itu sebetulnya melatih
motorik kasarnya. Kalau motorik halusnya
biasanya kita pakai alat bantu untuk
menggerakan otot mereka. Waktu itu kita
menggunakan kacang merah kecil sama
sendok. Jadi mereka memindahkan satu
orang ke orang yang lain menggnakan
sendok. Itu sebetulnya kan untuk melatih
motorik halusnya mereka insensory
integrasi
mereka,
mengintegrasikan
perintah dari otak dengan gerakan
motoriknya. Kemudian disitu kita juga
menggunakan soft skillnya itu adalah bagai
mana meningkatkan kepercayaan diri
mereka, atau namanya self evikasi yakni
keyakinan diri bahwa mereka itu masih
berdaya, dimana kalau kita sudah
memasuki lanjut usia biasanya kana da
penurunan memang secara umum pastinya
akan terjadi penurunan-penurunan fungsi.
Baik itu dari segi fisik maupun darii proses
berfikir atau mentalnya ada penurunan. Nah
Dengan melalui berbagai permainan itu kita
bisa mempertahankan kemampuan mereka
yang sudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu,
agar mereka bisa tetap berfungsi sebagai
manula
Support group kemudian ice braking
(hanya sekedar mencairkan suasana) kalau
simulasi itu udah agak lebih dalam
pesannya. Sejauh ini sih kita pake itu aja.
Dan itu aja udah cukup banyak yah untuk
lansia. Karena kita gak perlu cukup banyak
teknik menyampaikannya. Yang penting
kita konsisten. Menyampaikannya juga kita
dengan bahasa yang ringan saja. Yang
mduah dimengerti . Kalau dianya belum
mau cerita msih blocking jangan dipaksa,
karena mereka akan narik diri.karena dalam
6.
Biasanya membutuhkan
berapa lama waktu
pelaksanaan dinamika
kelompok?
7.
Seberapa besar pengaruh
program kegiatan dinamika
kelompok ini terhadap
kondisi WBS di PSTW BM
1?
kapasitas intelegensy itu kan dibawah rata
rata kemudian latar belakang pendidikan itu
juga mempengaruhi. Bagaimana mereka
menyerap informasi mengelola informasi
gitu. Jd metode yang kita berikan yang
ringan ringan saja.
Karena untuk pelaksanaan dinamika
kelompok itu normalnya 2 jam (minimal) tp
kan tidak memungkinkan untuk kakek dan
nenek dipaksakan untuk 2 jam. Karena
sebetulnya kalau mau digali kan panjang,
kan kita liat juga jumlahnya, situasinya.
Sebagai fasilitator kita harus peka kalau
sudah liat ada yang terlalu mendominan.
Berarti kita harus alihkan. Jd apa yang mau
kita masukin pesannya itu tidak hilang.
Karena bisa jadi apabila pesannya itu
datangnya dari si orang yang mendominasi
belum tentu si orang lain bisa
memenerima.gitu.. kalo fasilitator kan
sifatnya
netral.
Jd
gimana
kita
menyampaikan suatu pesan yang semuanya
bisa terima.jd kita harus kreatifnya kalau
dilapangan.
Sangat berpengaruh, dengan catatan bahwa
pada saat pelaksanaan dinamika kelomok
mereka
ikut
terlibat
didalamnya.
Makannya kan setiap kali setelah
menyelesaikan
satu
simulasi/
satu
permainan. Kita bahas apa sih yang didapat.
Apasih tujuannya begitu, mereka tidak
hanya mainnya aja tetapi juga maksud dari
permainan itu apa, tujuannya apa. Jadi kalo
mereka memahami itu nah sebetulnya
mereka dapat mempraktekannya dalam
kehidupannya sehari hari jadi dapat
meningkatkan
kepercayaan
dirinya,
bagaimana cara berkomunikasi, interaksi
sosialnya itu kepake karena kalau saat
melaksanakan dinamika kelompok, itu kan
tanpa mereka sadari mereka sebetulnya
menjalakan suatu dinamika, interaksi
kemudian komunikasi seperti itu tapi
dengan catatan ini harus berkesinambungan
pelaksanaannya. Jadi gak putus gitu aja.
Bisa jadi nanti lupa, yang namanya skil itu
8.
Apakah ada hambatan dari
pelaksanaan dinamika
kelompok?
kan kalo gak diasah bisa menurun kan dan
lama-lama akan hilang.
Hambatan sih pasti ada yah, 1 dari segi
keterbatasan waktu kemudian juga kondisi
kakek dan nenek tidak seperti dahulu,
terkadang kita suduh menyusun permainan
sesederhana mungkin tetapi ternyata
simulasi yg kita buat itu membuat kakek
dan nenek lebih mudah lelah, nah jadi kita
fleksibel. Meskipun kita sudah menyusun,
kita udh buat perencanaannya kita fleksibil
dengan kondisi dilapangan itu seperti apa.
Nanti kalau terlalu bosen, pesan yang mau
kita sampaikan itu gak sampe. Karena
fokusnya itu sudah hilang.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Siti Masitoh, M. Psi
2. Jabatan
: Psikolog
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Rabu, 20 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Teras Wisma Catiliya
6. Pukul
No.
: 14:00 - 15.00 WIB
Pertanyaan
1.
Apa tujuan dari program
dinamika kelompok ?
2.
Apa saja manfaat dari
kegiatan dinamika
kelompok yang Ibu berikan
di Panti Sosial Tresna
Werdha?
2.
Materi seperti apa yang Ibu
berikan dalam pelaksanaan
Jawaban
Kan ini kegiatan kelompok yah, pada
dasarnya agar mereka melakukan kegiatan
bersama. Ada interaksinya, interaksi
bersama, having fun.. terus setiap kegiatan
itu kan memang dirancang untuk apa nih.
Misalnya hari ini kita Motorik halus, jadi
nanti sasarannya motorik halus. Jd nanti
kegiatannya yang berhubungan dengan itu
misalnya main-main, atau memindahkan
apa, mengestafet buku, misalnya gitu yah.
mereka di buat group-group itu kan memang
dimaksudkan agar ada interaksi kerja sama
satu sama lain. Jadi menumbuhkan perasaan
positive dengan teman-teman, kalau hari
biasa kan tuh liat saja, mereka kan sendirisendiri aja. Jd interaksinya dibangun
Hubungan sosialnya dibangun.
Dengan adanya kegiatan ini kan perasaan
senang itukan membawa dampak positive.
Agar mereka keterusan individualis. Kalo
nanti sendiri-sendiri kan jadi pikun.
Memang sebenernya bagus lansia-lansia ini
memorinya dan lain sebagainya ini di
stimulasi lagi jd ngga cepet pikun.
Selain permainan, terus sharing, aku
nyebutnya checking feeling yah. Kemarin-
dinamika kelompok?
3.
Seberapa besar pengaruh
program kegiatan dinamika
kelompok ini terhadap
kondisi WBS di PSTW BM
1?
4.
Apakah ada hambatan dari
pelaksanaan dinamika
kelompok?
5.
Biasanya membutuhkan
berapa lama waktu
pelaksanaan dinamika
kelompok?
6.
Bagaimana sikap mereka
saat pelaksanaan dinamika
kelompok berlangsung?
kemarin ada apa, ada pristiwa apa, ada yang
mau cerita atau engga. Kalau ada yang mau
cerita, jadi yang lain pada tau gitu kan, jadi
ya itu tadi, dinamika kelompok ini
merupakan salah satu bentuk untuk
mengkoneksikan mereka satu sama lain, jd
gak cuek satu sama lain, jadi tahu ooo..
bahwa teman saya kemarin lagi kesal.. ooo
yang ini gak suka di giniin, ya walaupun
tidak seperti anak muda yah. Padahal dengan
mereka duduk melingkar bersama saja itu
sudah ada interaksi, jadi membangun
perasaan bersama.
Kalau di wisma yang kakek & neneknya
lebih sehat mereka lebih akrab yaah..
meskipun mereka sehari- hari mereka
tinggal bersama tetapi interaksi yamg
membuat mereka senang bersama-sama itu
kan gak begitu sering dilakukan. Jd dengan
adanya permainan seperti dinamika
kelompok, misalnya mereka harus
berkelompok ber 6, berkompetisi dengan
kelompok lain itu akan menimbulkan
keakraban.
Nenek & Kakek yang gak mau ikut, kadang
kita khawatir itu bisa menular ke yang lain
yang sudah ikut. Kita memang mengajak
mereka main atau berkegiatan sebisa
mungkin rileks, santai dan mereka bisa
seneng. Besok tetap mau beraktivitas. Itupun
kadang2 ada orang yg memang capean, gak
mau, gak usah di paksa yang kaya gitu.
Melihat dari kondisi kakek dan nenek yang
fisiknya mulai lemah, Kalau berjadwal juga
takutnya kakek nenek jd bosen yaaah. Jd
kalau kita lihat suasana lagi sedang loyo apa
itu bisa dilakukan. Jadi kita tentative aja
tergantung suasana. Kan memang sudah
terjadwalkan kalau tiap minggu.
Sikap seneng sih, sejauh ini mereka
semangat. Karena ya itu td permainan2nya
kan permainan jaman dahulu waktu mereka
masih kecil. Merasa kerinduan dimasa kecil
tuh keluar lagi. Kayak misalnya kan
memindahkan kelereng pakai sendok itu
mereka seneng gitu. Mereka ketawa-ketawa
sambil konsentrasi di oper ke temennya.
Waktu itu kita bikin panjang bangeet sampai
10 orang jaraknya 30 sampai 40 cm.
kegiatan di buat sehappy mungkin.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Siti Fatonah, S. Sos
2. Jabatan
: Pekerja Sosial
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling
6. Pukul
No.
1.
2.
3.
: 14:30-15.00 WIB
Pertanyaan
Menurut ibu, apa yang
dimaksud dengan dinamika
kelompok di PSTW BM 1
Apa tujuan yang ingin di
capai dari pelaksanaan
dinamika kelompok
Sejak kapan proses kegiatan
dinamika kelompok ini
mulai?
Jawaban
Sejenis permainan yang menyatukan lebih
dari satu atau dua orang, untuk mecapai
suatu tujuan yang sama.
Dinamika kelompok itu tujuannya sangat
banyak, tentunya ada interaksi, sosialisasi
dengan wbs yang lain, pengembangan diri,
dimana dinamika kelompok bertahap akan
melihat perubahan prilaku lansia yang
awalnya hanya diam saja mulai ada
interaksi dengan temannya. Mulai mampu
menceritakan hal-hal yang dialami beliau
dan intinya dapat membantu orang lain, ada
rasa empati dengan teman-temannya.
Untuk program dinamika kelompok ini kita
sudah berjalan 1 tahun. Program ini dapat
terlaksana tentu dengan adanya pengajuan
dari divisi Bimbingan dan Penyaluran
(BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kita
pernah melaksanakan, namun secara
administrasi harus di konsep dulu nak.
Dilihat dari manfaatnya untuk lansia
bermacam-macam
seperti
dapat
meningkatkan
kepercayaan
diri,
sosialisasinya baik jadi saya rasa sangat
perlu dengan adanya dinamika kelompok
ada di semua panti
4.
Materi seperti apa yang di
berikan Ibu dalam
pelaksanaan dinamika
kelompok?
Berbentuk permainan, mengenai pola fikir,
motorik kasar atau motorik halus, atau
melatih memori.
5.
Mengapa materi tersebut Ibu
gunakan dalam pelaksnaan
dinamika kelompok di
PSTW?
6.
Bagaimana tahapan
pelaksanaan dinamika
kelompok di PSTW Budi
Mulia 1
Karena kita sesuaikan dengan kondisi
lansianya intinya yang mudah di tangkap
beliau dan menerima apa yang kita
sampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama
untuk program panti yang kedua melatih
diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan arti
mandiri disini ialah adanya kepercayaan
diri. Karena dengan dinamika kelompok
sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan
lansia yang ada di panti dan untuk
meningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.
Tahap pertama yaitu perkenalan. Kalau
tahap perkenalan itu seperti biasa yah. Kita
memperkenalkan diri kita kepada para wbs
yang hadir. Kemudian tahap kedua itu tahap
mencari pola. Dalam tahapan mencari pola
di PSTW ini merupakan suatu bentuk model
dalam pelaksanaan dinamika kelompok
yang dilakukan sesuai perjanjian dengan
keinginan WBS, Misal WBS ingin
menceritkan masa lalu kita membuat pola
permainan dengan mengenang masa lalu
mereka. Agar mereka merasa nyaman dan
berani untuk tampil didepan orang banyak.
Jadi apa yang kami lakukan dibuat
senyaman mungkin agar mereka tidak
merasa jenuh dan dapat terhibur. Terus
tahapan berikutnya yaitu tahap pemantapan
norma. Pemantapan Norma merupakan
suatu Kerangka permainan, apabila
kerangka permainannya tidak jelas, sulit
untuk kakek dan nenek dapet mengerti
maksud yang ingin kita sampaikan.
misalnya dalam melakukan permainan
rantai berbisik ini merupkan suau
permainan yang menggunakan kerjasama
antar kelompok. Mau mulai dari mana dulu.
apakah dari sebelah kanan atau dari sebelah
kiri dulu. Kalau permainan menggenggam
bola ada aturannya. Ketika musik berhenti
7.
Apakah ada perubahan bagi
kakek dan nenek setelah
mengikuti program dinamika
kelomok?
8.
Apa manfaat dari dari
program dinamika kelompok
kepada para WBS?
9.
Siapa saja yang memberikan
materi
dalam
program
dinamika kelompok?
berarti ia yang berhak meceritakan masa
lalu atau bernyanyi, sesuai dengan
perjanjian awal di dalam mencari pola.
Moment apa dulu itu dibentuk, misalnya
kita mau menggambar, atau bermain bola
atau bernyanyi. Adanya komitmen dan
sesuai kesepakatan kemudia yang terakhir
tahap berprestasi Dalam tahap ini ketika
memberikan permainan dengan WBS
adanya kekompakan yang terjadi didalam
kelompok, adakah salah satu diantara
mereka yang dapat mengembangkan diri,
artinya mengembangkan diri disini yakni
yang bisa menggantikan posisi kami, yang
berani
untuk
tampil
didepan,
memproyeksikan apa yang kita tampilkan
tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri.
Sehingga apa yang diberikan moderator bisa
dipahami WBS. Dan dapat diterapkan
didalam kesehariannya
Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah,
kan disini bukan tuntutan mutlak harus
bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di
persentasikan kira-kira hampir 60 sampai
dengan 70%. Artinya keberhasilan itu tidak
menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau
senang dengan adanya dinamika kelompok.
bisa menerima kehadiran kita dan poin yang
paling penting disini ialah interaksi beliau
lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan
manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau
dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai
fasilitator kita juga harus terbuka juga
dengan mereka. Fungsi kita juga hanya
sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa
memaksakan
beliau.
Yang
penting
implementasinya
Untuk pengembangan diri lansia, untuk
melatih interaksi sosial menjadi lebih baik,
sosialisasi menjadi lebih baik, ada rasa
kepercayaan diri juga, terus intinya juga
beliau merasa terhibur dan tidak merasa
kesepian dengan kondisi seperti ini.
Dinamika kelompok memang di latih oleh
yang professional yaitu dengan Mba Messi
atau Mba Rika, namun tentunya kita
berunding terlebih dahulu apa sih materi
yang ingin diberikan. Ada koordinasi antara
pekerja sosial dengan psikolog. Kita saling
berdampingak karena kedua komponen ini
tidak dapat terpisahkan.
10.
Apakah ada hambatan dari Kalau untuk hambatan itu dari jumlah WBS
program dinamika kelompok nya yah dari 210 WBS banyak yang
ini?
mengalami gangguan kejiwaan dan
dimensia. Selain itu kita juga kekurangan
pekerja sosial, hanya 3 orang peksos untuk
menangani 210 klien.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Lumanow
2. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
3. Usia
: 70 tahun
4. Asal
: Medan
5. Agama
: Kristen Protestan
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya
8. Pukul
No.
1.
2.
2.
: 11.00 WIB – 11.30 WIB
Pertanyaan
Selamat siang Kakek, ini
dengan Kakek Lumanow ?
Kakek sudah berapa lama
tingga di Panti?
Kalau boleh tau kenapa
kakek bisa tinggal di panti
ini?
Jawaban
Iya.
12 bulan
Ohh.. saya kan pernah sakit jiwa. Nah terus
dibawa pulang. Tapi sering bolak-balik
dibawa lagi, di bawa lagi. Kan kalo nakal
dirumah suka ngelayab malem. Terus dari
sana saya dibawa kesini
Iya, saya senang disini baik-baik semua.
3.
Kakek senang tinggal
disini?
4.
Selama berada di PSTW
ini, apakah kakek rutin
mengikuti program
kegiatan yang ada disini?
Yang rame-rame saya ikut. Olah raga ikut,
kebaktian, lomba-lomba saya ikut.
5.
Dengan adanya kegiatan
tersebut apa yang kakek
rasakan?
Ya, saya senang ikut kegiatan yang ada di
sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara
lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada ramerame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit
20
6.
7.
8.
9.
Apakah dengan mengikuti
kegiatan tersebut kawan
kakek menjadi bertambah?
Bagaimana menurut kakek
dengan program kegiatan
dinamika kelompok?
Dinamika kelompok itu
kegiatan yang baru saja
kakek lakukan kemarin
dengan teman-teman kakek
di halaman belakang,
permainan cerdas cermat
kakek masih ingat?
Bagaimana menurut kakek
dengan adanya permainan
tersebut?
Apakah ada harapan yang
kakek inginkan selama
berada di panti?
Iya, bisa kenal temen-temen dari kamar yang
lain.
Apa itu dinamika kelompok?
Ooohh, iya saya tau tentang pengetahuan
sejarah. Kemarin saya yang menang.
Saya mau pulang.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Tamrin
2. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
3. Usia
: 69 tahun
4. Asal
: Kalimantan
5. Agama
: Islam
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya
8. Pukul
No.
1.
: 13.00 WIB – 13.30 WIB
Pertanyaan
Jawaban
Assalamu’alaikum Kakek,
ini dengan Kakek Tamrin ?
Kakek sudah berapa lama
tingga di Panti?
Saya dari UIN kek. Kakek
kalau boleh tau kenapa
siapa yang mengantar
Kakek kesini?
Iya.
4.
Oh Kakek berdagang.
Kakek berjualan apa?
Saya dagang Koran di daerah Matraman.
5.
Saat kakek berdagang,
kakek tinggal bersama
siapa?
Sendiri, ngontrak di Matraman
6.
Kakek senang tinggal
disini?
Engga. Gerah. Di tekan gak bebas keluar
7.
Selama berada di PSTW
ini, apakah kakek rutin
mengikuti program
Ya olah raga, semua kegiatan saya ikut
2.
3.
6 bulan, Ibu dari mana?
Engga saya lagi dagang di tangkap Satpol
PP.
kegiatan yang ada disini?
8.
Dengan beragam kegiatan
yang berada di sini, apa
kakek masih merasa tidak
nyaman berada disini?
Jenuh, gak ada pendapatan
9.
Lalu setelah kakek berada
di sini, setelah
mendapatkan pelayanan apa
yang kakek rasakan?
10.
Apa harapan kakek selama
tinggal disini?
Senang, saya juga mengikuti kegiatan
seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu
juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) yang di berikan perawat. Saya
senang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini.
Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya
selama berada disini. Saya baru 6 bulan
disini. Dengan adanya TAK saya
mempunyai banyak teman.
Mau keluar, disini gak ada pendapatan
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Sumarni
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 62 tahun
4. Asal
: Betawi
5. Agama
: Islam
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka
8. Pukul
No.
1.
2.
: 14.00 WIB – 14.30 WIB
Pertanyaan
Jawaban
Nenek apa kabar ?
Kalau boleh tau nenek
namanya siapa?
Nenek tau kegiatan
dinamika kelompok?
Bae
Nenek Sumarni
3.
Kapan pelaksanaan
dinamika kelompok
dilakukan nek?
Ye pokonye tiap minggu aje. Gak tiap hari
4.
Biasanya yang memberikan
materi siape nek?
Mba Rika. Psikolog
5.
Kemarin apakah nenek
mengikuti kegiatan
tersebut?
Iyah ikut, main bola.
6.
Bagaimana perasaan nenek
saat mengikuti program
dinamika kelompok
tersebut?
Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita
main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah.
Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang.
Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya
main di belakang, di aula. Ye bareng sama
3.
Iya tau. Yang kaya karet di ambil pake lidi
7.
8.
9.
10.
Manfaat yang nenek
rasakan setelah mengikuti
kegiatan tersebut?
Tempat saat pelaksanaan
dinamika kelompok
biasanya dimana nek?
Apakah pesertanya
dibatasi?
Untuk pelaksanaan program
dinamika kelompok itu jam
berapa nek?
Apa harapan yang nenek
inginkan selama nenek
tinggal di PSTW ini?
nenek-nenek yang lain.
Seneng aje nenek mah.
Kadang di halaman belakang. Terus disini.
Kalo peserta mah siapa aje yang mau ikut.
Jam 9, kadang-kadang jam 10.
Lebih sering-sering diadain lagi, biar ada
hiburan.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama
: Masnun
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 89 tahun
4. Asal
: Betawi
5. Agama
: Islam
6. Tanggal Wawancara : 14 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka
8. Pukul
No.
1.
: 14.00 WIB – 14.30 WIB
Pertanyaan
Jawaban
Assalamu’alaikum nenek?
Nenek sedang apa?
Kalau boleh tau nenek
namanya siapa?
Nenek sudah berapa lama
tinggal disini ?
Lagi ngga ngapa-ngapain
3.
Usia nenek saat ini berapa
tahun ?
89 tahun
4.
Kalau boleh tau, siapa yang
membawa nenek ke sini?
Nenek disaranin sama Pak RT, Pak RT yang
gurusin surat-suratnya.
5.
Apa nenek nyaman tinggal
di sini?
6.
Apakah nenek mengikuti
setiap kegiatan yang ada
disini?
Ya nyaman-nyaman ajalah. Mau pulang, ya
pulang kemana gak punya rumah. Anak
udah gak ada. Suami meninggal.
Ya nenek ikut kaya senam, ngaji. Waktu itu
pernah ikut main angklung tapi sekarang
mata nenek udah gak bisa liat angkanya.
Tapi dulu mah rajin. Waktu belum sakit.
Kan mata nenek abis di oprasi. Kena
katarak. Jadi udah ngga terlalu jelas kalo
2.
3.
Masnun
Nenek mah udah 4 tahun di sini
7.
8.
9.
10.
Apakah nenek pernah
mengikuti kegiatan
dinamika kelompok?
Suatu kegiatan yang di
damping oleh Ibu Rika, Ibu
Messi atau Ibu Siti. Apa
nenek pernah mengikuti
kegiatan tersebut?
Apa nenek tidak merasa
jenuh atau bosan karena
tidak mengikuti kegiatan
yang berada disini?
Apa harapan yang nenek
inginkan selama nenek
tinggal di PSTW ini?
ngeliat.
Dinamika kelompok apaan tuh?
Nenek gak pernah ikut.
Engga, pan ngejait. Terus kalo ada lombalomba juga kadang nenek ikut. Jadi ngga
bosen-bosen banget. Nenek mah udah males
ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah
ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah
rada males. Badannya udah gampang capek.
Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi
gak males. Kalo lagi males seminggu baru
nenek jait. Mau main angklung matanya
udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya
gitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udah
ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua
ngerasain deh
Ya apa yah. Ya gini gini aja deh nenek mah.
Lampiran-Lampiran
DOKUMENTASI SAAT PENULIS MELAKUKAN PENELITIAN
(Gambar 1.1: Ibu Rika melakukan Checking Feeling di Wisma Bugenvile)
(Gambar 1.2: Ibu Rika bersama dengan Ibu Siti melakukan senam otak di
Wisma Bugenvile)
(Gambar 1.3: Ibu Mesi dan Ibu Rika beserta dengan peneliti melakukan
Support Group di Wisma Cempaka)
(Gambar 1.4)
(Gambar 1.5)
Pada gambar 1.4 dan 1.5 yakni program dinamika kelompok berupa permainan
cerdas cermat. Hal ini berguna untuk melatih memori. Karena beberapa
pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan mengenai kemerdekaan.
(Gambar 1.6: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Rika Fitriyana, M.Psi)
(Gambar 1.7: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Siti Masitoh, M.Psi)
Download