File

advertisement
KAJIAN EFEKTIVITAS PERIODE DAN JENIS PELINDIAN AIR LAUT TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA
TANAH GAMBUT*
Oleh:
Evalia Elit C. Saragih**
ABSTRACT
Most of the marine circle peat soils have a higher soil nutritive value than upland peat soils. Based on case,
this research attempts to study the efectivity of period and water variety of leaching to increase chemical properties
of peat soil. This research used factorial completely randomized design with two factors and four replications.
First factor was leaching period consist of two levels (P1 as four week and P2 as eight weeks). Second factor was
variety of leaching water consist of three levels (A1 as 1000 mL fresh water, A2 as combination of 500 mL fresh
water and 500 mL sea water and A3 as 1000 mL sea water) with six set and twenty four pots unit. Tube used which
were diameter of 4cm, height of 50 cm and supplied gauze and tap and then filled peat soils. Variety of water given
by infus method as well as period and concentrate.
The result showed that leaching period at eight weeks change some parameters than four weeks such as
N-total, C/N ratio, Ca-exchange, Na-exchange, CEC and base saturation. Then variety of leaching water increase
value of K-exchange, Na-exchange, Mg-exchange. The interaction treatment increase pH and EC value although
pH of leaching with fresh water higher.
Keywords: Chemical properties, leaching period, sea water, peat soils
ABSTRAK
Sebagian besar lahan gambut di lingkungan marine kadar hara tanahnya lebih tinggi dari gambut dataran
tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengkaji efektivitas periode dan jenis pelindi air laut terhadap sifat
kimia tanah gambut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 4 ulangan.
Faktor pertama, periode pelindian yakni 2 taraf (4 minggu (P1) dan 8 minggu (P2)). Faktor kedua, jenis air pelindi
(1000 mL air tawar (A1), kombinasi 500 mL air tawar dan 500 mL air laut (A2) dan 1000 mL air laut (A3)) dengan
6 unit dan 24 unit percobaan. Digunakan pipa paralon berdiameter 4 cm, tinggi 50 cm dan dilengkapi dengan kran
air dan kain kasa, lalu diisi dengan tanah gambut. Jenis air pelindi diberi melalui infus sesuai periode dan
konsentrasinya.
Hasil penelitian menunjukkan periode pelindian lebih efektif pada pelindian 8 minggu meningkatkan N-total,
rasio C/N, Ca-tukar, Na-tukar, KTK dan kejenuhan basa. Jenis pelindi air laut meningkatkan K-tukar, Na-tukar,
Mg-tukar. Dan interaksi pelindian air laut dan periode 8 minggu meningkatkan pH meskipun pH pelindian air tawar
lebih tinggi dan nilai DHL.
Kata kunci: Sifat kimia tanah, periode pelindian, air laut, gambut
PENDAHULUAN
Tanah gambut merupakan salah satu jenis tanah
yang penyebaran dan jumlahnya di Indonesia cukup luas
serta telah banyak dimanfaatkan sebagai areal pertanian.
Menurut data Kompas, 1999 (dalam Sitorus, 2003) luas
lahan gambut di Indonesia mencapai 22.371.900 Ha yang
mana untuk Sumatera utara sendiri di daerah Kabupaten
Asahan dan Labuhan Batu meliputi daerah seluas 350.000
Ha (Astiana dan Situmorang, 1987; Pangudijatno dan
Panjaitan, 1987 dalam Harahap dan Hutagalung, 1997).
Berdasarkan luasnya areal lahan gambut dan sejalan dengan
berkurangnya areal pertanian akibat pengalihfungsian lahan
pertanian dewasa ini, maka tanah yang tergolong tanah
marginal ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai areal
pertanian.
Dalam upaya memperbaiki produktivitas tanah
gambut terdapat kendala utama yang dihadapi yakni
kejenuhan basa yang rendah, kemasaman tanah yang cukup
tinggi dan lambatnya proses dekomposisi bahan organik
tanah (C/N tinggi) serta sifat kering tak balik (irreversible
drying) tanah gambut. Tanah gambut di daerah Labuhan
Batu cenderung merupakan tanah yang tingkat kesuburannya
rendah (gambut ombrogen) akibat pengaruh lingkungan air
tawar (hujan). Menurut Karama dan Suriadikarta (1997)
pada lingkungan marin dengan pengaruh pasang surut,
proses dekomposisi cepat sehingga akumulasi gambut
rendah sedangkan pada lingkungan air tawar mengakibatkan
kecepatan penimbunan lebih besar dari perombakan yang
mengakibatkan akumulasi gambut berjalan terus.
Adanya proses alam yang terjadi diatas akibat
pengaruh jenis lingkungan marin dan tawar terhadap
kesuburan gambut menunjukkan adanya pengaruh positif
lingkungan marin yang didominasi oleh air laut. Air laut
kaya akan hara dan basa-basa tukar, seperti dikemukakan
oleh Nainggolan (dalam Afrida, 1998) akibat oleh proses
pembasuhan dan penghanyutan yang terus menerus dari
daratan, disamping itu dasar lautan lebih bersifat mafik dari
daratan yang berarti lebih kaya akan basa-basa.
Keberadaan kation basa-basa tukar dalam air laut
diharapkan mampu menggantikan posisi kation H+ pada
permukaan koloid tanah gambut sehingga pH tanah gambut
meningkat, menurunkan kemasaman tertukar tanah dan
peningkatan kation basa seperti Magnesium (Mg) dan
Natrium (Na). Air laut selain memiliki pH netral (pH 6-7)
juga mempunyai muatan ionik yang tinggi dengan Daya
Antar Listrik (DAL) 54 mS (Noor, dkk, 2003) yang mampu
mendesak ion-ion toksik seperti Al3+, H+ dan Mn2+ untuk
masuk ke dalam air lindian selanjutnya keluar dari sistem
(tapak jerapan) tanah gambut tersebut.
Dalam pengaplikasian metode pelindian pada
penelitian ini terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan yakni jenis air pelindi yakni air laut dan air
tawar seperti keadaan alami pengaruh lingkungan
pembentukan gambut, konsentarasi (kepekatan) air laut, dan
lama pelindian yang tepat agar salinitas air laut tidak
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
menjadi toksik serta mampu memberi respon positif terhadap
peningkatan produktivitas gambut sebagai areal pertanian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan diharapkan pelindian air laut
dengan konsentrasi dan lama pelindian yang tepat dapat
memperbaiki sifat kimia tanah gambut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas
periode dan jenis pelindian air laut terhadap beberapa sifat
kimia tanah gambut.
Hipotesis Penelitian
1.
Pelindian air laut dapat meningkatkan sifat kimia tanah
gambut lebih efektif dari jenis pelindi lainnya.
2. Pelindian dengan periode yang lebih lama mampu
meningkatkan sifat kimia tanah gambut.
3. Interaksi jenis dan periode pelindian mampu
meningkatkan sifat kimia tanah gambut setelah dilindi.
Kegunaan Penelitian
-
-
Untuk mengkaji keefektifan beberapa jenis pelindi dan
periode pelindian terhadap perbaikan sifat kimia tanah
gambut sehingga dapat dilakukan aplikasi pemanfaatan
air laut pada lahan gambut.
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan
penelitian di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Pukat VII No. 71
Aksara, Medan dan dianalisis di Laboratorium Kesuburan
dan Kimia Tanah serta Laboratorium Riset dan Teknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan,
dengan ketinggian tempat  25 mdpl. Dimulai pada bulan
Desember 2008 sampai bulan Maret 2009.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bahan tanah gambut yang berasal dari Desa Tebing
Lingga Hara Baru Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhan Batu-Rantau Prapat yang diambil secara komposit,
air laut, air tawar, batu kerikil putih, kain kasa sebagai
penutup wadah pipa paralon dan bahan-bahan kimia untuk
keperluan analisis.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah pipa paralon
berdiameter 4 inci dan tinggi 50 cm, selang/pipa kecil
sebagai aliran air sisa pelindian, wadah tampungan air sisa
pelindian, lempeng penutup pipa paralon bagian atas dan
bawah, tabung infus sebagai alat atau wadah air laut yang
akan diteteskan pada bahan tanah perlakuan dan alat-alat
laboratorium untuk keperluan analisis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Ranacangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial dengan 4 ulangan yang terdiri dari
2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor I : Periode Pelindian
P1: 4 minggu
P2: 8 minggu
Faktor II : Jenis Air Pelindi
A1 : Air Tawar (1000 mL/paralon)
A2 : Air tawar + Air Laut (500 mL+500 mL)
A3 : Air Laut (1000 mL/paralon)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak
2 x 3 x 4 = 24 unit percobaan yang terdapat dalam kombinasi
berikut:
P1A1
P2A1
P1A2
P2A2
P1A3
P2A3
Model linier Rancangan Acak Kelompoknya adalah:
Yij
= µ + Ti + €ij
Dimana, i = 1, 2, ….. t
J = 1, 2, ….. r
Keterangan:
Yij = Respon tanah yang diamati dari perlakuan
ke-i
dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
Ti
= Pengaruh perlakuan ke-i
€ijk = Pengaruh galat taraf perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara
komposit pada kedalaman 0-20 cm, kemudian tanah
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dilapisi dengan
karung goni. Bahan tanah tidak dikering-udarakan tapi
diayak agar homogen (seragam).
Analisis Awal
Analisis awal untuk tanah yang dilakukan meliputi
pH, KTK, basa-basa tukar (K, Na, Ca dan Mg), DHL tanah
dan C/N sedangkan analisis awal untuk air pelindi meliputi
DHL dan pH pada masing-masing konsentrasi.
Aplikasi Perlakuan
Sebelum aplikasi, dilakukan persiapan wadah pelindi
yakni pipa paralon berukuran panjang 50 cm dan diamteter 4
inci. Pipa paralon yang bagian bawahnya tertutup
dihubungkan atau dipasangkan selang kecil sebagai aliran air
sisa pelindian yang akan ditampung dengan wadah/botol
plastik yang dapat dibuka dan ditutup. Pada bagian bawah
pipa di beri batu kerikil dan kain kasa agar bahan tanah tidak
langsung terangkut keluar saat dilindi lalu tiap pipa diberi
label perlakuan.
Kemudian dapat dilakukan aplikasi perlakuan, bahan
tanah gambut dimasukkan ke dalam pipa paralon hingga
mencapai 40 cm dari panjang pipa. Lalu dilindi dengan
masing-masing perlakuan dengan menggunakan pipa infus
dimana klep pada selang kecil yang dihubungkan pada
wadah tampungan air pelindi harus ditutup dan ditempatkan
tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah 4 dan 8
minggu setelah pelindian sesuai dengan perlakuan lamanya
pelindian, klep selang kecil untuk aliran air sisa pelindian
dibuka agar sisa air pelindi dapat mengalir seluruhnya ke
wadah tampungan lalu klep ditutup kembali.
Analisis Setelah Pelindian
Setelah aplikasi pelindian untuk masing-masing
perlakuan dilakukan analisis tiap-tiap air sisa lindian yang
telah ditampung dalam wadah/botol tampungan tersebut,
meliputi DHL, pH dan basa-basa tukar (K, Ca, Na dan Mg).
Analisis Akhir
Selanjutnya dilakukan analisis akhir bahan tanah
gambut yang telah diberi perlakuan meliputi pH, DHL,
KTK, basa-basa tukar (K, Ca, Na dan Mg) serta Ratio Corganik dengan N-total.
Parameter yang Diukur
Analisis Awal
Tanah
- pH (H2O) dengan metode elektrometri (1:10)
- KTK (me/100 g) dengan metode ekstraksi NH4OAc
1N pH 7
- Basa-basa tukar (%) (K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mgdd) NH4OAc 1N pH 7
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
-
C-Organik (%) dengan metode Walkley and Black
N total (%) dengan metode Kjedahl
C/N tanah
DHL (mmhos/cm) dengan metode EC (Electric
Conductivity)
-
pH (H2O) dengan metode elektrometri
DHL (mmhos/cm) dengan metode EC (Electric
Conductivity)
Basa-basa tukar (K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd)
NH4OAc 1N pH 7
Air
-
Analisis Akhir Setelah Pelindian
Air Pelindian
- pH (H2O) dengan metode elektrometri
- DHL (mmhos/cm) dengan metode EC (Electric
Conductivity)
- Basa-basa tukar (K-dd, Na-dd, Ca-dd dan
Mgdd) NH4OAc 1N pH 7
Tanah
- pH (H2O) dengan metode elektrometri (1:10)
- KTK (me/100 g) dengan metode ekstraksi NH4OAc
pH 7
- Basa-basa tukar (%) (K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mgdd) NH4OAc 1N pH 7
- C-Organik (%) dengan metode Walkley and Black
- N total (%) dengan metode Kjedahl
- C/N tanah
- DHL (mmhos/cm) dengan metode EC (Electric
Conductivity)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Awal
Berdasarkan analisa awal tanah untuk kemasaman
tanah tergolong sangat masam (pH 3.35 dengan pH H2O),
dengan DHL 0.08 mmhos/cm (sangat rendah), hal ini
disebabkan keadaan gambut tersebut berlokasi jauh atau
tidak mendapat pengaruh penyusupan air laut. kadar bahan
organik dan N sangat tinggi (C-organik 21.032% dan N
1.422) sehinggga C/N sangat rendah (14.79).
Sedangkan untuk nilai K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mgdd tergolong rendah tetapi nilai KTK sangat tinggi sehingga
menyebabkan kejenuhan basa sangat rendah. Hal ini
menyebabkan rendahnya ketersediaan hara bagi tanaman
(sebagai kendala optimalisasi gambut untuk pertanian)
karena lebih banyak hara terjerap, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Awal Tanah Sebelum Perlakuan*
Keterangan
Hasil
No. Parameter
Analisis
Keterangan**
1 pH H2O
3.35
Sangat Masam
2 DHL (mmhos/cm)
0.08
Sangat Rendah
3 K-dd (me/100 g)
0.4
Sedang
4 Na-dd (me/100 g)
0.21
Rendah
5 Ca-dd (me/100 g)
0.10
Sangat Rendah
6 Mg-dd (me/100 g)
0.69
Rendah
7 KTK (me/100 g)
108.88
Sangat Tinggi
8 Kejenuhan Basa (%)
1.28
Sangat Rendah
9 C-Organik (%)
21.03
Sangat Tinggi
10 N-Total (%)
1.42
Sangat Tinggi
11 C/N
14.79
Sedang
* Dianalisis di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
serta di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian USU, Medan
** Berdasarkan Kriteria BPP Medan, 1982
Sifat Kimia Air Lindian
Pada penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat
peningkatan sifat kimia air lindian baik terhadap faktor
tunggal maupun interaksi.
1. Pengaruh tunggal periode pelindian terhadap sifat
kimia air hasil pelindian
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh
tunggal dari periode pelindian sangat nyata pada penurunan
kadar Ca pada air hasil pelindian, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Periode Pelindian Terhadap Ca
pada Air Hasil Pelindian
Perlakuan
Ca
--me/100g-P1
0.05 bA
P2
0.06 aA
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris
dan kolom sama tidak berbeda nyata dengan uji
BNT pada taraf 5 % dan 1%
Dari Tabel 2 menunjukkan semakin panjang periode
pelindian, kadar Ca pada air lindian juga semakin tinggi
dimana pelindian 8 Minggu berbeda nyata dengan pelindian
4 Minggu pada taraf 5% dan tidak berbeda nyata pada taraf
1%. Hal ini dikarenakan semakin lama pelindian
mempertinggi kadar Ca yang dipertukarkan pada jerapan
gambut setelah dilindi dan sebagian masuk ke dalam air hasil
pelindian bersama dengan H+.
2. Pengaruh tunggal jenis pelindi air laut terhadap sifatsifat kimia hasil pelindian
Sedangkan pengaruh faktor tunggal jenis air pelindi
terhadap air lindian ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 3. Pengaruh Jenis Air Pelindi Terhadap DHL, K,
Na dan Mg Air Lindian
Perla
kuan
DHL
K
Na
Ca
Mg
mmhos
me/100g me/100g me/100g me/100g
/cm
A1
0.1 cC 0.23 cC 00.26 abAB 00.04 bcB
0.31 bB
A2
2.6 bB 0. 0.52 bAB 0.23 bcB 0.06 aA
0.36 aA
A3
4.5 aA 0.55 aA
0.38 aA
0.05 abAB 0.36 aA
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan
kolom sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT
pada taraf 5 % dan 1%
Pelindian dengan air laut menunjukkan pengaruh
sangat nyata terhadap DHL, K, dan Mg air hasil pelindian
tetapi tidak berbeda nyata terhadap Na dibandingkan dengan
pelindian air tawar, tetapi tidak berbeda nyata terhadap kadar
K dan Mg pada air hasil pelindian kombinasi air tawar dan
air laut. Hal ini diduga karena pada air lindian kombinasi
juga kandungan K dan Mg dari suplai air laut sama, hanya
berbeda jumlah kadarnya saja sedikit.
3. Pengaruh interaksi terhadap sifat-sifat kimia hasil
pelindian
Dan untuk perlakuan interaksi antara periode dan
jenis air pelindian terdapat pada tabel berikut.
Tabel 4. Rataan Nilai Basa Air Lindian Berdasarkan
Interaksi Perlakuan
Basa-Basa Air Linidan
No. Perlakuan
P1
P2
-----------%---------1
A1
1.84 dC
1.56 eC
2
A2
2.34 cdB
2.33 cdB
3
A3
2.64 bA
2.72 abA
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris
dan kolom sama tidak berbeda nyata dengan uji
BNT pada taraf 5 % dan 1%
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
1. Pengaruh tunggal periode pelindian terhadap sifat
kimia tanah hasil pelindian
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh
tunggal dari periode pelindian sangat nyata terhadap
beberapa sifat kimia tanah gambut, disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Periode Pelindian Terhadap N-Total
C/N, Ca-dd, Na-dd, KTK dan Kejenuhan Basa
pada Tanah Gambut
Perl
aku
an
Grafik Hubungan Pelindian Terhadap Basa Air Lindian
Dari tabel dan grafik diperlihatkan bahwa jumlah
basa pada air lindian tertinggi pada pelindian air laut dengan
lama pelindian 8 minggu yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan basa lindian terendah pada
pelindian air tawar pada lama pelindian 8 minggu yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf 5% tetapi
tidak berbeda nyata dengan pelindian air tawar 4 minggu
taraf 1%.
Jika dibandingkan dengan kadar unsur kimia analisis
awal pada tiap air pelindi terdapat penurunan kadar dimana
penurunan kadar terbesar pada air laut, terlihat pada tabel ini.
Tabel 5. Analisis Awal Air Pelindi Sebelum Perlakuan*
Hasil Analisis
Keterangan
Air
Air Tawar
Air
No. Parameter
Tawar dan Air Laut
Laut
1 pH H2O
7.24
8.52
7.11
DHL
2 (mmhos/cm)
0.7
15.5
26.7
3 K (me/100 g)
0.904
1.207
1.251
4 Na (me/100 g)
0.352
1.039
1.562
5 Ca (me/100 g)
0.089
0.104
0.104
6 Mg (me/100 g)
0.705
0.735
0.741
7 Basa Tukar (%)
2.05
3.085
3.658
* Dianalisis di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
serta di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian USU, Medan
Tinggi rendahnya kadar basa-basa dalam air lindian
dapat disebabkan karena pada air lindian awal sudah
mengandung basa-basa yang sangat tinggi dan kemampuan
basa air pelindi yang sebagian terjerap di gambut dan
sebagian besar tetap dalam air lindian.
Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa air
laut cenderung memiliki kemampuan lebih baik untuk
mendesak ion H+ keluar dari kompleks jerapan gambut
dibandingkan dengan air tawar sehingga pH air lindian pada
air laut lebih rendah dibandingkan air tawar karena H+ dan
ion-ion sumber kemasaman tanah dipaksa untuk masuk ke
dalam larutan tanah dan akhirnya ikut terlindi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Noor, dkk (2003) yang menyatakan
bahwa air lindian tanah sulfat masam Kalimantan oleh
pelindi air laut lebih masam (pada pelindian 8 Minggu)
dibandingkan dengan air tawar.
Sifat Kimia Tanah setelah Pelindian
Pelindian air laut mampu meningkatkan beberapa
sifat kima gambut walaupun kadar peningkatannya belum
mampu
secara
maksimal
untuk
mendukung
pengoptimalisasian lahan gambut untuk areal pertanian,
tetapi tidak untuk pH dan karbon organik tanah.
Ntotal
C/N
%
---
Ca-dd
Na-dd
KTK
Kejenu
han
Basa
%
me/
me/
me/100g
100g
100g
P1 1.15bB 14.48aA 0.06bB 0.31bB 40.13bB
2.99bB
P2 1.84aA 9.68bB 0.3aA 0.44aA 55.02abA 4.41aAB
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan
kolom sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT
pada taraf 5 % dan 1%
Pelindian meningkatkan persentase Nitrogen total
tanah gambut walaupun belum mampu mencapai persentase
yang optimum akibat periode pelindian yang semakin lama.
Hal ini sejalan dengan penurunan rasio C/N tanah gambut
setelah pelindian secara linier dimana air laut setelah
pelindian 8 minggu mampu menurunkan rasio C/N gambut
hingga 9.68.
Meningkatnya kadar Kalsium setelah pelindian
8 minggu linier dengan peningkatan pH karena Kalsium
dapat menurunkan kemasaman tanah dimana pada tanahtanah basah banyak terdapat Kalsium bersama-sama dengan
ion H2O sebagai kation-kation yang dominan pada kompleks
adsorpsi dengan kadar tanah organik dapat mencapai 2.80%.
Sedangkan untuk Kalium dapat tukar tanah yang
peningkatannya pada periode 8 minggu berbeda nyata
dengan periode 4 minggu dipengaruhi oleh penurunan C/N
dimana laju dekomposisi yang semakin cepat maka unsur
Kalium di dalam juga semakin tinggi jumlahnya
2. Pengaruh tunggal jenis pelindi air laut terhadap sifatsifat kimia tanah hasil pelindian
Sedangkan pengaruh faktor tunggal jenis air pelindi
terhadap tanah gambut, ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 2. Pengaruh Jenis Air Pelindi Terhadap K-dd,
Na-dd dan Mg-dd pada Tanah Gambut
Perlakuan
K-dd
Na-dd
Mg-dd
--me/100g---me/100g-- --me/100g-A1
0.2 cC
0.27 cC
0.53 cB
A2
0.64 abAB
0.4 abAB
0.76 abA
A3
0.87 aA
0.47 aA
0.77 aA
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris
dan kolom sama tidak berbeda nyata dengan uji
BNT pada taraf 5 % dan 1%
Adanya pelindian air laut menunjukkan peningkatan
konsentrasi basa-basa tukar tanah gambut meningkat dengan
pola jumlahnya K>Mg>Na>Ca sedangkan sebelum dilindi
pola ketersediaan basa-basa gambut yakni Mg>K>Na>Ca
dan air pelindi dari air laut polanya Na>K>Mg>Ca dan air
sisa pelindian air laut membentuk pola Na>K>Mg>Ca dan
berdasarkan mudah tidaknya basa-basa ini terlindi dari
kompleks jerapan gambut membentuk pola Na>K>Mg>Ca.
3. Pengaruh interaksi terhadap sifat-sifat kimia tanah
hasil pelindian
Dan untuk perlakuan interaksi antara periode dan
jenis air pelindian terhadap tanah terdapat pada tabel berikut.
Tabel 7. Pengaruh Periode Pelindian dan Jenis Air
Pelindi Terhadap pH Tanah dan DHL Tanah
Perlakuan
pH Gambut
DHL Gambut
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
----mmhos/cm-A1P1
3.92 deB
0.1 dC
A2P1
3.74 eC
1.8 dC
A3P1
3.55 eC
3.1 cB
A1P2
4.42 aA
0.2 dC
A2P2
3.93 cdeB
3.8 bcAB
A3P2
4.03 bcdB
5.1 aA
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris
dan yang sama tidak berbeda nyata dengan
uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%
b. Periode pelindian 8 minggu meningkatkan kadar
Kalsium pada air lindian tanah gambut.
3. a. Interkasi pelindian air laut dan periode pelindian 8
minggu meningkatkan kemasaman dan Daya Hantar
Listrik pada tanah gambut.
b. Interaksi pelindian air laut dan periode pelindian 8
minggu meningkatkan basa-basa air hasil pelindian
tanah gambut.
Setelah pelindian air laut, pH gambut lebih rendah
dari pH tanah akibat lindian air tawar. Hal ini diduga karena
kemampuan air laut yang lebih kuat mengekstrak asam-asam
organik (terbukti bahwa rasio C/N meningkat. Selain itu,
saat pelindian air laut beberapa kation-kation basa masih
sedikit yang terjerap di tanah gambut akibat sedikitnya
muatan-muatan ion pada tanah organik/gambut.
Tingkat salinitas (nilai Daya Hantar Listrik)
menunjukkan peningkatan secara linier, dimana kadar
salinitas berbanding lurus terhadap konsentrasi kepekatan air
laut dan lamanya periode pelindian
Sebaiknya pelindian air laut terhadap lahan gambut
diimbangi dengan periode pelindian yang lebih lama (lebih
dari 8 minggu) agar peningkatan positif sifat kimia gambut
dapat optimal dan perlu penelitian berlanjut untuk
mengetahui dosis konsentrasi air laut dan lama periode
pelindian yang tepat.
Grafik Hubungan Pelindian Terhadap pH Tanah Gambut
Grafik Hubungan Pelindian Terhadap DHL Tanah Gambut
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. a. Pelindian dengan air laut meningkatkan K-tukar, Natukar, Ca-tukar dan Mg-tukar pada tanah gambut
dibandingkan dengan jenis pelindi air tawar.
b. Pelindian dengan air laut meningkatkan Daya Hantar
Listrik, Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium
serta basa-basa pada air hasil pelindian sehingga
kadar Natrium yang dapat merusak sifat fisik tanah
dapat diabaikan.
2. a. Periode
pelindian
8
minggu
meningkatan
kemasaman, Daya Hantar Listrik, Nitrogen total, Catukar, Na-tukar, kejenuhan basa pada tanah gambut
dan menurunkan rasio C/N dan Kapasitas Tukar
Kation tanah gambut.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, E., 1998. Pengaruh Garam NaCl dan KCl terhadap
Berbagai Sifat Tanah Ultisol dan Produksi Padi
Gogo (Tesis). FP-USU, Medan.
Agus, F dan IGM, Subiksa., 2009. Nutrient Status of
Tsunami-Affected Soils and The Management
Implications. http : // www. dpi. nsw. gov. au/
data/ assets/pdf_file/0004/ 199453/Ses2–Nutrient–
status – of – tsunami – affected – soils – and – the
– management implications. pdf. Medan [Diakses
pada 1 Mei 2009].
Anonimous., 2008a. Air Laut. id. Wikipedia.org/wiki/air
laut-20k/., Medan.
Anonimous., 2008b. Salinitas Air Laut. Oseanografi. blog
spot.com/2003/07/, Medan.
Anonimous., 2009. Spodosols. http://proses podsolisasispodosols simply of me. word press/2009/. Medan
[Diakses pada 1 Mei 2009].
Buckman, H. O dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah.
Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara,
Jakarta.
Efriyeldi, Z., 2003. Kandungan Zat Hara dalam Air Poros
dan Air Permukaan Padang Lamun Bintan Timur
Riau.http://www_unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol
5 (2)/zulkifli.pdf (2008).
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M.
A. Diha., M. R. Saul G. B. Hong., dan H. H.
Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Harahap, A. J dan L. Hutagalung., 1997. Status Tanah
Gambut di Sumatera Utara (hal.39-49) dalam
Prosiding Seminar Nasional Gambut III HGI
Universitas Tajungpura BPPT, Kalimantan Barat
(24-25 Maret 1997).
Karama, S dan D. A. Suriadikarta., 1997. Tantangan
Pemanfaatan Tanah Gambut Untuk Pertanian (hal.
18-29) dalam Prosiding Seminar Nasional Gambut
III HGI Universitas Tajungpura BPPT,
Kalimantan Barat (24-25 Maret 1997).
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.
PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Noor, M., 2001. Pertanian Lahan Gambut-Potensi dan
Kendala. Kanasius, Yogyakarta.
Noor, M., A. Mass dan Tejuyuwono., 2003. Pengaruh
Pelindian dan Perbaikan Aerasi Terhadap Sifat
Kimia Tanah Sulfat Masam Kalimantan.
http://soil.faperta.ugm.ac.id/jilt/4.1%202003%200
114%20noor.pdf. (2008).
Riwandi. 2001. Kajian Stabilitas Gambut Tropika Indonesia
Berdasarkan Analisis Kehilangan Karbon Organik,
Sifat Fisiko Kimia dan Komposisi Bahan Gambut.
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor.
Sagiman, S., 2007. Pemanfaatan Lahan Gambut Dengan
Perspektif Pertanian Berkelanjutan. Orasi Ilmiah
Guru Besar Tetap Kesuburan Tanah FPUniversitas
Tanjungpura
(23
Juli
2007).http://www.untan.ac.id/wpcontent/uploads/p
engukuhan_guru_besar_23_juli_2007_Saeri_Sagi
man.pdf (2008).
Sitorus, B., 2003. Alternatif Kebijakan Bagi Pemecahan
Masalah Tanah Gambut. http: // library. usu. ac.
id/ modules. php? op = modlod & name =
Downloads & file = index & req = getit & lid =
563, Medan.
Suryantini., 2001. Serapan N, P dan K Tanaman Petsai
dengan Pemberian Lumpur Laut dan Pupuk
Kandang
pada
Tanah
Gambut.
http://upb.ac.id./jurnal/vol._1_No_1.pdf. (2008).
Tomczak, M., 2009. Lecture Notes in Oceanography.
http://www.es.flinders.edu.au/mattom/IntroOc/ind
ex.html. Medan [Diakses pada Maret 2009].
Widjaya-Adhi, IPG. W., NPS, Ratmini dan I. W, Swastika.,
1997. Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang
Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian
Rawa Terpadu-ISDP.
Yufdy, M. P dan A. Jumberi., 2008. Pemanfaatan Hara Air
Laut untuk Memenuhi Kebutuhan Tanaman. http:
//www. dpi. nsw. gov. au/_data/assets/ pdf_file/
0006/19945/Ses2-Harnessing-nutrients-fromseawater-for-plant requirements. pdf (2008).
*) Diseminarkan pada tanggal 27 Juni 2009, di bimbing oleh Ir. Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP
**) Mahasiswi pada program studi Ilmu Tanah FP-USU, Medan
Download