kanker ovarium

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI SISTEM INFEKSI DAN TUMOR
PRAKTIKUM KE : 4
JUDUL KASUS : KANKER OVARIUM
OLEH :
GOLONGAN/ KELOMPOK
: II / 4
MINAT
: FKK
HARI/ TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 16 DESEMBER 2010
NO
NAMA MAHASISWA
NIM
1
DANIAR PRATIWI
FA / 07764
2
DINAR TRIE PADMASARI
FA / 07765
3
QORY ADDIN
FA / 07768
4
MAMTA VESUDAVE
FA / 08233
TTD
DOSEN JAGA PRAKTIKUM : Nanang Munif Yasin, M.Pharm, Apt
ASISTEN JAGA PRAKTIKUM :
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010
KANKER OVARIUM
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengevaluasi terapi pada penyakit kanker ovarium dengan
obat-obat yang tepat serta memberikan edukasi bagi pasien.
B. DASAR TEORI
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium
bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening
dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker
ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer.
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri
merupakan salah satu organ reproduksi yang sangat penting bagi perempuan.
Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bila bertemu
sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur juga merupakan
sumber utama penghasil hormon reproduksi perempuan, seperti hormon
estrogen dan progesteron. Letak indung telur sendiri adalah berada di sekitar
panggul dan ada di dua sisi uterus (rahim).
Kanker indung telur biasanya terjadi pada tiga jaringan di bawah ini:
 Germ cells (sel germinal), yaitu pada sel-sel yang memproduksi telur.
Setiap bulan, sejak masa puber hingga menopouse, perempuan selalu
memproduksi sebuah telur. Telur ini keluar dari permukaan indung telur
dan menuju rahim melalui melalui saluran telur.
 Stromal cells (stromal sel), yaitu sel-sel yang menghasilkan hormon
estrogen dan prosgesteron pada perempuan.
 Epithelial cells (sel epitel), yaitu pada sel-sel pembungkus indung telur.
Walaupun, kanker indung telur dapat bermula dari setiap sel tersebut, menurut
Lembaga Kanker Amerika atau American Cancer Society (ACS), pada 85 sampai
90 persen kasus menunjukkan, pertumbuhan kanker biasanya bermula di
jaringan sel-sel pembungkus indung telur (eptihelial cells).
Normalnya, sel-sel itu tumbuh, membelah diri dan mati lewat pola yang teratur.
Tapi, pada sel-sel yang terkena kanker, sel-sel itu akan berkembang biak terusmenerus atau menjadi tumor (akibat menebalnya jaringan urat). Dalam
beberapa kasus, pertumbuhan sel-sel kanker menjadi invasif, sehingga
menyebar jaringan dan organ-organ tubuh lain, di luar indung telur (metastasis).
Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
Faktor-faktor Resiko
Berikut faktor-faktor yang berisiko menimbulkan kanker indung telur:
 Usia.
Mayoritas kanker indung telur muncul setelah seorang perempuan
melewati masa menopause. Separuh dari kasus kanker indung telur
menyerang perempuan di atas usia 63 tahun.
 Sejarah reproduksi.
Perempuan berisiko tinggi mengidap kanker indung telur bila:
» Mendapat menstruasi sebelum usia 12 tahun
» Tidak memiliki anak
» Memiliki anak setelah usia 30
» Mengalami menopause setelah usia 50 tahun
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alkohol
 Penggunaan bedak talk perineal
 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
 Nulipara
 Infertilitas
>> Memang terdapat hubungan antara risiko menderita kanker indung
telur dengan jumlah siklus menstrusi yang dialami seorang perempuan
sepanjang hidupnya. Semakin banyak jumlah siklus menstruasi yang
dilewatinya, maka semakin tinggi pula risiko seorang perempuan terkena
kanker indung telur.
 Obesitas.
Penelitian terakhir memperlihatkan peningkatan risiko terkena kanker
indung telur pada perempuan bertubuh gemuk atau yang malas bergerak.
Penelitian juga menunjukkan, perempuan gemuk yang menderita kanker
indung telur jumlahnya semakin banyak.
Gejala
Kanker indung pada masa awal berkembang cenderung tanpa gejala. Inilah yang
menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Biasanya, gejala umum terjadi
kanker ini adalah timbulnya sakit di bagian punggung, yang sering diikuti gejala
berikut:

haid tidak teratur

ketegangan menstrual yang terus meningkat

menoragia

nyeri tekan pada payudara

menopause dini

rasa tidak nyaman pada abdomen

dispepsia

tekanan pada pelvis

sering berkemih

flatulenes

rasa begah setelah makan makanan kecil

lingkar abdomen yang terus meningkat

Sakit kepala

Rasa kembung

Sulit buang air besar
Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
 STADIUM I  pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar,
kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
 STADIUM II  Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
 STADIUM III  tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus
besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi
dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
 STADIUM IV  pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
Penegakan Diagnosa Medis
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak
atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti :
o USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
o Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
o Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG
dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi
pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu
sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara
berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna,
sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
 Operasi (stadium awal)
 Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
 Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
C. DESKRIPSI KASUS
Seorang wanita yang bernama Ibu Ina, 55 tahun masuk Rumah Sakit dengan
keluhan rasa tak nyaman dan kembung di bagian perutnya. Dia didiagnosis Ca
Ovarium 10 bulan yang lalu dan telah menjalani kemoterapi dengan Cisplatin /
Cylophospamide sampai siklus ke 6. Selain itu juga diberi Ferrous sulfate 325mg
PO TID.
Riwayat Sosial:
Dia punya riwayat merokok dan minum alcohol, pergaulan bebas, dan dunia
malam.
Riwayat Penyakit :
10 bulan lalu didiagnosa Ca ovarium.
Riwayat Pengobatan :
Kemotrapi dengan Cisplatin / Cylophospamide sampai siklus ke 6.
Ferrous sulfate 325mg PO TID.
Diagnosis : Kanker ovarium
Hasil pemeriksaan fisik

Muka pucat dengan rasa tak nyaman pada perut.

BP
: 110/60
Normal : <120/80mmHg  Hipotensi

HR
: 88
Normal : 60-100x/menit

RR
: 18
Normal : 16-24 x/menit

T
: 37,20C

Wt
: 73 kg

Ht
: 165cm

BMI
: 26,8
Normal : 18.5-24.9  Over Weight
BSA : 1,83
BSA= √BB(kg) x TB (cm)
3600
Abdomen
: mengembung dengan ascites dan gas.
: uterus mobilitasnya menurun dengan tumor di bagian tengah.
HEENT, COR, CHEST, EXT, NEURO : Normal
Hasil test laboratorium
Na
: 143
Normal : 135-145 mmol/L
K
: 4,3
Normal : 3,5-5,0 mEq/L
Cl
: 100
Normal : 95 to 105 mEq/L
HCO3 : 25
Normal : 22 – 26
BUN
:9
Normal : 7 - 25 mg/dl
Hct
: 33
Normal : 37 - 47%
Hgb
: 10.8
Normal : 12 - 16 g/dl  Rendah
Plts
: 375 x 103
Normal : 130 - 400 thous/mcl
Cr
: 0.6
Normal : 7 - 1.4 mg/dl
 Rendah
Pemeriksaan Penunjang
Ca-125
: 45
Normal : 30 – 35 U/mL  Tinggi
D. PEMILIHAN OBAT RASIONAL
Pembedahan ( penjelasan terdapat pada lampiran )
Terapi Anemia

Sangobion
Mekanisme aksi : Merupakan komponen hemoglobin, mioglobin, dan
beberapa enzim. Besi terutama disimpan sebagai hemosiderin, ditemukan
pada system retikulo endoterial dan hepatosit
Kontra indikasi : Anemia hemolitik, reaksi hipersensitifitas
Efek samping

: Nyeri abdominal, konstipasi, gangguan GI
Asam folat
Mekanisme aksi : Folat eksogen dibutuhkan untuk sintesis nucleoprotein
dan pemeliharaan eritropoiesis normal. Asam folat menstimulasi produksi
sel darah merah, sel darah putih dan platelet pada anemia megaloblastik.
Kontra indikasi : Pengobatan anemia pernisiosa ( tidak cukup vitamin B12 )
Efek samping
: Sulit berkonsentrasi, anoreksia, distensi abdominal
Terapi Kanker
Kemoterapi
 Docetaxel
Mekanisme Aksi
:
Merupakan
racun
spindle

mencegah
penggabungan tubulus dengan monomer tubulin.
Kontra Indikasi
: Hipersensitifitas berat terhadap Docetaxel atau
Polisorbat 80, jumlah neutrofil kurang dari 1500 sel/mm³ kerusakan hati
berat, hamil & menyusui.
Efek Samping
: Neurotoksik dan depresi sutul.
 Paclitaxel
Mekanisme Aksi
:
Merupakan
racun
spindle

mencegah
penggabungan tubulus dengan monomer tubulin.
Kontra Indikasi
Hamil dan laktasi.
: Neutropenia ( kurang lebih 1500 sel per mm³ ),
Efek Samping
: netropenia, trombositopenia, neuropati perifer, dan
reaksi hipersensitif (selama infuse).
 Cyclophosphamide
Mekanisme Aksi
: merilis acrolein (penyebab haemorrhagic cystitis)
dijerat oleh mercaptoethanesulfonate (mesna)  insidens menurun.
Kontra Indikasi
: Hipersensitif dan haemorrhagic cystitis (radang
kandung kemih. Kelainan tulang belakang. Kehamilan & menyusui.
Efek Samping
: gangguan GIT, mielosupresi, alopecia, disfungsi
jantung, toksisitas pulmoner, sindroma gangguan sekresi ADH
 Cisplatin
Mekanisme Aksi
: Cisplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara
menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan
mencegah pertumbuhannya.
Kontra Indikasi
: Hipersensitif terahadap cisplatin dan komponen
platinum lain, kehamilan, menyususi, adanya depresi sumsum tulang
yang berat, gangguan fungsi ginjal, dan sistem hematopieti
Efek Samping
: gangguan GIT, hematotoksik ringan, neurotoksik
(neuritis perifer, kerusakan saraf akustik).
E. EVALUASI OBAT TERPILIH
1. Pembedahan ( penjelasan terdapat pada lampiran )
2. Terapi Anemia
Sangobion ( MERCK )
Komposisi
: Fe glukonat 250 mg, manganese sulfat 200 mcg,
copper sulfat 200 mcg, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1000 mcg, Vitamin
B12 7,5 mcg, Sorbitol 25 mg
Indikasi
: Anemia karena kekurangan zat besi dan mineral
untuk pembentukan darah
Dosis
: 2 kapsul /hari sesudah makan
Durasi
: 7 hari
Kontra indikasi
: Gangguan penggunaan zat besi
Efek samping
: Nyeri lambung, konstipasi
Interaksi obat
: Tetrasiklin, dan antasida mengurangi absorpsi
Harga
: 40 kapsul Rp 25.300
7hari x 2 kapsul/hari = 14 kapsul
14 kapsul = Rp 8.900
Alasan pemilihan obat
: Mengandung zat besi dan mineral yang
digunakan untuk pembentukan darah dan untuk mengatasi rendahnya
hemoglobin darah ibu Ina. Penurunan hemoglobin ini dikarenakan pasien
kanker biasanya mengalami anemia sebagai salah satu manifetasi dari
terjadinya kanker.
3. Terapi Kanker (Kemoterapi)
 PAXUS - kalbe farma
Komposisi
: Paclitaxel
Indikasi
: Terapi lini pertama dan terapi subsekuen
karsinoma ovarium dikombinasi dengan cisplatin.
Dosis
: 175mg/m²= 175mg/1.83m2 = 96mg.
Frekuensi
: Tiap 21 hari
Durasi
: 6bulan.
Kontra Indikasi
: neutropenia, hamil, laktasi,
Efek samping
: supresi sumsum tulang, bradikardi.
Harga
: 100mg/16,7ml (Rp.2.860.000)
Pasien harus diberikan premedikasi yaitu sebelum pemberian PAXUS
untuk mencegah reaksi hipersensitivitas :
-
Deksametason 20mg peroral 6 jam
-
Difenhidramin 50 mg I.V 30-60 menit
-
Ranitidine 50mg I.V 30-60 menit
 CISPLATIN EBEWE
Komposisi
: cisplatin
Dosis
: 27,45 mg
Frekuensi
: Tiap 21 hari.
Durasi
: 6 bulan
Kontra Indikasi
: gangguan ginjal & daya pendengaran, hamil dan
laktasi
Efek samping
: Penekanan fungsi sumsum tulang, oto toksisitas
tulang
Interaksi Obat
: furesamide, hidralazin, propanolol.
Harga
: 50mg/100ml x 1 (Rp.265.500)
Alasan Pemilihan Obat
:
Kombinasi
paclitaxcel
dan
cisplatin
merupakan fisrt line terapi pada kanker ovarium.
F. MONITORING DAN FOLLOW UP

Monitoring tekanan darah sampai normal (120/80mmHg) dan kadar Hb
hingga normal (12,2-15,1 g/dL) setiap seminggu sekali.

Monitoring fungsi hati dan ginjal setiap minimal 1 bulan sekali.

Monitoring kadar estrogen setiap minimal sebulan sekali.

Monitoring CA-125 (normalnya 35 U/ml) sebulan sekali.

Follow up tiap 4 s/d 6 minggu pada 2 tahun pertama.

Pada tahun ke 3 pemeriksaan tiap 8-12 minggu.

Pada tahun ke 5 tiap 3-4 minggu
G. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
1. Menjalankan pola hidup yang sehat, seperti banyak makan sayur & buah,
lakukan olahraga secara teratur serta kurangi makanan cepat saji (fast
food).
2. Menghindari zat yang bersifat karsinogenik (dapat memacu timbulnya sel
kanker) seperti rokok, alkohol, sinar radiasi, dll.
3. Normalkan kandungan omega-3 hingga omega-6 dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kandungan omega-3 dan omega-6 yang
banyak terdapat dalam daging, telur, ikan air tawar, kedelai dan minyak
nabati (kelapa, jagung, kelapa sawit).
4. Tidur cukup dan berkualitas.
5. Jauhkan diri dari lingkungan kotor dan polusi.
6. Kurangi makan makanan gorengan, Sebaiknya pilih yang direbus atau
dikukus saja.
7. Konsumsi zat-zat gizi seperti Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dan
yang mengandung anti oksidan. Beta karoten banyak terdapat dalam
wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna orange seperti
jeruk, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.
8. Diet makanan berlemak (kurangi asupan makanan berlemak)
9. Anjurkan pasien untuk secara rutin dan tepat waktu menjalani terapi
10. Sarankan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
H. PEMBAHASAN
Pada kasus ini Ibu Ina menderita kanker ovarium grade I stage I B, Karena
stage nya masih ringan dan kanker masih berada pada epitelial ovarian maka
perlu dilakukan pembedahan agar sel kanker tidak menyebar ke bagian tubuh
yang lain.
Sebelumnya Ibu Ina telah menjalani kemoterapi dengan menggunakan
cysplatin dan cyclophospamid selama 6 siklus (1 siklus selama 3-4 minggu).
Keluhan yang dialami Ibu Ina yaitu rasa tidak nyaman dan kembung di bagian
perutnya. Pada GU ditemukan menurunnya mobilitas uterus dengan tumor di
bagian tengah selain itu pada abdomen mengembung dengan ascites dan gas. Ibu
Ina juga punya riwayat merokok, minum alkohol, dan melakukan seks bebas.
Diduga penyebab utama terjadinya kanker ovarium itu karena seks bebas (seks
bebas dapat menginduksi terjadinya kanker ovarium dan kanker serviks) selain
itu diinduksi juga karena pola hidup yang tidak sehat(merokok dan minum
alkohol).
Untuk penanganan pada kasus ini, kami memutuskan bahwa Ibu Ina
membutuhkan adanya pembedahan karena masih dalam stage ! dimana kanker
yang terjadi masih pada epitelial ovarium dan belum mengalami penyebaran
(metastase), sehingga akan lebih baik bila dilakukan pembedahan. Setelah
pembedahan, pasien tetap diberikan terapi, yaitu dengan khemoterapi dengan
menggunakan kombinasi cysplatin dan paclitaxcel. Kedua obat tersebut
merupakan terapi platinum untuk mengatasi kanker ovarium.
Pembedahan
memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
penatalaksanaan kanker ovarium terutama dalam penentuan diagnosis dan
stadium, disamping pengangkatan tumor, serta evaluasi responsitas pengobatan
yang diberikan.
Sebelum dilakukan pembedahan, maka perlu dilakukan persiapan pra
bedah. Beberapa pemeriksaan pra bedah perlu dilakukan pada setiap pasien
dengan dugaan kanker ovarium. Diperlukan ketajaman klinik untuk menghindari
beberapa pemeriksaan yang tidak perlu sehingga tindakan laparotomi tidak
tertunda. Setelah anamnesis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, dan tes Pap
serta
pemeriksaan
rektovaginal.
Pemeriksaan
laboratorium
meliputi
pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, dan uji fungsi ginjal. Bila fasilitas
memungkinkan dilakukan pemeriksaan petanda tumor sebagai nilai dasar
sebelum pengobatan yang kelak berguna untuk monitoring hasil pengobatan.
Petanda tumor yang dianjurkan adalah AFP, HCG, CA-125 (bila diduga tumor
jenis germinal), dan CA72-4 (bila diduga tumor jenis epitel).
Persiapan prabedah juga harus meliputi foto rotgen toraks, PIV untuk
menilai adanya sumbatan atau kelainan ureter serta ginjal. Pemeriksaan barium
enema diperlukan untuk menyingkirkan tumor primer di saluran cerna atau
tumor sekunder akibat tumor ovarium.
Sebelum pembedahan harus dilakukan persiapan usus, baik secara
mekanik maupun dengan pemberian antibiotik secara sistemik. Hal ini
disebabkan karena pada pembedahan kanker ovarium ada kemungkinan
dilakukan reseksi usus.
Pemberian
nutrisi,
khususnya
TPN
sangat
bermanfaat
dalam
mempersiapkan penderita menghadapi operasi yang berat. Pemberian support
nutrisi akan memperbaiki defisit biokimia dalam waktu singkat (10-14 hari), dan
akan mengurangi kejadian komplikasi operasi, terutama sepsis.
Sebelumnya Ibu Ina menggunakan obat siklofosfamid dan cisplatin
selama 6 siklus (1 siklus selama 3-4 minggu) namun penggunaan obat tersebut
tidak memberikan efek maka dilakukan penggantian. Alasan penggantian
siklofosfamid dengan paclitaxcel karena dalam guideline terapi kanker ovarium
(pada Di Piro edisi 7) first line (terapi platinum) adalah dengan menggunakan
kombinasi paclitaxcel dengan cisplatin. Pengobatan dilakukan selama 6 siklus
(sesuai dengan guidiline Dipiro) 1 siklus selama 21 hari. Sehingga setiap 21 hari
pasien harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan kemoterapi. Obat yang
diberikan dalam bentuk iv, salah satunya adalah karena kedua jenis obat ini ada
dalam bentuk vial. Pada kasus kami diberikan dalam bentuk I.v. bukan i.v
admixture karena ia tidak dirawat di rumah sakit namun bila nantinya dia
menjalani rawat inap di rumah sakit memungkinkan pemberian dalam bentuk
i.v. admixture dengan infus atau larutan yang compatible. Penentuan dosis obat
kanker berdasarkan BSA (Body Surface Area) dengan rumus sebagai berikut:
BSA=√BB(kg) x TB (m2)
3600
BB
=Berat badan (satuan dalam kg)
TB
= Tinggi badan (satuan dalam m2)
Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil 1.83 m2
yang kemudian digunakan sesuai dosis.
Sebenarnya pasien ini dalam kasus juga memiliki tekanan darah di bawah
normal (<120/70) namun kami merasa hal tersebut masih dapat diantisipasi
dengan terapi non farmakologi seperti mengkonsumsi makanan yang dapat
membantu meningkatkan tekanan darah.
Selain pemberian obat kanker pasien juga perlu diberi suplemen
(sangobion) untuk mengatasi rendahnya hemoglobin. Penurunan hemoglobin ini
dikarenakan pasien kanker biasanya mengalami anemia sebagai salah satu
manifetasi dari terjadinya kanker. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
cisplatin menyebabkan mual muntah. Pada kasus ini, kami tidak memberikan
obat-obatan anti emetik, karena sebelum pemberian terapi sudah diberikan
Ranitidine, Dexametason, Difenhidramin sebagai terapi premedikasi sebelum
pemberian cisplatin yang berfungsi untuk mencegah nausea and vomiting. Selain
itu, Cisplatin memiliki efek samping menyebabkan gangguan ginjal, untuk
mencegah dan mendeteksi secara dini dapat dilakukan monitoring fungsi ginjal
yang digambarkan salah satunya melalui GFR. Saat pasien mengalami gangguan
ginjal maka akan terjadi penurunan GFR jika hal ini terjadi pada ibu Ina maka
perlu dilakukan adjusment dosis.
Beberapa
informasi
dapat
diberikan
kepada
ibu
Ina,
seperti:
mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dan menghindari junkfood (makanan cepat saji), menjalankan pola hidup yang sehat, seperti banyak
makan sayur & buah, melakukan olahraga secara teratur, menghindari zat yang
bersifat karsinogenik (dapat memacu timbulnya sel kanker), tidur cukup dan
berkualitas, diet makanan berlemak, dan menganjurkan pasien untuk secara
rutin dan tepat waktu menjalani terapi. Selain itu hendaknya disarankan kepada
keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien sehingga dapat
meningkatkan semangat hidup pasien.
I. KESIMPULAN
1. Pasien menderita kanker ovarium stadium IB
2. Kemungkinan kanker ovarium ini dikarenakan seringnya pasien
melakukan hubungan seks bebas.
3. Pasien
diterapi
dengan
pembedahan,
kemudian
diikuti
dengan
khemoterapi dengan kombinasi cisplatin dan paclitaxel dengan alasan
Kombinasi paclitaxcel dan cisplatin merupakan first line therapy pada
kanker ovarium. (Sumber : Dipiro dan practice guidline in oncology cancer
ovarium.)
4. Untuk terapi anemia diberi sangobion 2 kapsul/hari karena mengandung
zat besi dan mineral yang digunakan untuk pembentukan darah
5. Menjalankan pola hidup yang sehat, dengan mengkonsumsi makanan
yang sehat dan bergizi serta tidur cukup dan berkualitas dapat membantu
dalam tatalaksana terapi kanker ovarium.
6. Menghindari stress, karena menurut CDC (Center for Disease Control)
85% penyakit kanker ovarium disebabkan oleh emosi buruk.
7. Dibutuhkan dukungan dan support dari keluarga.
J. DAFTAR PUSTAKA
-
www.practice guidline in oncology cancer ovarium.com
-
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VYLFp6Yu11YJ
:kesehatanwanita.blog.com/tag/kanker-indungtelur/+KANKER+OVARIUM+KARENA+BAKTERI%3F&cd=1&hl=id&ct=cln
k&gl=id&client=firefox-a
-
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/421292731736.pdf
-
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
-
Anonim, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Kanker Ovarium,
www.google.com. Data diambil 1 Desember 2009.
-
Anonim, 2006, MIMS volume 7, PT.Indo Master, Jakarta.
-
Brunner & Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC:
Jakarta.
-
Dipiro, Josep, dkk. 2005, Pharmeucitical A Pathophysiologic Approach,
Appleton an Lange, USA
-
Donges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
-
Sukandar, Y.E., Andrajati, R., Sigit, I.J., Adnyana, I,K., Setiadi, A.A.P.,
Kusnandar, 2008, Iso Farmakaterapi, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta.
K. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Maliha :
a.Mengapa hanya menuliskan Sangobion (bukan nama generiknya)?
Jawab : Dikarenakan komposisinya banyak, yaitu : Fe glukonat 250 mg,
manganese sulfat 200 mcg, copper sulfat 200 mcg, Vitamin C 50 mg, Asam
folat 1000 mcg, Vitamin B12 7,5 mcg, Sorbitol 25 mg
b.Apakah manifestasi klinis dari kanker ovarium bisa mempengaruhi
kehamilan?
Jawab : Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur). Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka
dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah
bening dan struktur di sekitarnya.
2. Desti :
a.Knapa wanita gemuk punya resiko ca ovarium?
Jawab : Karena jaringan lemak berpengaruh pada hormone atau protein
membuat kanker ovarium berkembang lebih pesat
3. Bagus :
a.Seseorang tanpa faktor risiko bisa terkena Kanker Ovarium atau tidak?
Jawab : Bisa saja selama pasien terkena faktor pencetus kanker.
Faktor risiko :
1. Obat kesuburan
2. Pernah menderita kanker payudara
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker
ovarium
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan
rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
b.Knapa harus ngindarin goreng2an?
Jawab : Karena minyaknya bisa saja mengandung oksidan, karena minyak
goreng itu dapat teroksidasi.
4. Yonea :
a.Mengapa tidak dipakai as.folat ?
Jawab : karena kami menganggap, anemia yang terjadi itu karena kekurangan
zat besi,bukan kekurangan asam folat. Meskipun begitu, kami juga
menyarankan pasien untuk terapi non farmakologi yaitu konsumsi zat-zat
gizi seperti Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dan yang mengandung
anti oksidan. Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat
dalam buah-buahan berwarna orange seperti jeruk, sedangkan asam folat
terdapat dalam makanan hasil laut.
b.Knapa dipilih sangobion?
Jawab : Karena seperti di atas, bahwa anemia disebabkan kekurangan zat
besi, dan di dalam sangobion memiliki komposisi yang memumpuni untuk
mengatasi anemia karena kekurangan zat besi tersebut.
c.Ranitidine, dexametason,difenhidramin (premedikasi sebelum pemberian
cisplatin),untuk apa?
Jawab : Karena cisplatin merupakan agen kemoterapi dengan sifat
emetogenik yang tinggi, sehingga obat2 tersebut untuk mencegah nausea and
vomiting.
5. Testi :
a.Ada kemungkinan sembuh atau tidak?
Jawab : Ada, karena masih stage 1.
b.Mengapa belum butuh pembedahan atau kemoterapi?
Jawab : Ini kesalahan kami, seharusnya butuh pembedahan, dan untuk
kemoterapi memang dilakukan (kombinasi cisplatin dan paclitaxel) untuk
terapi primer dan adjuvant ( sesudah dan sebelum pembedahan)
c.Alasan pmilihan paclitaxel?
Jawab : Karena merupakan first line kanker ovarium.
6.
Freeda :
a.Jika pasien sudah dioperasi, apakah masih ada kemunginan untuk hamil ?
Jawab : Tergantung, ovariumnya yang terkena hanya 1 atau keduanya. Jika
hanya 1,masih ada kemungkinan bisa hamil. Tetapi pada kasus ini wanita
sudah berusia 55 tahun. Dan biasanya kanker ovarium paling sering
ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun
b.Kapan dan bagaimana dilakukan Pap smear?
Jawab :
Klien akan diminta tidur di meja ginekologi (tempat tidur khusus
pemeriksaan ginekologi) dengan posisi litotomi (kedua paha ditekuk dan
kaki terbuka). Pemeriksa akan memasukkan spekulum berbentuk mirip
cocor bebek, terbuat dari metal atau plastik. Spekulum ini berfungsi
membuka vagina sehingga dinding vagina teregang dan serviks (mulut
rahim) dapat terlihat jelas.
Sampel lendir dari mulut rahim akan diambil menggunakan spatula kayu
(serupa sendok es krim) atau sikat kecil.
Kemudian, hapusan lendir tersebut akan dipulas di atas kaca slide dan
difiksasi (disemprot/dicelup dalam larutan alkohol). Sampel akan dibawa
ke laboratorium dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila dokter
menggunakan pap smear metode terbaru, Liquid Based, sampel akan
dimasukkan ke dalam cairan dan dibawa ke laboratorium.
Pemeriksaan bimanual (kedua tangan) akan dilakukan setelah pemeriksaan
pap smear. Pemeriksa akan memasukkan 1 jarinya ke dalam vagina dan
tangan yang lain akan menekan perut klien.
Anjuran untuk melakukan Pap Smear secara teratur pada :






Setahun sekali untuk wanita yang berusia 35 tahun
Setahun sekali untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV atau genital wart
Setahun sekali bagi wanita yang memakai pil kontrasepsi/KB
Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika dalam
pemeriksaan Pap’s Smear sebelumnya berturut-turut 3 kali menunjukkan
hasil negative atau untuk wanita yang telah menjalani pengangkatan
rahim (histerektomi) bukan karena kanker
Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukkan hasil tidak normal
Sesring mungkin setelah pengobatan prekanker maupun kanker serviks.
Adapun syarat-syarat dilakukannya Pap smear adalah :
1. Sebaiknya datang di luar mensruasi. Lebih baik pada 2 minggu setelah
hari pertama menstruasi
2. Selama 24 jam sebelum pemerikasaan tidak diperkenankan melakukan
pencucian atau pembilasan vagina dan memakai bahan-bahan antiseptik
pada vagina.
3. Penderita paska bersalin, paska operasi rahim, paska radiasi sebaiknya
datang 6-8 minggu kemudian.
4. Penderita yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina supostoria
atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum pap smear.
5. Tidak melakukan hubungan seksual selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
6. Tidak menggunakan tampon
c.Mungkin tidak jika disebabkan oleh bakteri? Jika ada, bakteri apa?
Jawab : Kami belum mengetahui,tapi setahu kami kebanyakan disebabkan
oleh virus.
7.
Ilani :
a.Stage brapa? Stage 1  Apakah bisa memakai radioterapi ?
Jawab : Bisa, tapi jika dengan pembedahan dan kemoterapi sudah efektif,
kami rasa itu tidak perlu
b.Sejauh mana metastase bisa terjadi?
Jawab : bisa menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui
sistem getah bening bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut;
sedangkan melalui pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paruparu.
8.
Eka :
a.Maksud dari mekanisme resistensi cisplatin (meningkatkan kemampuan
perbaikan DNA)?
Jawab : Disebabkan oleh peningkatan ekspresi protein yang terlibat dalam
perbaikan
9. Dhien:
a.Deteksi dini kanker serviks?
Jawab : Kanker serviks berbeda dengan kanker ovarium. Pada kanker ovarium,
deteksi dini dilakukan dengan mendeteksi gejala klinis yang timbul, seperti :
1. Berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah.
2. Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan
pertanda awal dari kanker ovarium
3. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang
membesar ataupun karena penimbunan cairan.
4. Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan
berat badannya menurun.
5. Kadang pada kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
1.
2.
3.
4.
Panggul terasa berat
Perdarahan pervaginam
Siklus menstruasi abnormal
Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu makan berkurang,
mual, munatah, tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti
biasanya)
5. Sering berkemih.
b.Mengapa keputihan bisa jadi tanda kanker serviks?
Jawab : Gejala klinis kanker (secara umum ) adalah PATOKAN yang mana P
adalah pendarahan dan pengeluaran lender yang abnormal, Keputihan ini adalah
pengeluaran lendir yang abnormal
Download