pengangguran dan pembangunan nasional

advertisement
PENGANGGURAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Oleh :
TOTOK HARJANTO
Dosen Fakultas Ekonomi UNTAG Jakarta
ABSTRAKSI
Pengangguran akan selalu muncul dalam sistem perekonomian
modern. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan antara penawaran tenaga
dengan permintaan akan tenaga kerja. Kesenjangan ini akan selalu terjadi
karena berbagai faktor demografis, wilayah maupun perubahan tehnologi
yang dalam istilah ekonomi dinamakan pengangguran friksional dan
pengangguran struktural. Pasca reformasi politik di Indonesia, ternyata
masalah penggangguran masih menjadi persoalan serius bagi pemerintah.
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata tidak mampu menekan
angka pengangguran. Pada tahun 2013 tingkat pengangguran di Indonesia
masih tinggi di atas 6% . Hal ini menunjukkan adanya gejala deindustrilisasi
prematur, peranan sektor jasa lebih dari 35% dari PDB tahun 2013 jauh di
atas sektor industri yang sebesar 24%. Deindustrialisasi terjadi pada saat
pendapatan perkapita masih pada kisaran US$ 3.000. Hal ini mengakibatkan
rendahnya penyerapan tenaga kerja pada saat laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Untuk itu perlu adanya perubahan kebijakan dalam
pembangunan ekonomi yang bukan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi
tetapi juga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
KATA KUNCI : Pengangguran, pertumbuhan ekonomi, kebijakan
PENDAHULUAN
Dalam ekonomi kapitalisme modern masalah utama dalam ekonomi
nasional adalah adanya penggangguran . Masalah ini muncul karena
perekonomian tidak mencapai kondisi kesempatan kerja penuh sehingga ada
sekelompok orang yang tidak dapat bekerja walaupun mereke sangat
menginginkan pekerjaan tersebut. Kesempatan untuk bekerja tersebut hilang
karena perusahaan, organisasi pemerintahan dan badan usaha lain sudah
cukup mempekerjakan karyawannya untuk menghasilkan produk barang dan
jasa . Hal ini mengekibatkan adanya sekelompok orang yang harus menerima
kenyataan tidak dapat bekerja dalam sistem ekonomi tersebut.
Penganguran merupakan masalah yang sangat menakutkan dalam
suatu negara modern, jika pengangguran tinggi maka sumberdaya manusia
Halaman | 67
JURNAL EKONOMI
April 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-
akan terbuang percuma yang berakibat menurunnya tingkat pendapatan
masyarakat. Dalam situasi ini kondisi ekonomi akan menurun yang akan
mengakibatkan beragam masalah dalam masyarakat dan kehidupan keluarga.
Secara ekonomi adaya pengangguran merupakan pemborosan dari
sumberdaya tenaga kerja yan tidak dapat dimanfaatkan dalam menggerakkan
roda perekonomian nasional. Kerugian tersebut berupa hilangnya output
nasional yang seharusnya dapat dihasilkan dalam sistem ekonomi , artinya
ada pendapatan nasional yang hilang karena tidak ada proses produksi karena
tidak adanya kesempatan kerja. Berdasarkan kaidah Okun pada saat
pengangguran tinggi merupakan saat saat dimana GNP riil berada di bawah
tingkat potensial. Jumlah pengangguran yang tinggi menyertai besarnya
jumlah oputput yang tidak diproduksi sama halnya dengan sejumlah mobil,
makanan, perumahan yang hilang.
Selain dampak ekonomi pengangguran juga menimbulkan dampak
sosial yang tak kalah besarnya dengan dampak ekonomi, berapapun besarnya
biaya ekonomi yang diakibatkan oleh adanya pengangguran , jumlah
kerugian tersebut tidak akan mungkin mampu mencakup seluruh penderitaan
batin, sosial dan psikologis yang disebabkan oleh pengangguran yang terus
berkelanjutan. Sebagai ungkapan berikut ini bisa jadi merupakan ekspresi
dari seorang pemuda di Amerika Serikat pada era tahun 1970 yang terpaksa
menganggur ; Saya melamar pada perusahaan yang memperbaiki atap dan
ditolak karena mereka sudah mempunyai karyawan yang telah bekerja di
perusahaan itu selama 5 atau 6 tahun. Tidak banyak lowongan pekerjaan saat
itu . Anda harus berpendidikan untuk bisa diterima di kebanyakan lowongan
, maka saya mencari pekerjaan apapun mulai dari mencuci mobil sampai
pekerjaan apapapun lainnya. Lalu apa yang anda kerjakan sepanjang hari ?
Pulang dan duduk dan andapun mulai frustasi dengan duduk di rumah.
Setiap orang di rumah mulai gelisah. Dan mereka mulai bicara kesana kemari
mengenai situasi yang buruk tersebut. Karena mereka semua terperangkap
dalam jebakan yang sama sepanjang waktu. Seluruh keluarga menjadi rusak
karena masalah itu, benar benar masa yang buruk pada saat itu. Tidak ada
harapan sama sekali, saya tidak punya pekerjaan selama empat bulan.
Frustasi ( Samuelson, 1992 ). Pengalaman tersebut tentu akan mempengaruhi
kehidupan seseorang dan mungkin memerlukan waktu yang lama untuk
menghilangkannya.
Kondisi tersebut bisa saja terjadi di negara manapun baik negara yang
sudah maju maupun negara yang sedang berkembang atau negara miskin.
Kita masih ingat lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Sarjana Muda yang
populer pada tahun 1980 an, lagu tersebut merupakan ekspresi kesulitan dan
keresahan seorang berpendidikan tinggi yang sulit mendapatkan pekerjaan.
Upaya untuk sekolah yang tinggi ternyata tidak mampu menjadikan
Halaman | 68
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
seseorang lebih kompetitif dibandingkan dengan tenaga kerja lain. Beberapa
waktu yang lalu juga tersiar berita di televisi yang memberitakan adanya
perbudakan oleh sebuah perusahaan panci di Tangerang. Hal lainnya terjadi
pada buruh sarang burung walet di Medan, dan mungkin masihbanyak
diberbagai wlayah lainnya. Alasan mereka bekerja adalah ingin mendapatkan
upah yang layak walaupun faktanya hanya dibayar kurang dari Rp 500 ribu
per bulan, bahkan ada yang sama sekali tidak dibayar. Mereka mau menerima
gaji tersebut karena sulitnya memperoleh lapangan kerja di daerahnya.
Hal ini juga berlaku dengan jutaan buruh migran Indonesia yang
terpaksa bekerja di luar negri demi mendapatkan upah yang layak untuk
memperbaiki ekonomi keluarganya. Jutaan warga negara Indonesia, laki laki
dan wanita terpaksa meninggalkan anak anak dan keluarganya karena
sulitnya mendapatkan upah yang layak di daerah asalnya. Artinya ada
problem tenaga kerja yang sangat parah di Indonesia yang sampai saat ini
belum mampu teratasi ditengah laju pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Budiantoro yang menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 5,78 persen pada tahun 2013.
Namun, ironisnya kemiskinan justru bertambah 0,48 juta orang. Terget
penurunan kemiskinan menjadi 9,5-10,5 meleset jauh karena kemiskinan
justru meningkat mendekati 11,5 persen dan intensitas kesengsaraan orang
miskin makin hebat. Pengangguran juga bertambah. Penggangguran terbuka
bertambah 220.000 orang atau meningkat 6,25 persen. Berarti meleset dari
target penurunan 5,8-6,1 persen pada tahun 2013. Pengangguran terdidik
bertambah kecuali pada level SD kebawah dan SMP. Ironis makin terdidik
justru menganggur ( Budiantoro, Kompas 12/2/ 2014).
Kondisi ekonomi yang terpuruk menyebabkan angka pengangguran
meningkat tajam yang berakibat munculnya beragam masalah sosial dan
keluarga seperti kriminalitas yang meningkat, bunuh diri, depresi yang
berkepanjangan , perceraian dan masalah lainnya. Dalam sistem ekonomi
kapitalis dengan campur tangan pemerintah yang kuat juga akan mengalami
permasalahan penggangguran karena dalam faktanya selalu ada kesenjangan
antara tingkat ouput potensial dengan output riil. Tidak semua faktor
produksi dapat terserap dalam kegiatan ekonomi yang berakibat adaya faktor
produksi yang menganggur baik berupa tenaga kerja, modal maupun tanah.
KAJIAN TEORI
Pengertian Pengangguran
Samuelson (1992) memberikan definisi pengangguran ( unemployed)
adalah orang yang tidak bekerja namun giat mencari pekerjaan atau sedang
dipanggil kembali untuk berkerja di perusahaannya. Dengan kata lain
seseorang dikatakan menganggur apabila dia tidak bekerja dan (a) berusaha
Halaman | 69
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
mencari pekerjaan selama empat minggu terakhir, (b) baru diberhentikan dari
pekerjaan serta sedang menunggu untuk dipanggil kembali atau (c) sedang
mempersiapkan lamaran pekerjaan untuk atu bulan yang akan datang.
Selain itu ada istilah pengangguran terpaksa dan pengangguran
sukarela, pengertian pengangguran suka rela adalah mereka yang tidak mau
bekerja pada tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Kelompok ini
merupakan orang yang tidak mau bekerja karena upah yang rendah atau
faktor lainnya seperti tingkat pendidikan yang tinggi yang cenderung akan
memilih jadi penganggur dari pada bekerja dengan upah murah. Sementera
pengangguran terpaksa adalah mereka yang tidak terserap dalam kegiatan
ekonomi karena terbatasnya kesempatan kerja.
Bentuk Pengangguran
Dalam kajian ekonomi terdapat beberapa bentuk pengangguran yaitu;
1. Pengangguran friksional, pengangguran friksional muncul karena
perpindahan orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain atau karena tahapan siklus hidup yang berbeda.
Pengangguran friksional akan selalu terjadi walaupun perekonomian dalam
kondisi pengerjaan penuh. Hal ini karena ada tenaga kerja baru yang masuk
ke pasar kerja maupun para pekerja yang berpindah pekerjaan untuk
mendapatkan upah yang lebih baik ataupun alasan lainnya.
2. Pengangguran silikal, pengangguran jenis ini terjadi karena permintaan
total tidak memadai untuk membeli semua keluaran yang dapat dihasilkan
oleh angkatan kerja dalam kondisi ekonomi dalam pengerjaan penuh.
Pengangguran silikal dapat diukur sebagai jumlah orang yang mempunyai
pekerjaan dikurangi orang yang seharusnya mempunyai pekerjaan pada
kondisi ekonomi dalam pengejaan penuh.
3. Penggangguran struktural, pengangguran struktural adalah pengangguran
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara struktur angkatan berdasarkan
jenis ketrampilan, pekerjaan, industri, atau lokasi geografis dengan struktur
permintaan tenaga kerja.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya pengangguran
struktural yaitu faktor alamiah dan faktor kebijakan. Faktor alamiah terjadi
karena adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan bauran masukan
yang dibutuhkan akan berubah. Perubahan ini menuntut adanya penyesuaian
ekonomi agar produksi dapat berjalan. Pengangguran ini muncul apabila
penyesuaian yang dilakukan lebih lambat dari kebutuhan yang diperlukan,
hal ini akan membentuk kantong kantong pengangguran di daerah , wilayah
industri, dan pekerjaan pekerjaan tertentu yang terjadi karena permintaan
akan faktor produksi menurun lebih cepat dibandingkan dengan
penawarannya. Struktur permintaan akan tenaga kerja bergeser sehingga ada
permintaak yang tinggi akan tenaga kerja tertentu seperti pilot pesawat, ahli
Halaman | 70
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
komputer sementara pada sisi lain terjadi penurunan permintaan akan tenaga
kerja pembukuan maupun administrasi. Hal ini juga berlaku dengan adanya
perusahaan multinasional dan transnasional yang menyebabkan perubahan
metoda produksi barang . Misalnya dewasa ini ada kecenderungan untuk
menekan biaya produksi sehingga banya item suatu produk yang dapat
diproduksi di berbagai negara. Perusahaan induk berfungsi hanya merakit
produk akhir, sementara seluruh komponennya di produksi dari berbagai
negara. Hal ini tentu akan menimbulkan penurunan permintaan tenaga kerja
di suatu negara walaupun pada sisi lain ada kenaikan permintaan tenaga kerja
di negara lainnya.
Faktor kebijakan terjadi karena pemerintah menetapkan kebijakan
tertentu yang memerlukan waktu bagi perusahaan untuk melakukan
perubahan permintaan tenaga kerja. Misalnya upah minimum provinsi (UMP)
. Kebijakan ini akan menyingkirkan orang dengan ketrampilan rendah dari
pasar tenaga kerja maupun tenaga kerja yang baru masuk pasar tenaga kerja.
Penetapan UMP mendorong perusahaan untuk mengambil tenaga kerja yang
sudah berpengalaman untuk mengisi lowongan kerja pada sisi lain tenaga
kerja yang baru atau yang urang pengalaman akan tidak mampu bersaing
dengan pekerja lama.
4. Pengangguran Upah Riil, Pengangguran ini terjadi karena upah riil terlalu
tinggi terhadap komponen biaya produksi. Upah yang terlalu tinggi atau
berlebihan ini mendorong perusahaan untuk tidak melakukan kegiatan
produksi karena nilai upah melebihi batas normal sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan dari kegiatan produksi. (Lipsey 2007)
Jenis Pengangguran
Menurut tipenya pengangguran dapat dikelompokkan dalam bentuk berikut
ini ;
1. Pengangguran terbuka; penganghguran ini muncul sebagai akibat dari
pertumbuhan kesempatan kerja lebih rendah dari pertumbuhan angkatan
kerja. Hal ini mengakibatkan dalam perekonomian semakin banyak tenaga
kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan. Tenaga kerja ini dalam jangka
panjang tidak masuk dalam kegiatan ekonomi, mereka menganggur secara
nyata dan penuh waktu.
2. Setengah menganggur (under employment) , jenis pengangguran ini terjadi
karena para pekerja bekerja di bawah jam kerja normal, biasanya sekitar 36
jam per minggu. Mereka yang bekerja kurang dari jam kerja tersebut
dikelompokan dalam kelompok setengah penganggur.
3. Pengangguran terselubung (disguid unemployment), pengangguran ini
muncul karena jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang sebenarnya untuk
Halaman | 71
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
menghasilkan produksi yang efisien. Dalam teori produksi pengangguran ini
muncul karena Produktivitas Marginal dari perusahaan sudah dibawah nol
tetapi perusahaan atau organisasi tetap menambah tenaga kerja karena
berbagai pertimbangan.
4. Pengangguran bermusim, pengaguran ini banyak terjadi di sektor
pertanian, pada musi hujan nelayan dan penyadap karet tidak dapat bekerja,
mereka terpaksa mengganggur menunggu musim hujan selesai. Hal ini juga
terjadi pada para petani pada waktu musim kemarau yang menyebabkan
petani tidak dapat bekerja karena lahannya kering dan tidak ada air. Selama
musim kemarau ini para petani terpaksa menganggur.
PEMBAHASAN
Kondisi Pengangguran di Indonesia
Permasalahan pengangguran sudah muncul sejak Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945. Pemerintahan orde lama
yang menjalankan sistem ekonomi warisan penjajahan Belanda yang
kemudian menjadi sistem ekonomi terpimpin belum berhasil mnuntaskan
permasalahan pengangguran . Kondisi alam yang masih bagus dan
ketersediaan sumberdaya alam yang masih melimpah mengakibatkan
permasalahan pengangguran kurang mendapat perhatian yang serius dari
pemerintahan orde lama. Pada akhir pemerintahan oede lama terjadi krisis
ekonomi yang sangat parah, tingkat inflasi menacapi 600 persen sehingga
memaksa pemerintah melakukan sanering dengan memotong nilai rupiah dari
Rp 1000 menjadi Rp 1. Pergantian rezim menjadi orde baru ternyata juga
tidak mampu menyelesaikan permasalahan pengangguran tersebut. Pada
akhir orde baru terjadi krisis moneter yang menyebabkan perekonomian
Indonesia mengalami laju pertumbuhan minus 13 persen pada tahaun 1998.
Krisis ini menyebabkan tingkat pengangguran meningkat drastis, banyak
perusahaan bangkrut dan melakukan PHK secara besar besaran.
Reformasi yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa pada tahun 1998
berhasil menurunkan rezim orde baru yang kemudian menjadi orde
reformasi. Problem pengangguran menjadi bertambah banyak setelah
terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 yang imbasnya terasa pada
pemerintahan orde reformasi yang silih berganti presiden, tingkat
pengangguran terbuka masih tinggi. Berdasarkan data pada tahun 1998
sampai 2012 terlihat bahwa pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi.
Data 1. Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
Pengangguran
2006
5,5
10,3
Keterangan
Halaman | 72
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
2007
6,3
9,1
2008
6,1
8,4
2009
4,5
7,9
2010
6,1
7,2
2011
6,4
6,7
2012
6,2
6,2
2013
5,78
Sumber : 1. Laporan Bank Indonesia 2013
2. UN ESCAP tahun 2010
6,25
Secara teoritis laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa ada
investasi yang masuk dalam sistem perekonomian nasional. Investasi tersebut
akan mendorong adanya permintaan akan faktor produksi yang berupa tenaga
kerja dan tanah/sumberdaya alam. Adanya kebutuhan akan tenaga kerja
tentunya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja yang pada gilirannya
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Proses ini akan terus
berlangsung selama ada pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh investasi
di sektor riil. Dengan demikian tingkat pengangguran seharusnya menurun
sejalan dengan kenaikan laju pertumbuhan ekonomi. Kenyataannya fakta
berbicara lain, dengan melihat data diatas dapat diketahui bahwa sejak
terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, laju pertumbuhan ekonomi sudah
mulai membaik sejak tahun 2000. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2000
mencapai 4,8% dan terus tumbuh cukup tinggi sejak tahun 2003 sampai
tahun 2012 . Laju pertumbuhan yang tinggi tersebut ternyata belum mampu
menekan tingkat pengangguran kurang dari 5,8 - 6,1 % dari total angkatan
kerj sesuai dengan target pemerintah pada tahun 2013. Pemerintah hanya
mampu menekan tingkat pengangguran yang tinggi pada tahun 2006 sebesar
10,3% menjadi 6,25 % pada tahunj 2013 .
Ketidakmampuan pemerintah menurunkan angka pengangguran
kurang dari 6 % menunjukan adanya kegagalan pertumbuhan ekonomi dalam
menyerap angkatan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi nampaknya hanya
terjadi pada sektor jasa yang memang kurang dalam penyerapan yenaga
kerja, sementara sektor industri dan pertanian yang banyak menyerap tenaga
kerja laju pertumbuhannya masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat
dari Budiantoro (2014) yang menyatakan bahwa kontribusi industri
pengolahan Indonesia menurun drastis sejak tahun 2004 dari lebih dari 28
persen terhadap PDB merosot menjadi kurang dari 24 persen pada tahun
2013. Sektor industri pengolahan tidak berkembang membuat proses rantai
Halaman | 73
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
nilai dan nilai tambah lunglai. Kemampuan industri pengolahan menyerap
tenaga kerja melambat (Kompas, 12/2/2014)
Harjanto (2013) menyatakan bahwa pemerintah orde baru yang
menggantikan pemerintahan orde lama melakukan program pembangunan
ekonomi secara besar besaran yang didukung dengan investasi asing dan
hutang luar negeri. Hasil dari program pembangunan nasional dapat
dirasakan adanya perubahan dalam struktur ekonomi. Dalam kurun waktu
sekitar 40 tahun terjadi perubahan komposisi PDB Indonesia berdasarkan
sector ekonomi. Pada tahun 2010 peranan sector pertanian turun menjadi
13,6 % dari PDB , Sektor pertambangan 8,3 %, sector ndustri menjadi 26,2
%, sector listrik dan gas sebesar 0,8 % , sector bangunan sebesar 6,4 %,
sector pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,8% dan sector perdagangan
dan jasa-jasa menjadi 35,6 %.
Penurunan sektor pertanian tidak diimbangi dengan kenaikan peranan
sektor industri dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor industri
pada tahun 2013 sebesar 24 persen sementara sektor jasa menjadi lebih dari
35 persen. Artinya perkembangan sektor jasa jauh lebih cepat dibandingkan
dengan sektor industri. Tingginya kontribusi sektor jasa dalam perekonomien
yang karakteristikya tidak banyak menyerap tenaga kerja menyebabkan
tingkat pengangguran di Indonesia sulit menurun secara cepat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti gejala deindustrialisai prematur yang
terjadi di Indonesia.
Sebagai perbandingannya China yang laju pertumbuhan ekonomi rata
rata tumbuh 10 persen selama kurun waktu 2006 – 2012 tingkat
penggangguran pada periode yang sama sebesar 4%. Sementara di kawasan
Euro laju pertumbuhan ekonomi yang rendah pada periode 2006-2012
ternanyata diikuti dengan tingginya angka penggangguran yang mencapai
rata rata 7 sampai 10 persen. Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat, Korea
Selatan. Berdasarkan data negara negara tersebut , kenaikan pertumbuhan
ekonomi akan mendorong penurunan tingkat pengangguiran, demikian pula
jika laju pertumbuhan ekonomi menurun maka akan terjadi kenaikan angka
pengangguran. Kondisi yang berbeda terjadi di Rusia dimana pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi ternyata juga diikuti dengan tinggnya angka
pengangguran.
Tabel 2.
Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Beberapa Negara
China
Pertumbuhan
2007
11,9
2008
9,0
2009
8,7
2010
10,4
2011
2012
9,3 7,75
Halaman | 74
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
Pengangguran
Rusia
4,0
2007
4,2
2008
4,3
2009
4,15
2010
4,1 4,1
2011
2012
Pertumbuhan
8,1
5,6
-7,9
3,97
4,3 3,93
Pengangguran
6,1
7,8
8,2
7,3
6,3 5,6
Kawasan Euro
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pertumbuhan
2,7
0,6
-4,1
1,7
1,5 -0,45
Pengangguran
7,2
8,2
9,9
9,9
10,25 11,42
Amerika
Serikat
2007
2008
2009
2010
Pertumbuhan
2,0
1,1
-2,4
2,85
Pengangguran
5,0
7,2
10
9,55
Brasil
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1,8 2,15
8,87 8,0
2011
2012
Pertumbuhan
5,7
5,1
-0,2
7,5
2,75 0,73
Pengangguran
7,4
6,8
6,8
6,5
5,8 5,5
Sumber : Bank Indonesia
Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tingkat
pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi kegagalan pemerintah
dalam menjalankan pembangunan ekonomi pasca reformasi. Struktur
ekonomi mengarah ke ekonomi jasa, yang seharusnya terjadi pada waktu
pendapatan perkapita sudah lebih dari US $ 9000 seperti yang terjadi di
negara negara Eropa. Denga demikian sudah terjadi deidustrialisasi prematur
, artinya peranan sektor jasa dalam struktur ekonomi jauh lebih tinggi dari
sektor industri. Pada tingkat pendapatan perkapita yang masih pada kisaran
US$ 3000 seharusnya program pembangunan ekonomi lebih menekankan
pada pembangunan sektor pertanian dan pembangunan sektor industri. Dua
sektor ini akan mampu menyerap tenaga kerja yang masih melimpah sebagai
akibat dari berkurangnya peranan sektor pertanian.
Kebijakan Mengatasi Pengangguran
Pada dasarnya kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran harus
bertumpu pada peningkatan investasi di sektor riil, khususnya pada sektor
pertanian dan sektor industri. Dengan adanya investasi pada sektor pertanian
dan industri maka akan tercipta permintaan akan tenaga kerja dalam jumlah
yang sangat besar. Untuk itu ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan
oleh pemerintah
Halaman | 75
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
1. Mempermudah dalam perijinan untuk investasi pada sektor industri
dan pertanian.
2. Meningkatkan program padat karya untuk pembangunan di sektor
pekerjaan umum.
3. Disinsentif untuk sektor jasa yang kurang menyerap tenaga kerja
4. Perubahan sistem pemberian pinjaman atau kredit.
5. Asuransi pengangguran untuk meminimkan dampak psikologis dan
sosial
6. Pengembangan dan insentif untuk penciptaan kewirausahaan
7. Membentuk serikat pekerja yang kuat untuk menimumkan angka
pengangguran friksional
8. Membentuk lembaga pelatihan di perguruan tinggi untuk menekan
pengangguran struktural.
KESIMPULAN
Permasalahan pengangguran selalu menjadi problem serius bagi
semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Tingginya
angka pengaguran akan banyak menimbulkan beragam masalah baik masalah
ekonomi maupun masalah sosial dan keluarga. Di beberapa negara tingkat
pengangguran akan berkurang bila tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, hal
sebaliknya terjadi jika laju pertumbuhan ekonomi rendah yang akan
menyebabkan angka pengangguran tinggi. Hal ini terjadi di negara China,
Amerika Serikat, dan Zona Eoro.
Sementara di Indonesia terjadi fenomena dimana laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi ternyata tidak mampu menurunkan angka
pengangguran. Tingkat pengangguran selama kurun waktu 10 tahun tetap
tinggi. Hal ini menandakan adanya gejala deindustrialisasi prematur , peranan
sektor jasa meningkat tajam sementara sektor industri menurun pada saat
pendapatan perkapita masih pada kisaran US$ 3000. Gejala ini menunjukkan
kegagalan pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi pasca reformasi,
pertumbuhan yang tinggi ternyata tidak mampu mengurangi angka
pengangguran secara signifikan, demikian pula angka kemiskinan yang masih
tinggi. Terjadi fenomena pertumbuhan tanpa disertai dengan pembangunan
yang mengakibatkan kesenjangan pendapatan semakin meningkat. Jadi
pertumbuhan ekonomi selama ini ternyata hanya dinikmati oleh segelintir
masyarakat elite dan pengusaha besar.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009.
Halaman | 76
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
Bank Indonesia, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional, Triwulan IV tahun 2012.
Budiantoro Setyo, Pertumbuhan Tanpa Pembangunan, Kompas 12 Pebuari
2014
Harjanto Totok, Peran Pajak Dalam Pembangunan Nasional, Jurnal
Ekonomi, FE UNTAG Cirebon, 2013
Lipsey Richard G, Paul R Cournot, and Cristoper TS Ragan, Economics,
Addiso-Wsley Publishing Company, Inc 2007.
Samuelson Paul A dan William Nordhaus, Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 1992
Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Rajawali Pres, Jakarta
2006.
United Nations ESCAP tahun 2010.
Halaman | 77
JURNAL EKONOMI
2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 • No.2 • Januari-April
Download