faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN ASUPAN
ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT
KANKER DHARMAIS JAKARTA
SAUMI LIL HAIRI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ABSTRACT
SAUMI LIL HAIRI. Factors Associated withEnergy and NutrientIntakeof Cancer
Patientsat Cancer Hospital of Dharmais,Jakarta. Supervised by LILIK KUSTIYAH
and RIRIN HARIANI.
WHO (2003) reported that more than 10 million people suffering from
cancer which rate of development was about 20% annually. In Indonesia,
prevalence of cancer was 4.3 out of 1000 and it’s predicted that 12 million people
are suffering from cancer each year (Riskesdas 2008). Shike (1996) stated that
the result of cancer treatment (operation, chemotherapy, and/or radiation) was
malnourished which about more than 40% patients of cancer. The objectiveof this
studywas toanalyze factorsassociated withenergy and nutrients intake of cancer
patients at Cancer Hospital of DharmaisJakarta. The study was conductedusinga
cross-sectional design.The number of samplesin this studywere 63who were
hospitalizedat least threedays and can consump which were served by hospital
.Based on thesurvey showed that the most prevalent of cancer was breast
cancer(19%) and there are 19 kind of tumors and cancers. More than half(60%)
of samples had anormal nutritional status, 41% ofsamplescome tohospitalaims
tocarry outthe chemotherapy, and 56% of samples were hospitalize during5-10
days. The averageadequacy level ofenergy andprotein were 50.1% and 44.9%,
respectively.Furthermore, the adequacy level ofvitamin A, C, and E were 19.3%,
82%, and 8.2%, respectively. Based onlinearregressionanalysis showed
thatperiod of hospitalizationand medication/treatment significantly influenced
theenergy and protein intake by21.6% and 21.7%, respectively.
Keywords:Cancer, intake, hospitalization, treatment
RINGKASAN
SAUMI LIL HAIRI. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat
Gizi Pasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dibimbing oleh
LILIK KUSTIYAH DAN RIRIN HARIANI
Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) adalah RS rujukan pusat yang
berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi
penderita kanker. Salah satu masalah yang dihadapi oleh RSKD adalah
rendahnya tingkat kecukupanenergi dan zat gizi pasien penderita kanker.Secara
umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
berkaitan dengan asupan energi dan zat gizipasien kanker di Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengkaji karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, pengetahuan gizi dan statusgizi contoh), (2) Mengkaji jenis kanker;
jenis pengobatan, lama perawatan, keluhan-keluhan, terapi diet terkait dengan
jenis kanker, dankebiasaan makan contoh sebelum terdiagnosa kanker, (3)
Mengkaji asupan energi dan zat gizi, ketersediaan makanan di Rumah Sakit,
menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi, tingkat ketersediaan dengan
kebutuhan energi dan zat gzi, dan tingkat asupan energi zat gizi terhadap
ketersediaan makanan di Rumah sakit (4) Menganalisis hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi;
pengetahuan gizi, lama perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis
pengobatan, status gizi dengan asupanenergi dan zat gizi, (5) Menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruhterhadap asupanenergi dan zat gizi contoh.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta bulan Juni
sampai Juli 2012. Contoh dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap kelas III,
II, dan jamkesmas di RSKD sebanyak 63 orang yang mendapat pelayanan
makanan dari Instalasi Gizi RSKD pada bulan Juni sampai Juli 2012. Jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui pengamatan,
wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan
konsumsiserta ketersediaan selama dua hari.Data primer meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuangizi, status gizi,keluhan,
lama perawatan,jenis diet, kebiasaan makan, konsumsi, dan ketersediaan energi
serta zat gizi dengan menggunakan metode food weighing dan recall 2 x 24 jam.
Data sekunder, berat badan, tinggi badan, jenis kanker, pengobatan kanker, dan
jenis diet.Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara statistik
deskriptif dan inferensia. Data konsumsi makan dari hasil metode food weighing
dan recall 2 x 24 jam dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan
menggunakan softwareberupa nutrisurvey 2007 yang telah diperbarui.
Pengolahan data dilakukan dengan editing, coding cleaning, entry dan analisis.
Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama
perawatan, pengolahan yang disukai, jenis pengobatan pengobatan,status gizi
dengan asupanenergi dan zat gizi, digunakan uji korelasiSpearman.Untuk
mengetahui besarnya pengaruh jenis pengobatan dan lama perawatan terhadap
asupanenergi dan zat gizi digunakan analisis regreasi linear.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar contoh (62%) berjenis
kelamin perempuan dan 60% contoh termasuk ke dalam kategori dewasa
menengah. Sebagian besartingkat pendidikan contoh (40%) adalah lulusan
SMA/sederajat dan 46% pekerjaan contoh adalahibu rumah tangga dan tidak
bekerja.59%contoh memiliki pengetahuan gizi kurang dan60% contoh memiliki
status gizi normal. Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu
kanker payudara (19%), kanker servik (17%),dan KNF (13%).Lebih dariseparuh
contoh (56%)dirawat selama 5-10 hari. Hampir separuh contoh (41%) datang ke
rumah sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk melaksanakan pengobatan
kemoterapi dan keluhan yang banyak dirasakan contoh adalah mual dan
anoreksia (33%). Sebanyak68% contoh mendapatkan diet dengan makanan nasi
biasa.
Lebih dari dua pertiga (68%) menyukai pengolahan pangan yang
digoreng danmenu yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah mie(41%).
Sebanyak 63% mempunyai kebiasaan makan mengonsumsi lauk hewani berupa
ikan dan 46% contoh mengonsumsi tahu.Sayur yang sering dikonsumsi contoh
adalah sayur bayam (35%) dan buah yang paling sering dikonsumsi contoh
adalah buah jeruk (25%). Selain air putih, sebanyak 38% contoh juga sering
mengonsumsi teh.
Kebutuhan rata-rata energi dan protein contoh masing-masing adalah
sebesar 1779±181 kkal/hari dan 81±17 g/hari. Kecukupan vitamin A contoh lakilaki dan perempuan masing-masing adalah sebesar 600 RE/hari dan 500
RE/hari. Kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh
perempuan 75 mg/hari. Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan
sama yaitu sebesar 15 mg/hari. Ketersediaaan rata-rata energi dan protein
masing-masing adalah sebesar 1.589±35.3 kkal dan 61±5.2 g. Ketersediaanratarata vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 467±347 RE, 133±39.8mg, dan
2.2±0.5mg.Asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 882±488
kkal dan 35±20 g. Asupan Vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 102±84 RE,
66±50 mg, dan 1.2±1.0 mg
Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar contoh masingmasing adalah sebesar 93% dan 92%dan tergolong kedalam kategori
defisit.Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan sebagian besar
(92%)contoh tergolong defisit. Tingkat Konsumsi vitamin A dan E contoh
dibandingkan dengan kecukupan tergolong defisit. Lebih dari separuh
(51%)tingkat konsumsi vitamin C contoh tergolong cukup.Tingkat ketersediaan
energi contoh sebagian besar berada dalam kategori normal (60%) dan sebagian
besar tingkat ketersediaan dalam kategori defisit (75%). Lebih dari separuh
asupan energi dan protein dibandingkan dengan ketersediaan contoh tergolong
kategori defisit (>70%).
Berdasarkan uji korelasi Spearman, ada korelasi positif antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan gizi(r=0.48, p<0.05). Ada korelasi negatif antara
lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05)dan protein(r=-0.337,
p<0.05). Ada korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi
(r=0.274, p<0.05)dan protein(r=0.351, p<0.05). Berdasarkan hasil uji regresi
linear terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap asupan energi dan
protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan. Pengaruh
variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan energi dan
protein masing-masing adalah sebesar 21.6% dan 21.7%.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN ASUPAN ENERGI
DAN ZAT GIZI PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT KANKER
DHARMAIS JAKARTA
SAUMI LIL HAIRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan
Zat Gizi Pasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta
: Saumi Lil Hairi
: I14080068
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si.
dr. Ririn Hariani, Sp. GK NIP. 19620507
198703 2 001
NIP. 19660128199102 2 001
Mengetahui :
Ketua
Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat GiziPasien Kanker
di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi di Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari
banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si selaku dosen pembimbing dan dr. Ririn
HarianiSp.GK selaku pembimbing di RSKD yang senantiasa membimbing,
menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Prof. Dr. Ir Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen
penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.
3.
Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa
membimbing, menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya
kepada penulis sejak awal kuliah hingga terselainya skripsi ini.
4.
Kedua orang tua dan kakak-kakakuserta keluarga yang senantiasa
mendoakan dan memberi dukungan serta semangat moral, spiritual, dan
material.
5.
Seluruh staf, karyawan dan pegawai Rumah Sakit Kanker Dharmais yang
telah memberi ijin dan bantuannya dalam membimbing dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
6.
Seluruh pasien rawat inap kelas III, II, dan jamkesmas yang telah bersedia
dijadikan contoh dalam penelitian.
7.
Teman-teman enumerator proyek FIS INA di Jakarta khususnya kak arce.
Kakakku di DPM kak devi, kak enum, kak risma, dan kak hadi yang selalu
memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.
8.
Civitas Departement Gizi masyarakat: Tim dosen, tata usaha, karyawan,
fotokopian, perpustakaan, GM 44, GM 45, GM 46, dan GM 47.
9.
Teman-teman terbaik dan tersayang: Fachruddin, Triko, Tika, Egun, Asep,
Agus, Rohadi, Yasmin, Laely, Azny, Nazhif, Besti, Taufik, Hafiz, Devi dan
Sonia atas berbagi ilmu, motivasi, dukungan, bantuan, kebersamaan,
keceriaan, semangat, serta kerja sama sejak awal masuk kuliah hingga saat
ini.
10. Sahabat-sahabat serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
demi perbaikan. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca. Amin.
Bogor, Maret 2013
Saumi Lil Hairi
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surantih, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada
tanggal 01 April 1990. Penulis merupakan anak dari pasangan (alm) Hasril
Hasan Basri BA dan Syamsunarti. Penulis merupakan anak terakhir dari delapan
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 08 Surantih
pada tahun 2002. Pendidikan menengah pertama dilanjutkan di SMP Negeri 01
Sutera hingga tahun 2005. Pendidikan menengah atas ditempuh oleh penulis di
SMA Negeri 1 Sutera hingga pada tahun 2008. Penulis melanjutkan perkuliahan
di institut pertanian bogor (IPB) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB
(USMI).
Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi
seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forces dan Ekoagrifarma periode
2008/2009. Pada periode 2009/2010 penulis melanjutkan kegiatan di organisasi
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) sebagai staff komisi satu. Penulis juga
pernah menjadi anggota anggota klub kulinari dan gizi pada tahun 2010. Penulis
juga aktif di organisasi kemahasiswaannya lainnya seperti Himpunan Mahasiswa
Ilmu Gizi (HIMAGIZI) periode 2010/2011 divisi Peduli Pangan dan Gizi (PPG).
Selain itu, penulis turut aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian di IPB tingkat
fakultas maupun departemen seperti seminar Herbal 2008/2009, Nutrition Fair
2009/2010, Open House mahasiswa baru tahun 2010, MPF dan MPD 2010.
Festival Anak Sholeh (FAS) dan SENZATIONAL 2011, Lokakarya fakultas,
pengabdian masyarakat dll. Penulis juga pernah menulis Karya Tulis Ilmiah
dengan judul. “Pengembangan daerah entrepreneurship melalui usaha tahu
kolostrum
sebagai bahan makanan bergizi
dan kerupuk susu sapi sebagai
cemilan alternatif dari pemanfaatan limbah susu dalam rangka meningkatkan
potensi masyarakat kampung joglo” pada tahun 2009 dan 2010.
Pada bulan Juli-Agustus 2010 penulis pernah mengikuti kegiatan
pengabdian Masyarakat “IPB Go Field” dengan membawa program “UKM
pangan sehat” di Desa Joglo, Cisarua, Bogor. Penulis mengikuti Kuliiah Kerja
Profesi (KKP) di Desa Rawa Dalam, Balongan, Indramayu pada bulan JuliAgustus
2011.
Program
yang
dilaksanakan
selama
KKP
diantaranya
pendampingan posyandu, penyuluhan PUGS; PHBS; ayo melek gizi, serta kerja
bakti lingkungan.Intership Dietetika dilakukan penulis pada bulan Februari-Maret
2012 di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta. Adapun topik yang dikaji
x
meliputi penyakit (Tumor maksila), penyakit bedah (Kss pedis dengan riwayat
DM), dan penyakit anak (Leukemia Myeloid akut). Pada tahun yang sama penulis
juga menjadi enumerator pada riset FIS INA (Comparison of Fluid Intake From
Foods and Drinks by Using Three Different Instruments In Jakarta) yang didanai
oleh DANONE. pada bulan April-Juni 2012. Penulis juga tercatat sebagai
penerima beasiswa BBM dan Penulis juga tercatat menjadi asisten praktikum
mata kuliah Konsultasi Gizi dan Analisis Zat Gizi Mikro pada tahun 2012.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................... 2
Kegunaan Penelitian .............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
Kanker ................................................................................................... 4
Stadium Kanker ..................................................................................... 6
Berbagai macam kanker ........................................................................ 7
Terapi Kanker ........................................................................................ 7
Penyelenggaraan Makanan ................................................................... 9
Perencanaan Menu................................................................................ 9
Pengetahuan Gizi ................................................................................ 10
Konsumsi Pangan ................................................................................ 11
Kebutuhan Zat Gizi .............................................................................. 12
Diet pada pasien kanker ...................................................................... 13
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit ............................................................ 14
Status Gizi ........................................................................................... 15
Fakor Lingkungan ............................................................................... 16
Malnutrisi dalam Kondisi Sakit ............................................................. 16
Metode penimbangan makanan food Weighing dan recall 24 jam....... 18
KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 20
METODE ................................................................................................... 22
Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................. 22
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh................................................ 22
Jenis dan Cara Pengumpulan Data...................................................... 23
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 24
Definisi Operasional ............................................................................. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 30
xii
Gambaran Umum RS Kanker Dharmais ............................................. 30
Karakteristik Contoh............................................................................. 34
Jenis Kanker Contoh ............................................................................ 37
Lama Perawatan Contoh ....................................................................... 39
Jenis Pengobatan Kanker Contoh ........................................................ 40
Keluhan Contoh ................................................................................... 43
Jenis Diet Contoh................................................................................. 44
Kebiasaan Makan Contoh .................................................................... 47
Pengolahan pangan dan menu yang disukai contoh .................... 47
Kebiasaan konsumsi lauk hewani dan nabati contoh ................... 50
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh ............................... 51
Kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan contoh ........ 52
Konsumsi Pangan Contoh .................................................................. 53
Kebutuhan energi dan zat Gizi contoh........................................... 53
Ketersediaan energi dan zat gizi dari rumah sakit ......................... 55
Tingkat ketersediaan makanan umah sakitterhadap kebutuhan .... 56
Asupan energi dan zat gizi darirumah sakit .................................. 56
Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi .......................................... 58
Tingkat Konsumsi terhadap Ketersediaan makanan rumah sakit ....... 62
Hubungan antar variabel ...................................................................... 64
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Konsumsi Energi
dan Protein contoh ............................................................................... 67
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 69
Kesimpulan .......................................................................................... 69
Saran ................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71
LAMPIRAN ............................................................................................... 76
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Jenis dan cara pengumpulan data ....................................................... 24
2.
Kategori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ............... 25
3.
Variabel penelitian dan pengkategoriannya.......................................... 25
4.
Kategori Tingkat Kecukupan, Tingkat Ketersediaan, Tingkat
Konsumsi terhadap Ketersediaan ....................................................... 27
5.
Karakteristik contoh ............................................................................. 34
6.
Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis kelamin ............... 38
7.
Sebaran contoh berdasarkan lama dirawat di RSKD ........................... 39
8.
Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan dan lama perawatan .. 40
9.
Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan ....... 42
10. Sebaran contoh berdasarkan keluhan dan jenis pengobatan ............... 43
11. Sebaran contoh berdasarkan jenis diet ................................................ 44
12. Sebaran contoh berdasarkanjenis kanker dan jenis diet ...................... 46
13. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan
yang disukai ........................................................................................ 48
14. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan menu yang sering
dikonsumsi ........................................................................................... 49
15. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi lauk hewani dan
nabati serta jumlah porsi setiap kali makan .......................................... 50
16. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah
serta jumlah porsi setiap kali makan .................................................... 51
17. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman dan
selingan/cemilan ................................................................................. 52
18. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan zat gizi
menurut jenis kelamin ......................................................................... 53
19. Sebaran contoh berdasarkan kecukupan vitamin contoh dan jenis
kelamin ............................................................................................... 54
20. Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi contoh makanan RSKD ..... 55
21. Kategori tingkat ketersediaan energi dan protein ................................ 56
22. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi
contoh dari makanan rumah sakit ........................................................ 57
xiv
23. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupanenergi dan zat gizi
serta jenis pengobatan ......................................................................... 58
24. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan
protein serta jenis kelamin ................................................................... 59
25. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin
serta jenis kelamin ............................................................................... 59
26. Sebaran contoh berdasarkan tingkat tingkat kecukupan (%) energi
dan protein serta pengobatan dan lama perawatan ............................ 60
27. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan
protein serta jenis kelamin ................................................................... 61
28. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin
A, C, dan E .......................................................................................... 62
29. Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi terhadap
Ketersedian makanan dari rumah sakit ................................................ 62
30. Sebaran contoh berdasarkan kategori asupan energi dan protein
Terhadap ketersedianmakanan rumah sakit serta jenis kelamin ......... 63
31. Hubungan antar variabel ...................................................................... 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Halaman
Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan
energi dan zat gizipasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta ................................................................................................. 21
2.
Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat ..................................... 30
3.
Instalasi gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais ........................................ 33
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Hubungan antar variabel ............................................................... 77
2. Uji regresi linear ............................................................................ 82
3. Surat ijin pengambilan data dan rincian biaya ................................ 82
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu sasaran pembangunan nasional yang
selalu diupayakan dalam kemajuannya (Ahaditomo dalam Kosen 1997). Menurut
UU Kesehatan No 23 tahun 2002,tujuan pembangunan kesehatan adalah
terciptanya harapan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu kesejahteraan
penduduk. Perwujudan derajat kesehatan yang optimal, diharapkan dapat
mencapai kehidupan penduduk yang produktif baik aspek sosial maupun aspek
ekonomi. Salah satu permasalahan di bidang kesehatan dan merupakan
ancaman di seluruh negara terutama di negara berkembang adalah peningkatan
prevalensi penyakit kanker.
Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun
2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan
prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita,
84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila
tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes 2009). Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor lima di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular,
infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes 2010).
Kanker merupakan penyakit yang diawali dengan adanya tumor yaitu
pembengkakan pada tubuh akibat berkembangbiaknya sel-sel yang bersifat
abnormal. Tumor yang bersifat ganas disebut kanker yang tumbuh menyebar
secara tidak terkendali. Menurut Mangan (2003), kanker merupakan penyakit
tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola
hidup
yang
tidak
sehat.
Kanker dapat
menyebabkan
malnutrisi
pada
penderitanya.Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker tergantung pada jenis
tumor, stadium,organ yang terlibat, terapi antikanker, kondisi non malignan yang
menyertainya seperti diabetes melitus, penyakit saluran cerna dan lain-lain
(Lutz1994). Pada penelitian multisenter terhadap
dua belas jenis kanker,
prevalensi penurunan berat badan sebesar 31%-40% pada penderita kanker
payudara, kanker hematologik dan sarcoma; 54%-64% pada penderita kanker
kolon, prostat dan paru lebih dari 80% pada penderita dengan kanker pankreas
2
dan lambung dan didapatkan penurunan berat badan paling berat. Terapi kanker
juga berpengaruh terhadap status nutrisi penderita. Menurut Shike (1996), lebih
dari 40% penderita yang mendapat terapi kanker (bedah, kemoterapi dan radiasi)
mengalami malnutrisi. Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah
multifaktorial. Secara umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu pertama, berkurangnya asupan makanan dan malabsorbsi dan yang kedua
adanya gangguan proses metabolisme.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan oleh pihak rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah
sakit sebagai upaya mempercepat kesembuhan pasien(Subandriyo & Santoso
1995). Salah satu cara meningkatkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
adalah dengan melakukan terapi gizi. Menurut Trujiilo (2005), Ketika seseorang
didiagnosis menderita kanker, maka gizi merupakan bagian dari terapi. Tujuan
utama terapi gizi pada penderita kanker adalah mempertahankan atau
meningkatkan status gizi sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi
meningkatkan efektivitas terapi kanker (operasi, kemoterapi, radiasi) kualitas
hidup dan survival penderita. Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) adalah RS
rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi
masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Salah satu masalah yang
dihadapi oleh RSKD adalah rendahnya asupan energi dan zat gizi pasien
penderita kanker. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien
kanker di RSKD Jakarta.
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis
faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
Tujuan Khusus
1. Mengkaji karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, pengetahuan gizi dan status gizi contoh).
2. Mengkaji jenis kanker; jenis pengobatan, lama perawatan, keluhankeluhan, terapi diet terkait dengan jenis kanker, dan kebiasaan makan
contoh.
3
3. Mengkaji asupanenergi dan zat gizi, ketersediaan makanan di rumah
sakit, menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi, tingkat
ketersediaan dengan kebutuhan energi dan zat gizi, dan tingkat konsumsi
energi zat gizi terhadap ketersediaan makanan di rumah sakit.
4. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama
perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis pengobatan, status
gizi dengan asupan energi dan zat gizi.
5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruhterhadap asupan energi dan
zat gizi contoh.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan informasi tentang
tingkat kecukupan energi dan zat gzi dan faktor yang berkaitan dengan asupan
energi dan zat gizi pasien kanker rawat inap terhadap makanan yang disajikan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta serta menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik. Selain itu dapat juga menjadi bahan
masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyempurnaan kegiatan pelayanan
makanan untuk pasien kanker khususnya, serta sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker
Kanker adalah penyakit yang tidak menular yang berawal dari kerusakan
materi genetik atau DNA sel. Satu sel saja di dalam tubuh yang mengalami
kerusakan genetik sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau
neoplasma sehingga kanker disebut penyakit selular (Zakaria 2001).
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat
beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan
memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak
ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian
(Damayanthi 2008). Sementara itu Dalimartha (1999), menyebutkan bahwa sel
kanker memiliki sifat umum diantaranya adalah pertumbuhan yang tidak
terkontrol dan berlebihan, diferensiasi dari sel jaringan yang bersifat invasif,
penyebaran atau metastatik, memiliki hereditas bawaan (gen spesifik),
pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul dari nukleotida dan
asam amino, serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel. Kanker
menjadi berbahaya karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor,
penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis dan
menimbulkan gangguan sistematik lain sebagai akibat dari pertumbuhan sel
kanker.
Kebanyakan kanker bermula dari sel-sel epitel. Kanker-kanker Ini disebut
karsinoma, selain itu, jauh lebih jarang terjadi adalah sarcoma yang bermula dari
jaringan otot, jaringan lunak lain dan tulang. Karena jaringan-jaringan ini tidak
memiliki sistem limfe, seperi organ sel-sel epitel, sarcoma ini tidak menyebabkan
penyebaran ke kelenjer limfe. Namun, karena penyebarannya lewat darah,
metastasis sarcoma dapat terjadi dimana-mana di dalam tubuh, khususnya
pertama-tama di paru (Jong 2005).
Menurut Corwin (2000), faktor risiko kanker dibagi menjadi tiga bagian
yaitu faktor risiko perilaku, faktor risiko hormonal, dan faktor risiko yang
diwariskan. Faktor risiko perilaku antara lain merokok, terpajan ke berbagai
karsinogen misalnya asbestos atau tar batubara dan makanan yang banyak
mengandung lemak serta daging yang diawetkan. Faktor risiko hormonal adalah
esterogen. Esterogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,
misalnya kanker payudara dan endometrium. Kadar esterogen yang tinggi
menyebabkan terjadinya menstruasi dini dan menopause lambat pada seorang
5
wanita yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Adanya
riwayat keluarga yang mengidap kanker terutama kanker dari satu jenis adalah
faktor risiko terjangkitnya kanker. Millner (2003), menyatakan bahwa 30-60%
penyakit kanker berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan faktor genetik, jenis bahan makanan dan cara pengolahannya serta gaya
hidup seseorag. Selain itu, konsumsi lemak tinggi, daging yang dibakar, kacangkacangan atau bijian yang mengandung alfatoksin, konsumsi alkohol, kebiasaan
merokok
serta mengonsumsi makanan
awetan
kalengan
yang banyak
mengandung nitrit dapat meningkatkan terjadinya resiko penyakit kanker.
Menurut Debra et al (2001), kanker merupakan pertumbuhan dari sel-sel
tumor yang abnormal dan tidak terkontrol di dalam tubuh. Kanker berkembang
dengan sangat lambat dan sulit untuk dideteksi. Subtansi yang berperan
terhadap timbulnya kanker disebut dengan karsinogen. Suatu senyawa yang
bersifat karsinogen memerlukan waktu yang lama untuk menjadi sel kanker,
sehingga kanker bukan merupakan penyakit akut tetapi penyakit kronis yang
bersifat menahun. Senyawa karsinogen yang paling sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya adalah radiasi ultraviolet (manifesti kanker
kulit), bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen (contohnya pestisida),
alkohol, rokok, virus, hormon dan makanan. Senyawa-senyawa ini telah terbukti
dapat menjadi manifesti timbulnya penyakit kanker jika terjadi kontak dengan
tubuh dalam waktu yang lama.
Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah
sebagai berikut :
1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu
perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat
menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus subtansi
menetap dan menempel pada DNA sel.
2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu
terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap
zat berbahaya dan/atau radiasi
3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel
membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan
sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau
tumor.
6
4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan
terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal
akan diangkut ke organ-organ tubuh lain.
5. Pembalikan.Tujuan
dari
pembalikan
adalah
untuk
mencegah
perkembanganya kanker untuk memblokir salah satu dari keempat tahap
pertama.
Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari
jenis atau organ tubuh yang terserang. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang
meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan
peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan
karena ketakutan dan kecemasan. Perdarahan atau pengelaran cairan yang
tidak wajar, misalnya ludah batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang
terus menerus, cairan putting susu yang mengandung darah, cairan lubang
senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja,
darah dalam air kemih. Perubahan kebiasan buang air besar. Penurunan berat
badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein. Gangguan pencernaan,
misalnya sukar menelan terus menerus. Nyeri akibat penekanan syaraf dan
pembuluh darah terutama terjadi pada jaringan-jaringan yang terletak diruangan
yang terbatas seperti tulang atau otak. Anemia yang terjadi akibat berbagai
sebab. Kelelahan sering terjadi akibat gizi buruk, malnutrisi protein, dan
gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.
Stadium Kanker
Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan
ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya
ke tempat-tempat jauh pada seseorang (corwin 2001). Sebuah prediktor secara
kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien
yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti
tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan
diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis
pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan dan hasil laporan
patologis (Nasca 2008).
Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih
terbatas dan stadium sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori
kanker in situ (tumor yang terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat
digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran
7
tumor), N (metastasis ke kelenjer getah benng regional), dan M ( ada atau tidak
adanya metastasis jauh). Sistem TNM dikembangakan oleh gabungan The
international Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint
Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).
Berbagai Macam Kanker
Beberapa kategori kanker yaitu karsinoma adalah kanker jaringan epitel,
termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjer penghasil mucus, sel penghasil
melamin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus.
Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal,
limpa, berbagai kelenjer limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sum-sum tulang
juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodkin
(kanker kelenjer limfa dan limpa) dan limfoma malignum. Leukimia adalah kanker
dalam darah dimana sum-sum tulang belakang memperoduksi sel darah putih
secara abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah
dan platelet. Sarkoma adalah kanker jarigan ikat, termasuk sel-sel yang
ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia
(penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah
tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001).
Terapi Kanker
Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan
hidup dan mengatasi gejala yang berati memperbaiki kualitas hidup.
Kemoterapi
adalah
penggunaan
obat
untuk
penyembuhan
atau
pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistematik yang dapat
mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau
mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika
sel-sel pada saluran pencernaan terkena dan dapat menyababkan diare,
konstipasi, ataupun mengambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat
sementara karena sel-sel saluran cerna mengganti dirinya sendiri setiap tiga hari.
Namun karena kemoterapi digunakan dalam waktu yang lama sehinggga dapat
menyebabkan status gizi buruk. Tingkat keparahan efek samping tergantung
pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan obat yang digunakan, respon
individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat
seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotic, serta
8
perubahan pola makan, sangat penting bagaimana mengatur efektivitas terkait
dengan efek samping pengobatan (Grant 2008).
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari
akselerator linear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumbersumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis
tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistematik, terapi
radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping
terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat
diberikan
dengan
mengkombinasikan
dengan
terapi
kemoterapi
agar
meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada,
kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek
samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya,
seperti disfagia, mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan ) dan
penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).
Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk
mengankat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran
cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang
dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi
diet
berdasarkan
kemampuan
atau
ketidakmampuan
seseorang
untuk
mengonsumsi, dan mencerna makanan. Operasi digunakan untuk pengobatan
kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi
atau pasca operasi atau terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu
tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan
pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan
nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut
sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010).
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang
memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun. Spesifitas dan daya
ingat.
Imunoterapi
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
tumor
dan
memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi.
Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespon secara
lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi
yang dimuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti: antibodi
Berlabel Fluresesn, Stimulan imunitas, dan Antibody Peyerang. Selain itu,
sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor
9
yang khas berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor
yaitu menggunakan obat-obat secar spesifik menghambat faktor angiogenesis
dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001).
Penyelenggaraan Makanan
Menurut Mukrie et al. (1990), penyelengaraan makanan adalah suatu
proses kegiatan manusia, alat dan dana untuk menghasilkan makanan yang
layak dan bermutu. Dengan demikian konsep dari manajemen makanan meliputi
pemecahan masalah dalam menyediakan makanan bagi konsumen. Makanan
dipersiapkan dengan baik, bergizi, serta harga yang layak sehingga memuaskan
konsumen merupakan hal yang pokok dalam setiap pelayanan makanan.
Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan macam dan jumlah bahan makanan hingga proses penyediaan
makanan matang bagi pasien dan karyawan di rumah sakit. Proses kegiatan
meliputi 1) perencanaan anggaran belanja; 2) perencanaan menu; 3) perhitungan
kebutuhan bahan makanan; 4) prosedur pembelian bahan makanan; 5) prosedur
penerimaan bahan makanan; 6) prosedur penyimpanan bahan makanan; 7)
teknik persiapan bahan makanan; 8) pengaturan pemasakan makanan; 9) cara
pelayanan dan distribusi; 10) pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes 2003).
Langkah-langkah penyelenggaran makanan yaitu:1) perencanaan menu; 2)
perencanaan kebutuhan bahan makanan;3) pembelian dan penerimaan bahan
makanan;4) penyimpanan dan pengeluaran bahan makanan; 5) pengolahan
makanan; 6) persiapan dan penilaian mutu makanan; 7) pengawasan dan
pengendalian penyelenggaraan makanaan (Depkes 2003).
Perencanaan Menu
Menu adalah kumpulan beberapa macam hidangan atau makanan yang
disajikan untuk seseorang atau kelompok orang untuk setiap kali makan berupa
hidangan pagi, hidangan siang, dan hidangan malam. Perencanaan menu adalah
serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang
serasi bagi konsumen (Depkes 1990). Fungsi perencanaan menu yang baik
menurut Subandriyo dan Santoso (1995) adalah : a) untuk memudahkan
pelaksanaan dalam menjalankan tugas sehari-hari; b) secara garis besar dapat
disusun hidangan yang mengandung zat zat gizi essensial yang dibutuhkan oleh
tubuh; c) variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur, sehingga dapat
menghindari kebosanan yang disebabkan pemakaian jenis bahan makanan dan
jenis makanan yang sering terulang; d) menu dapat disusun sesuai dengan biaya
10
yang tersedia sehingga kekurangan uang belanja dapat dihindari atau harga
makanan dapat dikendalikan; e) waktu dan tenaga yang tersedia dapat
digunakan sehemat mungkin; f) dengan perencanaan menu yang matang, bahan
makanan kering dapat dibeli sekaligus untuk beberapa minggu, sehingga tenaga
dan waktu dapat dihemat, tidak perlu mondar-mandir ke pasar. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan menu antara lain kebutuhan gizi bagi setiap
penderita (pasien) tidak sama. Hal ini tergantung pada umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan, kadar hemoglobin dan hematokrit, serta jenis penyakit
penderita. Disamping itu perlu diperhatikan variasi, kebiasaan makan dan sosial
budaya penderita, iklim, musim keadaan pasar, tenaga, peralatan, dana yang
tersedia, teknik dan cara pemasakan serat modifikasi menu (Subandriyo &
Santoso 1995).
Menurut Mukrie et al. (1990), dalam mengelola makanan institusi perlu
diikuti prinsip-prinsip yang mendasar seperti tanggung jawab berkesinambungan
yang harus dipertimbangkan, antara lain : a) menyediakan makanan sesuai
dengan jumlah dan macam zat gizi yang diperlukan konsumen secara
menyeluruh; b) memperhitungkan keinginan dan kepuasan konsumen secara
menyeluruh; c) dipersiapkan dengan citra rasa yang tinggi, dilaksanakan dengan
cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang layak serta
menjamin harga makanan yang dijangkau konsumen segala tingkat.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat
gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.
Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi
pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh
seseorang
melalui pendidikan
formal,
informal
dan
nonformal.
Tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya
(Khomsan et al. 2007). Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam
ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya (Khomsan et al.
2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh
melalui pendidikan formal dan pendidikan informal (Suhardjo 1989). Tingkat
pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena
berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai
11
objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai
sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan
orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dll) (Khomsan et al. 2009).
Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan
adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan,
pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya.
Semakin
baik
pengetahuan
gizinya,
maka
seseorang
akan
semakin
memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Orang
yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang
paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaliknya, orang yang semakin baik pengetahuan gizinya lebih
banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai
dasar sebelum mengkonsumsi makanan tertentu (Khomsan et al. 2009).
Menurut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam
tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan
dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk
keseragaman maka di sini dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut:
baik: >80%, sedang: 60-80%, kurang: <60%.
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang
dimakan oleh seorang atau keluarga orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek
gizi, tujuan konsumsi pangan adalah memperoleh sejumlah zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martatianto, 1989). Konsumsi pangan
bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi
dalam keluarga, dan kebiasaan secara perorangan. Hal tersebut juga bergantung
pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan (Almatsier 2003).
Manusia memerlukan suatu susunan asupan makanan yang mengandung zat
gizi sesuai dengan kebutuhannya agar dapat hidup sehat. Untuk merencanakan
konsumsi pangan yang sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan
diperlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip perencanaan konsumsi pangan.
Perencanaan konsumsi pangan yang baik tidak hanya memperhatikan
kecukupan gizi tetapi juga harus memperhatikan daya beli dan selera konsumen
serta hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan (Hardinsyah & Briawan 1994).
Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
penilaian kualititatif dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat pola makan
12
serta frekuensi makan. Penilaian secara kuantitatif dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya yang sering digunakan adalah cara invetaris, cara
pendaftaran, cara recall dan penimbangan. Dalam mengkaji asupan makanan
ada 3 tingkat kegiatan, yaitu 1) perhitungan asupan makanan, 2) perhitungan
asupan zat gizi dan 3) membandingkan asupan zat gizi dengan kebutuhan gizi.
Kegiatan tersebut memerlukan informasi penunjang antara lain status ekonomi;
cara mempersiapkan makanan; pekerjaan dan aktifitas fisik pasien; dan kondisi
pasien (Depkes 2003).
Kandungan zat gizi makanan disusun dalam suatu daftar yang disebut
daftar kandungan zat gizi bahan makanan (DKBM). DKBM Indonesia memuat
angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan baik mentah maupun
masak (olahan) yang banyak dijumpai di Indonesia. Sebagian besar jenis pangan
yang disajikan dalam DKBM ini dalam bentuk pangan mentah, DKBM ini memuat
energi dan 10 jenis zat gizi yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalsium
(Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin A, vitamin C, vitamin B1 dan termasuk di
dalamnya kandungan air. Dalam menggunakan DKBM, komposisi zat gizi yang
tercantum dalam DKBM dinyatakan dalam satuan 100 gram bahan makanan
yang dapat dimakan (%BDD). Artinya bagian-bagian yang biasa tidak dimakan
seperti kulit, akar, biji, tulang, cangkang dan sebagainya yang tidak lazim
dikonsumsi tidak dianalisis (Hardinsyah dan Briawan, 1994).
Kebutuhan Zat Gizi
Kebutuhan zat gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi
dari
konsumsi
makanan.
Kekurangan/kelebihan
konsumsi
zat
gizi
dari
kebutuhan, terutama bila berlangsung lama dalam jangka waktu yang
berkesinambungan dapat membahayakan kesehatan, bahkan pada tahap
selanjutnya dapat menimbulkan kematian (Hardinsyah & Martianto 1989).
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat
metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat
relatif
yaitu
gangguan
pencernaan
(ingestion),
perbedaan
daya
serap
(absorption), tingkat penggunaan (utilization), perbedaan pengeluaran dan
penghancuran (excrestion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh
(Supariasa, Bakrie & Fajar 2002). Menurut Almatsier (2003), kebutuhan energi
dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik serta
kondisi khusus seperti ibu hamil dan menyusui. Komponen utama yang
menentukan kebutuhan energi adalah Angka Merabolisme Basal (AMB) dan
13
aktivitas fisik. Angka metabolisme basal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga
dipengaruhi oleh jenis, berat ringanya penyakit dan faktor stress. salah satu cara
mentukan AMB antara lain menggunakan rumus Harris Bennedict yaitu(AMB
Laki-laki= 66 + (13,7 x Berat Badan ) + (5 x Tinggi Badan) – ( 6,8 x Umur), dan
AMB Perempuan = 655 +(9,6 x Berat Badan ) + (1,8 x Tinggi Badan) - (4,7 x
umur).
Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan
seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat.
Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi khusus,
dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan
perubahan kebutuhan gizi karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik,
dan kondisi abnormal lainnya (Almatsier, 2004).
Diet pada Pasien Kanker
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh
sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan
hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pengecap, rasa
cepat kenyang, mual penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai
keadaan pasien makanan diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.
Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan
cair atau
kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau
makanan lumat (Almatsier 2004).
Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari
waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang
dijalankan.
a. Energi
Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi
sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik
memerlukan energi 2000 kkal. Atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan.
Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat stress individual atau luasnya kerusakan
jaringan (Babcock 2005).
14
b. Protein
Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang
negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan
sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein
pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien
dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2
g/kg berat badan (Sutandyio dan Hariani 2006).
c. vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral sebagai Kontrol protein dan metabolisme energi
melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathway
dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan
yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal,
sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (Babcok 2005).
d. Cairan
Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti
cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi
ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian
metabolisme dan kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan
dalam kemoterapi (Babcok 2005).
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan instansi penting dalam menyelenggarakan
makanan kelompok. Rumah sakit sebagai salah satu komponen kegiatan dalam
upaya penyembuhan penyakit, makanan yang disajikan di rumah sakit tidak
jarang disajikan sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS) adalah bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain
pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Almasier 2004).
Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terdiri atas empat yaitu sesmen
atau pengkajian gizi, perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan
dan strategi, implementasi pelayanan gizi sesuai rencana, monitoring dan
evaluasi pelayanan gizi (Almatsier 2004). Pelayanan gizi di rumah sakit adalah
pelayanan yang diberikan di rumah sakit bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
untuk memperoleh makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang
15
optimal (Subandriyo 1993). Untuk mencapai kondisi kesehatan pasien yang
optimal, maka rumah sakit umumnya akan menyediakan makanan dengan
kandungan nutrien yang baik dan seimbang menurut keadaan penyakit dan
status gizi pasien, makanan dengan teksur dan konsistensi yang sesuai menurut
kondisi gastrointestinal dan penyakit pasien, makanan yang mudah dicerna dan
tidak merangsang; makanan yang bebas unsur aditif yang berbahaya, makanan
dengan penampilan dan citarasa yang menarik untuk menggugah selera makan
pasien yang terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau
pembaunya (Hartono 2000).
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan
lebih. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat-zat gizi essensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi
dalam
jumlah
berlebihan,
sehingga
menimbulkan
efek
toksik
atau
membahayakan. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas atau
kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya
distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dsb.
Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier 2004).
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan
utilisasi (Utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang
atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang
tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Status gizi
seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari masa ke masa karena
merupakan interaksi dari berbagai faktor. Menurut Riyadi (2001), faktor yang
secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status
kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap
pangan. Lebih lanjut, akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan
seseorang.
Status gizi yang optimal dapat dapat dicapai dengan keseimbangan atau
antara asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan
makan dan penyerapan gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi
16
oleh pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit
infeksi maupun bukan infeksi (Hammond 2008).
Status gizi dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh
(bodymass index). Indeks massa tubuh dihitung dengan cara membagi bobot
badan (kg) dengan kudrat tinggi badan (m).
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan pasien meliputi kelas perawatan, waktu makan,
konsistensi diet dan pengalaman melakukan konsultasi. Kelas Perawatan adalah
ruang rawat inap yang digunakan penderita selama dirawat di rumah sakit.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang tersedia di
rumah sakit dengan tarif yang berbeda sesuai dengan masing-masing kelas
(Soeprapto 1985).
Waktu pembagian makan yang tepat dan jam makan pasien serta jarak
waktu makan yang sesuai antara makan pagi, makan siang dan makan malam
dapat mempengaruhi habis tidaknya makanan yang disajikan. Bila jadwal
pemberian makan tidak sesuai maka makanan yang disajikan tidak bisa
langsung dikonsumsi sehingga pada saat makanan disajikan kepada pasien,
makanan telah mengalami perubahan penampilan bentuk serta suhunya telah
dingin (Muchatob 1991). Kondisi fisik orang sakit yang paling baik pada waktu
bangun pagi, setelah istrirahat penuh dan dapat tidur nyenyak malam harinya.
Oleh karena itu, makanan yang tu baik, diberikan waktu pagi perlu diperhatikan
agar orang sakit dapat makan dalam jumlah yang cukup, sehingga juga waktu
makan siang nafsu makan tidak begitu baik, ia tidak akan menjadi terlalu lemah.
Hal ini beda dengan pendapat yang lazim di lingkungan keluarga, bahwa makan
pagi cukup seadanya saja (Moehyi 1999).
Penggolongan makanan di rumah sakit berdasarkan aspek kepadatannya
sangat diperlukan dalam rangka menentukan standar makanan. Menurut
kepadatannya makanan rumah sakit dapat digolongkan menjadi makanan biasa,
makanan lunak, makanan saring dan makanan cair (Moehyi 1999).
Malnutrisi dalam Kondisi Sakit
Malnutrisi klinis dapat terjadi ketika seseorang pasien tidak dapat makan
cukup melalui mulut, yang disebabkan karena beberapa faktor antara lain :
1. mual, tidak ada nafsu makan dan muntah disebabkan misalnya penyakit
lambung, atau uremia, pengaruh obat
17
2. acuh tak acuh terhadap makanan, yang ditemui pada banyak keadaan fisik
dan dalam beberapa keadaan emosional seperti takut, dendam, dan putus
asa
3. rasa sakit, mengakibatkan kesukaran menelan seperti pada tonsilitis,
radang tenggorokan, sesudah tonsilektomi, pada fraktur tulang wajah dan
rahang
4. sukar bernafas, seperti pada asma dan bronkhitis. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan tidak dapat mengunyah, karena bila bernafas sulit
maka menelan pun terhalang
5. kelemahan otot kunyah, yang dapat timbul pada paralisa (kelumpuhan)
wajah dan juga pada beberapa keadaan gangguan saraf
6. pernah mengalami stroke, maka akan sulit mengunyah dan menelan
Penyebab Malnutrisi pada Kanker
Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara
umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaituberkurangnya
asupan makanan dan malabsorbsi serta adanya gangguan proses metabolisme
(Shike, 1996). Bruera mengelompokkan penyebab cachexia pada penderita
kanker sebagai berikut: 1. faktor psikologis dan susunan saraf pusat
(keengganan makan, gangguan persepsi rasa kecap, stress psikologis); 2. efek
tumor (obstruksi mekanis, pemakaian substrate/ nutrisi oleh tumor, produksi
sitokin oleh sel tumor, lipid mobilizing factors); 3. efek yang berhubungan dengan
terapi (kemoterapi, radiasi, bedah, nausea, stomatitis, xerostomia, nyeri, ileus); 4.
efek yang berhubungan dengan penderita (peningkatan resting energy
expenditure, gangguan proses metabolisme, produksi sitokin oleh makrofag,
disfungsi autonomic, penurunan pengosongan lambung (Lutz et al 1999).
Gangguan nutrisi akibat tindakan bedah tergantung pada letak tumor,
luasnya reseksi saluran cerna dan ada tidaknya tindakan vagotomi. Operasi pada
bagian saluran cerna seperti lidah, mandibula, faring, esophagus, lambung dapat
menurunkan kemampuan menelan dan pencernaan makanan. Reseksi usus
halus yang luas menyebabkan gangguan penyerapan nutrient, cairan dan
elektrolit, reseksi pancreas dapat menyebabkan malabsorbsi dari lemak dan
protein (Shike, 1996). Kemoterapi dapat menyebabkan nausea, vomiting, nyeri
abdomen,
mukositis,
antineopalstik
yang
ileus
sering
diare
dan
malabsorbsi.
menyebabkan
simtom
Beberapa
preparat
gastrointestinal
(40%)
antaralain cisplatin, doxorubicin, fluorouracil. Penggunaan obat analgesik opioid
18
dapat menyebabkan nausea, konstipasi dan gas distension pada usus halus dan
usus besar sehingga menyebabkan malabsorbsi (narcotic bowel syndrome),
penggunaan
diuretik
sering
menyebabkan penurunan
kadar zinc
yang
mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh 1989). Radioterapi dapat
memberikan reaksi akut dan delayed reaction (komplikasi ronis). Reaksi akut
dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1 minggu terapi, dapat berupa kesulitan
menelan akibat edema dan mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan
odinofagia, penurunan produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim
(radiasi kepala leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah
abdominal). Komplikasi akhir berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis
intestinal dan striktur (Shike 1996 ).
Metode Penimbangan Makanan Food Weighingdan Recall 24 jam
Pada
metode
penimbangan
makanan,
responden
atau
petugas
menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama satu hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari
tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.
•
Kelebihan metode penimbangan
Data yang diperoleh lebih akurat dan teliti.
•
Kekurangan metode penimbangan
a. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan
b. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama,
maka responden dapat merubah kebiasan makan mereka.
c. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil
d. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin
sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari
waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall data yang diperoleh
cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka
jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan dalam secara teliti dengan
mengunakan alat URT (sendok, gelas, piring). atau ukuran lainnya yang biasa
digunakan sehari-hari (Supariasa 2002).
19
Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan
rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam
diperlukan untuk memperkirakan kebiasan asupan zat gizi yang bervariasi setiap
harinya (Gibson 2005)
•
Kelebihan metode recall 24 jam
a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden.
b.
Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus.
c. Cepat,sehinggga dapat mencakup banyak responden.
d.
Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
•
Kekurangan metode recall 24 jam
a.
Tidak dapat menggambarakan asupan makanan sehari-hari, bial
hanya dilakukan recall sat hari.
b. Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden, sehingga
metode ini ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dia atas 70 tahun
dan orang yang hilang ingatan atau pelupa.
c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang
diapkai menurut kebiasaan masyarakat.
d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian.
20
KERANGKA PEMIKIRAN
Asupan energi dan zat gizi contoh yang terdiagnosa kanker dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap asupan
energi dan zat gizi contoh adalah: ketersediaan energi dan zat gizi, jenis diet,
serta kebiasaan makan dan tingkat pengetahuan gizi contoh. Ketersediaan
energi dan zat gizi ditentukan berdasarkan kebutuhan energi dan zat gizi contoh.
Adapun kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh karakteristik contoh.
Karakteristik contoh tersebut antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, berat badan, dan tinggi badan. Asupan energi dan zat gizi serta
jenis kanker; keluhan, jenis pengobatan dan lama perawatan akan menentukan
status gizi contoh.Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi.
Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi
kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan
dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun mencegah kekambuhan. Adapun
tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi,
mengurangi gejala sindrom kakesia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta
memenuhi kecukupan mikronutrient (Sutandyo dan Hariani 2006).
Salah satu bentuk pelayanan gizi rumah sakit bagi penderita penyakit
kanker rawat inap yaitu pemberian makanan dalam bentuk diet dengan
memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Kebutuhan tubuh akan zat
gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat
pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat relatif yaitu gangguan
pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan
(utilization),
perbedaan
pengeluaran
dan penghancuran
(excrestion
and
destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasaet al 2002). Menurut
Almatsier (2003), kebutuhan energi dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, aktivitas fisik serta kondisi khusus seperti ibu hamil dan
menyusui..Bagan kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
21
Karakteristik contoh:
- Usia
- Jenis kelamin
-Tingkat pendidikan
- Jenis pekerjaan
- Berat badan
- Tinggi badan
Kebutuhan energi
dan zat gizi contoh
Ketersediaan energi dan
zat gizi di rumah akit
Jenis
diet
Asupan energi
dan zat gizi
- Ketersediaan enteral
dan parenteral
- Ketersediaan luar rumah
sakit
- Jenis kanker
- Keluhan
- Jenis
pengobatan
- Lama
perawatan
Status gizi
- Kebiasaan makan
- Tingkat pengetahuan gizi
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat
gizi pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
22
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, karena pengambilan
data dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan
karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta pada bulanJuni sampai Juli 2012. Lokasi
tersebut dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Rumah
Sakit Kanker Dharmais sebagai rumah sakit berfungsi sebagai pusat rujukan
penyakit kanker seluruh Indonesia dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan
serta banyak menangani kasus kanker.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah
SakitKanker Dharmais yang mendapat pelayanan makanan dari Instalasi Gizi
Rumah Sakitpada bulan Juni sampai Juli 2012. Sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil secara non probability samples dengan teknik purposive
sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut : (1) usia ≥20 tahun; (2) telah
dirawat minimal tiga hari; (3)mengonsumsi makanan yang disediakan dari rumah
sakit;(4) kesadaran baik dan dapat berkomunikasi dengan baik;(5) bersedia
menjadicontoh penelitian yang ditunjukan dengan penandatanganan informed
concern.Penentuan jumlah sampel didasarkan pada populasi pasien pada bulan
sebelum penelitian yaitu pada bulan Maret 2012. Pada bulan Maret 2012
terdapat populasi pasien rawat inap kanker sebanyak 284 pasien pada kelas II,
III dan jamkesmas.
Perhitungan sampel sebagai berikut :
n=
𝑁𝑁
.
1+𝑁𝑁 (𝑑𝑑 2 )
284
1 + 284 (0.12 )
= 74
keterangan :
n = jumlah contoh 74 (diperoleh di perhitungan)
N = jumlah populasi 284 orang (periode bulan Maret)
d= tingkat kepercayaan (0.1)
(Notoatmodjo 2005)
23
Jumlah contoh yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yaitu 74
orang. Contoh yang memenuhi kriteria inklusi hanya 74 orang. Kemudian dari 74
orang, hanya 63 orang contoh yang mempunyai data konsumsi yang lengkap.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer terdiri dari:
1. Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan,pengetahuan gizi dan status gizi.
2. Keluhan penyakit, lama perawatan, dankebiasaan makan sebelum
terdiagnosa kanker.
3. Kebutuhan, ketersedian, dankonsumsi contoh.
.
Data sekunder terdiri darigambaran umum rumah sakit, gambaran umum
instalasi gizi RSKD jenis kanker, jenis pengobatan, jenis diet,dan lama
perawatan. Data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan)diperoleh
dengan
cara
wawancara
menggunakan
alat
bantu
kuesioner.Data antropometri (berat badan dan tinggi badan) diperoleh dari buku
rekam medis dan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan
microtoise.
Data pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuesioner yang
berisi pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan. Data mengenai jenis kanker,
jenis pengobatan, keluhan, jenis diet, dan lama perawatan
diperoleh dari
wawancara dan dari buku rekam medis contoh.
Data kebutuhan energi dan zat gizi contoh ditentukan melalui perhitungan
menggunakan rumus dengan mengacu pada data karakteristik contoh. Data
konsumsi makancontoh dikumpulkan dengan menggunakan metode food
weighing dan recall 2 x 24 jamdari makanan yang dikonsumsi contoh. Data
ketersediaan energi dan zat gizi yang disajikan diperoleh dengan metode
penimbangan dan melihat standar porsi di instalasi gizi.
Data sekunder didapatkan dari data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais
mengenai gambaran umum rumah sakit dan instalasi gizi. Selain itu data jenis
diet, jenis kanker, pengobatan ataupun terapi kanker dan lama perawatan
dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter melalui rekam medis. Jenis dan cara
pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
24
Tabel 1Jenis dan cara pengumpulan data
No
1
Data
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat
pendidikan
- jenis pekerjaan
Jenis data
Cara Pengumpulan Data
Alat
Primer
Wawancara
Kuesioner
Berat badan dan
tinggi badan
sekunder
3
Jenis diet dan
kebutuhan energi
dan zat gizi
Primer
Wawancara/pengukuran
Kuesioner
4
Keluhan dan
lama perawatan
Primer/sekunder
Wawancara
Kuesioner
Primer
Wawancara
Kuesioner
Sekunder
Wawancara/ melihat dari
buku rekam medis
Buku rekam
medis
Primer
Food weighing danrecall 2
x24 jam
Timbangan
digital dan
kuesioner
Primer dan
Skunder
Standar Porsi dan
Perhitungan Kandungan
Bahan Makan
--
Sekunder
Wawancara
_
5
6
7
8
9
Pengetahuan gizi
dan kebiasaan
makan
Jenis kanker dan
jenis pengobatan
kanker
Konsumsi energi
dan zat gizi
Ketersediaan
energi dan zat
gizi.
Gambaran umum
rumah sakit dan
instalasi gizi
Pengukuran
timbangan
injak dan
rekam medis
2
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT), dengan rumus sebagai berikut: IMT = BB/TB2
Keterangan : BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m2)
Indeks Massa Tubuh (IMT) dikelompokkan menjadi lima kategori menurut
Depkes (1994) dalam Depkes (2005) yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.
25
Tabel 2 Kategori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori
Kurus tingkat berat
Kurus tingkat ringan
Normal
Gemuk tingkat ringan
Gemuk tingkat berat
IMT
< 17.00 kg/m2
2
17.00–18.49 kg/m
2
18.5 –24.9 kg/ m
25.00–27.00 kg/m2
> 27.00 kg/m2
Selanjutnya untuk variabel penelitian dan pengkategoriannya disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Variabel penelitian dan pengkategoriannya
No
Variabel
1.
Usia
2.
Jenis Kelamin
3.
Pekerjaan
4.
Tingkat Pendidikan
5.
Pengetahuan gizi
6.
Jenis kanker
7.
Jenis pengobatan
8.
Lama perawatan
9.
Keluhan contoh
10.
Jenis Diet
11. Kebiasaan makan
Kategori/Kelompok
1.
2.
3.
1.
2.
Dewasa awal (20-40 tahun)
Dewasa menengah ( 41-65 tahun)
Dewasa akhir (> 65 tahun)
Laki-laki
Perempuan
1. Wiraswasta
2. PNS
3. Karyawan
4. IRT/tidak bekerja
5. Lainnya
1. Perguruan Tinggi
2. SMA/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SD/sederajat
5. Tidak sekolah
1. Kurang (<60%)
2. Sedang (60%-80%)
3. Baik (>80%)
1. Kanker payudara
2. Kanker servix
3. Kanker nasofaring
4. Kanker Ovarium
5. dll
1. Kemoterapi
2. Radiasi
3. Operasi
4. Kombinasi
5. PKU
1.<5 hari
3.5 -10 hari
3.>10 hari
1. mual
2. muntah
3. Diare
4. Anorexia
5. Mual, anorexia
6. Keluhan lainnya
7. Tidak ada keluhan
1. Bubur
2. Nasi tim
3. Nasi biasa
4. Lainnya
1. Makanan yang disukai
2. Jumlah porsi
Sumber/
Acuan
(Papalia & Olds
2001).
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Khomsan (2000)
Data
RSK.Dharmais
Rekam medis
Sebaran contoh
SGA
Almatsier (2004)
Almatsier (2004
26
Menurut Sutardjo (2004), kebutuhan energi contoh dihitung berdasarkan
Angka Metabolisme Basal (AMB) yang dihitung menggunakan Rumus Harris
Benedict sebagai berikut:
a. AMB laki-laki
= 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
b. AMB permpuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan :BB = Berat Badan Ideal (kg)
BBI ditentukan menggunakan Rumus Brocca yaitu :
BBI
= [Tinggi Badan (cm) - 100] – 10% [Tinggi Badan (cm) - 100]
TB
= Tinggi Badan (cm)
U
= Umur (tahun)
Semua pasien/contoh yang menjalani rawat inap mempunyai faktor
aktifitas sebesar 1.2. Faktor stres untuk penyakit kanker sebesar 1.11.3.Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan
kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wastingyang berat
dianjurkan protein 1.5-2 g/kg berat badan (Sutandyio dan Hariani 2006).
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi dan kebutuhan karbohidrat sisa
dari kebutuhan energi, protein, dan lemak. Data konsumsi makan dari hasil
metode food weighing dan recall 2x 24 jam dikonversi menjadi energi dan zat
gizi dengan menggunakansoftware nutrisurvey 2007. Asupan energi dan zat gizi
terhadap kebutuhan disebut tingkat dengan kecukupan.
Perhitungan tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak
ditentukan dengan membandingkan antara asupan dengan kebutuhan. Namun,
tingkat kecukupan vitamin A, C, dan E ditentukan berdasarkan pembagian antara
asupan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Tingkat kecukupan energi dan zat
gizi, menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes (1996) dikelompokkan
menjadi 5 kategori dapat dilihat pada Tabel 4.
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi dihitung dengan membandingkan
jumlah energi dan zat gizi dari makanan yang disajikan rumah sakit dengan
kebutuhan energi total sehari dan zat gizi yang sesuai dengan syarat diet dari
masing-masing jenis penyakit penyerta. Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi
dikategorikan menjadi tiga dapat dilihat pada Tabel 4.Tingkat konsumsi energi
dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat gizi dihitung dengan
membandingkan jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi dengan jumlah
energi dan zat gizi makanan yang disediakan di rumah sakit. Tingkat konsumsi
energi dan zat gizi dikategorikan menjadi empat (Direktorat Bina Gizi Masyarakat
27
1996) dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel 4 merupakan tabel peubah dan
kategoritingkat kecukupan, tingkat ketersediaan, serta tingkat konsumsi terhadap
ketersedian menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat(1996).
Tabel 4 KategoriTingkat Kecukupan, Tingkat Ketersediaan, Tingkat Konsumsi
terhadap Ketersediaan
.No
Variabel
1
Tingkat kecukupan
energi dan
zat gizi
2
Tingkat ketersediaan
energi dan zat gizi
terhadap kebutuhan
energi dan zat gizi
3
Tingkat konsumsi
energi dan zat gizi
terhadap
ketersediaan energi
dan zat gizi
4
Tingkat kecukupan
vitamin
Kategori/Kelompok
a. Defisit tingkat berat (<70% angka
kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79%
angka kebutuhan)
c. Defisit tingkat ringan (80-89%
angka kebutuhan)
d.Normal (90-119% angka
kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (≥120%
angka kebutuhan).
a.Defisit (<90% angka kebutuhan)
b.Normal(90-119%angka
kebutuhan)
c.Lebih (≥120% angka kebutuhan)
a. Defisit Tingkat Berat (< 70% ngka
ketersediaan)
b. Defisit Tingkat Sedang (70-79%
angka ketersediaan)
c Defisit Tingkat Ringan (80-89%
angka ketersediaan)
d.Normal(90-100%angka
ketersediaan)
a.(defisit)<77%AKG
b. (cukup)≥77% AKG
Sumber/
Acuan
Direktorat Bina Gizi
Masyarakat 1996
Direktorat Bina Gizi
Masyarakat 1996
Direktorat Bina Gizi
Masyaraka 1996
Gibson 2005
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan berupa editing, coding cleaning, entry dan
analisis menggunakan microsoft excel 2007. Data deskriptif (persentase dan
rata-rata) antara lain karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, status gizi dan tingkat pengetahuan gizi),jeniskanker, keluhan,
jenis pengobatan, kebiasaan makan, jenis diet, kebutuhan energi dan zat gizi
pasien, konsumsi energi dan zat gizi pasien, tingkat kecukupan energi dan dan
zat gizi, ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi dan zat
gizi, tingkat konsumsi energi dan gizi terhadap kebutuhan energi dan protein,
tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat
gizi.Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara statistik
deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for
Windows.
28
Untuk menganalisis
hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi,
lama perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis pengobatan, status gizi
dengan asupan energi dan zat gizi digunakan uji korelasi Spearman. Analisis
multivariat untuk mengetahui pengaruh jenis pengobatan dan lama perawatan
terhadap asupanenergi dan zat gizi digunakan analisis regreasi linear.
Definisi Operasional
Contoh adalah pasien kanker rawat inap yang bersedia menjadi contoh yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan baik laki-laki maupun
perempuan di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang
menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa,
terapi, rehabilitas medik dan atau pelayanan medik lainnya.
Usia adalah umur contoh pada saat diwawancarai atau pada saat penelitian
berlangsung.
Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang yang telah
ditamatkan contoh.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang gizi yang diketahui contoh
dengan cara menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi
seimbang, dan fungsi zat gizi.
Status gizi adalah keadaan kesehatan gizi contoh yang diperoleh berdasarkan
rumus indeks massa tubuh (IMT)
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari suatu sel.
Jenis penyakit kanker adalah spesifikasi penyakit kanker contoh yang telah
diidentifikasi dan didiagnosis oleh dokter di Rumah Sakit Kanker
Dharmais, Jakarta.
Lama perawatan adalah lamanya contoh dirawat di rumah sakit pada saat
masuk rumah sakit sampai akhir pengamatan.
Jenis pengobatanadalah berbagai macam tindakan pengobatan seperti
kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang
dijalani oleh contoh.
Keluhan adalah merupakan gejala dan tanda yang dirasakan oleh contoh seperti
mual, muntah, diare, anoreksia.
Menu adalah susunan hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara
makan.
29
Jenis dietadalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu
kesembuhan pasien.
Kebiasaan makan adalah frekuensi makan yang paling sering dan paling disukai
oleh contoh sebelum terdiagnosa kanker.
Kebutuhan energi dan zat gizi
adalah jumlah energi dan zat gizi yang
diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat.
Ketersediaan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi dari
makanan yang disajikan untuk contoh dalam satu hari rawat yang terdiri
dari makan pagi, snack, makan siang, dan makan malam.
Asupanenergi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang diperoleh dari
makanan.
Tingkat
Kecukupan
energi,protein,
karbohidrat,
dan
lemakadalah
perbandingan jumlah asupan energy, protein, karbohidrat, dan lemakdari
diet rumah sakit terhadap kebutuhan energi dan zat gizi.
Tingkat Kecukupan vitamin A, C, dan Eadalah perbandingan jumlah yang
dikonsumsi asupan vitamin A, C, dan E dari diet rumah sakit terhadap
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan adalah
perbandingan jumlah energi dan zat gizi yang disediakan darimenu
makanan yang disajikan oleh rumah sakit terhadap kebutuhanenergi dan
zat gizi contoh.
Tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan adalah
perbandingan jumlah asupan energi dan zat gizi dari rumah sakit
terhadap ketersediaan jumlah energi dan zat gizi dari menu makanan
yang disajikan.
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais
Rumah sakit Kanker Dharmais berlokasi di JL. Let. Jend. S. Parman Kav
84-86, slipi, Jakarta Barat. Rs. Rumah Sakit Kanker Dharmais didirikan sebagai
usulan dari mantan presiden RI, soeharto pada tahun 1993 sebagai rumah sakit
rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi
masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Bangunan Rs kanker Dharmais
didirikan di atas lahan seluas 38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan
adalah 63.540 m2. Bangunan ini terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan
utama, bangunan asrama dan litbang, bangunan auditorium, bangunan
penunjang, bangunan teknik dan dan umum, bangunan genset, bangunan rumah
duka, tempat TPS dan incinerator, serta IPAL/STP. Bangunan utama terdiri dari 8
lantai dan ditambah 2 lantai 1,2,3,4,5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih
dalam tahap persiapan pengembangan fisik.
Gambar 2 Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat
Rumah Sakit Kanker Dharmais berfungsi sebagai pusat kegiatan
pelayanan medis pasien kanker serta pusat pendidikan dan pelatihan kanker,
riset klinik, riset dasar dan pendidikan mengenai kanker sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pasien kanker. Pelayanan medis ini bertujuan
kuratif, paliatif, rehabilitatif, preventif, promotif dan edukatif. Pelayanan yang
dilakukan meliputi bidang onkologi bedah, onkologi radiasi, onkologi medik, dan
31
bidang penunjang medik, dan bidang penunjang medik lainnya. RS. Kanker
Dharmais memberikan pelayanan berupa:
1. Pengobatan segala jenis kanker dengan berbagai cara dan tujuan
pengobatan.
2. Deteksi dini kanker dengan tes screening kanker disamping
melakukan medical chek up.
3. Pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai
berbagai kanker
Rumah
sakit
Kanker Dharmais
dituntut untuk
selalu
memantau
perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional. Dengan
demikian rumah sakit ini diharapkan dapat menciptakan peningkatan mutu
pelayanan terhadap pasien kanker, penyelenggara pendidikan, penelitian, dan
pengembangan masalah kanker.
Penyelenggaraan kegiatan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Kanker
Dharmais sesuai dengan SK Menkes No. 134 Tahun 1978, yang dibagi menjadi
4 kegiatan pokok, yaitu kegiatan pengadaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di
ruang rawat inap, kegiatan penyuluhan/konsultasi, dan kegiatan penelitian
pengembangan gizi terapan.
Adapun tujuan pelayanan gizi di rumah sakit kanker dharmais adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan Pelayanan gizi dan tata boga secara profesional kepada pasien
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara optimal.
2. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan gizi dan tata boga
di rumah sakit.
3. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan gizi rumah sakit.
4. Mengembangkan ilmu dan profesi gizi untuk menunjang pengobatan
khususnya di bidang kanker.
Pengadaan
makanan
adalah
serangkaian
kegiatan
dimulai
dari
perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan makanan
hingga proses penyediaan makanan bagi pasien dan karyawan di Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Proses kegiatan ini meliputi: Standarisasi Makanan di Rumah
Sakit standarisasi Kebutuhan Makanan Diit Khusus Pasien Rawat Inap, dan
standarisasi Makanan Formula, Menu, dan Perencanaan Kebutuhan Makanan.
32
Makanan yang diberikan di RS Kanker Dharmais diberikan dalam
beberapa tahapan yang disesuaikan dengan aturan penuntun diit, kebutuhan
secara umum, serta berdasarkan umur dan jenis kelamin pasien. Makanan biasa
diberikan kepada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus yang
berhubungan dengan penyakitnya. Makanan lunak diberikan kepada pasien
sesudah operasi tertentu dan pada penyakit infeksi dengan kenaikan suhu badan
tidak terlalu tinggi. Makanan ini mudah dicerna, rendah serat, dan tidak
mengandung bumbu yang merangsang. Makanan saring diberikan kepada
penderita sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk
infeksi saluran pencernaan, dan kesukaran menelan. Makanan saring diberikan
untuk jangka waktu pendek karena tidak memenuhi kebutuhan gizi terutama
kalori dan vitamin. Makanan cair diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah
operasi tertentu, dalam keadaan mual dan muntah dengan kesadaran menurun
dan suhu badan sangat tinggi atau infeksi akut. Selain tahapan pemberian
makanan yang telah dijelaskan, khusus pasien yang dirawat di ruang isolasi
karena imunitas tubuhnya yang menurun ditempatkan di Ruang Isolasi Imunitas
Menurun (RIIM) dan pasien HIV/AIDS atau karena perlakuan terapi yang harus
dijalani yaitu terapi radiasi dan harus ditempatkan di Ruang Isolasi Radioterapi
(RIRA), maka dalam tiap penyediaan makanannya terdapat sedikit perbedaan
yaitu pada tahap penyajian dan distribusi makanan ke pasien tersebut.
Perencanaan menu adalah suatu proses kegiatan menyusun sajian
beberapa hidangan makanan menjadi satu rangkaian menu yang tujuannya
adalah tersusunnya menu berdasarkan kebutuhan gizi pasien per hari, kebiasaan
makan, macam dan jumlah orang yang dilayani, macam pelayanan yang
diberikan, musim/iklim dan keadaan pasar, keuangan yang tersedia sehingga
semua dapat tersusun dengan baik. perancanaan menu disusun oleh team yang
terdiri dari Koordinator dan Pengawas Pengolahan dan Distribusi Makanan,
Koordinator Pelayanan Gizi Rawat Inap, Ahli Gizi dan Pelaksana Ruangan, dan
Penganggung Jawab Perbekalan. Pola Menu yang digunakan di Rumah Sakit
Kanker Dharmais adalah siklus menu 31 hari untuk Makanan Utama sedangkan
makanan snack menggunakan siklus 20 hari dan 31 hari. Perubahan siklus menu
dilakukan 1 tahun sekali.
Pengadaan bahan makanan merupakan salah satu tahapan dalam
mengelola penyelenggaraan makanan. Pembelian bahan makanan juga
merupakan langkah penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengawasan
33
harga makanan secara keseluruhan. Pengadaan bahan makanan di Rumah
Sakit Kanker Dharmais terbagi menjadi dua kelompok bahan makanan yaitu
kelompok bahan makanan kering dan kelompok bahan makanan basah. Bahan
makanan kering dan basah didistribusikan oleh petugas gudang sesuai
permintaan dari administrasi pengolahan berdasarkan rekapitulasi pengolahan
dan pembagian makan pasien yang diminta sesuai jumlah pasien masing-masing
kelas perawatan per waktu makan sesuai siklus menu yang berlaku.
Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi) yaitu makanan tiap
pasien langsung dibagikan pada masing-masing alat makan pasien di pusat
penyelenggaraan makan. Cara pelayanan makan pasien adalah penyajian
makanan bagi pasien dengan menggunakan alat makan tertentu atau alat makan
lain sejenis yang dirancang untuk penyajian makanan pasien sesuai kelas
perawatan.
Gambar 3 Instalasi gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais
34
Karakteristik Contoh
Karakteristik contoh dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan gizi, dan status gizi contoh.
Karakteristik contoh tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik contoh
Karakteristik contoh
Total
Kelompok Usia
Dewasa Awal
Dewasa Menengah
Dewasa akhir
Total
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
PT
Total
Jenis pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT
PNS
Swasta
Karyawan
Lainnya
Total
Pengetahuan Gizi
Kurang (<60)
Sedang (60-80)
Baik (>80)
Total
Kategori status gizi (IMT)
Kurus tingkat berat (<17.0)
Kurus tingkat ringan (17-18.49)
Normal
(18.5-24.9)
Gemuk tingkat ringan (25-27)
Gemuk tingkat berat (> 27.0)
Total
Perempuan
n
%
39
62
Laki-laki
n
%
24
38
n
63
Total
%
100
14
25
0
39
35.8
64.1
0
100
9
13
2
24
37.5
54.2
8.2
100
23
38
2
63
37
60
3.2
100
2
6
7
16
8
39
5.1
15.3
17.9
41.0
20.5
100
1
3
2
9
9
24
4.2
12.5
8.3
37.5
37.5
100
3
9
9
25
17
63
4.8
14
14
40
27
100
25
6
1
7
0
39
64.1
15.4
2.6
17.9
0
100
4
8
5
4
3
24
16.7
33.3
20.8
16.7
12.5
100
29
14
6
11
3
63
46
22
9.5
17
4.7
100
26
8
5
39
66.7
20.5
12.8
100
11
10
3
24
45.8
41.6
12.5
100
37
18
8
63
59
29
13
100
2
4
25
2
6
39
5.1
10.2
64.1
5.1
15.3
100
6
1
13
3
1
24
25
4.2
54.2
12.5
4.2
100
8
5
38
5
7
63
13
7.9
60
7.9
11
100
Setiap manusia mengonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang
berbeda. Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan salah satunya
adalah jenis kelamin dan usia. Pada penelitian ini, usia dikategorikan menjadi
tiga
kelompok
yaitu
dewasa
awal,
dewasa
menengah,
dan
dewasa
akhir.Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 di atas, sebagian besar
contoh (62%) dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Usia contoh
berselang antara 21-70 tahun dengan rata-rata 44.7±10.5. Mayoritas contoh
(60%) termasuk kategori dewasa menengah. Sebesar 8.2% contoh laki-laki
35
termasuk kedalam kategori dewasa akhir, sedangkan pada contoh perempuan
tidak ada yang tergolong kedalam kategori dewasa akhir. Kejadian kanker
umumnya terjadi setelah usia 30 tahun, seperti pada kanker payudara (Escott
2008).Menurut Jong (2004), semakin tua semakin besar kemungkinan timbulnya
kombinasi dan timbunan mutasi di dalam inti sel, sehingga dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker. Di seluruh dunia pada umumnya perbedaan insiden
kanker bergantung pada usia, jenis kelamin, kelompok penduduk, tempat tinggal,
dan faktor demografis lainnya. Semakin meningkatnya usia, semakin besar
kemungkinan terjadinya kanker. Hal ini berlaku untuk kanker paru-paru, usus
besar, payudara, lambung dan prostat. Bentuk-bentuk kanker ini sangat jarang
terjadi pada orang berusia kurang dari tiga puluh tahun.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan contoh dikelompokkan menjadi lima
tingkatpendidikan,
yaitu
tidak
sekolah,
SD/sederajat,
SMP/sederajat,
SMA/sederajat, dan perguruan tinggi. Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 5, sebagian besar (40%) tingkat pendidikan contohadalah lulusan
SMA/sederajat. Hanya 4.8% contoh yang tidak sekolah dan contoh yang tingkat
pendidikan
lulusan perguruan tinggi cukup besar yaitu
Dibandingkan
dengan
contoh
perempuan,kebanyakan
sebesar 27%.
contoh
laki-laki
merupakan lulusan SMA/sederajat dan perguruan tinggi (PT), yaitu sebesar 75%.
Jenis pekerjaan contoh pada penelitian ini sangat bervariasi. Jenis
pekerjaan contoh dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu tidak bekerja/ ibu
rumah
tangga,
PNS,
pegawai
swasta,
karyawan,
dan
pekerjaan
lainnya.Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, sebagian besar
pekerjaan contoh (46%) adalah IRT(ibu rumah tangga) dan tidak bekerja, hal ini
sejalan dengan hasil penelitian, bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin
perempuan.Kebanyakan contoh laki-laki (33%) bekerja sebagai Pegawai negeri
Sipil (PNS) dibandingkan dengan contoh perempuan yang kebanyakan bekerja
sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja (64.1%). Menurut Simon & Macmillan
(1995), Semakin tinggi pendidikan seseorang ada kemungkinan seseorang
memiliki pekerjaan yang berpenghasilan tinggi pula dan cenderung memiliki
banyak variasi jenis pangan yang akan dikonsumsi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi dan makin banyak pula
pengetahuan yang dimilki, selanjutnya akan mempermudah seseorang untuk
memeriksa kesehatan dirinya, sehingga akan berdampak pada penurunan
36
penyakit kanker tersebut. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan gizi
merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi.
Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu
penting bagi pasien. Pengetahuan contoh tentang gizi dan kesehatan merupakan
segala sesuatu yang diketahui contoh tentang gizi dan kesehatan. Pertanyaan
yang diajukan ke contoh berjumlah 20 pertanyaan berupa pilihan ganda yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, lebih dari separuh contoh
(59%) baik contoh perempuan maupun laki-laki memiliki pengetahuan gizi
kurang. Sebesar 13%contoh memiliki pengetahuan gizi berkategori baik, sisanya
sebesar 29% contoh berkategori sedang. Rendahnya tingkat pengetahuan
contoh mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu pendidikan,
lingkungan, pengalaman, usia, dan penyakit yang diderita serta suasana rumah
sakit yang mengakibatkan contoh mengalami penurunan konsentrasi. Pada
penelitian ini fakor yang diduga mempengaruhi rendahnya tingkat pengetahuan
gizi contoh adalah kondisi penyakit dan suasana rumah sakit. Menurut Khomsan
et al (2009),Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan
adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan,
pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simbolnya.
Semakin
baik
pengetahuan
gizinya,
maka
seseorang
akan
semakin
memperhatikan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya.
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan
utilisasi zat gizi makanan (Gibson 2005). Pada penelitian ini status gizi
dikelompokkan menurut IMTmenjadi lima kategori, yaitu: kurus tingkat berat,
kurus tingkat ringan, normal, gemuk tingkat ringan, dan gemuk tingkat berat.
Tinggi badan dan berat badan diperoleh dengan melihat status rekam medis
yang telah dilakukan pengukuran oleh perawat. Berdasarkan data yang disajikan
pada Tabel 5, lebih dari separuh contoh (60%) memiliki status gizi normal.
Selanjutnya pada penelitian ini juga ditemukan contoh dengan status gizi kategori
kurus tingkat berat sebesar 13% dan gemuk tingkat berat sebesar 11%. Baik
contoh yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki sebagian besar status
37
gizinya juga berada dalam kategori normal.Banyaknya status gizi contoh yang
berkategori normal, diduga pengukuran tinggi badan berat badan dilakukan pada
awal masuk rumah sakit, sedangkan pada waktu pengamatan tidak dilakukan
penimbangan ulang berat badan dan tinggi badan contoh. Berdasakan catatan
rekam medis SGA (Subjective Global Assement) Rumah Sakit Kanker Dharmais,
kebanyakan pasien mengalami penurunan berat badan setelah terdiagnosa
kanker. Penimbangan berat badan pasien kanker perlu dilakukan sekurangkurangnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi gizi
serta agar intervensi gizi dapat dilakukan dengan adekuat (Subandrio 2002).
Jenis Kanker Contoh
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat
beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan
memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak
ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian
(Damayanthi 2008). Pada penelitain ini kategori kanker dan tumor dibedakan
menjadi empat jenis berdasarkan asal jaringan kanker, yaitu karsinoma, leukimia,
limfoma, dan glioma. Menurut Corwin (2001), terdapat beberapa gejala kanker
yang secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami seperti:kanker
payudara dimana terdapat benjolan, penebalan kulit, perubahan bentuk, kulit
menjadi merah, panas dan nyeri. Kanker servik mempunyai gejala adanya
gangguan haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, dan sering menderita sakit
perut mendadak. Pada kanker nasofaring, gejala pertama baru muncul setelah
pertumbuhan masuk dan meluas yang mengakibatkan mata juling, tuli dan
bengkak di leher. Leukimia mempunyai gejala seperti pucat, kelelahan kronis,
penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam.Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 19 jenis tumor dan kanker. Sebaran jenis kanker dan jenis
kelamin disajikan pada Tabel 6.
38
Tabel 6Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis kelamin
Jenis kanker
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
n
%
n
%
Total
n
%
a. Karsinoma :
Kanker payudara
12
30.7
0
0
12
19.0
Kanker Servik
11
28.2
0
0
11
17.4
KNF(karsinoma nasofaring)
1
2.6
7
29.2
8
12.6
Kanker paru
3
7.7
1
4.2
4
6.3
Tumor esophagus
0
0
1
4.2
1
1.6
Kanker prostat
0
0
1
4.2
1
1.6
Kanker sigmoid
0
0
1
4.2
1
1.6
Kanker parotis
0
0
1
4.2
1
1.6
KSS lidah
1
2.6
2
8.3
3
4.8
Tumor Abdomen
2
5.1
1
4.2
3
4.8
Kanker kolon
3
7.7
3
12.5
6
9.5
Kanker rectum
2
5.1
0
0
2
3.2
KSS maksila
1
2.6
0
0
1
1.6
Tumor buli
0
0
1
4.2
1
1.6
KSS rongga mulut
0
0
1
4.2
1
1.6
b.Leukimia :
AML
0
0
1
4.2
1
1.6
LGK
1
2.6
0
0
1
1.6
c. Limfoma :
LNH
2
5.1
2
8.3
4
6.3
d. Glioma :
Kanker parletar crenotomy
0
0
1
4.2
1
1.6
Total
39
100
24
100
63
100
*Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia
myeloid akut, LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat
bahwa asal kanker yang paling banyak adalah karsinoma sebanyak 15 jenis
kanker, leukimia 2 jenis kanker, dan masing-masing satu jenis kanker untuk
limfoma dan glioma.Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu
kanker payudarasebanyak 12 orang (19%), kanker servik11 orang (17.4%),dan
karsinoma nasofaring (KNF) sebanyak 8 orang (12.6%). Berdasarkan jenis
kelamin, kebanyakan pada contoh perempuan menderita kanker payudara
(30.7%), dan serviks (28.2%). Pada contoh laki-laki kebanyakan menderita
karsinoma nasofaring (29.2%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Jong (2004),
bahwa diseluruh dunia, kanker leher rahim dan kanker payudara termasuk
keganasan pada wanita yang paling sering muncul. Berdasarkan data WHO
Global Burden of Disease 2004, di dunia kanker yang paling umum terjadi pada
wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel
39
kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat
mengakibatkan kematian (Tapan 2005).Kanker serviks adalah suatu jenis kanker
yang menyerang serviks uterus, yakni daerah pada organ reproduksi perempuan
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus), dan terletak di antara
uterus dan vagina. Diseluruh dunia, kanker leher rahim dan kanker payudara
termasuk keganasan pada wanita yang paling sering muncul. Kanker servik
terutama ditemukan pada di golongan ekonomi lemah (Jong 2004).
Kanker ketiga terbanyak yang ditemukan adalah karsinoma nasofaring
(KNF) sebanyak 8 orang (13%). Banyak faktor penyebab kanker ini, selain infeksi
virus, juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan. Penderita kanker ini
umumnya berusia dewasa muda.
Selain kanker payudara, servik, dan KNF,
pada penelitian ini juga masih banyak ditemukan jenis kanker yang terdapat
disaluran pencernaan seperti KSS lidah (4.8%), kanker kolon (9.5%), kanker
rektum (3.2%), maupun disaluran pernapasan seperti kanker paru sebesar 6.3%.
Lama Perawatan Contoh
Perubahan lingkungan pada orang yang dirawat dalam waktu lama di
rumah sakit dapat menyebabkan tekanan psikologis pada orang yang
bersangkutan. Hal ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan rasa mual
terhadap makanan yang disajikan (Subandriyo 2000). Lama dirawat di rumah
sakit dihitung sejak contoh masuk rumah sakit hingga saat dilakukan
pengamatan. Lama perawatan contoh dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu <5
hari, 5-10 hari dan >10 hari. Sebaran pasien berdasarkan lama dirawat disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan lama dirawat di RSKD
Lama dirawat
< 5 hari
5-10 hari
>10 hari
Total
n
5
35
23
63
%
7.9
56
36
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7, separuh contoh (56%)
dirawat 5-10 hari. Sedangkan persentase terendah yaitu sebesar 7.9% dirawat
kurang dari 5 hari. Sisanya sebanyak 36% contoh dirawat lebih dari 10 hari.
Salah satu upaya untuk memperpendek hari perawatan dan mempercepat
penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya penyelenggaraan makanan yang
dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien memperoleh makanan sesuai dengan
kebutuhan gizinya (Moehyi 1999).Banyaknya contoh yang dirawat lebih dari lima
40
hari dikarenakan penyakit kanker memerlukan pengobatan dalam jangka waktu
lama dan berulang-ulang seperti kemoterapi dan operasi.
Jenis Pengobatan Kanker Contoh
Penatalaksanaan pengobatan kanker dibedakan menjadi lima kelompok
berdasarkan catatan medis dan alasan kunjungan ke rumah sakit yaitu,
kemoterapi, radiasi, operasi, kombinasi, dan PKU (perbaikan keadaaan umum)
atau pengobatan yang bersifat paliatif. Sebaran contoh berdasarkan jenis
pengobatan dan lama di rawat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan dan lama perawatan
Jenis
pengobatan
< 5 hari
n
%
Kemoterapi
2
40
Radiasi
0
0
Operasi
0
0
Kombinasi
2
40
PKU
1
20
Total
5
100
*perbaikan keadaan umum
Lama dirawat
5-10 hari
n
%
14
40
3
8.6
9
25.7
5
14.3
4
11.4
35
100
Total
>10 hari
n
%
10
43.5
2
8.7
7
30.4
2
8.7
2
8.7
23
100
n
26
5
16
9
7
63
%
41
7.9
25
14
11
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel8 di atas, hampir separuh
contoh (41%) datang ke Rumah Sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk
melaksanakan pengobatan kemoterapi. Pengobatan
terbanyak kedua adalah
dengan operasi sebesar 25%. Pengobatan yang paling sedikit adalah
pengobatan dengan radiasi yaitu sebanyak 7.9%. Selanjutnya sebanyak 43.5%
contoh yang melaksanakan kemoterapi dirawat lebih dari 10 hari. Kebanyakan
semua contoh yang melaksanakan pengobatan dirawat 5-10 hari. Kemoterapi
adalah obat yang dibuat secara kimiawi yang bekerja menghambat atau
mematikan mikroorganisme yang membuat sel-sel tumor. Kelemahan dan
keterbatasan terapi ini adalah setiap sel sehat akan menerima racun sel dalam
konsentrasi yang sama dan efek sampingnya bersifat sistematis dapat muncul
dimanapun dan batasnya ditentukan oleh toleransi dari sel-sel sehat paling peka
dimanapun dalam tubuh (Jong 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan
contoh dan melihat catatan rekam medis kebanyakan contoh telah berulangulang melakukan kemoterapi.
Penyinaran (radiasi) menghancurkan sel-sel yang membelah dengan
cepat,tetapi penyinaran juga bisa merusak jaringan normal, terutama jaringan
dimana sel-sel secara normal berkembangbiak dengan cepat. Dengan
menentukan target penyinaran secara akurat akan melindungi sel-sel normal
sebanyak mungkin. Sel-sel yang memiliki pasokan oksigen yang memadai lebih
41
mudah dirusak oleh penyinaran. Penyinaran tumor pada kepala dan leher sering
menyebabkan peradangan selaput mukosa di hidung dan mulut, menyebabkan
sakit dan luka terbuka (ulserasi). Penyinaran pada lambung atau perut sering
menyebabkan peradangan lambung (gastritis) dan usus bagian bawah (enteritis),
sehingga mengakibatkan terjadinya diare. Untuk beberapa kanker, pengobatan
terbaik merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran dan kemoterapi.
Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker yang daerahnya terbatas,
sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan
pembedahan
maupun
penyinaran.
Kadang
penyinaran
atau
kemoterapi
dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor; atau setelah
pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker. Kemoterapi yang
dikombinasikan dengan pembedahan, akan memperbaiki kesempatan harapan
hidup pada penderita kanker usus besar, payudara atau kendung kemih yang
telah menyebar ke kelenjar getah bening regional. Selanjutnya sebaran contoh
berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan disajikan pada tabel 9.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 9, diketahui bahwa contoh
yang mengalami penyakit kanker sebagian besar menjalani pengobatan dengan
cara kemoterapi. Pengobatan kemoterapi paling banyak dilakukan untuk
mengobati jenis kanker payudara seperti terlihat pada Tabel 9 yaitu sebesar
19.2%, kanker servik sebesar 15.4%, dan karsinoma nasofaring sebesar 15.4%.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa tiga jenis kanker yang paling
banyak diderita contoh adalah kanker payudara, servik, dan KNF. Hampir
separuh (40%) Pengobatan dengan cara radiasi dilakukan untuk mengobati
penyakit kanker payudara. Sebagian besar (31.2%) pengobatan operasi
dilakukan untuk mengobati penyakit kanker kanker servik, namun pada contoh
kanker payudara juga banyak melakukan pengobatan dengan operasi, yaitu
sebesar 25%. Selanjutnya untuk pengobatan dengan cara kombinasi sebagian
besar dilakukan untuk mengobati penyakit KNF dan kanker kolon masing-masing
sebesar 22.2%, sedangkan untuk Perbaikan Keadaan Umum (PKU) sebagian
besar (28.6%) dilakukan untuk mengobati penyakit kanker paru.Sebaran contoh
berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan secara rinci dapat dilihat pada
tabel 9.
42
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan
Jenis kanker
a. Karsinoma
-Kanker payudara
-Kanker serviks
-KNF
-Kanker paru
-KSS lidah
-Kanker kolon
-Kanker rectum
-KSS maksila
-KSS rongga mulut
-Kanker prostat
-Kanker sigmoid
-Kanker parotis
-Tumor abdomen
-Tumor buli
-Tumor esophagus
b.Leukimia
-AML
-LGK
c. Limfoma
-LNH
d.Glioma
-Kanker parletar prost crenotomy
Total
Kemoterapi
n
%
Radiasi
n
%
Jenis pengobatan
Operasi
Kombinasi
n
%
n
%
Total
PKU
n
%
n
%
5
4
4
1
2
2
1
0
1
0
1
0
0
0
1
19.2
15.4
15.4
3.8
7.7
7.7
3.8
0
3.8
0
3.8
0
0
0
3.8
2
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
40
20
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
20
0
4
5
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
3
0
0
25
31.2
6.2
0
0
6.2
6.2
0
0
0
0
0
18.7
0
0
1
1
2
1
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
11.1
11.1
22.2
11.1
0
22.2
0
0
0
11.1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
14.2
28.6
14.2
0
0
14.2
0
0
0
14.2
0
0
0
12
11
8
4
3
6
2
1
1
1
1
1
3
1
1
19.0
17.5
12.7
6.3
4.8
9.5
3.2
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6
4.8
1.6
1.6
0
1
0
3.8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
14.2
0
1
1
1.6
1.6
3
11.5
0
0
0
0
1
11.1
0
0
4
6.3
0
26
0
100
0
5
0
100
1
16
6.2
100
0
9
0
100
0
7
0
100
1
63
6.3
100
*Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut,
LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin, PKU (perbaikan keadaan umum)
43
Menurut Peckenpaugh (2010), pengobatan operasi kanker dapat pula
dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca
operasi atau terapi radiasi. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan,
kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek
samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi.
Dari Tabel 9 juga dapat dilihat, bahwa contoh dengan kanker payudara
dan kanker servik menjalani semua pengobatan kecuali dengan cara Perbaikan
Keadaan Umum (PKU). Hal ini dikarenakan pada saat diwawancarai kebanyakan
contoh terdiagnosa kanker sudah lama dan bersifat kronis, sehingga harus
dilakukan pengobatan seperti kemoterapi dan operasi. Selajutnya contoh dengan
KNF menjalani semua pengobatan kecuali dengan cara radiasi. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Jong (2004), bahwa penanganan penyakit KNF dilakukan
dengan pembedahan.
Keluhan Contoh
Keluhan kanker itu dapat bermacam-macam dari tidak ada sampai
banyak sekali. Dari keluhan ringan sampai keluhan berat. Keluhan itu tergantung
dari lokasi tumor pada organ dan dari stadiumnya. Di samping itu ada pula
keluhan karena ada komplikasi dan penyakit selular. Jenis keluhan yang
dirasakan contoh dibedakan menjadi tujuh kelompok yaitu, mual, muntah, diare,
anoreksia, mual dan anoreksia, keluhan lainnya, dan tidak ada keluhan. Sebaran
contoh berdasarkan keluhan yang dirasakan dengan jenis pengobatan disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10Sebaran contoh berdasarkan keluhan dan jenis pengobatan
Keluhan
Kemoterapi
n
%
Mual
0
0
Muntah
1
3.8
DIare
2
7.7
Anoreksia
5
19.2
Mual,anoreksia 13
50
Keluhan ainnya
1
3.8
Tidak ada
4
15.3
keluhan
Total
26
100
*perbaikan keadaan umum
Jenis Pengobatan
Radiasi Operasi Kombinasi
n
%
n
%
n
%
PKU
n
%
Total
n
%
0
0
0
3
2
0
0
0
0
0
60
40
0
0
0
2
0
3
4
0
7
0
12.5
0
18.7
25
0
43.7
0
1
1
2
2
0
3
0
11.1
11.1
22.2
22.2
0
33.3
1
1
1
2
0
1
1
14.3
14.3
14.3
28.6
0
14.3
14.3
1
5
4
15
21
2
15
1.6
7.9
6.3
24
33
3.2
24
5
100
16
100
9
100
7
100
63
100
Berdasarkan data yang disajikan padaTabel 10 di atas, keluhan yang
banyak dirasakan contoh adalah mual dan anoreksia sebanyak 33%. Masingmasing sebesar 24% contoh merasakan anoreksia, dan tidak merasakan keluhan
44
apa-apa. Banyaknya contoh merasakan mual dan muntah disebabkan beberapa
faktor. Salah satu faktor tersebut adalah efek pengobatan kanker. Mual dan
muntah dapat terjadi akibat kemoterapi, radioterapi pada saluran gastrointestinal,
obat-obatan seperti penggunan obat-obat analgesic narkotik dan komplikasi
penyakit seperti obstruksi gastrointestinal (Sukardja 2000). Menurut grant (2008),
gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi (penurunan
dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum
tulang), kelelahan, mual, dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis,
perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan
fungsi usus. Akibatnya asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh.
Mual dan muntah terutama terjadi setelah penyinaran otak atau perut
bagian atas. Penyebabnya terletakdi otak sendiri dan pada selaput lendir
lambung yang terangsang. Efek samping dari kemoterapi berlawan dengan efek
samping penyinaran yang bersifat setempat, dimana efek dari pengobatan
kemoterapi terjadi dimanapun. Keparahannya sangat bergantung pada sifat dan
dosis serta lamanya pengobatan. Karena umumnya ditunjukkan pada sel yang
tengah membelah dan yang paling mudah terkena efeknya adalah sum-sum
tulang merah, kulit, selaput lendir, dan sel-sel kelamin (Jong 2004). Menurut
Peckenpaugh (2010), operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula
dikombinasikan dengan kemoterapi. Gejala umum terjadi seperti kelelahan,
kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umunya efek
samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi.
Jenis Diet Contoh
Sebaran contoh berdasarkan jenis diet dan konsistensi makanan
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11Sebaran contoh berdasarkan jenis diet
Jenis diet
NB ( Nasi Biasa)
TB (Tim Biasa)
LB (Lunak Biasa)
NRP (Nasi Rendah Protein)
BS (Bubur Saring)
Tim Rendah Serat
Tim Rendah Purin
Sum-sum
NDH ( Nasi Diet Hati)
Total
n
43
6
5
2
2
1
1
2
1
63
%
68
9.5
7.9
3.2
3.2
1.6
1.6
3.2
1.6
100
45
Jenis diet adalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang
dimakan setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu
kesembuhan pasien (Anggraeni 2012). Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 11di atas, lebih dari separuh contoh (68%) contoh mendapatkan diet
dengan makananan Nasi Biasa (NB), dan diet kedua terbanyak yaitu sebanyak 6
orang (9.5%) mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Menurut Almatsier (2005), Jenis
diet untuk pasien penyakit kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanan. Oleh
sebab itu, diet hendaknya disusun secara individual. Jenis makanan atau diet
yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap,
rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat pengobatan.
Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan secara oral, enteral,
maupun parenteral.Selanjutnya sebaran contoh berdasarkan jenis kanker
dengan jenis diet disajikan pada Tabel 12.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 12, diketahui bahwa hampir
semua contoh mendapatkan diet Nasi Biasa (NB), namun ada contoh yang tidak
mendapatkan diet Nasi Biasa (NB) yaitu pada contoh KSS lidah yang
mendapatkan diet bubur saring, kanker prostat diet Nasi Rendah Protein (NRP),
dan AML yang mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Untuk diet berupa Tim Biasa
(TB), kebanyakan diberikan kepada contoh kanker servik (50%). Selanjutnya
untuk diet Lunak Biasa (LB), kebanyakan diberikan kepada contoh yang
mengalami KNF (60%). Nasi Rendah Protein (NRP) untuk kanker kolon (50%)
dan prostat (50%), bubur saring untuk KSS lidah (100%), tim rendah serat untuk
kanker kolon (100%), tim rendah purin untuk tumor buli (100%), sum-sum untuk
KSS lidah (50%) dan tumor abdomen. Selanjutnya untuk diet Nasi Diet Hati
(NDH) diberikan kepada contoh yang mengalami KNF. Adanya perbedaan diet
yang diberikan kepada contoh disesuaikan dengan kondisi penyakit, keluhan
serta riwayat penyakit atau adanya komplikasi penyakit, sehingga akan
berdampak pada asupan makanan dan kesembuhan penyakit yang diderita oleh
contoh.
46
Tabel 12Sebaran contoh berdasarkanjenis kanker dan jenis diet
NB
Jenis kanker
a. Karsinoma
-Kanker payudara
-Kanker serviks
-KNF
-Kanker paru
-KSS lidah
-Kanker kolon
-Kanker rectum
-KSS maksila
-KSS rongga mulut
-Kanker prostat
-Kanker sigmoid
-Kanker parotis
-Tumor abdomen
-Tumor buli
-Tumor esophagus
b.Leukimia
-AML
-LGK
c. Limfoma
-LNH
d.Glioma
-Kanker parletar prost crenotomy
Total
*KeteranganNB=Nasi biasa
TB
LB
NRP
Jenis diet
BS
T.rendah
serat
n
%
T.rendah
purin
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
12
7
3
3
0
4
1
1
1
0
1
1
2
0
1
27.9
16.3
6.7
6.7
0
9.3
2.3
2.3
2.3
0
2.3
2.3
4.6
0
2.3
0
3
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
16.6
16.6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
60
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
2.3
1
0
16.6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
9.3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
43
2.3
100
0
6
0
100
0
5
0
100
0
2
0
100
0
2
0
100
0
1
NRP= Nasi rendah protein T=Tim TB=Tim biasa
Sum-sum
Total
NDH
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
0
50
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
11
8
4
3
6
2
1
1
1
1
1
3
1
1
19.0
17.5
12.7
6.3
4.8
9.5
3.2
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6
4.8
1.6
1.6
0
0
0
0
0
0
0
0
1.6
1.6
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
4
6.3
0
100
0
1
0
100
0
2
0
100
0
1
0
100
1
63
6.3
100
BS=Bubur saring LB=Lunak biasa
NDH= Nasi diet hati
46
47
Menurut Almatsier (2004), makanan biasa sama dengan makanan seharihari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang
normal. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya
tidak memerlukan makanan khusus. Walau tidak ada pantangan secara khusus,
makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna
dan tidak
merangsang saluran cerna. Makanan lunak adalah makanan yang memiliki
tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan dengan
makanan biasa. Sedangkan makanan saring adalah makanan semi padat yang
mempunyai tekstur lebih halus dari pada makanan lunak, sehingga lebih mudah
ditelan dan dicerna. Makanan diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien demam dengan kenaikkan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan
kesulitan menguyah dan menelan.
Kebiasaan Makan Contoh
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih
pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi,
dan sosial budaya (Suhardjo 2003). Menurut Atmaritaa (2005), kebiasaan makan
adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Variasi
makanan diperkirakan dapat mengurangi risiko terhadap penyakit dan pada
beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Kebiasan makan mencerminkan
terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi.
Pengolahan pangan dan menu yang paling disukai contoh
Pada penelitian kali ini, pengolahan pangan yang disukai dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu digoreng, dipanggang, dan direbus. Berdasarkan data yang
disajikan pada Tabel 13, diketahui lebih dari separuh contoh (68%) menyukai
pengolahan pangan yang digoreng. Menurut amatsier (2004),makanan yang
digoreng memberi tekstur yang disukai dan memberi kelezatan khusus pada
makanan.Selanjutnya sebesar 23% menyukai direbus dan 9.5% menyukai
dipanggang. Salah satu faktor resiko kanker adalah faktor resiko perilaku makan,
dimana makanan yang dipanggang cenderung bersifat karsinogenik (Corwin,
2000). Pada Tabel 13 diatas dapat dilihat, hanya 6 orang yang menyukai
pegolahan pangan yang dipanggang yaitu contoh yang menderita kanker
payudara (33.3%) dan
masing-masing
prostat dan kanker parletar post crenotomy.
sebesar 16.6% pada
kanker KNF
48
Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan yang
disukai disajikan pada Tabel 13.
Tabel13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan yang
disukai
Pengolahan pangan yang disukai
Digoreng
Dipanggang
Direbus
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
Jenis kanker
a. Karsinoma
-Kanker payudara
6
13.9
2
33.3
4
28.6 12 19.0
-Kanker serviks
10
23.2
0
0
1
7.1 11 17.5
-KNF
5
11.6
1
16.6
2
14.3 8
12.7
-Kanker paru
3
6.9
0
0
1
7.1
4
6.3
-KSS lidah
3
6.9
0
0
0
0
3
4.8
-Kanker kolon
4
9.3
0
0
2
14.3 6
9.5
-Kanker rectum
2
4.6
0
0
0
0
2
3.2
-KSS maksila
1
2.3
0
0
0
0
1
1.6
-KSS rongga mulut
1
2.3
0
0
0
0
1
1.6
-Kanker prostat
0
0
1
16.6
0
0
1
1.6
-Kanker sigmoid
1
2.3
0
0
0
0
1
1.6
-Kanker parotis
0
0
0
0
1
7.1
1
1.6
-Tumor abdomen
2
4.6
0
0
1
7.1
3
4.8
-Tumor buli
0
0
0
0
1
7.1
1
1.6
-Tumor esophagus
0
0
1
16.6
0
0
1
1.6
b.Leukimia
-AML
1
2.3
0
0
0
0
1
1.6
-LGK
1
2.3
0
0
0
0
1
1.6
c. Limfoma
-LNH
3
6.9
0
0
1
7.1
4
6.3
d.Glioma
-Kanker parletar crenotomy
0
0
1
16.6
0
0
1
6.3
Total
43
100
6
100
14 100 63 100
*Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia
myeloid akut, LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin,
Selanjutnya untuk menu yang sering dikonsumsi sebelum terdiagnosa
kanker dikelompokkan menjadi lima, yaitu nasi goreng, nasi uduk, gado-gado,
mie, dan menu lainnya. Sebaran contoh berdasarkan menu yang sering
dikonsumsi dengan jenis kanker disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan data yang
disajikan pada Tabel 14, diketahui bahwa menu yang paling sering dikonsumsi
sebelum terdiagnosa kanker oleh contoh adalah mie sebesar 41% dan nasi
goreng sebesar 36%, sedangkan menu yang jarang dikonsumsi oleh contoh
adalah
nasi
uduk
dan
gado-gado
masing-masing
sebesar
6.3%.
49
Tabel 14Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan menu yang sering di konsumsi
Menu yang sering dikonsumsi
Jenis kanker
a. Karsinoma
-Kanker payudara
-Kanker serviks
-KNF
-Kanker paru
-KSS lidah
-Kanker kolon
-Kanker rectum
-KSS maksila
-KSS rongga mulut
-Kanker prostat
-Kanker sigmoid
-Kanker parotis
-Tumor abdomen
-Tumor buli
-Tumor esophagus
b.Leukimia
-AML
-LGK
c. Limfoma
-LNH
d.Glioma
-Kanker parletar prost crenotomy
Total
Nasi goring
n
%
Nasi uduk
N
%
Gado-gado
n
%
6
1
4
2
0
3
0
1
0
0
1
0
1
0
1
26.1
4.3
17.3
8.7
0
13.0
0
4.3
0
0
4.3
0
4.3
0
4.3
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
75
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
4.3
0
0
0
0
0
2
8.7
0
0
0
23
0
100
Mie
Lainnya
n
%
n
%
7.7
15.4
11.5
3.8
7.7
11.5
7.7
0
3.8
3.8
0
3.8
7.7
3.8
0
3
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
16.6
0
16.6
16.6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
11
8
4
3
6
2
1
1
1
1
1
3
1
1
19.0
17.5
12.7
6.3
4.8
9.5
3.2
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6
4.8
1.6
1.6
0
0
0
0
0
1
0
1.6
1
1
1.6
1.6
0
2
7.7
0
0
4
6.3
0
100
1
26
3.8
100
0
7
0
100
1
63
6.3
100
n
%
0
66.7
33.3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
4
3
1
2
3
2
0
1
1
0
1
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
100
3
Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut,
total
LGK: Leukimia Granulositik,LNH; limfoma nonhodkin
49
50
Berdasarkan tabel 14 diketahui juga, berdasarkan penggolongan jenis
kanker, menu yang sering dikonsumsi contoh yang menderita kanker payudara,
KNF, dan kanker paru adalah nasi goreng masing-masing sebesar 26.1%,
17.3%, 8.7, sedangkan contoh yang menderita kanker servik, KKS lidah, kanker
rektum, dan tumor abdomen lebih sering mengonsumsi mie sebesar 15.4% untuk
kanker servik dan masing-masing 7.7% untuk KSS lidah, kanker rektum, dan
tumor abdomen. Berdasarkan hasil wawancara, banyaknya contoh yang
mengonsumsi mie diduga pengolahan mie sangat praktis dan dari segi harga
juga terjangkau, sedangkan untuk nasi goreng dikarenakan nasi goreng
merupakan menu yang mudah ditemui dimana-mana.
Kebiaasan konsumsi lauk hewani dan nabati contoh
Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi lauk hewani dan nabati
dikelompokkan menjadi tiga jenis pangan yang sering dikonsumsi yaitu ayam,
ikan, daging untuk lauk hewani dan tahu, tempe, kacangan untuk lauk nabati,
sedangkan konsumsi setiap kali makan untuk lauk nabati dan hewani sama yaitu
dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 1 porsi, 1 porsi, dan >1 porsi. Sebaran
contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi laun hewani dan nabati serta jumlah
porsi setiap kali makan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi lauk hewani
nabati serta jumlah porsi setiap kali makan
Konsumsi lauk hewani
Ayam
Ikan
Daging
Total
Porsi
< 1 porsi
1 porsi
>1 porsi
Total
n
21
40
2
63
n
7
46
10
63
%
33
63
3.2
100
%
11
73
16
100
Konsumsi lauk nabati
Tahu
Tempe
Kacangan
Total
Porsi
< 1 porsi
1 porsi
>1 porsi
Total
n
29
33
1
63
n
13
36
14
63
dan
%
46
52
1.6
100
%
21
57
22
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 15 di atas, lebih dari
separuh (63%) contoh mempunyai kebiasaan makan konsumsi lauk hewani
berupa ikan dan setiap kali makan kebanyakan contoh mengonsumsi satu porsi
sebanyak (73%). FernandezEsteveet al(1999), menyatakan konsumsi ikan akan
melindungi seseorang terhadap penyakit kanker kolon, rektum, dan ovarium.
Untuk golongan lauk nabati,
52%contoh mengonsumsi tempe dan hampir
separuh (46%) contoh mengonsumsi tahu. Selanjutnya untuk porsi setiap kali
makan lebih dari separuh (57%) contoh hanya mengonsumsi satu porsi setiap
kali makan. Menurut almatsier (2004), Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari
51
untuk
orang
dewasa
adalah
sebanyak
100
gram
atau
dua
potong
ikan/daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak 100-150 gram
atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacangkacangan kering.
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh
Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh
sangat bervariasi, sedangkan konsumsi setiap kali makan untuk sayur dan buah
sama yaitu dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 1 porsi, 1 porsi, dan >1 porsi.
Berikut sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi laun hewani
dan
nabati disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah serta
jumlah porsi setiap kali makan
Konsumsi sayuran
Wortel
Bayam
Kangkung
Daun singkong
Jagung
Sawi
Lainnya
Total
Porsi
< 1 porsi
1 porsi
>1 porsi
Total
n
13
22
9
4
4
4
7
63
n
28
34
1
63
%
21
35
14
6.3
6.3
6.3
11
100
%
44
54
1.6
100
Konsumsi buah
Apel
Jeruk
Pisang
Pepaya
Mangga
Melon
Lainnya
Total
Porsi
< 1 porsi
1 porsi
>1 porsi
Total
n
8
16
11
14
7
5
2
63
n
16
32
15
63
%
12
25
17
22
11
7.9
3.2
100
%
25
50
24
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 16 di atas, dapat dilihat
bahwa sayur yang sering dikonsumsi contoh adalah sayur bayam sebanyak 35%
dan yang paling jarang dikonsumsi adalah daun singkong dan jagung serta
sayuran lainnya seperti labu, selada, tauge dll. Buah yang paling sering
dikonsumsi contoh sangat bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian, buah yang
paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah buah jeruk yaitu sebanyak 25%,
sedangkan buah yang paling sedikit dikonsumsi adalah buah lainnya seperti
anggur, pear dll. Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat,
magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol.
Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga/orange seperti
wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta-karoten
dari pada sayuran tidak berwarna. Vitamin A pada buah dan sayur mempunyai
kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh
dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantung
52
kemih. Di samping itu betakaroten yang bersama vitamin E dan C berperan
sebagai antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.
Dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran
daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam
bentuk tercampur yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak
150-200 gram atau 11/2 -2 mangkok sehari. Buah pada umunya dimakan dalam
bentuk mentah, buahan merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium, dan
serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali apokat), dan kolesterol.
Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200300 gram atau 2-3 potong sehari berupa papaya atau buah lain (Almatsier 2004).
Kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan contoh
Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi minuman selingan/cemilan
sangat bervariasi. Adapun jenis minuman dikelompokkan menjadi enam jenis
yaitu, air putih, teh, kopi, susu, jus, dan minuman lainnya. Begitupun dengan
selingan/cemilan dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu, gorengan, roti, biskuit,
bakso, dan jenis lainnya. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi
minuman dan selingan/cemilandisajikan pada Tabel 17.
Tabel 17Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman dan
selingan/cemilan
Jenis minuman
Air putih
Teh
Kopi
Susu
Jus
Lainnya
Total
n
32
24
2
2
2
1
63
%
51
38
3.2
3.2
3.2
1.6
100
Jenis selingan/cemilan
Gorengan
Roti
Biskuit
Bakso
Lainnya
n
30
7
16
3
7
%
48
11
25
4.8
11
Total
63
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 17 di atas, dapat dilihat jenis
minuman yang paling sering dikonsumsi contoh adalah air putih sebanyak 51%,
dan konsumsi teh sebanyak 38%. Lamanya penyakit kanker yang diderita
contoh, mengakibatkan contoh mulai menerapkan pola hidup sehat yang
didapatkan dari rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Selanjutnya untuk
kebiasan konsumsi selingan/cemilan, dari data yang disajikan dapat dilihat,
hampir separuh (48%) contoh menyukai gorengan, sedangkan cemilan yang
jarang dikonsumsi contoh adalah bakso sebesar 4.8%. dari hasil wawancara
banyaknya contoh yang menyukai cemilan berupa gorengan dikarenakan dari
segi harga sangat terjangkau dan rasanya yang gurih.
53
Konsumsi Pangan Contoh
Kebutuhan energi dan zat gizicontoh
Kebutuhan gizi adalah (Requirement), adalah banyak energi dan zat gizi
minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi adekuat. Pada keadaan sakit, penetapan kebutuhan
gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan
metabolik, penyakit kronik, dan kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu
dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara khusus (Anggraeni 2012). Pada
penelitian kali ini perhitungan energi dihitung berdasarkan rumus Harris
bennedict dengan faktor aktivitas sebesar 1.2 dan faktor stres/injuri/trauma untuk
pasien kanker sebesar 1.2, sedangkan kebutuhan zat gizi lain disesuaikan
dengan syarat diet dari jenis penyakit penyerta. Menurut syarat diet kanker
kebutuhan protein sebesar 1.5 g/Kg BB. Kebutuhan lemak sebesar 15-20% dari
kebutuhan energi total. Kebutuhan karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan
energi total. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan zat gizi contoh
disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi
contoh menurut jenis kelamin
Zat Gizi
Energi (kkal/hari
Protein (g/hari)
Lemak (g/hari)
Karbohidrat (g/hari)
Rata-rata Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Perempuan
Laki-laki
Rata-rata
1726±102.9
1866±241
1779±181
79±13.2
84±22
81±17
33±2.0
36±4.6
35±3.5
276±20.4
301±36.7
285±29.9
Kebutuhan energi dan protein orang sakit umumnya lebih rendah dari
pada kebutuhan energi dan protein dalam kondisi sehat hal ini dikarenakan
kondisi fisik dan penyakit yang di derita. Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 18 di atas, kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh lakilaki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kebutuhan energi
contoh berkisar antara 1415 hingga 2263 kkal/hari dengan rata-rata kebutuhan
energi contoh adalah 1779±181 kkal/hari. Kebutuhan energi contoh laki-laki
sebesar 1866±241 kkal/hari, lebih besar dari kebutuhan energi contoh
perempuan, yaitu 1726±102.9 kkal/hari. Rata-rata kebutuhan protein contoh yaitu
81±17 g/hari, kebutuhan protein contoh laki-laki sebesar 84±22 g/hari dan contoh
perempuan 78±13.2 g/hari. Selanjutnya untuk rata-rata kebutuhan lemak contoh
yaitu 35±3.5 g/hari, kebutuhan lemak contoh laki-laki sebesar 36±4.6 g/hari dan
contoh perempuan 33±2.0 g/hari. Sedangkan untuk rata-rata kebutuhan
54
karbohidrat contoh yaitu 285±29.9 g/hari, kebutuhan karbohidrat contoh laki-laki
sebesar 303±36.7 g/hari dan contoh perempuan
277±20.4 g/hari. Menurut
Hardinsyah dan Martianto (1989), kebutuhan energi terbesar umumnya
diperlukan untuk metabolisme basal karena berat badan dan luas permukaan
tubuh. Pada kondisi sehat aktivitas yang bervariasi antara laki-laki dan
perempuan menyebabkan adanya perbedaan rata-rata yang nyata dalam
metabolisme basal laki-laki dan perempuan sehingga kebutuhan energinya pun
berbeda. Sedangkan pada kondisi sakit, perbedaan kebutuhan kebutuhan energi
dan protein disamping disebabkan oleh perbedaan fisik seperti tinggi badan dan
berat badan juga dipengaruhi oleh jenis penyakit dan berat ringannya penyakit
Selanjutnya untuk kebutuhan vitamin A, C, dan vitamin E didasarkan
pada angka kecukupan gizi (AKG) 2004. Kecukupan vitamin A, C dan vitamin E
berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19Sebaran contoh berdasarkan kecukupan vitamindan jenis kelamin
Zat Gizi
Vitamin A (RE/hari)
Vitamin C (mg/hari)
Vitamin E (mg/hari)
Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Perempuan
Laki-laki
500
600
75
90
15
15
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 19di atas, dapat dilihat
bahwa berdasarkan AKG 2004, kecukupan vitamin pada contoh laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kecukupan vitamin A contoh
laki-laki sebesar 600 RE/hari dan contoh perempuan 500 Re/hari. Kecukupan
vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh perempuan 75 mg/hari.
Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 15
mg/hari.Vitamin A merupakan zat gizi yang penting dalam kesehatan dan
kelangsungan hidup. Vitamin A berperan
dalam berbagai fungsi faali tubuh,
antara lain berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang, diferesiasi
sel, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, serta pencegahan kanker dan
penyakit jantung. Vitamin C dikatakan dapat mencegah dan menyembuhkan
kanker,. Hal ini kemungkinan dikarenakan vitamin C dapat mencegah
pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik, sedangkan vitamin E
mempunyai fungsi utama sebagai antioksidan (Almatsier 2004).
55
Ketersediaan energi dan zat gizi dari rumah sakit
Rumah sakit merupakan instansi penting dalam menyelenggarakan
makanan kelompok. Rumah sakit sebagai salah satu komponen kegiatan dalam
upaya penyembuhan penyakit, makanan yang disajikan di rumah sakit tidak
jarang disajikan sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS) adalah bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain
pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Almasier 2004).
Jumlah ketersediaan energi dan zat gizi pada penelitian ini diperoleh
dengan menjumlahkan masing-masing zat gizi yang dikonsumsi contoh selama
dua hari pengamatan, kemudian dirata-ratakan. Rincian rata-rata ketersediaan
energi dan zat gizi contoh disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi contoh makanan dari RSKD
Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (g)
Vitamin A (RE)
Vitamin C (mg)
Vitamin E (mg)
Rata-Rata Ketersediaan Energi dan Zat Gizi
Rata-rata
1589±35.3
61±5.2
42±5.5
242±15.1
467±347
133±39.8
2.2±0.5
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 20di atas, ketersediaaan
energi seluruh contoh berkisar antara 1514 hingga 1640 kkal dengan rata-rata
ketersediaan energi contoh sebesar 1589±35.3 kkal. Ketersediaan protein
berkisar antara 48 hingga 73 g dengan rata-rata 61±5.2 g. Ketersediaan lemak
berkisar antara 33 hingga 52 g dengan rata-rata 42±5.5 g. Ketersediaan
karbohidrat berkisar antara 219 hingga 280 g dengan rata-rata 242±15.1 g.
Ketersediaan vitamin A berkisar antara 144.2 hingga 1001 RE dengan rata-rata
461±347 RE. Ketersediaan Vitamin C berkisar antara 59 hingga 196 mg dengan
rata-rata 133±39.8mg. Ketersediaan Vitamin E berkisar antara 1.3 hingga 3.1
mg dengan rata-rata 2.2±0.5mg. Menu yang baik merupakan menu yang memilki
kandungan energi yang hampir sama antara satu menu dengan menu lainnya
dalam satu kesatuan siklus menu (Depkes 2006).
56
Tingkat ketersediaan makanan rumah sakit terhadap kebutuhan
Menurut Moehyi (1997), makanan yang disajikan harus dapat memenuhi
kebutuhan gizi pasien karena makanan dapat berfungsi sebagai salah satu
bentuk terapi, penunjang pengobatan dan tindakan medis. Kebutuhan fisiologis
pertama dan sangat penting bagi tubuh adalah energi dan protein terutama bagi
mereka yang sedang dalam proses penyembuhan.
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi pada peneitian kali ini diperoleh
dengan cara membandingkan angka ketersediaan zat gizi yang disajikan di
rumah sakit dengan kebutuhan contoh. Tingkat ketersediaan energi dan protein
dikategorikanmenjadi defisit, normal dan lebih. Sebaran tingkat kategori
ketersediaan energi dan protein disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21Kategori tingkat ketersediaan makanan rumah sakit terhadap kebutuhan
energi dan protein
Tingkat ketersediaan
Defisit
Normal
Total
Energi
n
25
38
63
Protein
%
40
60
100
n
47
16
63
%
75
25
100
Berdasarkan, hasil penelitian, rata-rata tingkat ketersediaan energi contoh
sebesar 90.1±9.1(%) dan protein sebesar 77.8±15.5 (%). Berdasarkan data yang
disajikan pada Tabel 21 di atas, tingkat ketersediaan energi contoh sebagian
besar(60%) berada dalam kategori normal, sisanya sebanyak 40% berada dalam
kategori defisit. Berbeda dengan tingkat ketersediaan energi, pada tingkat
ketersediaan protein sebagian besar(75%), berada dalam kategori defisit sisanya
sebanyak 25% berada dalam kategori normal. Hasil penelitian Silviani (2011)
menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan energi contoh di RS Fatmawati 86%
tergolong defisit dan 10% defisit protein. Sementara itu Primadahani (2006)
menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan energi dan protein pada pasien
penyakit dalam kelas III RS Cipto Mangunkusumo sebagian besar tergolong
defisit. Adanya ketidaksesuaian ketersediaan protein dengan kebutuhan contoh
diduga karena kurang tepatnya pemorsian makanan.
Asupan energi dan zat gizi makanan dari rumah sakit
Tujuan utama konsumsi makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi. Konsumsi makanan dikatakan cukup jika telah memenuhi kebutuhan zat gizi
tubuh. Pada penelitian ini asupan makanan dari rumah sakit
contoh diamati
selama dua hari dengan menggunakan metode food weighing dan
food
recall.Asupan zat gizi yang diamati pada penelitian ini adalah energi, protein,
57
karbohidrat, lemak, vitamin A, C. dan E. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata
asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 22
Tabel 22Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh
dari makanan rumah sakit
Zat Gizi
Energi (kkal/hari
Protein (g/hari)
Lemak (g/hari)
Karbohidrat (g/hari)
Vitamin A (RE)
Vitamin C (mg/hari)
Vitamin E (mg/hari)
Rata-rata asupanenergi dan zat gizi
Perempuan
Laki-laki
Rata-rata
874±481
896±509
882±488
33±21
37±20
35±75
25±18
25±15
25±17
130±68
136±82
132±73
105±80
98±91
102±84
62±45
72.2±58
66±50
1.3±1.1
1.1±0.9
1.2±1.0
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 22di atas, dapat dilihat
bahwa secara umum asupan contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
contoh perempuan. Asupan energi contoh berkisar antara 70 kkal hingga 1596
kkal dengan rata-rata sebesar 882±488. Asupan protein contoh berkisar antara
0.9 g hingga 75 g dengan rata-rata sebesar 35±20. Asupan lemak contoh
berkisar antara 0.1 g hingga 65 g dengan rata-rata sebesar 25±17. Asupan
karbohidrat contoh berkisar antara 14 g hingga 230 g dengan rata-rata sebesar
132±73.Asupan vitamin A contoh berkisar antara 0 hingga 379 RE dengan
rata-rata sebesar 102±84. Asupanvitamin C contoh berkisar antara 0 mg hingga
195 mg dengan rata-rata sebesar 66±50. Asupan vitamin E contoh
berkisar
antara 0 mg hingga 6.02 mg dengan rata-rata sebesar 1.2±1.0. Pada penelitian
ini terdapat beberapa contoh yang asupan energi dan zat gizinya sangat rendah
sekali. Rendahnya asupan tersebut dikarenakan sewaktu dilakukan pengamatan
ada beberapa contoh yang kondisi penyakitnya mengalami penurunan, sehingga
berdampak pada asupan makan contoh serta ada juga contoh yang kebanyakan
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit dibandingkan mengonsumsi
makanan dari rumah sakit. Asupan energi dan protein yang rendah selain dapat
menghambat proses penyembuhan juga dapat menurunkan status gizi contoh.
Seseorang yang tidak makan cukup pangan secara teratur dapat mengakibatkan
tubuh kehilangan zat gizi yang diperlukan. Selanjutnya untuk melihat pengaruh
pengobatan dengan asupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 23.
Tabel23Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi serta
jenis pengobatan
58
Asupan energi
dan zat gizi
Energi (kkal/hari)
Protein (g/hari)
Lemak(g/hari)
Karbohidrat(g/hari)
Vitamin A (RE)
Vitamin C (mg/hari
Vitamin E (mg/hari)
Kemoterapi
749.5±542
27.6±22.2
20.4±18.4
114.1±78.9
108.3±92.2
55.5±57.6
1.2±1.03
Radiasi
795.3±345.6
30.4±14.5
22.3±9.1
121.6±55.3
48.4±50.1
69.0±48.1
0.8±0.7
Jenis pengobatan
Operasi
Kombinasi
925.3±431.3 1126.9±374.0
37.1±17.7
44.1±13.3
28.9±18.5
28.8±9.56
132.8±62.4
170.9±69.9
105.6±88.8
124.2±75.1
66.5±43.0
69.3±42.5
1.32±1.3
1.43±1.06
PKU
1097±471.4
50±21.2
36.9±15.9
171.3±68.0
123.2±107.3
110.3±46.2
1.63±1.75
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 23 di atas, diketahui bahwa
secara keseluruhan asupan energi dan zat gizi tertinggi terjadi pada pengobatan
dengan cara Perbaikan Keadaan Umum (PKU). Asupan energi tertinggi terjadi
pada pengobatan kombinasi yaitu sebesar 1126.9±374.0 kkal dan yang terendah
pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 749.5±542 kkal. Asupan protein
tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu
sebesar 50±21.2 g dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi
sebesar 27.6±22.2 g. Asupan lemak tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan
Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 36.9±15.9 g dan yang terendah pada
pengobatan dengan kemoterapi sebesar 20.4±18.4g. Asupan Karbohidrat
tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu
sebesar 171.3±68.0 g dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi
sebesar 114.1±78.9 g. Asupan vitamin A tertinggi terjadi pada pengobatan
kombinasi yaitu sebesar 124.2±75.1 RE dan yang terendah pada pengobatan
dengan radiasi sebesar 48.4±50.1 RE. Asupan vitamin C tertinggi terjadi pada
pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 110.3±46.2 mg dan
yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 55.5±57.6 mg.
Asupan vitamin E tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum
(PKU) yaitu sebesar1.63±1.75mg dan yang terendah pada pengobatan dengan
radiasi sebesar 0.8±0.7mg. Tingginya asupan energi dan zat gizi contoh yang
menjalani pengobatan dengan PKU dikarenakan pengobatan tersebut bersifat
meringankan dan bertujuan memperbaiki kualitas hidup, mengatasi komplikasi
yang terjadi, mengurangi atau meringankan keluhan.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Pada keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan
perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan
kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan
gizi secara khusus (Anggraeni 2012).
Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupanenergi dan zat
proteinserta jenis kelamin disajikan pada Tabel 24.
59
Tabel 24Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan energi dan
proteinserta jenis kelamin
Energi dan protein
Energi
Protein
Rata-rata tingkat kecukupanenergi dan protein (%)
Perempuan
Laki-laki
Rata-rata
51.2 ±43.9
48.2±27.1
50.1±27.9
43.9±28.8
46.6±29.6
44.9±28.9
kecukupan energi dan zat protein dihitung dengan membandingkan
asupan jumlah energi dan protein dari makanan dengan kebutuhanenergi total
sehari dan zat gizi.Berdasarkan Tabel 24, rata-rata tingkat kecukupan energi dan
protein baik contoh perempuan dan laki-laki tergolong defisit tingkat berat
(<70%).
Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan vitamin
danjenis kelamin disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan vitamin dan
jenis kelamin
Vitamin
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin E
Rata-rata tingkat kecukupan vitamin (%)
Perempuan
Laki-laki
Rata-rata
21.1±16.1
16.4±15.2
19.3±15.8
83.1±60.3
80.3±64.6
82.0±61.5
8.7±7.8
7.4±6.4
8.2±7.3
kecukupanvitamin dihitung dengan membandingkan asupan jumlah
vitamin dari makanan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan data
yang disajikan pada Tabel 25 di atas, rata-rata tingkat kecukupan vitamin A dan
E contoh
tergolong defisit (<77%), sedangkan rata–rata tingkat kecukupan
vitamin C contoh tergolong cukup (≥77%). Cukupnya tingkat kecukupan vitamin
C dibandingkan dengan vitamin yang lain dikarenakan pada waktu pengamatan
kebanyakan menu pada ketersediaan makanan dari rumah sakit menyajikan
sumber vitamin C seperti jeruk, pepaya. Begitupun pada waktu selingan di kelas
II yang kebanyakan diberi jus jeruk dan tomat. Berdasarkan jenis kelamin secara
umum dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi perempuan
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.Rendahnya tingkat kecukupan contoh
laki-laki tersebut dikarenakan kebutuhan laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, sedangkan konsumsi pangannya rendah.Menurut Sutandyo dan
Hariani (2006), pada pasien kanker diet yang diberikan disesuaikan dengan
keadaan pasien. Faktor yang menyebabkan defisiensi energi dan protein pada
pasien kanker antara lain adalahpenurunan asupan makanan dan perubahan
metabolisme. Metabolisme energi berkaitan dengan metabolisme karbohidrat,
protein
dan lemak.
Peningkatan
metabolisme
pada pasien
kanker ini
60
dimungkinkan akibat dari ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan asupan
makan yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan terapi gizi yang adekuat, seperti
pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sintesis
protein dan menurunkan degradasi protein tubuh akibat kanker. Sebaran contoh
berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan proteinserta pengobatan dan
lama perawatan disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan(%)energi dan
protein serta pengobatan dan lama perawatan
Jenis
Pengobatan
Kemoterapi
Radiasi
Operasi
Kombinasi
PKU*
< 5 hari
Energi
Protein
68.2±6.5 64.6±2.2
0
0
0
0
68.3±7.7 62.3±3.0
75.9±0.0 73.0±0.0
Lama dirawat
5-10 hari
Energi
Protein
44.9±31.2 39.3±33.3
51.2±19.6 42.1±16.2
54.2±29.0 44.3±29.3
72.6±18.0 65.3±22.9
72.6±28.5 71.2±43.3
>10 hari
Energi
Protein
34.2±28.8 24.3±19.0
43 ±23.8 45.4±34.7
51.1±27.1 48.2±22.7
31.8±0.8 34.3±13.2
27.4±2.7 51.5±39.8
*perbaikan keadaan umum
Pada Tabel 26 dapat dilihat, bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi
dan protein contoh yang menjalani pengobatan di rumah sakit tergolong defisit
tingkat berat (<70%), kecuali pada jenis pengobatan PKU yang mempunyai ratarata tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit tingkat sedang (7079%). Pada perbandingan lama perawatan, rata-rata contoh yang menjalani
perawatan kurang dari 5 hari mempunyai tingkat kecukupan energi dan protein
lebih besar dibandingkan dengan contoh yang dirawat 5-10 hari dan lebih dari 10
hari. Menurut Moehyi (1999), salah satu upaya untuk memperpendek hari
perawatan danmempercepat penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya
penyelenggaraan makanan yang dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien
memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya.
Selanjutnya pengkategorian tingkat tingkat kecukupan energi dan protein
contohdikategorikan menjadi lima kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit
tingkat sedang. Defisit tingkat ringan, normal, dan lebih. Sebaran contoh
berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein serta jenis kelamin
disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan
protein serta jenis kelamin
Kategori tingkat
kecukupan
Perempuan
n
%
Laki-laki
n
%
Total
n
%
61
Energi
Defisit tingkat berat
Defisit tingkat sedang
Defisit tingkat ringan
Normal
Total
Protein
Defisit tingkat berat
Defisit tingkat sedang
Defisit tingkat ringan
Normal
Total
25
4
7
3
39
64.1
10.2
17.9
7.7
100
16
5
2
1
24
66.7
20.8
8.3
4.1
100
41
9
9
4
63
65.1
14.3
14.3
6.3
100
34
1
1
3
39
87.1
2.6
2.6
7.7
100
19
1
2
2
24
79.2
4.2
8.3
8.3
100
53
2
3
5
63
84
3.2
4.7
7.9
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 27 di atas tingkat kecukupan
energi sebagian besar (93%) contoh tergolong defisit, yaitu defisit tingkat berat
sebesar 65%, tingkat sedang 14% dan defisit tingkat ringan sebesar 14%. Hanya
6.3% contoh yang memiliki tingkat kecukupan normal. Pada perbandingan antara
contoh laki-laki maupun perempuan kebanyakan berada dalam kategori defisit
berat yaitu 40% pada contoh perempuan dan sebanyak 25% pada contoh lakilaki. Tingkat kecukupan konsumsi protein dibandingkan dengan kebutuhan
hampir sama dengan tingkat konsumsi energi dibandingakan dengan kebutuhan.
Tingkat kecukupan protein sebagian besar (92%) contoh tergolong defisit, yaitu
defisit tingkat berat sebesar 84%, defisit tingkat sedang 3.2%, dan tingkat ringan
sebesar 4.7%. Hanya 6.3% contoh yang memiliki tingkat kecukupan normal.
Pada perbandingan antara contoh laki-laki maupun perempuan kebanyakan
berada dalam kategori defisit berat yaitu 54% pada contoh perempuan dan
sebanyak 30% pada contoh laki-laki.
Menurut Sutandyo dan Hariani (2006), pada pasien kanker diet yang
diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien. Terjadi defiisensi energi dan
protein pada pasien kanker disebabkan penurunan asupan makanan dan
perubahan metabolisme. Metabolisme energi berkaitan dengan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Peningkatan metabolisme pada pasien kanker ini
dimungkinkan akibat dari ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan asupan
makan yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan terapi gizi yang adekuat, seperti
pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan
sintesa protein dan menurunkan degradasi protein akibat kanker. Tingkat
kecukupan konsumsi vitamin A, C dan E dibedakan menjadi menjadi dua
kelompok yaitu defisit (<77%) dan cukup ≥( 77%).
vitamin disajikan pada Tabel 28.
Kategori tingkat kecukupan
62
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan
vitamin E
Vitamin A
Vitamin C
Tingkat Kecukupan
n
%
n
%
Defisit (<77%)
63
100
32
51
Cukup (≥ 77%)
0
0
31
49
Total
63
100
63
100
vitamin A, C, dan
Vitamin E
n
%
63
100
0
0
63
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 28di atas. Asupan vitamin A
dan E contoh dibandingkan dengan kebutuhan semua tergolong defisit. Tingkat
konsumsi vitamin C contoh (51%) tergolong cukup, sisanya sebanyak 49%
tergolong defisit. Banyak faktor yang menyebabkan contoh tidak mau makan
antara lain karena tidak berselera, efek pengobatan, menu yang tidak menarik,
lingkungan sekitar yang membuat tidak berselera, atau karena pasien itu sendiri
mengalami gangguan pencernaan.
Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan makanan rumah sakit
Menurut Almatsier (2004) zat gizi yang dapat memberikan energi adalah
karbohidrat, lemak dan protein. Kekurangan satu atau lebih lebih zat-zat gizi
yang esensial akan mengakibatkan timbulnya status gizi kurang. Bila keadaan ini
terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit akan memperlambat proses
penyembuhan, memperpanjang hari perawatan bahkan pada tahap lanjut dapat
mengakibatkan kematian.Sebaran contoh berdasarkan kategori asupanenergi
dan zat gizi terhadap ketersediaan RS (%), disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi terhadap
ketersediaan makanan dari rumah sakit (%).
Energi dan Zat
Gizi
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Rata-rata asupan energi dan zat giziterhadap ketersediaan(%)
Perempuan
Laki-laki
Rata-rata
54.8 ±30.0
56.6±31.8
55.5 ±30.0
55.1±33.4
60.5±33.6
57.2±33.3
63.1±45.4
59.2±37.5
61.5±42.3
52.6±27.4
56.7±33.8
54.2 ±29.8
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 29 di atas, diketahui bahwa
rata-rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh terhadap ketersediaan di rumah
sakit sebesar 50 sampai 60 persen. Secara keseluruhan contoh laki-laki
mempunyai asupan energi dan zat gizi lebih besar bila dibandingkan dengan
contoh perempuan. Dari Tabel 29 juga dapat dilihat, bahwa rata-rata asupan
energi dan zat gizi terhadap ketersediaanmakanan dari rumah sakit
contoh
sebesar 44.%, protein sebesar 42.8%, lemak 38.8%, dan karbohidrat sebesar
45.8%. Banyaknya sisa asupan dikarenakan banyak faktor. Salah saktu faktor
tersebut yaitu pada saat pengamatan contoh banyak mengalami keluhan seperti
63
mual dan anoreksia yang dikarenakan efek dari pengobatan kanker sehingga
akan berdampak pada rendahnya asupan energi dan zat gizi contoh.
Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan zat gizi pada penelitian ini,
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat
sedang, defisit tingkat ringan dan normal. Kategori asupan energi dan zat gizi
terhadap ketersediaan makananrumah sakit disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategoriasupan energi dan protein
terhadap ketersedian makanan rumah sakitserta jenis kelamin.
Tingkat konsumsi
energi
Energi
Defisit tingkat berat
Defisit tingkat sedang
Defisit tingkat ringan
Normal
Total
Protein
Defisit tingkat berat
Defisit tingkat sedang
Defisit tingkat ringan
Normal
Total
Perempuan
n
%
Laki-laki
n
%
n
Total
%
26
1
7
5
39
66.7
2.6
17.8
12.8
100
13
1
5
5
24
54.1
4.2
20.8
20.8
100
39
2
12
10
63
62
3.2
19
16
100
24
5
2
8
39
61.5
12.8
5.1
20.5
100
12
2
3
7
24
50
8.3
12.5
29.1
100
36
7
5
15
63
57
11
7.9
24
100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 30 di atas, hampir seluruh
contoh tergolong kategori defisit (ringan hingga berat). Lebih dari separuh (62%)
contoh baik contoh laki-laki maupun perempuan tergolong kategori defisit tingkat
ringan, sisanya sebanyak 3.2% tergolong defisit sedang, 19% tergolong defisit
tingkat ringan dan sebanyak 16% tergolong normal. Selanjutnya tingkat konsumsi
protein juga dikelompokkan menjadi empat kelompok. Berdasarkan data yang
disajikan pada tabel 30 di atas, lebih dari separuh (57%) contoh tergolong
kedalam kategori defisit tingkat berat. Sebanyak 11% tergolong kedalam kategori
defisit tingkat sedang dan 7.9% tergolong kedalam defisit tingkat ringan. Berbeda
dengan tingkat konsumsi energi, pada tingkat konsumsi protein jumlah contoh
yang tergolong normal lebih banyak yaitu sebesar 24%. Hal ini dikarenakan pada
saat pengamatan kebanyakan contoh lebih menyukai lauk hewani saja
dibandingkan dengan nasi, dan sayuran. Menurut Khomsan (2003), bahwa faktor
konsumsi obat juga berpengaruh terhadap konsumsi pangan, obat-obatan
tertentu dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan. Pasien yang tidak
mampu menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit dengan alasan
mual, tidak nafsu makan, dan tidak cocok dengan rasa makanan rumah sakit.
64
Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang
paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada
penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai,
seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama.
Malnutrisi ada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik
langsung aupun tidak langsung. Pada 20% - 40% dari seluruh penderita kanker
penyebab kematian adalah karena kelaparan. Faktor-faktor primer tersebut
antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit
infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan
tindakan pengobatan kanker (Subandrio 2002).
Hubungan antarVariabel
Ada beberapa variabel penelitian yang dianalisis korelasinya dan hasilnya
secara lengkap disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Hubungan antar variabel
Variabel
Pengetahuan gizi
Lama perawatan
Pengolahan
pangan yang
disukai
Jenis pengobatan
Tingkat
pendidikan
Status gizi
Tingkat
pendi
dikan
r= -0.48
p<0.05
_
_
_
−
r=0.01
p>0.05
Asupan
energi
Asupan
protein
r=0.00
p>0.05
r=-0.337
p<0.05
r=-0.11
p>0.05
Asupan
vitamin
A
r=0.09
p>0.05
r=-0.23
p>0.05
r=0.04
p>0.05
Asupan
vitamin
C
r=-0.05
p>0.05
r=-0.03
p<0.05
r=0.10
p>0.05
Asupan
vitamin
E
r=0.05
p>0.05
r=-0.03
p<0.05
r=0.13
p>0.05
r=0.04
p>0.05
r=-0.37
p<0.05
r=-0.13
p>0.05
r=0.274
p<0.05
r=-0.14
p>0.05
r=0.014
p>0.05
r=0.351
p<0.05
r=-0.10
p>0.05
r=0.049
p>0.05
r=0.03
p>0.05
r=-0.02
p>0.05
r=-0.02
p>0.05
r=0.28
p<0.05
r=0.09
p>0.05
r=-0.01
p>0.05
r=0.02
p>0.05
r=0.04
p>0.05
r=0.06
p>0.05
Hubungan antaratingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi serta asupan
energi dan zat gizi
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang positif bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
gizi contoh (r=0.48, p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya. Hal ini
dikarenakan dalam proses pendidikan yang didapatkan seseorang baik melalui
formal, informal, dan nonformal akan berdampak pada pengetahuan yang pada
akhirnya menjadi penentu utama perilaku. Hasil uji korelasi rank Spearman
(Tabel 31) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara
65
tingkat pendidikan dengan asupan energi (r=-0.14, p>0.05) asupan protein (r=0.01 p>0.05), asupan vitamin A (r=-0.02 p>0.05), asupan vitamin C (r=0.09
p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.04 p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan asupan energi dan zat gizi.
Hubungan antara pengetahuan gizi denganasupan energi dan zat gizi
contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan asupan energi
(r=0.048, p>0.05) asupan protein (r=-0.00 p>0.05), asupan vitamin A (r=0.09
p>0.05), asupan vitamin C (r=0.05 p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.05
p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
gizi dengan asupan energi dan zat gizi. Tidak adanya hubungan antara variabel
tersebut dikarenakan pengetahuan gizi merupakan faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi konsumsi, Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi belum
tentu diikuti dengan semakin baiknya konsumsi. Hal ini terjadi karena ada
beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi, diantaranya adalah
kesukaan, ketersediaan, dan daya beli.
Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik belum tentu
mengubah kebiasan makannya (Khomsan, 2000). Menurut Riyadi (1996),
menyatakan faktor lain yang mempengaruhi konsumsi selain pengetahuan
adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam
pemilihan pangan dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dengan
kesehatan. Terkadang seseorang mengabaikan pengetahuan gizi yang dimiliki
dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
Hubungan antara lama perawatan dengan asupan energi dan zat gizi
contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi negatif antara lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05),
asupan protein (r=-0.337) p<0.05), asupan vitamin C (r=-0.03 p<0.05), dan
asupan vitamin E (r=0.03 p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama
perawatan, maka akan semakin rendah asupan energi dan protein contoh. Hal ini
terjadi karena pasien yang dirawat lebih lama dirawat di suatu rumah sakitmudah
menghafal menu yang disajikan rumah sakit. Akibatnya nafsu makan pasien
hilang sebelum makanan disajikan (Moehyi 1997).
66
Hubungan antarapengolahan pangan yang disukai denganasupan energi
dan zat gizi contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) antara pengolahan pangan
yang disukai contoh dengan asupan energi menunjukkan tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara pengolahan yang disukai dengan asupan energi (r=0.13,
p>0.05) asupan protein (r=-0.11 p>0.05), asupan vitamin A (r=0.04 p>0.05),
asupan vitamin C (r=0.10p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.02 p>0.05), Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara pengolahan yang disukai
dengan asupan energi dan zat gizi. beberapa faktor lain yang berpengaruh
terhadap konsumsi, diantaranya adalah ketersediaan, dan daya beli, lama
peraatan dan jenis pengobatan.
Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan energi dan zat gizi
contoh.
Pengobatan utama penyakit kanker ditujukan untuk membinasakan selsel kanker dengan membunuhnya atau membuangnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan operasi atau pembedahan, penyinaran atau radiasi dan kemoterapy
(uripi 2002). Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi (r=0.274
p<0.05) dan asupan protein (r=0.351 p<0.05), dan asupan vitamin C (r=0.28)
p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi seseorang menjalani
pengobatan kanker dengan pengaruh yang kecil ke tubuh, maka semakin tinggi
konsumsi energi dan zat gizicontoh. Menurut Grant (2008) terapi kanker dapat
mempengaruhi kebutuhan gizi secara signifikan dan berpengaruh terhadap
sistem pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Gejala yang timbul termasuk
mual, muntah, perubahan rasa bau dan bau, disfagia, anoreksia, rasa nyeri dan
kelelahan.
Hubungan asupan energi dan zat gizi dengan status gizi contoh
Status gizi merupakan keadan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan
utilasi (utilization) zat gizi makanan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Menurut
Supariasa et al (2002), penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah
seseorang atau kelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak.
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan tidak terdapat
korelasi antara asupan energi(r=0.14 p>0.05), protein (r=0.49, p>0.05), asupan
vitamin A (r=-0.02 p>0.05), asupan vitamin C (r=-0.01 p>0.05), dan asupan
67
vitamin E (r=0.06 p>0.05), dengan status gizi. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Seseorang
dengan konsumsi yang cukup, belum tentu mempunyai status gizi yang baik.
Staus gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi dalam jangka waktu yang
panjang. Pada penelitian kali ini contoh hanya diamati selama dua hari
pengamatan, sehingga belum bisa melihat pengaruh konsumsi terhadap status
gizi. Dalam kondisi sakit kanker, jenis terapi, pengobatan, jenis kanker, stadium
kanker, serta makanan dari luar mungkin dapat mempengaruhi status gizi
seseorang dalam keadaaan sakit.
Faktor-faktor yang Diduga Berpengaruh terhadap Asupan Energi dan
Protein Contoh
Walaupun data penelitian ini dikumpulkan hanya dalam satu waktu
dengan desain cross sectional, namun dicoba untuk melakukan uji lebih lanjut
(regresi linear) terhadap variabel yang berhubungan bermakna dengan asupan
energi dan protein. Adapun tujuan dari uji regresi linear ini adalah untuk
melakukan pendugaan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap asupan
energi dan protein. Selain itu, melalui uji regresi linear juga dapat ditentukan
seberapa besar variabel-variabel yang diuji tersebut berpengaruh terhadap
asupan energi dan protein.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terdapat dua variabel yang
berhubungan bermakna dengan asupan energi dan protein contoh, yaitu variabel
lama perawatan dan jenis pengobatan. Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor
yang berpengaruh terhadap asupan energi adalah lama perawatan dan jenis
pengobatan. Adapun hasil uji regresi linear tersebut dapat formulasikansebagai
berikut:
Y (asupan energi)=1326,4-297.5(lama perawatan)+75.8(jenis pengobatan)
Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah 0.216. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap
asupan energi adalah sebesar 21.6% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar
78.4% mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji
regresi
linear
yang
didapat
dan
yang
tidak
diteliti
dalam
penelitian
ini.Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap asupan
proteinadalah lama perawatan dan jenis pengobatan. Adapun hasil uji regresi
linear tersebut dapat formulasikan sebagai berikut:
Y (asupan protein) =52.7-10.2(lama perwatan)+4.5(jenis pengobatan)
68
Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah (0.217). Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap
asupan protein sebesar 21.7% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar 78.3%
mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji regresi
linear yang didapat dan yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
69
Sebagian besar contoh (62%) dalam penelitian ini berjenis kelamin
perempuan dan 60%contoh termasuk ke dalam kategori dewasa menengah.
Sebagian besartingkat pendidikan contoh (40%) adalah lulusan SMA/sederajat dan
46% pekerjaan contoh adalahibu rumah tangga dan tidak bekerja.59% contoh
memiliki pengetahuan gizi kurang dan60% contoh memiliki status gizi normal.
Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu kanker payudara
(19%), kanker servik (17%),dan KNF (13%). Lebih dariseparuh contoh
(56%)dirawat selama 5-10 hari. Hampir separuh contoh (41%) datang ke rumah
sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk melaksanakan pengobatan kemoterapi
dan keluhan yang banyak dirasakan contoh adalah mual dan anoreksia (33%).
Sebanyak68% contoh mendapatkan diet dengan makanan nasi biasa.
Lebih dari dua pertiga (68%) menyukai pengolahan pangan yang
digoreng danmenu yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah mie(41%).
Sebanyak 63% mempunyai kebiasaan makan mengonsumsi lauk hewani berupa
ikan dan 46% contoh mengonsumsi tahu.Sayur yang sering dikonsumsi contoh
adalah sayur bayam (34%) dan buah yang paling sering dikonsumsi contoh
adalah buah jeruk (25%). Selain air putih, sebanyak 38% contoh juga sering
mengonsumsi teh.
Kebutuhan rata-rata energi dan protein contoh masing-masing adalah
sebesar 1779±181 kkal/hari dan 81±17 g/hari. Kecukupan vitamin A contoh lakilaki dan perempuan masing-masing adalah sebesar 600 RE/hari dan 500
RE/hari. Kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh
perempuan 75 mg/hari. Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan
sama yaitu sebesar 15 mg/hari. Ketersediaaanrata-rata energi dan protein
masing-masing adalah sebesar 1.589±35.3 kkal dan 61±5.2 g. Ketersediaanratarata vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 461±347 RE, 133±39.8mg, dan
2.2±0.5mg.Asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 882±488
kkal dan 35±20 g. Asupan Vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 102±84 RE,
66±50 mg, dan 1.2±1.0 mg
Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar contohmasingmasing sebesar 93% dan 92% tergolong defisit.Tingkat kecukupan protein
sebagian besar (92%)contoh tergolong defisit. Tingkat Konsumsi vitamin A dan E
contoh
dibandingkan
dengan
kecukupan
tergolong
separuh(51%)tingkat konsumsi vitamin C contoh
defisit.
Lebih
dari
tergolong cukup.Tingkat
ketersediaan energi contoh sebagian besar berada dalam kategori normal (60%)
70
dan sebagian besar tingkat ketersediaan dalam kategori defisit (75%). Lebih dari
separuh asupan energi dan protein dibandingkan dengan ketersediaan contoh
tergolong kategori defisit (>70%).
Berdasarkan uji korelasi Spearman, ada korelasi positif antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan gizi(r=0.48, p<0.05). Ada korelasi negatif antara
lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05)dan protein(r=-0.337,
p<0.05). Ada korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi
(r=0.274, p<0.05)dan protein(r=0.351, p<0.05). Berdasarkan hasil uji regresi
linear terdapat dua variabel yang diduga berpengaruh terhadap asupan energi
dan protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan.
Pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan
energi dan protein masing-masing adalah sebesar 21.6% dan 21.7%.
Saran
1. Perlunya upaya peningkatan konsumsimakan contoh antara lain dengan cara
meningkatkan kualitas atribut makanan yang disajikan.
2. Perlunya konsultasi gizi baik kepada pasien dan/atau keluarga guna
meningkatkan motivasi pasien dalam mengonsumsi makanan. Hal ini lebih
lanjut diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
3. Perlunya pengkajian tentang keberadaan hubungan antara stadium kanker
dengan konsumsi contoh.
DAFTAR PUSTAKA
71
Almatsier S. 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier S. 2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier S.2004.Penuntun Diet.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier S. 2005.Penuntun Diet.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi (Nutritional Care Process). Yogyakarta: Dian
Rakyat.
Babcock M et al.2005.Nutritional Support in cancer And AIDS. Di dalam: NIX S,
editor. Williams’ Basic Nutrition & Diet Theraoy. USA: Elseiver mosby.
Corwin
EJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah;
Pakaryaningsing, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktoran EGC.
Terjemahan dari: Handbook of Pathophysiology.
Damayanthi E.2002.Karakteristik bekatul padi (Oriyza sativa) awet serta aktivitas
antioksidan dan pengobatan proliferasi sel kanker secara in vitro dari
minyak dan fraksinya (Disertasi). Program pasca sarjana. studi ilmu
pangan, Institut Pertanian Bogor.
Debra Awet et al.2001. Diet, nutrition and cancer prevention: Where are we going
from here. Journal of nutrition. (45):3121-3126.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI.1990. Pedoman Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Gizi di Rumah Sakit. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Jakarta. Soeprapto, A.S. 1985. Administrasi Rumah Sakit. CV Brata
Jaya. Surabaya.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI.2003.Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI.2005.Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Jakarta:Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2009. Obesitas dan kurang aktivitas fisik
menyumbang 30% kanker. http://www.depkes.go.id/index. [3 maret
2012].
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang
di dunia menderita kanker. http://www.depkes.go.id/ [6 Maret 2012].
Escott, Sylvia.2008.Nutrition and diagnosis-Related Care. USA: Saunder
Company.
FernandezEsteveet al.1999. Fish consumption and cancer risk. Journal of
nutrition. 70:85–90.
72
Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford: Oxford University
Press
Grant,Barbara.2008.Medical NutritionTherapy for Cancer Prevention, treatment,
and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Escott Stump S, editor. Krause’s
Food and Nutrition & Diet Therapy Edition 12. St. Louis, Missouri:
Saunders Elsevier.
Hammond.2008.Nutrition care. Di dalam : mahan LK, Stump SE, editor. Krause’s
Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Saunder ELseiver
Hardinsyah & D. Martianto. 1989.Menaksir kecukupan Energi dan Protein
SertaPenilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wisari.
Hardinsyah & D. Briawan.1994.Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit (Diagnosis, Konseling dan
Preskripsi). EGC. Jakarta.
Jong,Wim de. 2004.Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan
Dukungan Keluarga. Jakarta: ARCAN.
Khomsan A. 2000.Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor:
IPB.
Khomsan A. 2007.Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan,
Keefektifan dan Dampak terhadap Status Gizi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Khomsan A, Wigna W. 2009. Aspek Sosio-Budaya Gizi dan Sistem Pangan
Suku Baduy.Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Kosen S.1997.Bunga Rampai Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat di Indonesia. Jakrta: Departemen Kesehatan RI.
Krinke UB.2005.Nutrition Through The Life Cycle.USA: Thomson & wadsworth.
Lutz CA, Przytulski KR. 1994: Diet in Cancer. In: Nutrition and Diet Therapy.
Editors: Lutz CA, Przytulski KR, FA. Davis. Co,. Philadelphia, pp 616 633.
Mangan Y. 2005. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Millner JA. 2003. Incorporating basic nutritional science into health terventions for
cancer prevention. Jounal of Nutrition. (133): 3820-3826.
Muchatob, E.1991.Manajemen Pelayan Gizi Makanan Kelompok.
Pusdiknakes.
Jakarta:
73
Moehy, S.1997.Pengaturan
Makan
Penyakit. Jakarat: Gramedia.
dan
Diit
Untuk
Penyembuhan
Moehy, S. 1999. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit.
Jakarat: Gramedia Pustaka Utama.
Mukrieet al1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama dengan
Akademi Gizi dan Departemen Kesehatan RI Jakarta.
Nasca, Philip C. 2008.Fundamental Of Cancer Epidemiology. Canada: Jones
and Barlett Publishers.
Notoatmodjo, Soekidjo.2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarata: Rineka
Cipta.
Papalia DE & Olds SW. 2001.Human Development, Second Edition. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Pearce, E. 2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarat: Gramedia
PustakaUtama.
Peckenpaugh, Nancy J. 2010.Nutrition Essentials And Diet Therapy. USA:
Saunders Elsevier.
Primadhani. 2006. Konsumsi Energi dan Protein pada Penderita Penyakit
Hati Rawat Inap di PERJANDR.Cipto Mangunkusumo (Skripsi).Jakarta:
Institut Pertanian Bogor.
Riyadi H. 1995.Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Shike M 1996. Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hematology /
Oncology Clinic of North America 10:221 – 334.
Simon, Machilan S. 1995.Nutrition and Fitness. New York: Macmilan Library
Reference.
Silviani F. 2012. Konsumsi Zat Gizi dan Daya Terima Pasien Rawat Inap
Penyakit Ginjal Kronik Terhadap Makanan yang Disajikan RSUP
Fatmawati. (Skripsi).Jakarta: Institut Pertanian Bogor.
Sirait A et al. 2009.Hubungan kontrasepsi pil dengan tumor/kanker payudara
di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 59(8).
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian
Rakyat.
Sediaoetama AD. 1996. Penyelenggaraan
Boga. Jakarta : Bhratara.
Makanan
Institusi
dan
Soeprapto, A.S. 1985.Administrasi Rumah Sakit. Surabaya: CV Brata Jaya.
Jasa
74
Subandriyo, V.U. 1993. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit. Diktat yang tidak
dipublikasikan,
Jurusan
Gizi
Masyarakat
dan
Sumberdaya
Keluarga.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Subandriyo, V.U. 2000. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian. Bogor.
Subandriyo V U & Santoso H. 1995. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Subandrio VU.2002.Menu untuk Penderita Kanker.Jakarta : Puspa Swara.
Suhardjo.2003.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Sukardja IDG. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press.
Supariasaet al. 2002.Penilaian Status Gizi. Jakarat: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
SutandyoN, Hariani R.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tannock IF, Hill RP. 1998.The Basic Science of Oncology. Ed ke-3. Singapore:
McGraw-Hill.
Tapan E. 2005.Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Trujillo EB, Bergerson ASL, Graf JC, Mechael M (2005): Cancer. In: The
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition Support Practice
Manual.
Van de Velve. CHJ, Bosman FT, Wagener DJTh. 1999. Onkologi. Arjono,
penerjemah. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito. Terjemahan
dari: Onkologie.
Vogel VG. 2000. Breast cancer prevention: A review of current evidence. Cancer
Journal for Clinicians 50(3):156-170.
[WHO] World Health Organization. 2012. Cancer. http://www.who.int/cancer/en/
[5 Maret 2012].
Zakaria FR. 2001. Pangan dan Pencegahan kanker. Jurnal Teknologi Pangan
dan gizi. FATETA. Institut Pertanian Bogor.
75
76
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hubungan antar variabel
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupanenergi
Peng_gizi
Asupan_E
77
Spearman's rho
Peng_gizi
Correlation Coefficient
1.000
-.048
.
.706
63
63
-.048
1.000
.706
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
Asupan_E
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan Asupanprotein
asupan_P
Spearman's rho
asupan_P
Correlation Coefficient
1.000
.004
.
.975
63
63
Correlation Coefficient
.004
1.000
Sig. (2-tailed)
.975
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
Peng_gizi
Peng_gizi
N
Hubunganantara lama perawatan dengan asupan energi.
Lama_peraw
asupan_E
Spearman's
asupan_E
rho
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Lama_perawatan
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
atan
1.000
-.379**
.
.002
63
63
-.379**
1.000
.002
.
63
63
78
Hubunganantara lama perawatan dengan asupan protein
asupan_P
asupan_P
Pearson Correlation
Lama_perawatan
**
1
-.337
Sig. (2-tailed)
N
Lama_perawatan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.007
63
63
-.337**
1
.007
63
63
Hubungan antara asupanenergystatus gizi
asupan_E
Spearman's
Konsumsi_E
rho
Correlation
Coefficient
status_gizi
1.000
.014
.
.911
63
63
.014
1.000
.911
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
status_gizi
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Hubungan antara asupan protein dengan status gizi
status_gizi
Spearman's
status_gizi
rho
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
asupan_P
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
asupan_P
1.000
-.090
.
.485
63
63
-.090
1.000
.485
.
63
63
79
Hubungan antara pengolahan yang disukai dengan asupan energi
Asupan_E
Spearman's rho Asupan_E
Correlation
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
Pengolahan_mak Correlation
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
Pengolahan_mak
1.000
.135
.
.291
63
63
.135
1.000
.291
.
63
63
Hubungan antara pengolahan yang disukai dengan asupan protein
Pengolahan_mak
konsumsi_P
Spearman's rho Pengolahan_mak Correlatio
n
1.000
.116
.
.364
63
63
.116
1.000
.364
.
63
63
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
konsumsi_P
Correlatio
n
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
80
Hubunganantara jenis pengobatan dengan asupan energi
asupan_E
Spearman's rho Asupan_E
Correlation Coefficient
Treatment
.274
.
.030
63
63
Correlation Coefficient
.274*
1.000
Sig. (2-tailed)
.030
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
Treatment
*
1.000
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan protein
Treatment
Spearman's rho Treatment
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
asupan_P
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
asupan_P
1.000
.351**
.
.005
63
63
.351**
1.000
.005
.
63
63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan protein
kode_tpdkan
Spearman's rho
kode_tpdkan
Correlation Coefficient
Peng_gizi
1.000
.481**
.
.000
63
63
**
1.000
.000
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
Peng_gizi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.481
81
Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan asupanenergi
kode_tpdkan
Spearman's rho
kode_tpdkan
Correlation Coefficient
1.000
-.140
.
.274
63
63
-.140
1.000
.274
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
Asupan_E
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
asupan_E
N
Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan asupanprotein
kode_tpdkan
Spearman's rho
kode_tpdkan
Correlation Coefficient
1.000
-.102
.
.427
63
63
-.102
1.000
.427
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
konsumsi_P
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
asupan_P
N
Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan status gizi
status_gizi
Spearman's rho
status_gizi
Correlation Coefficient
1.000
.015
.
.906
63
63
Correlation Coefficient
.015
1.000
Sig. (2-tailed)
.906
.
63
63
Sig. (2-tailed)
N
kode_tpdkan
kode_tpdkan
N
82
Hubungan antara beberapa variabel dengan asupan vitamin A, C, dan E
Asupan
Asupan
Asupan
vitamin A
vitamin C
vitamin
Variabel
E
Pengetahuan gizi
r=0.09 p>0.05
r=-0.05 p>0.05 r=0.05p>0.05
Lama perawatan
r=-0.23 p>0.05
r=-0.03 p<0.05
r=-0.03 p<0.05
Pengolahan pangan yang
r=0.04 p>0.05
r=0.10 p>0.05
r=0.13 p>0.05
disukai
Jenis pengobatan
r=0.03 p>0.05
r=0.28 p<0.05
r=0.02p>0.05
Tingkat pendidikan
r=-0.02 p>0.05
r=0.09 p>0.05
r=0.04 p>0.05
Status gizi
r=-0.02p>0.05
r=-0.01p>0.05
r=0.06p>0.05
Lampiran 10. Regresi linear
Change Statistics
Adjuste
dR
Model
R
R Square Square
.465a
1
Std. Error of the
.216
Estimate
.148
Sig. F
R Square Change Change
450.539
.216
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
.014
Std.
Model
1
B
(Constant)
Error
Beta
t
1326.47 367.56
Sig.
3.609
.001
.663
.510
-297.525 97.921
-.370 -3.038
.004
Treatment
75.897 40.473
.223 1.875
.066
Peng_gizi
-1.878
9
status_gizi
Lama_pera
watan
Pengolahan
_mak
9
36.602 55.173
.080
2.264
-.099
-.830
.410
23.312 71.676
.040
.325
.746
a. Dependent Variable: Asupan_E
83
Change Statistics
Mode
R
l
R
1
.466
Adjusted R Std. Error of the
Square
a
.217
Square
R Square
Estimate
.149
Change
18.88491
Sig. F Change
.217
.014
Standardize
Model
1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
52.747
15.407
status_gizi
-.842
2.313
-10.270
Treatment
Peng_gizi
Lama_perawat
an
Pengolahan_m
ak
Beta
t
Sig.
3.424
.001
-.044
-.364
.717
4.104
-.305
-2.502
.015
4.588
1.696
.322
2.704
.009
-.045
.095
-.057
-.474
.638
-.690
3.004
-.028
-.230
.819
a. Dependent Variable:
Asupani_P
Lampiran 3. Surat ijin Pengambilan data dan rincian biaya
84
Download