PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP

advertisement
PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP
PERJANJIAN FRANCHISE DI SAMARINDA
Kristiyono Condro Wiyoso1
2Fakultas
Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia
tantangan berat. Perekonomian yang
ABSTRACT
tumbuh sebesar rata – rata 3% sampai
In the Indonesian economy, one area that
dengan 4 % pertahun setelah merosot
stands out is the field of trade. It has
secara drastis hampir 14 persen pada
three principal activities of the economic
system, namely Production, Distribution
and
Consumption.
distributing
the
One
way
business
tahun
1998
tidak
memadai
untuk
of
menyerap pengangguran tenaga kerja
expands
internationally is through licensing, as an
dan
meningkatkan
alternative attempt to get closer to
ekonomi rakyat. 1)
kemakmuran
consumers in the host country as well as
Pada saat
to reduce the impact of high export
era
transport costs, as well as the risk of loss
of product from the market as a result of
transportation
risks
and
globalisasi
Indonesia memasuki
yang
sebentar
lagi
memasuki zaman Asean Free Trade
possible
Area
embargo done politically.
(AFTA).
merupakan
BAB I
Kiranya
salah
satu
Indonesia
negara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah
keterpurukan
Ekonomi.
Indonesia
khususnya
Recovery
Perekonomian
Nasional
1)
Anwar Nasution, dalam makalah
“Tantangan
Perekonomian
Indonesia”disampaikan
pada
seminar
Nasional”
Meluruskan
Jalan
Reformasi”Universitas Gajah Mada tanggal
25-27 september 2003.
mengalami
di
bidang
kegiatan
dalam
era
reformasi dewasa ini merupakan suatu
1
berkembang
yang
menjadi
tujuan
ekslusif. Pemberian hak ini kemudian
sasaran dari negara – negara lain dalam
dirasakan tidak cukup, jika pemberi
menanamkan
Lisensi bermaksud untuk melakukan “
investasinya
dibidang
penyegaran total “ yang tidak hanya
ekonomi.
Dalam perekonomian Indonesia,
dalam bentuk hak, tetapi juga kewajiban
salah satu bidang yang cukup menonjol
–
adalah bidang perdagangan. Hal tersebut
menjalankan segala dan setiap perintah
memiliki tiga kegiatan pokok sistem
yang
perekonomian yaitu Produksi, Distribusi
pelaksanaan operasional kegiatan yang
dan
diberikan lisensi tersebut
Konsumsi.
Salah
satu
pendistribusian
dalam
usaha
internasional
secara
melalui
pemberian
alternatif
upaya
cara
mengembang
sebagai
untuk
lebih
untuk
dikeluarkan
mematuhi
termasuk
dan
sistem
3)
. Untuk itu,
maka mulailah dikembangkan Franchise.
adalah
lisensi,
kewajiban
Franchise
dalam
bahasa
Indonesia
dipadankan dengan kata Franchise yang
telah diatur dalam peraturan Pemerintah
mendekatkan diri pada konsumen di
Nomor 16 tahun 1997 dan keputusan
negara tujuan serta untuk mengurangi
Menteri Perindustrian dan perdagangan
dampak biaya transportasi ekspor yang
Republik
tinggi, serta resiko hilangnya produk dari
259/MPP/Kep/7/1997
pasaran
Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan
sebagai
akibat
resiko
Indonesia
Nomor
Tentang
transportasi dan embargo yang mungkin
Pendaftaran Usaha Franchise.
dilakukan secara politis. 2)
_________________
2)
Gunawan Widjaja,seri hukum bisnis
Lisensi atau Franchise, Rajawali Pers,
Jakarta 2002,him 3.
3)
Ibid, Hlm 5.
Bisnis Franchise merupakan
Lisensi merupakan suatu bentuk
pemberian hak yang sementara dapat
bersifat ekslusif maupun bersifat non –
Bisnis pemasaran atau distribusi produk
2
yang
melibatkan
dua
pihak
yang
Asas
kebebasan
menciptakan
berjanji, dalam hal ini pihak pemberi
Karena
Franchise disebut sebagai franchisor,
sedangkan
pihak
yang
berkontrak
suatu
pada
dapat
ketidakadilan.
prinsipnya
adalah
mendatangkan kesejahteran seoptimal
menerima
mungkin.
Dalam
kenyataanya
tidak
selalu para pihak memiliki bargaining
franchise disebut sebagai franchisee.
position yang seimbang sehingga negara
Sistem
ini
mengandalkan
pada
menganggap perlu untuk campur tangan
kemampuan mitra usaha .
untuk melindungi pihak yang lemah.
Pengaturan perjanjian franchising atau
Dalam hal perjanjian kedudukan
antara
dua
puhak
tidak
________________
selalu
4)
seimbang,kedudukan
Sultan Remy Sjahdeini Berkontrak
Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam
Dalam Perjanjian Kredit Bank di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia,
Jakarta, 1993, hlm 3
5)
Ibid,hlm17.
pengusaha
franchisor(pemberi
Franchise)dapat
lebih kuat daripada franchisee (penerima
Franchise). Pihak Franchise mungkin
saja pengusaha dari kelas menengah
maupun kecil, yang mencari upaya jalur
alternatif
menginvestasikan
dananya
dibidang
usaha
tersebut
dalam
franchising
rangka
meningkatkan
Franchise tersebut tidak lepas dari
hukum yang mana terdiri dari lisensi
paten, merek dagang, hak cipta , desain
taraf
produk, industri, rangkaian elektronik
kesejahteraan hidupnya. Sebaliknya bila
terpadu dan rahasia dagang.
pengusaha franchisor berhadapan dengan
Dengan
terkaitnya
Indonesia
pihak franchisee yang konglomerat maka
pada
kedudukan pengusaha franchisor dapat
Perjanjian
Internasional
dari
pembuatan
HAKI,maka menimbulkan kebutuhan
perjanjian, isi atau klausula dapat berat
akan perangkat hukum atau nilai – nilai
lemah.
Sehingga
dalam
sebelah yaitu dalam hal lebih banyak
budaya
melindungi kepentingan yang kuat 4)
Pada
perkembangan
perkembangan
Asas
kebebasan Berkontrak Dr. Sutan Remy
Sjahdeini berpendapat
baru
yang
relevan
dengan
masyarakat.
Pengembangan industri yang ditopang
5)
dengan penerapan tekhnologi
3
maju,
bukan hanya menghasilkan barang –
Intelektual dalam Hukum Persaingan
dalam Seri Jurnal Hukum Bisnis Volume
11,2000, hlm 71
8)
Prof Tim Lindsey , Hak kekayaan
Intelektual
Suatu
pengantar,
PT
Alumni,Bandung , 2002,h17
barang kebutuhan hidup secara massal
dan beraneka ragam melainkan juga
telah
merangsang
perkembangan
Bila kita melihat pasal – pasal
masyarakat agraris ke arah masyarakat
dalam undang – undang anti monopoli
industri6)
maka
Dalam
praktek
kebebasan
larangan
suatu
besar, Khususnya yang berkaitan dengan
maupun franchise yang berdasarkan
asas
ada
perusahaan untuk berkembang menjadi
HAKI khususnya pada perjanjian lisensi
pada
tidak
penggunaan
berkontrak
lisensi
maupun
Franchise/franchice
sebagaimana diakui dalam kitab Undang
dibidang HAKI.
– Undang Hukum Perdata, memiliki
keterkaitan dalam hal praktik monopoli .
Dalam Undang – undang Nomor
HAKI memberikan hak monopoli pada
5 tahun 1999 tentang larangan praktek
seorang penemu untuk mengusahakan
monopoli dan persaingan usaha tidak
tekhnologi hasil penemuannya tersebut,
sehat juga diatur mengenai pengecualian
serta berhak untuk mencegah orang lain
dari hukum persaingan yaitu perjanjian
menggunakan
yang berkaitan dengan HAKI
atau
mengakses
9)
, salah
tekhnologi tersebut tanpa seizinnya 7)
satunya adalah perjanjian lisensi. Maka
Dalam hal ini juga seorang
penemu atau pencipta dibidang HAKI
yang memiliki hak eksclusif untuk
melakukan segala sesuatu karyanya ,
dapat menetapkan harga yang tinggi
untuk produk yang dia ciptakan
sekaligus
dalam
mendapatkan
8)
keuntungan .
___________________
6)
Achmad
Ali,
dalam
makalah
“reformasi hukum dan HAM di
indonesia “disampaikan pada seminar
Nasional
“Meluruskan
jalan
Reformasi”Universitas Gajah Mada
tanggal 25 – 27 September 2003
7)
Mardiharto Tjokrowarsito , Artikel
mengenai Aspek Hak Atas Kekayaan
dalam
hal
ini
dipersamakan
perjanjian
dengan
lisensi
perjanjian
franchise. Tentu saja hal ini mengundang
pertanyaan , sejauh mana batasan –
batasan
tersebut
terhadap
memiliki
pelaksanaan
dampak
perjanjian
franchise yang berasakan kebebasaan
berkontrak.
Di
beberapa
negara
seperti
Amerika dan Eropa, Otoritas yang
berwenang untuk menilai perjanjian
4
lisensi HAKI adalah Competition Policy
atau
Authoritis dan menurut survey yang
disebabkan banyak faktor.
diadakan
oleh
Economic
Organization
for
Coorperation
Development
.Putusan
Hal
Kebanyakan
and
10)
(OECD)
bangkrut.
tersebut
dari
dapat
perusahaan
franchise atau Franchise yang ada di
–
Indonesia
masih
di
dominasi
oleh
putusan yang dibuat oleh Otoritas ini
perusahaan franchise asing. Berdasarkan
berpengaruh terhadap praktek – praktek
data
bisnis yang berkaitan dengan HAKI,
Franchise
sebagai contoh USA jarang ditemukan
perusahaan franchise di Indonesia yang
perjanjian lisensi mengandung klausula
berjumlah
yang dimaksudkan untuk price fixing ,
perusahaan franchise yang lokal. Selain
quantity restriction, exlusivity dan tie –
itu jumlah perusahaan franchise yang
in karena anti trust authorities melarang
berkisar
hal – hal tersebut 11).
penyusutan
__________________
9)
Menurut pasal 20 (b)Undang – undang
No 5 tahun 1999 mengenai pengecualian
dari ketentuan praktek anti monopoli.
10)
Mardiharto Tjokrowarsito, Op.cit hlm
63.
11)
Ibid
perusahaan
yang
dikemukakan
Indonesia,
sekitar
290
Asosiasi
dari
290
tersebut
menjadi
seluruh
hanya
47
mengalami
sekitar
13)
.Usaha
250
Franchise
di
Indonesia khususnya Nasional masih
tertinggal jauh dibandingkan franchise
asing, sehingga menimbulkan persaingan
yang ketat antara perusahaan yang
sejenis didalam negeri. Yang lebih parah
Tidak ada kebebasan berkontrak yang
adalah semakin meningkatnya impor
Mutlak, negara dapat saja mengatur
barang
dengan melarang klausul – klausul
dalam
suatu
berakibat
kontrak
buruk
atau
kepentingan masyarakat
Perkembangan
yang
konsumsi
dan
mengalirnya
devisa keluar negeri untuk pembayaran
dapat
fee dan royalti14).
merugikan
Dari permasalahan – permasalahan yang
12)
ada tersebut , tertarik penulis untuk
franchise
di
melakukan penelitian dan mengkaji lebih
Indonesia membawa suatu terobosan
dalam tentang perjanjian franchise di
baru dibidang perdagangan , tetapi hal
Indonesia
tersebut tidak sepenuhnya berdampak
dengan
“PELAKSANAAN
positif karena dari banyak bermunculan
KEBEBASAN
perusahaan franchise atau Franchise
yang baru juga banyak pula yang tutup
5
mengambil
judul
ASAS
BERKONTRAK
TERHADAP
Sebagai sarana untuk memperoleh
PERJANJIAN
FRANCHISE DI SAMARINDA”
data dalam rangka penyusunan
____________________
penulisan hukum sebagai syarat
12)
Sutan Remy Sjahdeni op.cit , hlm.4
13)
Tempo,
Perusahaan
Franchisedi
Indonesia Menyusut, 4 September
14)
Kompas
Cyber
Media,
FranchiseIndonesia Tertinggal, Kompas
12 Juni 2000
untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas
17
Agustus
1945
Samarinda.
B.
Perumusan
dan
Pembatasan
2.Tujuan Objektif
Masalah
a. Untuk mengetahui bagaimana
Berdasarkan apa yang diuraikan
implikasi dari penerapan asas
dalam latar belakang , maka dapat
dirumuskan
–
permasalahan
kebebasan
berkontrak
permasalahan yang ada sebagai berikut :
terhadap perjanjian franchise
1. Bagaimanakah Pelaksanaan dari asas
kebebasan
berkontrak
di Indonesia.
terhadap
b.
perjanjian franchise yang terjadi di
kebebasan
Kalimantan Timur.
dibidang
2. Bagaimanakah peranan pemerintah
hal
kebebasan
menanggapi
berkontrak
mengetahui
peranan
Pemerintah dalam hal asas
Indonesia khususnya di Samarinda
dalam
Untuk
berkontrak
HAKI
khususnya
pada perjanjian franchising di
asas
Indonesia
terhadap
dalam
bentuk
peraturan – peraturan hukum
Perjanjian Franchise yang terjadi di
yang ada.
Indonesia dalam bentuk peraturan –
peraturan hukum yang ada.
D. Metode dan Tehnik Penelitian
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
1.Tujuan Subjektif
6
Yaitu dengan meneliti berbagai
dilakukan, dalam hal ini dapat bersifat
sumber kepustakaan, yang terdiri
yuridis normatif, atau yuridis sosiologis (
dari :
empiris ), sebagai berikut :
b. Bahan hukum primer, yaitu :
1. Yuridis Normatif
1.Undang – Undang dasar 1945
Yaitu bahan hukum yang memberikan
2. Kitab Undang – Undang
penjelasan
Hukum Perdata
penelitian
Hak atas Kekayaan Intelektual
Tentang
praktek
hukum
dan
karya
ilmiah
dari
kalangan hukum yang relevan bagi
4. Undang – Undang No 5 Tahun
1999
bahan
berupa hasil – hasil
primer yang
3. Undang – Undang mengenai
5.
mengenai
penulisan. Disamping itu juga
Larangan
Monopoli
bahan
hukum yang memberikan petunjuk dan
dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer
Persaingan Usaha Tidak sehat.
dan bahan hukum sekunder yang berupa
Peraturan
No.16
Pemerintah
Tahun
RI
kamus umum, kamus hukum,majalah,
surat kabar,dan jurnal – jurnal ilmiah.
1997
Tentang Franchise dan
keputusan
2.Yuridis Sosiologis
Menteri
Penelitian
Lapangan
dilakukan
Perindustrian dan perdagangan
mengumpulkan data primer dari hasil
RI No. 256/MPP/Kep/7/1997
lapangan
Tentang Ketentuan dan Tata
kelapangan
cara Pelaksanaan Pendaftaran
keterangan dan informasi yang relevan
Usaha Franchise.
dengan obyek penelitian.
Pada bagian ini juga menjelaskan
dengan
terjun
sekaligus
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN
tentang sifat peneletitian hukum yang
PEMBAHASAN
7
langsung
mencari
kontrak
A. Pelaksanaan
dari
asas
perjanjian
asas
a. Perjanjian Baku
Perjanjian ini telah dikenal
kebebasan
masyarakat
berkontrak dari segi aspek hukum
dalam
yang terdapat dalam perjanjian
Franchise
sangat
final.
Franchise/franchise
bisnis
yang
Bisnis
meraih
atau penyeragaman syarat – syarat
dalam perjanjian baku.
Dalam
diperlukan ketelitian dan analisis
Franchise
yang mendalam dalam perbuatan
kontraknya. Tidak sedikit dari
beberapa franchise yang tidak
hal
perjanjian
hampir
terdapat
perjanjian
standar
yang
seluruhnya
baku
dimiliki
atau
oleh
perusahaan Franchise yang telah
menjalankan
miliki
bisnis franchise sehingga gulung
persaingan, maupun
yang
it” dan kedua adalah sifat uniform
para pihak tersebut, untuk itu
,
perjanjian
adhesie atau prinsip “take it or love
Franchise yang dibuat mengikat
bangkrut
merupakan
pihak. Memiliki dua sifat yaitu
besar pula. Mengingat perjanjian
/
adapun
tertentu yang dibuat oleh satu
tetap mengandung risiko yang
tikar
usaha,
didalamnya terdapat syarat – syarat
yang singkat, meskipun demikian
bertahan
khususnya
baku
merupakan
keuntungan besar dalam waktu
mampu
umum
dunia
perjanjian
merupakan
dapat
tidak
satu pihak.
Franchise yang terjadi.
Implikasi
dirasakan
seimbang atau merugikan salah
kebebasan berkontrak yang
terhadap
yang
keberhasilan
karena
kesuksesan
atau
dibidangnya.
Franchisor memiliki keuntungan.
dari sisi
8
Dalam hal posisi baraining power
yaitu
fase
pra
yang kuat
untuk
memaksakan
kontraktual,
dan
klausula
dalam
perjanjian
Franchise/
franchise
kontrak.
kontrak,
fase
Namun
akan
fase
pasca
timbul
tersebut
permasalahan
tersebut
ketidakseimbangan posisi dalam
franchisor membuat klausula yang
hal tawar – menawar diikuti
memberatkan
lawannya.
dengan itikad tidak baik dari pihak
jumlah
– franchisor. Yang menyebabkan
terkadang
Seperti
dalam
hal
pihak
dalam
hal
ketika
pembayaran royalti, perusahaan
timbulnya
franchise
yang
pelaksanaan perjanjian tersebut.
Indonesia
Mc
terkenal
Donalds
di
telah
ketidakadilan
Franchisedilihat
dalam
dari
segi
menetapkan berapa jumlah royalti
ekonomi merupakan suatu metode
yang harus dibayarkan franchisee,
pemasaran yang bertujuan untuk
pemutusan perjanjian dan biasanya
mengembangkan
perjanjian
dari
usaha dengan cepat melalui sistem
banyak terdapat klausula mengenai
duplikasi. Sehingga terlihat banyak
kewajiban dari pihak yang lemah
para franchise yang terburu – buru
dalam perjanjian tersebut.
dalam mengambil keputusan untuk
baku
terlihat
atau
ekspansi
Perjanjian baku ini sendiri
mengadakan perjanjian franchise
memiliki manfaat bagi perusahaan
tanpa melihat isi perjanjiannya
dalam
terlebih
mempercepat
proses
dahulu,
apalagi
jika
administrasi dalam hal terjadinya
franchise tersebut tidak didampingi
perjanjian. Melihat proses kontrak
oleh
itu sendiri terbagi dalam 3 fase,
melihat bargaining power yang
9
konsultan
hukum
untuk
seimbang
dalam
klausula
biaya untuk
perjanjian Franchisenya .
Biasanya
pelatihan, bantuan
tekhnis, strategi pemasaran dan
Franchise/
sebagainya.
franchisee
hanya
menjalankan
Selain itu banyak perjanjian
suatu
system
dengan
franchise yang sudah dipersiapkan
menandatangani perjanjian yang
oleh franchisor asing dalam bentuk
memberikan
perjanjian baku, sehingga franchise
franchisor
kekuasaan
untuk
kepada
mengontrol,
lokal
tinggal
menerimanya.
semua aspek usaha franchisee
Umumnya
termasuk
ketentuan
tersebut disusun dalam bahasa
perjanjian.
Seperti
pemutusan
perjanjian
hal
inggris hukum yang berlaku adalah
penetapan harga royalti yang harus
hukum negara asal franchisor.
dibayarkan oleh franchisee setiap
Sedangkan dalam PP No.16 Tahun
bulannya berdasarkan omset, dan
1997 mengharuskan berlakunya
bukan dari keuntungan. Terdapat
hukum Indonesia dan penggunaan
penetapan secara sepihak dari
bahasa Indonesia dalam perjanjian
franchisor tanpa adanya penawaran
franchise. Dalam hal kenyataannya
lagi
setelah
pun juga, ternyata masih terdapat
Franchise/ franchise meningkatkan
beberapa perjanjian dalam bahasa
jumlah investasinya, maka seorang
inggris masih berlaku dan sama
franchisor
kuatnya dengan yang berbahasa
dari
oportunitis
dalam
dalam
franchisee,
dapat
dengan
menjadi
cara
Indonesia.
mempertinggi persyaratan volume
Selain
penjualan, meningkatkan biaya –
itu
pula
terdapat
permasalahan dalam hal perjanjian
10
baku mengenai syarat batalnya
produk
perjanjian
yang
Perjanjian Franchise /Franchisee
1266
yang berbentuk produk dan merek
franchise
terkandung
dalam
pasal
atau
merek
KUH Perdata yang menjelaskan
dagang
syarat
memfokuskan
batal
dicantumkan
diangggap
dalam
selalu
,
dagang .
biasanya
pada
lebih
produknya
perjanjian
atau merek dagangnya ditambah
yang bertimbal balik, manakala
dengan marketing program. Dalam
salah satu pihak tidak memenuhi
hal ini produk tersebut harus sama
kewajibannya atau wanprestasi.
dengan standar yang ditetapkan
Lazimnya dalam perjanjian baku
oleh franchisor. Namun terdapat
memakai ketentuan dalam hal
permasalahan
terdapat kesepakatan antara para
membatasi
pihak
kebebasan
untuk
melepaskan
mengenyampingkan
atau
ketentuan
ketika
ruang
franchisor
gerak
penuh
atau
bagi
franchice/Franchise.
Karena
pasal 1266 ayat 2 KUH Perdata,
Franchise harus mengikuti sistem
maka
yang
konsekuensi
hukumnya
telah
dibakukan
sesuai
adalah jika terjadi wanprestasi
dengan perjanjian Franchisenya /
perjanjian
franchisenya.
tersebut
batal
demi
hukum.
Dalam
b.Pertanggungjawaban Para pihak
hal
ini
terdapat
persamaan
antara
sendiri
keagenan
dengan
dengan
Franchise/Franchisee
dengan
perjanjian
franchise.
Keduanya
format
lebih
banyak
sama-sama
dengan
bentuk
perjanjian dalam sistem pemasaran
Di
Indonesia
bisnis
dibandingkan
11
perjanjian
merupakan
suatu
- Pasal 76 – 8a KUH Dagang
yang dilakukan oleh seseorang
atau perusahaan dengan memakai
mengenai komisioner.
merek dagang ataupun hak atas
-
Keputusan
kekayaan intelektual dari pihak
Perindustrian
prinsipal
Keagenan
.
Namun
terdapat
Menteri
RI
Tentang
Tunggal
perbedaan yang penting keagenan
No.295/M/SK/7/1982
dapat
Dalam praktik bisnis franchise/waralana di Amerika
mengandung
perjanjian
pemberian kuasa, hal ini dikaitkan
dengan pihak ketiga.
dengan suatu wewenang untuk
Disinilah
bertindak atas prinsipal.
Di
Indonesia
Franchise/
perbedaan
franchise
antara
dengan
sendiri,
pemberian kuasa, karena dalam
peraturan mengenai keagenan dan
pemberian kuasa si penerima kuasa
distributor
diatur
bertindak untuk dan atas nama
Mengingat
perjanjian
terperinci,
pun
pemberi kuasa sehingga pemberi
masuk dalam kategori perjanjian
kuasa bertanggung jawab atas
jenis baru, namun memiliki dasar
penerima kuasa selama tindakan
hukum yang berkaitan dengan :
tersebut dilakukan dalam lingkup
- Pasal 1338 KUH Perdata
pemberian kuasa. Dalam praktik
- Pasal 1792 – 1819 KUH
perjanjian Franchise/ franchise di
Perdata,
mengenai
ini
perjanjian
Indonesia
juga
dicantumkan
klausula “no agency”
pemberian
Kuasa .
Dalam pengadilan di Amerika
- Pasal 62 – 73 KUH Dagang
Serikat akan melihat apakah dalam
mengenai makelar
kenyataannya franchisee tunduk
12
dalam
pengawasan
franchisor.
Salah satu bagian terpenting
Sebab unsur esensial pada agency
dalam
relationship dalam sistem common
Franchise/
law adalah agen tunduk dalam
mengenai
pengawasan
prinsipal.
Apabila
perjanjian.
pengadilan
menemukan
bahwa
telah
klausula
perjanjian
franchisee
klausula
adalah
pemutusan
Sebagaimana
dijelaskan
yang
dalam
bab
dalam kenyataan yang sebenarnya
terdahulu,
setidaknya
klausula
franchisor
mengendalikan,maka
pemutusan
perjanjian
memuat
pengadilan
akan
memutuskan
beberapa syarat atau alasan yang
bahwa franchisee bertindak untuk
masuk akal dan tentunya dengan
dan atas nama franchisor atau
itikad baik yang dilaksanakan oleh
dengan perkataan lain franchisee
pihak tersebut.
adalah
agen
dari
franchisor.
Berkaitan dengan kebebasan
pengadilan
berkontrak yang di aplikasikan
menemukan bahwa pengawasan
dalam perjanjian standar franchise,
oleh franchisor terhadap franchisee
maka
hanya sebatas quality control maka
pemutusan
pengadilan
lebih banyak diatur oleh pihak
Sebaliknya
bahwa
jika
akan
memutuskan
franchisee
independent
contractor
adalah
klausula
perjanjian
mengenai
biasanya
yang lebih kuat secar ekonomi.
yaitu
Praktiknya
di
Indonesia
berdiri sendiri dan bertindak untuk
kebanyakan perjanjian hal seperti
dirinya sendiri.
ini tidak dapat dianggap tidak
a. Pemutusan Perjanjian
memenuhi prinsip keadilan jika
syarat pemutusan perjanjian hanya
13
dibuat secara sepihak, dalam hal
sendiri
ini biasanya pihak franchisor lebih
sendiri.
dominan untuk menetapkan syarat
b.
diwilayah
franchisee
Penyelesaian
Sengketa
– syarat dan standar yang harus
perselisihan
diikuti
yang
Bisnis
memungkinkan franchisor dapat
merupakan
membatalkan perjanjian apabila
menguntungkan namun juga tak
franchisor menilai franchisee tidak
lepas
dapat memenuhi kewajibannya.
konflik antara franchisor ataupun
Seperti
kegagalan
memenuhi
franchisee. Untuk
standar
operasi,
kegagalan
mengenai penyelesaian sengketa
memenuhi jumlah penjualan dan
perselisihan antara para pihak
sebagainya.
sangat penting untuk dicermati
oleh
franchisee
Sehingga
seorang
dimungkinkan
franchisor
memanfaatkan
Franchise/franchise
dari
suatu
bisnis
permasalahan
yang
atau
itu klausula
dalam perjanjian franchise.
dapat
Berdasarkan asas kebebasan
kedudukan
berkontrak tersebut, maka para
franchisee untuk menguji pasar
pihak
yang ada. Setelah mengetahui
mengenai penyelesaian sengketa
bahwa
tersebut
perselisihan yang akan dipakai.
seorang
Apakah penyelesaian melalui jalur
pasar
menguntungkan,
menentukan
sendiri
franchisor
dapat
memutuskan
pengadilan ataupun jalur diluar
perjanjian
dan
selanjutnya
pengadilan /alternatif penyelesaian
franchisor
dapat
Franchise/franchise
membuka
sengketa.
outletnya
14
Ketentuan
mengenai
2004 memberikan ketentuan yang
penyelesaian perselisihan biasanya
membolehkan
penggunaan
diatur dalam perjanjian franchise
lembaga
dalam
oleh para pihak sebagai upaya
penyelesaian
hukum yang akan diberlakukan
prinsip “ informal prosedure and
jika
can be put quickly”. Dan dalam
terdapat
konflik
dan
arbitarse
membutuhkan penyelesaian yang
UU
singkat. hal ini
memberikan
harus sesuai
No.
sengketa
04
hal
yaitu
Tahun
2004
ketentuan
yang
dengan ketentuan dalam pasal 2 PP
memboleh
No.16
arbitrase dalam hal penyesuaian
Tahun
terhadap
1997,
perjanjian
bahwa
pengunaan
franchise
sengketa
indonesia
Sebagaimana telah diatur lebih
cenderung untuk tidak membawa
lanjut dalam UU No. 30 Tahun
sengketanya
kepengadilan,
1999 dalam pasal 66 huruf b
namun mereka lebih senang untuk
mengenai ruang lingkup hukum
memilih lembaga non – litigasi
perdagangan
atau penyelesaian sengketa diluar
antara lain bidang perniagaan,
pengadilan
perbankan, keuangan, penanaman
diberlakukan
hukum
itu
Seperti suatu prinsip yang
dikenal
dikalangan
luar
lembaga
pengadilan.
adalah
kegiatan
modal, industri, dan hak atas
pengusaha
kekayaanintelektual. Pasal 5 ayat
dalam hal penyelesaian sengketa,
(1) UU No. 30 Tahun 1999 yang
yaitu prinsip informal prosudure
memberikan makna yang luas
and can be put quickly. Dan dalam
megenai
Undang – Undang No 4 Tahun
franchise termasuk kategori Hak
15
perdaganga,
maka
atas kekayaan intelektual dapat
perusahaan
diselesaikan
bersengketa
dengan
lembaga
arbitrase.
yang
Penggunaan arbitrase ini pun
sangat
membantu
perjanjian
franchise
yang
ke
publik
mengakibatkan
jatuhnya citra nama atau
mengingat
kredibilitas
merupakan
franchisor itu sendiri.
kategori dalam penggunaan hak
perusahaan
2) Dimungkinkan
karena
atas kekayaan intelektual. Yang
pengusaha asing tersebut
mana
tidak mengetahui hukum
di
terdapat
dalamnya
rahasia
mungkin
dagang
dari
yang berlaku di negara
masing-masing frachise baik dari
tersebut, baik material
produk
maupun formalitas.
manajemen
memberikan
yang
ciri
perusahaannya.
khas
Sehingga
3) Biasanya
baik
jalur
pengadilan
memakan
frachior maupun franchise lebih
waktu yang lama dan
memilih
mahal,
lembaga
dibandingkan
arbitrase
penyelesaian
keputusan
abitrase
dapat
sengketa yang lainnya, disebabkan
mempersingkat
:
Dengan sifat yang final
1) Karena para pihak tidak
mengingankan
dan mengikat para pihak,
untuk
menyebabkan keputusan
mempublikasikan
sengketa,
ataupun
tersebut
konflik,
rahasia
waktu.
dimintakan
dari
tidakdapat
banding,
kasasi, maupun diadakan
16
bantahan atau sanggahan
Dengan
(verzet).
perjanjian
4) Menghindari
dimuka
sengketa
hakim
pelaksanaan
Franchise/franchise
yang ada di Indonesia, pemerintah
yang
memiliki
dikhawatirkan
akan
regulator baik sisi hukum maupun
memihak
para
ekonomi. Hal ini terlihat dalam
pihak
bahwa
tidak
harus
peran
bentuk
serta
peraturan
Pemerintah
membawa
Nomor
persengketaannya
keputusan
kehadapan
Perdagangan Peridustrian Nomor
asing
peradilan
dari
lawan
sengketanya,
menurut
mereka
16
dalam
Tahun
Menteri
1997
dan
Departemen
259/MPP/Kep/7/1997
sebagai
tentunya
ketetentuan tata cara pendaftaran
pandangan
Franchise ketentuan – ketentuan
akan
bersifat
tersebut merupakan peranan dalam
terlampau condong untuk
bentuk perlindungan hukum yang
memberikan
termasuk namun tidak terbatas
perlindungan
hukum
dalam aspek hukum perjanjian
kepada warga negaranya
Franchise/franchise yang ada di
sendiri.
Indonesia.
B.Peranan
Pemerintah
Untuk
Yang
itu
peranan
Berkaitan Dengan Perjanjian
pemerintah yang cukup penting
Franchise/
dalam
Franchise
Di
perkembangan
Franchise/franchise di Indonesia
Indonesia.
terdapat dalam hal :
17
a.
berdasarkan
Menteri
Keputusan
Deperindag
Franchise
No
ketentuan
ini
dasarnya
dimaksudkan
259/MPP/Kep/7/1997 Pasal 2
untuk menghindari “makelar
menyebutkan
franchise” yang menerima hak
perjanjian
bahwa
franchise
harus
Master
dibuat secara tertulis dengan
hukum
c.
Indonesia. Hal ini
merupakan
bentuk
Franchisee
tanpa
kewajiban pelaksanaan.
bahasa Indonesia dan berlaku
b.
pada
Pasal 5 menyebutkan sebelum
membuat perjanjian franchisee
peranan
seorang franchisor diharuskan
pemerintah dalam mengatur
untuk
perjanjian
keterangan tertulis dan benar
franchise
di
menyampaikan
–
Indonesia.
sekurang
Dalam hal penunjukan master
mengenai identitas franchisor,
franchise yang diberikan hak
obyek
untuk menunjuk lebih lanjut
berkaitan dengan HAKI , hak
seorang
dan kewajiban para pihak cara
subfranchisee
berdasarkan
Keputusan
Menteri
dan
kurangnya
franchise
syarat
yang
pengakhiran
Deperindag
pemutusan dan perpanjangan
menyebutkan bahwa master
perjanjian, dan hal – hal lain
franchisee wajib mempunyai
yang
dan
franchisee dalam pelaksanaan
melaksanakan
sendiri
sekurang – kurangnya 1(satu)
tempat
usaha
untuk
melakukan
kegiatan
usaha
perlu
diketahui
perjanjian franchise.
d.
Pasal 7 ayat 1 mengenai
klausula
18
yang
wajib
dicntumkan dalam perjanjian
- Ganti
rugi
dalam
franchise:
perjanjian
- Nama, alamat dan tempat
pembayaran imbalan
kedudukan
perusahaan
bahan
- Nama jabatan Hak dan
hasil
produksi
dalam negeri
Kewajiban, penemuan atau
- Pembinaan bimbingan dan
ciri khas usaha misalnya
pelatihan
sistem
franchisee
cara
penjualan atau distribusi
yang
cara
- Penggunaan barang atau
masing – masing pihak.
manjemen
tata
hal
e.
kepada
Dalam pasal 8 menyebutkan
merupakan
mengenai jangka waktu yang
karakteristik khusus yang
berlaku sekurang – kurangnya
menjadi objek franchise.
5 tahun. Dengan demikian
- Hak dan kewajiban masing
–
masing
pihak
franchisor
tidak
dapat
serta
memutuskan perjanjian suatu
bantuan dan fasilitas yang
waktu atau dengan perkataan
diberikan
lain dilarang untuk membuat
kepada
franchisee
perjanjian
- Wilayah pemasaran.
bersifat kapan saja.
- Jangka waktu perjanjian
- Ketentuan
franchise yang
f.
syarat
Pasal 11 menyebutkan bahwa
master franchisee wajib untuk
pemutusan perjanjian
mendaftarkan
franchise
tertulis
19
dan
pada
perjanjian
keterangan
Departemen
Perindustrian dan perdagangan
g.
- Pasal
11
Republik Indonesia.
Menteri
Pasal 16 menyebutkan bahwa
kewajiban
franchisor
mendaftarkan
wajib
dan
franchisee
mengutamakan
atau
Deperindag
franchise
memperioritaskan penggunaan
Keputusan
untuk
perjanjian
guna
mendapatkan STPUW.
barang atau hasil produksi
Sebagaimana
terdapatnya
dalam negeri. Dengan begitu
ketentuan mengenai pendaftaran
terdapatnya keikutsertaan dari
franchise di Indonesia baik PP
pengusaha
sehingga
No.16 Tahun 1997 maupun dalam
peningkatan
Keputusan Menteri Deperindag No
kecil
terjadinya
kualitas dan produktifitas dari
259/MPP/Kep/7/1997.
pengusaha kecil di Indonesia.
pendaftaran Franchise/franchise di
Mengenai
pendaftaran
Indonesia diatur dalam PP No. 16
franchise di Indonesia diatur dalam
Tahun
PP
Menperindag
No.16
tahun
1997
keputusan
dan
Menperindag
No.259/MPP/Kep/7/1997.
Yang
ketentuan
franchise
dan
keputusan
No
tersebut
mewajibkan
perjanjian Franchise/franchise di
- Pasal 7 PP No. 16 Tahun
bahwa
1997
259/MPP/Kep/7/1997 yang mana
dicantumkan dalam :
1997
Mengenai
Indonesia wajib untuk didaftarkan
perjanjian
wajib
di Departemen Perindustrian dan
untuk
perdagangan. Namun hal yang
didaftarkan.
hanya berlaku untuk franchisee
atau master franchise di Indonesia,
20
sedangkan franchisor asing tidak
untuk membuat perjanjian tanpa adanya
memiliki
pembatasan yang tegas dari peraturan
kewajiban
mendaftarkan
untuk
franchisenya
di
yang ada. Sebagaimana kebanyakan dari
Indonesia.
para pihak franchise baik franchisor
BAB III
maupun franchisee yang menginginkan
PENUTUP
agar perjanjian Franchise/franchise yang
Berdasarkan uraian – uraian yang
telah
disajikan
sebelumnya.
pada
Maka
–
bab
dapat
ada di Indonesia tidak terlalu diatur
bab
secara
diberikan
pemerintah,
berkembang dengan baik dalam suatu
ekonomi.
Kesimpulan
1. Pelaksanaan
oleh
sehingga usaha franchise tersebut dapat
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A.
spesifik
yang terjadi dapat
2.
Peranan pemerintah yang
menimbulkan suatu persaingan usaha
cukup
yang tidak sehat maupun tindakan
perkembangan Franchise/franchise
monopoli seperti yang tercantum dalam
di Indonesia terdapat dalam hal .
Undang – undang No.5 Tahun 1999,
Berdasarkan Keputusan Menteri
mengingat
Deperindag
perjanjian
Franchise/
penting
dalam
No
franchise di Indonesia belum memiliki
259/MPP/Kep/7/1997
Pasal
suatu peraturan yang mengatur secara
menyebutkan
perjanjian
rinci dari segala aspek. Sedangkan
franchise
perjanjian
yang
tertulis dengan bahasa Indonesia
memakai Asas Kebebasan Berkontrak
dan berlaku hukum Indonesia. Hal
Dalam pasal 1338 KUH Perdata telah
ini merupakan bentuk peranan
memberikan kebebasan bagi para pihak
pemerintah
franchise
tersebut
21
bahwa
harus
dibuat
dalm
2
secara
mengatur
perjanjia franchise di Indonesia.
Dimaksudkan agar hal tersebut dapat
Asas Kebebasan berkontrak dalam
memberikan
perjanjian franchise tersebut pada
bagi pihak yang lemah dari sisi
prinsipnya tidak secara mutlak
perjanjian Franchise/ franchise.
terlaksana, mengingat terdapatnya
2.
peranan pemerintah dalam hal tata
menyangkut kerjasama antara pihak
cara franchise di Indonesia. Seperti
Pemerintah dengan asosiasi franchise/
Tata cara pendaftaran franchise
Franchise yang ada, agar peranan
dan
Tanda
pemerintah dalam hal pengembangan
Pendaftaran Usaha Franchise pada
Franchise/franchise dapat terlaksana
Departemen Perdagangan Dalam
lebih maksimal. Hal itu dapat berupa
Negeri. Penggunaan barang hasil
diadakan pengawasan yang lebih
produksi dalam Negeri. Sebagai
ketat dan tegas dari pemerintah
pemasok ataupun pihak Franchise
mengenai
sehingga dapatkan meningkatkan
franchise, yang hal ini dimaksudkan
dan mengembangkan usaha kecil
untuk
dan menengah di Indonesia.
dan pemberdayaan pengusaha kecil
B. Saran-saran
dan menengah yang berkelanjutan.
penerbitan
Surat
1. Perlu dibuatnya suatu peraturan
yang
secara
khusus
hukum
yang
koordinasi
pendaftaran
pembinaan,
yang
hukum
solid
Franchise/
pengembangan,
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fern,Martin Franchising Law
Volume
I,Times
Mirror
Bodes,USA,1992.
[2] Fuandy, Munir,Pengantar Hukum
Bisnis Menata Bisnis Modern di
Era
Global
,PT
Citra
,Bakti,Bandung,2002.
[3] Hadisoeporto, Hartono, Pengantar
Tata Hukum Indonesia edisi
4,Liberty, yogyakarta,1998.
mengatur
mengenai franchise berikut aspek –
aspek
Perlu
perlindungan
terkandung
didalamnya, termasuk juga dalam hal
disclure document yang lebih rinci.
22
[5] HS,Salim Hukum kontrak Teori dan
Teknik
Penyusunan
Kontrak,Depdiknas,Mataram 2002.
[6] Lindsey, Prof Tim,dkk(editor),Hak
Kekayaan
Intelektual
Suatu
Pengantar ,Alumni, Bandung ,2002
[7] Mahmud Marzuki, Peter dkk (editor),
Hukum Kontrak di Indonesia Seri
Dasar Hukum Ekonomi, V, Elips,
Jakarta, 1998
[8] Siswanto, Arie, Hukum Persaingan
usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2002
23
Download